“Tidak Ada Keselamatan Di Luar Kristus Tetapi Ada Keselamatan Di
Luar Agama Kristen”
Oleh: Martin Simamora
Sebelumnya: RisalahTinjauan Bagian 1
Bagian 2A: Paragraf pertama pada bagian 2 “Keselamatan Di Luar Kristen”
tertulis begini:
“Pada
bab sebelumnya, walaupun tidak ditulis secara eksplisit tetapi penjelasannya
cukup jelas disinggung bahwa tidak ada keselamatan di luar Kristus tetapi ada
keselamatan di luar agama Kristen. Mengapa?” Disepanjang bab1 saya sudah
mengeksplisitkan segala sesuatu yang tersembunyi atau tak terus terang untuk
diungkapkan dalam wujud penulisan yang lugas. Sejak semula, pada bagian 1, pendeta Dr.Erastus Sabdono sudah mengangkat
gagasan “Pola Lain Keselamatan”, sebagaimana telah saya paparkan pada tinjauan
bagian1B dan bagian1Q. Pada bagian 2 ini, pendeta Erastus lebih
menegaskan keberadaan pola lain keselamatan dengan membuat semacam formula yang
berbunyi: “tidak ada keselamatan di luar Kristus tetapi ada keselamatan di luar
agama Kristen.” Mengapa Kristus berbeda dengan Kristen? Apakah dalam
pandanganya Kristen memiliki keberimanan pada Kristus yang lain? Sebab nampak jelas ia sedang membedakan Kristus, dan membangun
sebuah pengajaran bahwa Kristus dan agama Kristen adalah dua entitas yang
berbeda. Bahwa Agama Kristen adalah
sebuah institusi yang dapat sangat berbeda dengan Kristus sendiri,dan dalam relasi yang demikian, tak perlu
agama Kristen sepenuhnya menyetujui Kristus.
Bagian 2B: Masih menyorot paragraf 1 :
“Pada
bab sebelumnya, walaupun tidak ditulis secara eksplisit tetapi penjelasannya
cukup jelas disinggung bahwa tidak ada keselamatan di luar Kristus tetapi ada
keselamatan di luar agama Kristen. Mengapa?” Namun kali ini akan melihat secara
lebih istimewa, penyebaran agama Kristen
yang dilakukan oleh jemaat purba dan bagaimana hal itu dilakukan sebagai
hal yang dikhendaki Kristus. Apakah jemaat purba ada menunjukan kebedaan
ekslusifitas keselamatan hanya pada Yesus Kristus, sebagaimana diajarkan oleh
Kristus, dengan ketakeksklusifan keselamatan pada agama Kristen, bahwa di luar
agama Kristen ada keselamatan?Dalam Alkitab, kita mendapatkan 2 sumber
yang sangat kuat dan menjadi jiwa
penginjilan didalam gerakan orang-orang percaya
yang disebut beragama Kristen,
pertama adalah Kisah Para Rasul [yang telah saya sentuh pada bagian sebelumnya]
dan epistel-epistel atau surat-surat Rasul. Apa yang perlu menjadi catatan
penting, bahwa pemberitaan Injil adalah jiwa jemaat perdana, mereka pada
awalnya sangat kecil dan dianggap sesat, sehingga penolakannya sangat keras, dan perlu
ditegaskan bahwa situasi semacam ini tetap berlangsung hingga kini. Mari
kita memperhatikan bagaimana rasul
Paulus menyatakan situasi ini:
Bagian 2C: Kehidupan gereja dan agama
Kristen perdana bahkan tak dapat dipisahkan dari Kristus, pewartaan agama
Kristen itu sendiri adalah pewartaan
segala kebenaran yang tunduk kepada
pemuliaan Kristus beserta sabdanya. Kristus senantiasa menjadi pengidentifikasi
pada gereja, pada para rasul atau para pewarta Injil atau agama Kristen, dan
dikenal dengan segala hal yang telah diajarkan Kristus. Mari kita melihat hal
ini pada pernyataan rasul Yohanes:
1Yohanes
1:1-5 (1) Apa yang telah ada sejak
semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang
telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman
hidup--itulah yang kami tuliskan kepada kamu. (2) Hidup itu telah dinyatakan,
dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada
kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah
dinyatakan kepada kami. (3) Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami
dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan
dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan
Anak-Nya, Yesus Kristus.(4) Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya
sukacita kami menjadi sempurna.(5) Dan inilah berita, yang telah kami dengar
dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam
Dia sama sekali tidak ada kegelapan.
Pengajaran agama
Kristen oleh rasul Yohanes sepenuhnya bersumber dari dan tunduk pada Yesus
Kristus. Sebagaimana yang telah didengarkannya, telah dilihatnya dengan mata
sendiri, ia telah berinteraksi secara
jasmani dengan Yesus, sebagaimana oleh semua rasul yang merupakan murid-murid
utama dan saksi hidup Kristus, itulah yang mereka sampaikan. Dengan kata lain
pengajaran agama Kristen pada jemaat atau gereja yang menjadi tujuan epistel
rasul Yohanes ini sepenuhnya tunduk kepada Kristus. Tak pernah memiliki ajaran
tersendiri sehingga agama Kristen bisa berbeda pendapat dengan Kristus, pada
eksklusifitas jalan keselamatan hanya pada Kristus sebagaimana telah diklaim
sendiri oleh Kristus [Yoh 14:6, Yoh
10:9, Yoh 11:25, Yoh 3:16, Yoh 5:21, Yoh 5:26, Yoh 6:39, Wahyu 1:18].
Bagian 2D: Paragraf 2 tertulis demikian:
Pertama
harus dipahami bahwa keselamatan bagi orang percaya atau yang menerima Tuhan
Yesus yang disebut sebagai umat pilihan, tidaklah sama dengan keselamatan bagi
mereka yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus atau yang tidak menerima Tuhan
Yesus yang disebut sebagai bukan umat pilihan. Keselamatan bagi orang percaya
membawakan mereka kepada kesempurnaan seperti Bapa (Mat 5:48; Rom 8:28-29).
Orang percaya dituntut untuk memiliki karakter seperti Bapa sendiri. Untuk itu
Tuhan memberikan fasilitas yang memadai guna mencapai kesempurnaan tersebut
(Yoh 1:12-13).
Ini
adalah paragraf yang berupa pernyataan terbuka dari apa yang disebutnya sebagai
“ pola keselamatan berbeda atau lain” [yang sudah sejak bagian pertama
dikemukakannya, untuk melihatnya secara cepat, bacalah “Risalah Tinjauan
Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” Bagian1A-1U].
Apakah
benar, Yesus Kristus mengajarkan demikian? Apakah benar agama Kristen yang diberitakan oleh para rasul secara akbar
mengajarkan ada keselamatan bagi orang yang tak percaya? Apakah Alkitabmu bersabda padamu bahwa Yesus bukan
penentu global keselamatan umat manusia, sehingga tak perlu memberitakan Injil
kepada yang belum pernah mendengarkan?
Mari
kita dengarkan lebih dulu, sabda Sang Hakim [Yohanes 5:22] Yesus Kristus:
Matius 24:14 Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan
di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba
kesudahannya."
Bagian 2E: Sekarang saya akan menyorot bagian selanjutnya pada paragraph 2:
Keselamatan
bagi orang percaya membawakan mereka kepada kesempurnaan seperti Bapa (Mat 5:48;
Rom 8:28-29). Orang percaya dituntut untuk memiliki karakter seperti Bapa
sendiri. Untuk itu Tuhan memberikan fasilitas yang memadai guna mencapai kesempurnaan
tersebut (Yoh 1:12-13).
Pertanyaan
besarnya: apakah benar Yohanes 1:12-13 adalah sebuah fasilitas? Apakah dia
sehingga dapat disebut sebagai obyek yang lebih rendah daripada manusia? Apakah
memang didalam Yohanes 1:12-13 adalah sebuah benda atau obyek yang dapat
digunakan sebagai fasilitas?
Mari kita membaca
Yohanes 1:12-13
(12)
Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak
Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;(13) orang-orang yang
diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh
keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
Bagian 2F: Tinjauan pada pragraf 3 ini, sesungguhnya telah saya jawab tuntas pada
bagian 1, anda dapat membaca perihal yang diangkat pada pragraf ini di dalam
“Risalah Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr Erastus Sabdono” atau langsung membacanya
pada bagian1D, dan juga bagian IL. Sekalipun begitu jelas dan gamblang bahwa
penulis Epistel Roma tak memiliki intensi sebagaimana yang disangkakannya:
Keselamatan
bagi umat pilihan adalah dikembalikan kepada rancangan semula. Tetapi bagi
mereka yang bukan umat pilihan keselamatan bukanlah upaya mengembalikan kepada
rancangan semula, karena mereka tidak memiliki fasilitas yang membuat mereka
mampu untuk itu. Itulah sebabnya mereka tidak dituntut untuk sempurna, namun
demikian mereka juga harus berbuat baik, sebab perbuatan baik mereka akan
menentukan keselamatan mereka (Rom 2:7-10; 6-16).
Apakah benar,
perbuatan baik menentukan keselamatan orang-orang bukan pilihan/non beriman
kepada Kristus, dan memang diajarkan di dalam epistel atau Surat Roma? Apakah
demikian yang hendak diungkapkan oleh rasul Paulus? Mari kita melihatnya secara
langsung, apakah yang sedang ditunjukan oleh Paulus:
Roma
2:6-10 Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal
kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan
ketidakbinasaan tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan
sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman
Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat
jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani, tetapi kemuliaan,
kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik,
pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani
Sebagaimana telah
saya kemukakan pada bagian 1D, penghakiman berdasarkan perbuatan baik memang
ada dan alkitabiah, namun sama sekali tak menunjukan bahwa ada keselamatan yang
dapat diraih dan dimiliki manusia-manusia bukan pilihan tersebut!
Bagian 2G: Paragraf 4 adalah jenis yang dipenuhi dengan penyesatan dan penggelapan
informasi dan kebenaran, tepat pada apa yang disaksikan oleh Alkitab itu
sendiri. Sebuah bentuk penggelapan informasi yang tak kepalang tanggung.
Sebelum saya memperhadapkan secara
langsung dengan apa yang dinyarakan oleh Alkitab, mari membaca paragraf ini
terlebih dahulu:
“Kesalahan
banyak orang Kristen selama ini adalah memahami keselamatan secara tidak tepat,
menyamakan keselamatan bagi umat pilihan sama dengan keselamatan bagi mereka
yang bukan umat pilihan. Kesalahan ini mengakibatkan sesuatu yang sangat fatal.
Pengajaran mengenai keselamatan menjadi kacau dan orang percaya tidak menemukan
tanggung jawab dan panggilannya untuk menjadi umat pilihan yang dipanggil,
untuk hidup secara luar biasa (Mat 5:20). Orang percaya tidak mengerti dan
tidak sadar bahwa mereka memiliki karunia sulung roh, yaitu kemampuan untuk
menjadi manusia Allah (Rom 8:23; 1 Tim 6:11). Ketidak-tahuan dan
ketidak-sadaran ini membawa banyak orang Kristen menjadi manusia “biasa-biasa
saja”.
Kesalahan banyak
orang Kristen selama ini? Selama ini, sejak kapankah pendeta Dr.Erastus Sabdono
sukses mengidentifikasi kesalahan banyak orang Kristen, sehingga bisa
menyatakan sebuah kesimpulan semacam
ini. Sebetulnya, perihal ini, pun sudah saya jelaskan dan tunjukan sebagai
sebuah kesalahan teramat fatal oleh pendeta Erastus, anda dapat melihatnya
dalam “ Risalah Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono Bagian 1,” atau
dapat secara langsung mulai mempelajari penjelasan sanggahan saya pada bagian
1B.
Pada kesempatan kali
ini, saya akan memberikan penekanan
–penekanan istimewa, sebagaimana Yesus memang menekankannya, bagaimana
keselamatan itu bagi manusia di dunia ini. Adakah, Yesus membuat pembedaan?
Bagian 2H: Apa yang jauh lebih buruk lagi pada paragraf 4, adalah pernyataan
pendeta Dr. Erastus Sabdono, yaitu: “Orang percaya tidak mengerti dan tidak
sadar bahwa mereka memiliki karunia sulung roh, yaitu kemampuan untuk menjadi
manusia Allah (Rom 8:23; 1 Tim 6:11).”
Dua kesalahan fatalnya adalah:
a.
menyatakan penerima karunia tidak mengerti dan tidak sadar,
siapakah yang salah? Pemberi karunia
atau penerimanya? Sebuah kebenaran tunggal mengenai bagaimana seseorang dapat
beriman kepada keselamatan yang dari Allah itu dan menjadi anak-anak Allah,
harus pertama-tama dipegang kokoh untuk memahami perihal ini:
Yohanes 1: 12-13
Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak
Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya. orang-orang yang diperanakkan
bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang
laki-laki, melainkan dari Allah.
Menyandingkannya
dengan Roma, maka kemudian pertanyaannya: apakah Roma 8:23 sedang berbicara
mengenai diperlukannya kemampuan pada manusia untuk mengerti dan sadar? Dengan
kata lain: darimanakah datangnya mengerti” dan “sadar” itu? Dari manusiakah
atau sesuatu yang harus dilakukan oleh Tuhan agar manusia mengerti dan
menyadarinya di dalam perjalanan kehidupannya sebagai orang-orang beriman?
Memahami kebenaran
ini adalah penting, agar memahami bahwa kuasa yang diberikan kepada orang
percaya bekerja secara independen dan tak bergantung pada ketakberdayaan atau
mengandalkan kinerja manusia [yang diindikasikan dengan “diperanakan dari dari
Allah, bukan dari darah dan daging”] untuk mendatangkan berbagai kebaikan dan
kekokohan orang-orang beriman dalam keamanan keselamatan dan pada segenap janji
yang menjadi bagian milik orang-orang beriman itu. Mengenai perihal ini,
bacalah bagian 2E. Saya akan mengulas
perihal ini, dari perspektif Alkitab, bahwa Allah yang menyelamatkan manusia
secara sempurna dan berkesinambungan di sepanjang kehidupan orang percaya,
bukan, manusia juga harus menyelamatkan dirinya sendiri agar sempurna
keselamatan dari Allah itu.
b.Kemampuan
menjadi manusia Allah? Apakah 1 Timotius 6:11 berbicara mengenai kemampuan
menjadi manusia Allah? Apakah Karunia
Sulung berbicara mengenai manusia Allah? Mari kita membaca:
1 Timotius 6:11
Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan,
ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.
Apakah teks ini berbicara mengenai KEMAMPUAN MENJADI
manusia Allah? Dan, apakah maksud sesungguhnya
“manusia Allah” itu; apakah maksud Paulus dalam suratnya kepada Timotius? Apakah dia sedang membicarakan
kemampuan menjadi manusia Allah?
Bagian 2i: Oleh sebab itu dapat juga ditegaskan bahwa “sambil menantikan
pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita” pada Roma 8:23, bukan
sama sekali menyatakan bahwa seorang percaya ketika beriman kepada Kristus tak serta merta
menjadi seorang anak, harus melalui
sebuah proses perjuangan hidup yang
tidak mudah namun penuh kesukaran untuk membuktikan diri bahwa dia pantas untuk
dilantik atau diangkat sebagai anak. Roma 8:23
jelas berbicara “pengangkatan sebagai anak” adalah “pembebasan tubuh.”
Bagian ini, hanya dapat dipahami secara sempurna dengan memahami penjelasan
Paulus sebelumnya:
Roma 8:18-19 Sebab
aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan
kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Sebab dengan sangat rindu seluruh
makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan.
Penderitaan zaman
sekarang atau penderitaan yang memang kekhasan dunia kita yang dialami segenap
mahluk, pun tetap dirasakan oleh
anak-anak Allah. Anak-anak Allah dan penderitaan dunia, bukanlah pasangan
yang serasi apalagi indah. Menjadi
anak-anak Allah mengandung sebuah ekspektasi pewujudan kehidupan dalam dunia
Bapa, bukan dunia dunia ini. Namun hal
itulah untuk saat ini merupakan realitanya. Untuk saat ini, sebab memang
bukan dunia ini pasangan bagi anak-anak Allah. Setiap anak-anak Allah
menantikan realita ke-anak-an Allah-nya terwujud penuh. Perhatikan, kehidupan orang percaya dalam ayat 18-19 adalah kehidupan yang sudah
anak-anak Allah, bukan belum. Pembebasan tubuh kita adalah berkaitan dengan
penderitaan yang dialami oleh anak-anak Allah sementara masih di dunia ini;
tubuh yang masih menjadi budak kebinasaan sementara orang-orang percaya itu telah dilahirkan
Allah menjadi anak-anak-Nya:
Roma 8:21-23 tetapi
dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari
perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.
Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan
sama-sama merasa sakit bersalin. Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang
telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil
menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.
Ini, sepenuhnya
tentang penderitaan yang masih harus dialami oleh anak-anak Allah selama masih
di dunia ini. Menantikan pengangkatan sebagai
anak adalah menantikan pembebasan dari tubuh yang takluk pada
kebinasaan. Ini berbicara kelemahan
tubuh sementara kita adalah anak-anak Allah. Pasti dan harus anak-anak Allah,
sebab inilah dasar bagi Roh untuk melayani orang-orang percaya yang masih harus mengalami berbagai
kelemahan-kelemahan yang belum dibebaskan dari dirinya sementara orang percaya
itu sendiri sudah menjadi milik Allah atau anak-anak Allah. Perhatikan
bagaimana kelemahan-kelemahan itulah yang ditanggulangi oleh Roh, sebab
anak-anak Allah belum merdeka dari kelemahan-kelemahan jiwa yang berbalutkan
tubuh yang takluk pada kebinasaan:
Bagian 2J: aragraf lima, kita akan membaca ini:
“Orang percaya
dipanggil untuk hidup secara luar biasa dalam kelakuan tetapi dewasa ini bila
berbicara mengenai keluar-biasaan, biasanya hanya dikaitkan dengan berkat
jasmani atau dengan sesuatu yang abstrak pengertiannya. Ini sebenarnya bagian
dari penyesatan kuasa kegelapan, yaitu menggelapkan pengertian. Sehingga banyak
orang Kristen yang sebenarnya berjalan di dalam gelap. Berjalan dalam gelap
bukan hanya berarti hidup dalam kejahatan moral dan meninggalkan gereja, tetapi
ketika pengertiannya mengenai kebenaran tidak jelas berarti ia berjalan dalam
gelap. Keadaan ini tidak membawa orang percaya kepada maksud keselamatan yaitu
membawa manusia kepada rancangan-Nya yang semula.”
Saya, secara pribadi
justru merasa sangat asing dengan apa yang dikemukakan oleh pendeta Dr.Erastus
Sabdono, jika paragraf ini adalah pengalaman empirisnya. Pengalaman empiris
saya mengatakan sebaliknya, pengajaran dan praktik pada orang-orang yang
dipanggil untuk hidup secara luar biasa adalah kenyataan hidup yang memisahkan
diri dari perilaku-perilaku jahat, paling minimal, saya bisa mulai dengan
melihat hal itu pada diri ayah saya sendiri. Bagi saya, sejak usia sedini
mungkin, ini bukan omong kosong. Itu benar-benar penjauhan diri dari cara-cara
hidup dunia, sebagai anak-anak, dimulai dengan hal yang sangat sederhana: tidak
berdusta, tekun belajar, tekun berdoa sebagai bentuk pengutamaan dan
pengandalan diri dalam memulai apapun juga,,
patuh dan rajin mengerjakan apa yang diperintahkan oleh orang tua sebagai
sebuah kehidupan sehari-hari orang yang mengenal
dan bersyukur pada Tuhan, atau kehidupan realistis sebagai anak-anak
Tuhan. Apalagi mengaitkannya dengan berkat jasmani? Sungguh jauh berbeda
dengan pengajaran dari kakak-kakak sekolah minggu saya, atau
saat saya belajar katekisasi yang menekankan kehidupan sederhana, berdedikasi
dan pantang menyerah didalam menghadapi setiap tantangan sebagai orang beriman di dunia ini, terang ilahi Kristus,
bukan kebenaran dari dunia ini. Pokok dari semua itu, bagaimana menjadi anak-anak Tuhan yang
berdampak bagi dunia sekitarku, sehingga orang-orang yang belum mengenal
Kristus dan keselamatan-Nya dapat mengenalnya. Boleh dikatakan, saat saya
menginjakan kaki di pulau Jawa untuk berkuliah,
barulah saya menemukan hal semacam ini. Perihal yang diangkat ini, boleh dibilang sebagai hal
yang benar. Dan saya sangat setuju sekali dengan ini: “tetapi ketika
pengertiannya mengenai kebenaran tidak jelas berarti ia berjalan dalam gelap.
Keadaan ini tidak membawa orang percaya kepada maksud keselamatan yaitu membawa
manusia kepada rancangan-Nya yang semula.”
Namun, benarkah,
pengajaran pendeta Erastus sendiri adalah kebenaran yang meluputkan dari
kegelapan, sehingga membawa kepada keselamatan, atau malahan “kebenaran” yang
memastikan orang-orang berada di dalam kegelapan sehingga menyimpang dari maksud keselamatan itu?
Jawabannya, ada pada
paragraf enam:
Bagian 2K: Paragraf delapan pada “keselamatan di luar Kristen – bagian 2” akan
memperlihatkan konflik atau pergelutan pemikiran pada pendeta Dr.Erastus
Sabdono terkait bagaimana keselamatan itu sendiri harus terjadi, dan, apakah
karya Kristus pada salib berdampak juga
pada mereka yang tidak mendengar dan tidak percaya kepadanya, mendapatkan
keselamatan?
“Kedua, tidak ada
keselamatan di luar Kristus sebab hanya darah Tuhan Yesuslah yang menghapus
dosa dunia (Yoh 1:29). Penebusan dosa itu bukan hanya berlaku bagi orang
Kristen, tetapi juga bagi bangsa Israel yang menyembelih domba sebagai
lambangnya dan semua manusia yang tidak pernah mendengar Injil (Ibr 9:13,19).
Tetapi sejatinya darah binatang tidak bisa menyucikan, hanya sebagai lambang
atau voucher (Ibr 10:4). Hanya darah Yesus yang menyelamatkan. Itulah sebabnya
hanya nama Yesus yang bisa menyelamatkan.”
Sebelumnya, pendeta
Erastus menegaskan bahwa keselamatan orang-orang bukan pilihan tidak sama
dengan bagaimana keselamatan itu terjadi pada umat pilihan yang mendengar dan
beriman kepada Kristus; juga beliau menyatakan, bahwa keselamatan melalui Kristus memang absolut,
namun tidak dapat diaplikasikan kepada
mereka di luar agama Kristen. Namun, kini, pada paragraph ini, menggunakan
Yohanes 1:29, menggunakannya untuk menyatakan penghapusan dosa dunia tak
memedulikan apakah orang tersebut memiliki sebuah relasi dan memiliki anugerah
atau Sang Kristus itu, tetap mendapatkan penghapusan dosa? Ini sebuah konflik
tak main-main, sebuah inkonsistensi yang sangat kronis.
Kemudian, apakah
Ibrani 9:13,19 menunjukan atau menyatakan bahwa
“penebusan dosa” juga berlaku bagi Israel yang tidak beriman kepada
Kristus dan semua manusia yang tak pernah mendengarkan Injil?
Bagian 2L: Ketika
pendeta Dr. Erastus Sabdono menyatakan:
Orang
yang tidak mendengar Injil yaitu mereka yang hidup sebelum zaman anugerah,
maupun mereka yang hidup di zaman anugerah tetapi tidak tersentuh oleh berita
Injil akan dihakimi menurut perbuatannya. Mengapa hal ini terjadi, sebab Tuhan
Yesus mati untuk semua manusia, sejak zaman Adam sampai manusia terakhir.
Itulah sebabnya Yohanes Pembaptis
berkata: Inilah Anak Domba Allah yang mengangkut dosa dunia. Jadi ada
keselamatan di luar orang Kristen, dalam ukuran masuk kehidupan yang akan datang,
tetapi tidak ada keselamatan di luar Kristus. Sebab Yesus mati untuk semua
orang.
sebagaimana pada
paragraf 9 dalam “Keselamatan Di Luar Kristen -2”, maka pertanyaannya, apakah
dasar baginya untuk menautkan Yohanes 1:29 dengan “orang-orang yang tak
mendengarkan Injil” sebagai mempunyai keselamatan. Hal terutama yang dilakukan olehnya,
mengaplikasikan “Anak Domba” yang dikurbankan sebagai untuk semua, mengabaikan
konteks keimamatan yang hanya berlangsung bagi orang-orang beriman atau umat dengan Allah-nya. Berbicara Yesus
adalah Anak Domba, pasti harus dipahami dalam kebenaran-kebenaran
penyelenggaraan kurban-kurban penghapus dosa, hal yang sudah saya jelaskan pada 2 bagian [bagian 2J dan bagian
2K] sebelumnya. Sejak tinjauan bagian 1,
saya sudah menunjukan bahwa penghakiman menurut perbuatan adalah sebuah
kebenaran yang dapat ditemukan dalam kitab suci, namun sama sekali tidak
menunjukan adanya jalan keselamatan di luar Kristen dan di luar Kristus [baca:
bagian1B, bagian1D, bagian1G, bagian1i, bagian1J, bagian1L, bagian1M]. Juga,
saya sudah tunjukan bahwa Kristus adalah sentral utama dari semua yang
dituliskan oleh para nabi sebagai hal
yang diimani dan dinantikan. Mereka menantikan sang Mesias yang akan
membebaskan dan menyelamatkan mereka. Perimanan semacam ini, pada
Perjanjian Lama, juga merupakan
hal yang ditunjukan oleh Perjanjian
Baru, bahkan oleh Kristus sendiri.
Saya juga sudah
menunjukan, pada permulaan-permulaan bagian 2 [misal, bacalah bagian 2B], bahwa
baik agama Kristen dan Kristus berbicara satu suara dalam membicarakan keselamatan, tak ada
sebuah persimpangan sama sekali. Para tokoh utama pendiri agama Kristen,
sebagaimana telah dicatat dalam Kisah Para Rasul, dan juga surat-surat para
rasul kepada jemaat-jemaat Tuhan juga teguh menyatakan tak ada keselamatan di
luar Kristus dan di luar agama Kristen.
Bagian 2M: Paragraf ini secara umum sudah
saya sanggah dan jawab, baik pada bagian 1 dan bagian 2 sebelumnya,
sehingga pada paragraf 10 ini,
fokus ditujukan pada bagian yang saya
berikan penekanan dengan huruf tebal dan miring:
Itulah sebabnya dalam
Alkitab berulang-ulang ditulis bahwa semua orang akan dihakimi menurut
perbuatannya, bukan menurut imannya. Orang beriman pasti selamat, tidak ada
lagi penghakiman atasnya, tetapi orang yang menolak Injil secara
terang-terangan dan sengaja memiliki reaksi menentang Injil walau sudah
mendengar Injil, pasti binasa, sebaik apapun orang itu. Mereka yang menolak
Kristus sudah dibawah hukuman (Yoh 3:16-18). Dalam kenyataan hidup ini ada pula
orang-orang yang tidak menolak tetapi juga tidak menerima. Untuk mereka Tuhan
Yesus berkata: “Siapa yang tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu (Luk
9:50). Mereka akan dihakimi menurut
perbuatannya.”
Apakah Yesus memang
sedang membicarakan keberadaan orang-orang tidak menerima [atau tidak beriman
pada Yesus] sekaligus tidak menolak, kala ia menjawab Yohanes pada Lukas 9:50?
Pendeta Erastus Sabdono, berupaya membangun pembedaan derajat atau jalan keselamatan lain, bagi golongan manusia
ini, dengan kelompok lainnya, yaitu
mereka yang menolak Injil secara terang-terangan dan sengaja memiliki reaksi
menentang Injil, walau sudah mendengar. Kelompok yang belakangan dinyatakannya
pasti binasa, sementara kelompok yang pertama akan dihakimi menurut perbuatan,
artinya masih memiliki peluang untuk tidak binasa. Pendeta Erastus menggunakan
Lukas 9:50 sebagai landasan pandangannya ini, yaitu ada keselamatan cara lain,
selain harus beriman kepada Yesus Kristus.
Tetapi,
pertanyaan yang sangat mendasar: apakah Lukas 9:50 sedang membicarakan
orang-orang yang tidak menolak dan tidak menerima kebenaran
keselamatan hanya di dalam Kristus? Apakah konteks ayat tersebut mendukung
pengajaran pendeta Erastus?
Bagian 2N: Paragraf 11 ini, secara sederhana dan tegas saya katakan sebagai
pemberitaan Injil palsu. Tak ada kata
yang lebih tepat untuk menggambarkannya:
Pertanyaan yang bisa
muncul adalah: apakah kematian Tuhan Yesus juga berlaku bagi orang yang tidak
menerima-Nya. Jawabnya ialah ya. Sebab manusia ada dalam kungkungan dosa di
luar tanggung jawabnya (Adam dan Hawa lah penyebabnya). Manusia telah terlahir
sebagai orang berdosa. Sekarang melalui korban Tuhan Yesus mereka mendapat
kesempatan untuk masuk dunia yang akan datang. Dengan pengorbanan Tuhan Yesus
tersebut maka penghakiman bisa digelar.
Apakah dasar untuk mengatakan bahwa ini adalah pemberitaan
Injil Palsu? Karena pendeta Dr. Erastus Sabdono, dapat dikatakan telah mencatut
nama dan karya Yesus Kristus dalam pengajarannya yang sama sekali tidak
diajarkan oleh Kristus dan para rasulnya, maka mutlak untuk memeriksanya,
apakah Kristus berkata bahwa yang tidak menerimanya atau menolaknya atau tak
mau beriman sebagaimana dikehendaknya, karya keselamatannya [kematiannya]
berlaku bagi yang tidak menerimanya? Apakah benar masih ada peluang atau kesempatan untuk masuk
ke dunia yang akan datang, bagi mereka yang tak beriman karena Yesus sudah mati
bagi dunia, dan karena yang tak beriman itu berdosa karena dalam kungkungan
dosa diluar tanggung jawabnya?Adakah Alkitab berkata demikian?
Bagian 2”O”: Untuk mengokohkan pengajarannya bahwa ada pola
lain keselamatan atau keselamatan yang
dihasilkan oleh kematian Kristus berlaku juga bagi mereka yang tak menerima
Kristus, Surat Roma 2:6-16 telah dikutip untuk kepentingan pribadi
dan pengajaran pribadinya, sebagaimana
pada paragraph 12:
Jika tidak ada
pengorbanan darah Tuhan Yesus Kristus maka tidak akan ada keselamatan sama
sekali. Tanpa salib Kristus maka semua manusia tanpa penghakiman sudah langsung
dibuang ke dalam lautan api. Justru karena adanya salib itulah maka penghakiman
bisa digelar. Inilah injil itu, kabar baik. Injil yang sebenarnya menyelamatkan
mereka (Rom 2:6-16). Dalam hal ini yang berhak menghakimi mereka adalah Tuhan
Yesus Kristus sebab Tuhan Yesus Kristus telah mati bagi semua orang (Yoh 8:16;
Wah 19:11). Sebenarnya ini merupakan jawaban dari pertanyaan: Mengapa Bapa
tidak langsung menghakimi mereka yang sudah mati? Penghakiman bisa digelar bila
sudah ada kepastian, apakah ada yang bisa menebus dosa. Dan yang bisa membuang
para pendakwa (Wah 12:10).
Pertanyaan
terpenting, dengan demikian, apakah rasul Paulus sedang memberitakan injil
sebagaimana yang telah diajarkan oleh pendeta Dr.Erastus Sabdono? Dan apakah
memang,dengan demikian, Roma 2:6-16 tepat digunakan untuk menjadi landasan
pengajaran “kesempatan keselamatan bagi mereka yang menolak Kristus” untuk
masuk ke dunia yang akan datang, dalam pengadilan akhir zaman, kelak?
Bagian 2P: Demikian juga dengan Yohanes 8:16, yang digunakan untuk menyokong
pandangannya yang bernuansa universalisme: oleh pengorbanan darah Tuhan Yesus
Kristus maka keselamatan tidak tertutup sama sekali terhadap mereka yang tidak
menerima atau tidak beriman kepada Kristus. Saya mengajak para pembaca untuk
mau membuka Alkitab dan membaca Yohanes 8:16:
dan jikalau Aku
menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang diri, tetapi
Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku.
Pertama-tama dan
terutama, teks firman atau sabda Yesus ini memang berbicara mengenai
penghakiman, oleh-Nya. Namun, sama sekali, teks firman itu, tidak memiliki
niatan atau gagasan untuk menyatakan bahwa penghakiman Yesus akan memberikan
sebuah peluang atau kesempatan bagi orang-orang yang tak beriman atau tak
menerima-Nya, untuk berpeluang masuk ke dunia yang baru.
Setidaknya ada 2
aspek yang harus menjadi fokus perhatian, sebagaimana Yesus Kehendaki, kala
kita memandang 8:16.
Pertama: Apakah bunyi
penghakiman Yesus itu?
Kedua :Siapakah yang
sedang menggugat otoritas dan kesahihan
penghakiman Kristus itu?
Aspek pertama, harus
diketahui, sebab nampak jelas ada sebuah pernyataan Yesus yang bersifat menghakimi, namun diragukan, sehingga Yesus
harus menyatakan: a.dalam menghakimi, ia
benar dalam penghakimannya; b.Ia mengajukan “seorang” atau “hakim” lainnya lagi,
disamping dirinya, untuk menegaskan kesahihan penghakimannya.
Aspek kedua,
bagaimana pernyataan penghakiman Yesus itu sedang digugat dan berdasarkan
apakah penggugatan keabsahaan penghakiman itu didasarkan. Nampak jelas, bahwa
pihak penggugat memiliki dasar yang sangat kuat sehingga Yesus, tadi,
mengajukan “seorang” atau “hakim” lainnya yang nampaknya memiliki sebuah wibawa
atau pengaruh yang besar terhadap para penggugat.
Bagian 2Q: Bagaimana dengan Wahyu 19:11?
Apakah juga tepat digunakan oleh pendeta Dr.Erastus Sabdono untuk menopang
pengajarannya, bahwa ada pola lain keselamatan yang dihasilkan oleh kematian
Kristus, berlaku juga bagi mereka yang
tak menerima Kristus, sehingga memiliki kesempatan untuk masuk ke dunia baru,
tanpa perlu beriman kepadanya?
Wahyu 19:11 Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya,
ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan
Yang Benar", Ia menghakimi dan berperang dengan adil.
Memang benar, pada
teks tersebut dinyatakan bahwa Ia yang
bernama “Yang Setia dan Yang Benar” akan menghakimi, tetapi, sama sekali tidak
menunjukan pada adanya kesempatan, di dalam penghakiman tersebut, bagi mereka yang tak menerima Yesus akan
memiliki kesempatan untuk masuk kedalam dunia baru. Bahkan penghakiman pada
teks 19:11 disertai dengan perang:
menghakimi dan berperang, sebuah jenis
penghakiman yang juga disertai sebuah eksekusi penghukuman mematikan. Pada hal
ini saja, tidak memiliki konteks sama sekali dengan apa yang sedang diajarkan oleh pendeta Erastus.
Mari kita meninjau
teks firman Wahyu 19:11 ini.
Bagian 2R: Paragraf
13, untuk kesekian kali, menunjukan kesetiaan pendeta Dr.Erastus Sabdono pada
adanya pola lain keselamatan. Berupaya membangun kebedaan pada: bagaimana
keselamatan berlangsung pada era
Perjanjian Lama dengan era Perjanjian Baru
Pendakwaan
bagi saudara-saudara (umat Perjanjian Lama) kita akan terhenti ketika ada sosok
yang menebus dosa. Sosok yang menumpahkan darah sehingga penghakiman bisa
dilakukan dan ada orang yang bisa diselamatkan. Tuhan Yesuslah Anak Domba Allah
yang bisa membuka meterai sehingga sejarah dunia bisa diakhiri pada suatu
klimaks yaitu penghakiman. Penghakiman bagi mereka yang dihakimi dan kemuliaan
bagi anak-anak Allah yang akan dimuliakan bersama dengan Kristus.
Sesuatu yang sama
sekali tidak diajarkan oleh para rasul.
Sebagaimana telah saya sajikan sebelumnya, berpendapat, bahwa keselamatan pada
Perjanjian Lama dihasilkan oleh penghakiman berdasarkan perbuatan-perbuatan [bagian1D,
bagian1F, dan bagian1L] sungguh sangat keliru dan tidak memiliki pijakan apapun
juga.
Bersambung ke “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3A):“Tidak
Ada Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Kristen”
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi Tuhan
Hi Guys,
ReplyDeleteCheck out the best
dining table nz
headboards nz
Pregnancy Pillow