F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

1 Risalah Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” Bagian 2 A-R

“Tidak Ada Keselamatan Di Luar Kristus Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Agama Kristen”

Oleh: Martin Simamora



Bagian 2A: Paragraf pertama pada bagian 2 “Keselamatan Di Luar Kristen” tertulis  begini:
“Pada bab sebelumnya, walaupun tidak ditulis secara eksplisit tetapi penjelasannya cukup jelas disinggung bahwa tidak ada keselamatan di luar Kristus tetapi ada keselamatan di luar agama Kristen. Mengapa?” Disepanjang bab1 saya sudah mengeksplisitkan segala sesuatu yang tersembunyi atau tak terus terang untuk diungkapkan dalam wujud penulisan yang lugas. Sejak semula, pada  bagian 1, pendeta Dr.Erastus Sabdono sudah mengangkat gagasan “Pola Lain Keselamatan”, sebagaimana telah saya paparkan pada tinjauan bagian1B dan bagian1Q.  Pada  bagian 2 ini, pendeta Erastus lebih menegaskan keberadaan pola lain keselamatan dengan membuat semacam formula yang berbunyi: “tidak ada keselamatan di luar Kristus tetapi ada keselamatan di luar agama Kristen.” Mengapa Kristus berbeda dengan Kristen? Apakah dalam pandanganya Kristen memiliki keberimanan pada Kristus yang lain? Sebab  nampak jelas ia  sedang membedakan Kristus, dan membangun sebuah pengajaran  bahwa Kristus  dan agama Kristen adalah dua entitas yang berbeda. Bahwa Agama Kristen  adalah sebuah institusi yang dapat sangat berbeda dengan Kristus  sendiri,dan dalam relasi  yang demikian,  tak perlu  agama Kristen sepenuhnya menyetujui Kristus.


Bagian 2B: Masih menyorot paragraf 1 :
“Pada bab sebelumnya, walaupun tidak ditulis secara eksplisit tetapi penjelasannya cukup jelas disinggung bahwa tidak ada keselamatan di luar Kristus tetapi ada keselamatan di luar agama Kristen. Mengapa?” Namun kali ini akan melihat secara lebih istimewa, penyebaran agama Kristen  yang dilakukan oleh jemaat purba dan bagaimana hal itu dilakukan sebagai hal yang dikhendaki Kristus. Apakah jemaat purba ada menunjukan kebedaan ekslusifitas keselamatan hanya pada Yesus Kristus, sebagaimana diajarkan oleh Kristus, dengan ketakeksklusifan keselamatan pada agama Kristen, bahwa di luar agama Kristen ada keselamatan?Dalam Alkitab, kita mendapatkan 2 sumber yang  sangat kuat dan menjadi jiwa penginjilan didalam gerakan orang-orang percaya  yang disebut  beragama Kristen, pertama adalah Kisah Para Rasul [yang telah saya sentuh pada bagian sebelumnya] dan epistel-epistel atau surat-surat Rasul. Apa yang perlu menjadi catatan penting, bahwa pemberitaan Injil adalah jiwa jemaat perdana, mereka pada awalnya sangat kecil dan dianggap sesat, sehingga  penolakannya sangat keras, dan perlu ditegaskan bahwa situasi semacam ini tetap berlangsung hingga kini. Mari kita  memperhatikan bagaimana rasul Paulus menyatakan situasi ini:


Bagian 2C: Kehidupan gereja  dan agama Kristen perdana bahkan tak dapat dipisahkan dari Kristus, pewartaan agama Kristen itu sendiri  adalah pewartaan segala kebenaran yang tunduk kepada  pemuliaan Kristus beserta sabdanya. Kristus senantiasa menjadi pengidentifikasi pada gereja, pada para rasul atau para pewarta Injil atau agama Kristen, dan dikenal dengan segala hal yang telah diajarkan Kristus. Mari kita melihat hal ini pada pernyataan  rasul Yohanes:
1Yohanes 1:1-5  (1) Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup--itulah yang kami tuliskan kepada kamu. (2) Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. (3) Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.(4) Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.(5) Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan.

Pengajaran agama Kristen oleh rasul Yohanes sepenuhnya bersumber dari dan tunduk pada Yesus Kristus. Sebagaimana yang telah didengarkannya, telah dilihatnya dengan mata sendiri, ia telah berinteraksi  secara jasmani dengan Yesus, sebagaimana oleh semua rasul yang merupakan murid-murid utama dan saksi hidup Kristus, itulah yang mereka sampaikan. Dengan kata lain pengajaran agama Kristen pada jemaat atau gereja yang menjadi tujuan epistel rasul Yohanes ini sepenuhnya tunduk kepada Kristus. Tak pernah memiliki ajaran tersendiri sehingga agama Kristen bisa berbeda pendapat dengan Kristus, pada eksklusifitas jalan keselamatan hanya pada Kristus sebagaimana telah diklaim sendiri oleh Kristus [Yoh 14:6,  Yoh 10:9, Yoh 11:25, Yoh 3:16, Yoh 5:21, Yoh 5:26, Yoh 6:39, Wahyu 1:18].


Bagian 2D: Paragraf 2 tertulis demikian:
Pertama harus dipahami bahwa keselamatan bagi orang percaya atau yang menerima Tuhan Yesus yang disebut sebagai umat pilihan, tidaklah sama dengan keselamatan bagi mereka yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus atau yang tidak menerima Tuhan Yesus yang disebut sebagai bukan umat pilihan. Keselamatan bagi orang percaya membawakan mereka kepada kesempurnaan seperti Bapa (Mat 5:48; Rom 8:28-29). Orang percaya dituntut untuk memiliki karakter seperti Bapa sendiri. Untuk itu Tuhan memberikan fasilitas yang memadai guna mencapai kesempurnaan tersebut (Yoh 1:12-13).
Ini adalah paragraf yang berupa pernyataan terbuka dari apa yang disebutnya sebagai “ pola keselamatan berbeda atau lain” [yang sudah sejak bagian pertama dikemukakannya, untuk melihatnya secara cepat, bacalah “Risalah Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” Bagian1A-1U].
Apakah benar, Yesus Kristus mengajarkan demikian? Apakah benar agama Kristen  yang diberitakan oleh para rasul secara akbar mengajarkan ada keselamatan bagi orang yang tak percaya? Apakah  Alkitabmu bersabda padamu bahwa Yesus bukan penentu global keselamatan umat manusia, sehingga tak perlu memberitakan Injil kepada yang belum pernah mendengarkan?
Mari kita dengarkan lebih dulu, sabda Sang Hakim [Yohanes 5:22] Yesus Kristus:

Matius  24:14 Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya."


Bagian 2E: Sekarang saya akan menyorot bagian selanjutnya pada paragraph 2:
Keselamatan bagi orang percaya membawakan mereka kepada kesempurnaan seperti Bapa (Mat 5:48; Rom 8:28-29). Orang percaya dituntut untuk memiliki karakter seperti Bapa sendiri. Untuk itu Tuhan memberikan fasilitas yang memadai guna mencapai kesempurnaan tersebut (Yoh 1:12-13).
Pertanyaan besarnya: apakah benar Yohanes 1:12-13 adalah sebuah fasilitas? Apakah dia sehingga dapat disebut sebagai obyek yang lebih rendah daripada manusia? Apakah memang didalam Yohanes 1:12-13 adalah sebuah benda atau obyek yang dapat digunakan sebagai fasilitas?
Mari kita membaca Yohanes 1:12-13
(12) Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;(13) orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.



Bagian 2F: Tinjauan pada pragraf 3 ini, sesungguhnya telah saya jawab tuntas pada bagian 1, anda dapat membaca perihal yang diangkat pada pragraf ini di dalam “Risalah Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr Erastus Sabdono” atau langsung membacanya pada bagian1D, dan juga bagian IL. Sekalipun begitu jelas dan gamblang bahwa penulis Epistel Roma tak memiliki intensi sebagaimana yang disangkakannya:
Keselamatan bagi umat pilihan adalah dikembalikan kepada rancangan semula. Tetapi bagi mereka yang bukan umat pilihan keselamatan bukanlah upaya mengembalikan kepada rancangan semula, karena mereka tidak memiliki fasilitas yang membuat mereka mampu untuk itu. Itulah sebabnya mereka tidak dituntut untuk sempurna, namun demikian mereka juga harus berbuat baik, sebab perbuatan baik mereka akan menentukan keselamatan mereka (Rom 2:7-10; 6-16).

Apakah benar, perbuatan baik menentukan keselamatan orang-orang bukan pilihan/non beriman kepada Kristus, dan memang diajarkan di dalam epistel atau Surat Roma? Apakah demikian yang hendak diungkapkan oleh rasul Paulus? Mari kita melihatnya secara langsung, apakah yang sedang ditunjukan oleh Paulus:
Roma 2:6-10 Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani, tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani
Sebagaimana telah saya kemukakan pada bagian 1D, penghakiman berdasarkan perbuatan baik memang ada dan alkitabiah, namun sama sekali tak menunjukan bahwa ada keselamatan yang dapat diraih dan dimiliki manusia-manusia bukan pilihan tersebut!


Bagian 2G: Paragraf 4 adalah jenis yang dipenuhi dengan penyesatan dan penggelapan informasi dan kebenaran, tepat pada apa yang disaksikan oleh Alkitab itu sendiri. Sebuah bentuk penggelapan informasi yang tak kepalang tanggung. Sebelum saya memperhadapkan  secara langsung dengan apa yang dinyarakan oleh Alkitab, mari membaca paragraf ini terlebih dahulu:
“Kesalahan banyak orang Kristen selama ini adalah memahami keselamatan secara tidak tepat, menyamakan keselamatan bagi umat pilihan sama dengan keselamatan bagi mereka yang bukan umat pilihan. Kesalahan ini mengakibatkan sesuatu yang sangat fatal. Pengajaran mengenai keselamatan menjadi kacau dan orang percaya tidak menemukan tanggung jawab dan panggilannya untuk menjadi umat pilihan yang dipanggil, untuk hidup secara luar biasa (Mat 5:20). Orang percaya tidak mengerti dan tidak sadar bahwa mereka memiliki karunia sulung roh, yaitu kemampuan untuk menjadi manusia Allah (Rom 8:23; 1 Tim 6:11). Ketidak-tahuan dan ketidak-sadaran ini membawa banyak orang Kristen menjadi manusia “biasa-biasa saja”.

Kesalahan banyak orang Kristen selama ini? Selama ini, sejak kapankah pendeta Dr.Erastus Sabdono sukses mengidentifikasi kesalahan banyak orang Kristen, sehingga bisa menyatakan sebuah kesimpulan  semacam ini. Sebetulnya, perihal ini, pun sudah saya jelaskan dan tunjukan sebagai sebuah kesalahan teramat fatal oleh pendeta Erastus, anda dapat melihatnya dalam “ Risalah Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono Bagian 1,” atau dapat secara langsung mulai mempelajari penjelasan sanggahan saya pada bagian 1B.
Pada kesempatan kali ini, saya akan  memberikan penekanan –penekanan istimewa, sebagaimana Yesus memang menekankannya, bagaimana keselamatan itu bagi manusia di dunia ini. Adakah, Yesus membuat pembedaan?


Bagian 2H: Apa yang jauh lebih buruk lagi pada paragraf 4, adalah pernyataan pendeta Dr. Erastus Sabdono, yaitu: “Orang percaya tidak mengerti dan tidak sadar bahwa mereka memiliki karunia sulung roh, yaitu kemampuan untuk menjadi manusia Allah (Rom 8:23; 1 Tim 6:11).”  Dua kesalahan fatalnya adalah:

a. menyatakan penerima karunia tidak mengerti dan tidak sadar, siapakah  yang salah? Pemberi karunia atau penerimanya? Sebuah kebenaran tunggal mengenai bagaimana seseorang dapat beriman kepada keselamatan yang dari Allah itu dan menjadi anak-anak Allah, harus pertama-tama dipegang kokoh untuk memahami perihal ini:

Yohanes 1: 12-13 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya. orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.

Menyandingkannya dengan Roma, maka kemudian pertanyaannya: apakah Roma 8:23 sedang berbicara mengenai diperlukannya kemampuan pada manusia untuk mengerti dan sadar? Dengan kata lain: darimanakah datangnya mengerti” dan “sadar” itu? Dari manusiakah atau sesuatu yang harus dilakukan oleh Tuhan agar manusia mengerti dan menyadarinya di dalam perjalanan kehidupannya sebagai orang-orang beriman?

Memahami kebenaran ini adalah penting, agar memahami bahwa kuasa yang diberikan kepada orang percaya bekerja secara independen dan tak bergantung pada ketakberdayaan atau mengandalkan kinerja manusia [yang diindikasikan dengan “diperanakan dari dari Allah, bukan dari darah dan daging”] untuk mendatangkan berbagai kebaikan dan kekokohan orang-orang beriman dalam keamanan keselamatan dan pada segenap janji yang menjadi bagian milik orang-orang beriman itu. Mengenai perihal ini, bacalah bagian 2E.  Saya akan mengulas perihal ini, dari perspektif Alkitab, bahwa Allah yang menyelamatkan manusia secara sempurna dan berkesinambungan di sepanjang kehidupan orang percaya, bukan, manusia juga harus menyelamatkan dirinya sendiri agar sempurna keselamatan dari Allah itu.
b.Kemampuan menjadi manusia Allah? Apakah  1 Timotius 6:11 berbicara mengenai kemampuan menjadi  manusia Allah? Apakah Karunia Sulung berbicara mengenai manusia Allah? Mari kita  membaca:

1 Timotius 6:11 Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.

Apakah  teks ini berbicara mengenai KEMAMPUAN MENJADI manusia Allah? Dan, apakah maksud sesungguhnya  “manusia Allah” itu; apakah maksud Paulus dalam  suratnya kepada Timotius? Apakah dia sedang membicarakan kemampuan menjadi manusia Allah?



Bagian 2i: Oleh sebab itu dapat juga ditegaskan bahwa “sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita” pada Roma 8:23, bukan sama sekali menyatakan bahwa seorang percaya ketika  beriman kepada Kristus tak serta merta menjadi  seorang anak, harus melalui sebuah proses perjuangan hidup  yang tidak mudah namun penuh kesukaran untuk membuktikan diri bahwa dia pantas untuk dilantik atau diangkat sebagai anak. Roma 8:23  jelas berbicara “pengangkatan sebagai anak” adalah “pembebasan tubuh.” Bagian ini, hanya dapat dipahami secara sempurna dengan memahami penjelasan Paulus sebelumnya:
Roma 8:18-19 Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan.

Penderitaan zaman sekarang atau penderitaan yang memang kekhasan dunia kita yang dialami segenap mahluk, pun tetap  dirasakan oleh anak-anak Allah. Anak-anak Allah dan penderitaan dunia, bukanlah pasangan yang  serasi apalagi indah. Menjadi anak-anak Allah mengandung sebuah ekspektasi pewujudan kehidupan dalam dunia Bapa, bukan dunia dunia ini. Namun hal  itulah untuk saat ini merupakan realitanya. Untuk saat ini, sebab memang bukan dunia ini pasangan bagi anak-anak Allah. Setiap anak-anak Allah menantikan realita ke-anak-an Allah-nya terwujud penuh. Perhatikan,  kehidupan orang percaya dalam  ayat 18-19 adalah kehidupan yang sudah anak-anak Allah, bukan belum. Pembebasan tubuh kita adalah berkaitan dengan penderitaan yang dialami oleh anak-anak Allah sementara masih di dunia ini; tubuh yang masih menjadi budak kebinasaan sementara  orang-orang percaya itu telah dilahirkan Allah menjadi anak-anak-Nya:

Roma 8:21-23 tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.

Ini, sepenuhnya tentang penderitaan yang masih harus dialami oleh anak-anak Allah selama masih di dunia ini. Menantikan pengangkatan sebagai  anak adalah menantikan pembebasan dari tubuh yang takluk pada kebinasaan. Ini berbicara  kelemahan tubuh sementara kita adalah anak-anak Allah. Pasti dan harus anak-anak Allah, sebab inilah dasar bagi Roh untuk melayani orang-orang percaya yang  masih harus mengalami berbagai kelemahan-kelemahan yang belum dibebaskan dari dirinya sementara orang percaya itu sendiri sudah menjadi milik Allah atau anak-anak Allah. Perhatikan bagaimana kelemahan-kelemahan itulah yang ditanggulangi oleh Roh, sebab anak-anak Allah belum merdeka dari kelemahan-kelemahan jiwa yang berbalutkan tubuh yang takluk pada kebinasaan:



Bagian 2J: aragraf lima, kita akan membaca ini:
“Orang percaya dipanggil untuk hidup secara luar biasa dalam kelakuan tetapi dewasa ini bila berbicara mengenai keluar-biasaan, biasanya hanya dikaitkan dengan berkat jasmani atau dengan sesuatu yang abstrak pengertiannya. Ini sebenarnya bagian dari penyesatan kuasa kegelapan, yaitu menggelapkan pengertian. Sehingga banyak orang Kristen yang sebenarnya berjalan di dalam gelap. Berjalan dalam gelap bukan hanya berarti hidup dalam kejahatan moral dan meninggalkan gereja, tetapi ketika pengertiannya mengenai kebenaran tidak jelas berarti ia berjalan dalam gelap. Keadaan ini tidak membawa orang percaya kepada maksud keselamatan yaitu membawa manusia kepada rancangan-Nya yang semula.” 

Saya, secara pribadi justru merasa sangat asing dengan apa yang dikemukakan oleh pendeta Dr.Erastus Sabdono, jika paragraf ini adalah pengalaman empirisnya. Pengalaman empiris saya mengatakan sebaliknya, pengajaran dan praktik pada orang-orang yang dipanggil untuk hidup secara luar biasa adalah kenyataan hidup yang memisahkan diri dari perilaku-perilaku jahat, paling minimal, saya bisa mulai dengan melihat hal itu pada diri ayah saya sendiri. Bagi saya, sejak usia sedini mungkin, ini bukan omong kosong. Itu benar-benar penjauhan diri dari cara-cara hidup dunia, sebagai anak-anak, dimulai dengan hal yang sangat sederhana: tidak berdusta, tekun belajar, tekun berdoa sebagai bentuk pengutamaan dan pengandalan diri dalam memulai apapun juga,,  patuh dan rajin mengerjakan apa yang diperintahkan oleh orang tua sebagai sebuah kehidupan  sehari-hari orang  yang mengenal  dan bersyukur pada Tuhan, atau kehidupan realistis sebagai anak-anak Tuhan. Apalagi mengaitkannya dengan berkat jasmani? Sungguh jauh berbeda dengan  pengajaran  dari kakak-kakak sekolah minggu saya, atau saat saya belajar katekisasi yang menekankan kehidupan sederhana, berdedikasi dan pantang menyerah didalam menghadapi setiap tantangan sebagai orang  beriman di dunia ini, terang ilahi Kristus, bukan kebenaran dari dunia ini. Pokok dari semua itu,  bagaimana menjadi anak-anak Tuhan yang berdampak bagi dunia sekitarku, sehingga orang-orang yang belum mengenal Kristus dan keselamatan-Nya dapat mengenalnya. Boleh dikatakan, saat saya menginjakan kaki di pulau Jawa untuk berkuliah,  barulah saya menemukan hal semacam ini. Perihal  yang diangkat ini, boleh dibilang sebagai hal yang benar. Dan saya sangat setuju sekali dengan ini: “tetapi ketika pengertiannya mengenai kebenaran tidak jelas berarti ia berjalan dalam gelap. Keadaan ini tidak membawa orang percaya kepada maksud keselamatan yaitu membawa manusia kepada rancangan-Nya yang semula.”

Namun, benarkah, pengajaran pendeta Erastus sendiri adalah kebenaran yang meluputkan dari kegelapan, sehingga membawa kepada keselamatan, atau malahan “kebenaran” yang memastikan orang-orang berada di dalam kegelapan sehingga  menyimpang dari maksud keselamatan itu?

Jawabannya, ada pada paragraf enam:


Bagian 2K: Paragraf delapan pada “keselamatan di luar Kristen – bagian 2” akan memperlihatkan konflik atau pergelutan pemikiran pada pendeta Dr.Erastus Sabdono terkait bagaimana keselamatan itu sendiri harus terjadi, dan, apakah karya Kristus  pada salib berdampak juga pada mereka yang tidak mendengar dan tidak percaya kepadanya, mendapatkan keselamatan?
“Kedua, tidak ada keselamatan di luar Kristus sebab hanya darah Tuhan Yesuslah yang menghapus dosa dunia (Yoh 1:29). Penebusan dosa itu bukan hanya berlaku bagi orang Kristen, tetapi juga bagi bangsa Israel yang menyembelih domba sebagai lambangnya dan semua manusia yang tidak pernah mendengar Injil (Ibr 9:13,19). Tetapi sejatinya darah binatang tidak bisa menyucikan, hanya sebagai lambang atau voucher (Ibr 10:4). Hanya darah Yesus yang menyelamatkan. Itulah sebabnya hanya nama Yesus yang bisa menyelamatkan.”

Sebelumnya, pendeta Erastus menegaskan bahwa keselamatan orang-orang bukan pilihan tidak sama dengan bagaimana keselamatan itu terjadi pada umat pilihan yang mendengar dan beriman kepada Kristus; juga beliau menyatakan, bahwa  keselamatan melalui Kristus memang absolut, namun  tidak dapat diaplikasikan kepada mereka di luar agama Kristen. Namun, kini, pada paragraph ini, menggunakan Yohanes 1:29, menggunakannya untuk menyatakan penghapusan dosa dunia tak memedulikan apakah orang tersebut memiliki sebuah relasi dan memiliki anugerah atau Sang Kristus itu, tetap mendapatkan penghapusan dosa? Ini sebuah konflik tak main-main, sebuah inkonsistensi yang sangat kronis.

Kemudian, apakah Ibrani 9:13,19 menunjukan atau menyatakan bahwa  “penebusan dosa” juga berlaku bagi Israel yang tidak beriman kepada Kristus dan semua manusia yang tak pernah mendengarkan Injil?


Bagian 2L: Ketika pendeta Dr. Erastus Sabdono menyatakan:
Orang yang tidak mendengar Injil yaitu mereka yang hidup sebelum zaman anugerah, maupun mereka yang hidup di zaman anugerah tetapi tidak tersentuh oleh berita Injil akan dihakimi menurut perbuatannya. Mengapa hal ini terjadi, sebab Tuhan Yesus mati untuk semua manusia, sejak zaman Adam sampai manusia terakhir. Itulah sebabnya Yohanes  Pembaptis berkata: Inilah Anak Domba Allah yang mengangkut dosa dunia. Jadi ada keselamatan di luar orang Kristen, dalam ukuran masuk kehidupan yang akan datang, tetapi tidak ada keselamatan di luar Kristus. Sebab Yesus mati untuk semua orang.

sebagaimana pada paragraf 9 dalam “Keselamatan Di Luar Kristen -2”, maka pertanyaannya, apakah dasar baginya untuk menautkan Yohanes 1:29 dengan “orang-orang yang tak mendengarkan Injil”  sebagai mempunyai keselamatan.  Hal terutama yang dilakukan olehnya, mengaplikasikan “Anak Domba” yang dikurbankan sebagai untuk semua, mengabaikan konteks keimamatan yang hanya berlangsung bagi orang-orang beriman  atau umat dengan Allah-nya. Berbicara Yesus adalah Anak Domba, pasti harus dipahami dalam kebenaran-kebenaran penyelenggaraan kurban-kurban penghapus dosa, hal yang sudah saya  jelaskan pada 2 bagian [bagian 2J dan bagian 2K] sebelumnya. Sejak  tinjauan bagian 1, saya sudah menunjukan bahwa penghakiman menurut perbuatan adalah sebuah kebenaran yang dapat ditemukan dalam kitab suci, namun sama sekali tidak menunjukan adanya jalan keselamatan di luar Kristen dan di luar Kristus [baca: bagian1B, bagian1D, bagian1G, bagian1i, bagian1J, bagian1L, bagian1M]. Juga, saya sudah tunjukan bahwa Kristus adalah sentral utama dari semua yang dituliskan oleh para  nabi sebagai hal yang diimani dan dinantikan. Mereka menantikan sang Mesias yang akan membebaskan dan menyelamatkan mereka. Perimanan semacam ini,  pada  Perjanjian Lama, juga  merupakan hal yang ditunjukan oleh  Perjanjian Baru, bahkan oleh Kristus sendiri.


Saya juga sudah menunjukan, pada permulaan-permulaan bagian 2 [misal, bacalah bagian 2B], bahwa baik agama Kristen dan Kristus berbicara satu suara  dalam membicarakan keselamatan, tak ada sebuah persimpangan sama sekali. Para tokoh utama pendiri agama Kristen, sebagaimana telah dicatat dalam Kisah Para Rasul, dan juga surat-surat para rasul kepada jemaat-jemaat Tuhan juga teguh menyatakan tak ada keselamatan di luar Kristus dan di luar agama Kristen.


Bagian 2M: Paragraf ini  secara umum sudah saya sanggah dan jawab, baik pada bagian 1 dan bagian 2 sebelumnya, sehingga  pada paragraf 10 ini, fokus  ditujukan pada bagian yang saya berikan penekanan dengan huruf tebal dan miring:

Itulah sebabnya dalam Alkitab berulang-ulang ditulis bahwa semua orang akan dihakimi menurut perbuatannya, bukan menurut imannya. Orang beriman pasti selamat, tidak ada lagi penghakiman atasnya, tetapi orang yang menolak Injil secara terang-terangan dan sengaja memiliki reaksi menentang Injil walau sudah mendengar Injil, pasti binasa, sebaik apapun orang itu. Mereka yang menolak Kristus sudah dibawah hukuman (Yoh 3:16-18). Dalam kenyataan hidup ini ada pula orang-orang yang tidak menolak tetapi juga tidak menerima. Untuk mereka Tuhan Yesus berkata: “Siapa yang tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu (Luk 9:50).  Mereka akan dihakimi menurut perbuatannya.”

Apakah Yesus memang sedang membicarakan keberadaan orang-orang tidak menerima [atau tidak beriman pada Yesus] sekaligus tidak menolak, kala ia menjawab Yohanes pada Lukas 9:50? Pendeta Erastus Sabdono, berupaya membangun pembedaan derajat atau  jalan keselamatan lain, bagi golongan manusia ini, dengan  kelompok lainnya, yaitu mereka yang menolak Injil secara terang-terangan dan sengaja memiliki reaksi menentang Injil, walau sudah mendengar. Kelompok yang belakangan dinyatakannya pasti binasa, sementara kelompok yang pertama akan dihakimi menurut perbuatan, artinya masih memiliki peluang untuk tidak binasa. Pendeta Erastus menggunakan Lukas 9:50 sebagai landasan pandangannya ini, yaitu ada keselamatan cara lain, selain harus beriman kepada Yesus Kristus.

Tetapi, pertanyaan  yang sangat mendasar:  apakah Lukas 9:50 sedang membicarakan orang-orang yang  tidak  menolak dan tidak menerima kebenaran keselamatan hanya di dalam Kristus? Apakah konteks ayat tersebut mendukung pengajaran pendeta Erastus?



Bagian 2N: Paragraf 11 ini, secara sederhana dan tegas saya katakan sebagai pemberitaan Injil palsu. Tak ada kata  yang lebih tepat untuk menggambarkannya:

Pertanyaan yang bisa muncul adalah: apakah kematian Tuhan Yesus juga berlaku bagi orang yang tidak menerima-Nya. Jawabnya ialah ya. Sebab manusia ada dalam kungkungan dosa di luar tanggung jawabnya (Adam dan Hawa lah penyebabnya). Manusia telah terlahir sebagai orang berdosa. Sekarang melalui korban Tuhan Yesus mereka mendapat kesempatan untuk masuk dunia yang akan datang. Dengan pengorbanan Tuhan Yesus tersebut maka penghakiman bisa digelar.

Apakah dasar  untuk mengatakan bahwa ini adalah pemberitaan Injil Palsu? Karena pendeta Dr. Erastus Sabdono, dapat dikatakan telah mencatut nama dan karya Yesus Kristus dalam pengajarannya yang sama sekali tidak diajarkan oleh Kristus dan para rasulnya, maka mutlak untuk memeriksanya, apakah Kristus berkata bahwa yang tidak menerimanya atau menolaknya atau tak mau beriman sebagaimana dikehendaknya, karya keselamatannya [kematiannya] berlaku bagi yang tidak menerimanya? Apakah benar  masih ada peluang atau kesempatan untuk masuk ke dunia yang akan datang, bagi mereka yang tak beriman karena Yesus sudah mati bagi dunia, dan karena yang tak beriman itu berdosa karena dalam kungkungan dosa diluar tanggung jawabnya?Adakah Alkitab berkata demikian?



Bagian 2”O”: Untuk mengokohkan pengajarannya bahwa ada pola lain keselamatan  atau keselamatan yang dihasilkan oleh kematian Kristus berlaku juga bagi mereka yang tak menerima Kristus, Surat Roma  2:6-16  telah dikutip untuk kepentingan pribadi dan  pengajaran pribadinya, sebagaimana pada paragraph 12:

Jika tidak ada pengorbanan darah Tuhan Yesus Kristus maka tidak akan ada keselamatan sama sekali. Tanpa salib Kristus maka semua manusia tanpa penghakiman sudah langsung dibuang ke dalam lautan api. Justru karena adanya salib itulah maka penghakiman bisa digelar. Inilah injil itu, kabar baik. Injil yang sebenarnya menyelamatkan mereka (Rom 2:6-16). Dalam hal ini yang berhak menghakimi mereka adalah Tuhan Yesus Kristus sebab Tuhan Yesus Kristus telah mati bagi semua orang (Yoh 8:16; Wah 19:11). Sebenarnya ini merupakan jawaban dari pertanyaan: Mengapa Bapa tidak langsung menghakimi mereka yang sudah mati? Penghakiman bisa digelar bila sudah ada kepastian, apakah ada yang bisa menebus dosa. Dan yang bisa membuang para pendakwa (Wah 12:10).

Pertanyaan terpenting, dengan demikian, apakah rasul Paulus sedang memberitakan injil sebagaimana yang telah diajarkan oleh pendeta Dr.Erastus Sabdono? Dan apakah memang,dengan demikian, Roma 2:6-16 tepat digunakan untuk menjadi landasan pengajaran “kesempatan keselamatan bagi mereka yang menolak Kristus” untuk masuk ke dunia yang akan datang, dalam pengadilan akhir zaman, kelak?


Bagian 2P: Demikian juga dengan Yohanes 8:16, yang digunakan untuk menyokong pandangannya yang bernuansa universalisme: oleh pengorbanan darah Tuhan Yesus Kristus maka keselamatan tidak tertutup sama sekali terhadap mereka yang tidak menerima atau tidak beriman kepada Kristus. Saya mengajak para pembaca untuk mau membuka Alkitab dan membaca Yohanes 8:16:

dan jikalau Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku.

Pertama-tama dan terutama, teks firman atau sabda Yesus ini memang berbicara mengenai penghakiman, oleh-Nya. Namun, sama sekali, teks firman itu, tidak memiliki niatan atau gagasan untuk menyatakan bahwa penghakiman Yesus akan memberikan sebuah peluang atau kesempatan bagi orang-orang yang tak beriman atau tak menerima-Nya, untuk berpeluang masuk ke dunia yang baru.

Setidaknya ada 2 aspek yang harus menjadi fokus perhatian, sebagaimana Yesus Kehendaki, kala kita memandang 8:16.

Pertama: Apakah bunyi penghakiman Yesus itu?
Kedua :Siapakah yang sedang menggugat  otoritas dan kesahihan penghakiman Kristus itu?
Aspek pertama, harus diketahui, sebab nampak jelas ada sebuah pernyataan Yesus yang bersifat  menghakimi, namun diragukan, sehingga Yesus harus  menyatakan: a.dalam menghakimi, ia benar dalam penghakimannya; b.Ia mengajukan “seorang” atau “hakim” lainnya lagi, disamping dirinya, untuk menegaskan kesahihan penghakimannya.

Aspek kedua, bagaimana pernyataan penghakiman Yesus itu sedang digugat dan berdasarkan apakah penggugatan keabsahaan penghakiman itu didasarkan. Nampak jelas, bahwa pihak penggugat memiliki dasar yang sangat kuat sehingga Yesus, tadi, mengajukan “seorang” atau “hakim” lainnya yang nampaknya memiliki sebuah wibawa atau pengaruh yang besar terhadap para penggugat.


Bagian 2Q: Bagaimana dengan  Wahyu 19:11? Apakah juga tepat digunakan oleh pendeta Dr.Erastus Sabdono untuk menopang pengajarannya, bahwa ada pola lain keselamatan yang dihasilkan oleh kematian Kristus, berlaku juga  bagi mereka yang tak menerima Kristus, sehingga memiliki kesempatan untuk masuk ke dunia baru, tanpa perlu beriman kepadanya?

Wahyu 19:11  Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar", Ia menghakimi dan berperang dengan adil.


Memang benar, pada teks  tersebut dinyatakan bahwa Ia yang bernama “Yang Setia dan Yang Benar” akan menghakimi, tetapi, sama sekali tidak menunjukan pada adanya kesempatan, di dalam penghakiman tersebut,  bagi mereka yang tak menerima Yesus akan memiliki kesempatan untuk masuk kedalam dunia baru. Bahkan penghakiman pada teks 19:11 disertai  dengan perang: menghakimi dan berperang,  sebuah jenis penghakiman yang juga disertai sebuah eksekusi penghukuman mematikan. Pada hal ini saja, tidak memiliki konteks sama sekali dengan apa yang  sedang diajarkan oleh pendeta Erastus.
Mari kita meninjau teks firman Wahyu 19:11 ini.


Bagian 2R: Paragraf 13, untuk kesekian kali, menunjukan kesetiaan pendeta Dr.Erastus Sabdono pada adanya pola lain keselamatan. Berupaya membangun kebedaan pada: bagaimana keselamatan  berlangsung pada era Perjanjian Lama dengan era Perjanjian Baru
Pendakwaan bagi saudara-saudara (umat Perjanjian Lama) kita akan terhenti ketika ada sosok yang menebus dosa. Sosok yang menumpahkan darah sehingga penghakiman bisa dilakukan dan ada orang yang bisa diselamatkan. Tuhan Yesuslah Anak Domba Allah yang bisa membuka meterai sehingga sejarah dunia bisa diakhiri pada suatu klimaks yaitu penghakiman. Penghakiman bagi mereka yang dihakimi dan kemuliaan bagi anak-anak Allah yang akan dimuliakan bersama dengan Kristus.

Sesuatu yang sama sekali  tidak diajarkan oleh para rasul. Sebagaimana telah saya sajikan sebelumnya, berpendapat, bahwa keselamatan pada Perjanjian Lama dihasilkan oleh penghakiman berdasarkan perbuatan-perbuatan [bagian1D, bagian1F, dan bagian1L] sungguh sangat keliru dan tidak memiliki pijakan apapun juga.


Bersambung ke “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3A):“Tidak Ada Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Kristen”


Segala Kemuliaan Hanya Bagi Tuhan



1 comment:

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9