“Keselamatan
Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”
Oleh: Martin Simamora
Memancing kepiting di Laut Bering yang sedang dilandai badai - Hak Cipta: Karen Ducey Multimedia |
Bacalah
lebih dulu bagian 3C
Jika anda mengikuti rangkaian
tinjauan ini, maka salah satu penyimpangan menyolok yang dilakukan pendeta
Dr.Erastus Sabdono, adalah: melakukan pengisolasian kata atau bagian dari sebuah ayat dari keseluruhan kalimat dan atau ayat,
termasuk mengisolasinya dari bangun perikop, kitab, Injil atau Epistel, dan
keseluruhan Alkitab itu sendiri. Mengisolasinya dan kemudian menariknya keluar
hingga benar-benar terlepas dari historis keberadaan bagian itu pada asal-usul
yang menjiwai atau yang membangunkan kebenaran pada teks-teks tersebut, untuk
kemudian diberikan kehistorisan baru yang teramat asing, sehingga pada akhirnya
membungkam kehistorisan gagasan yang hendak dibunyikan pada aslinya sebagaimana
maksud penulis asli. Inilah yang saya maksudkan, bahwa pendeta Dr. Erastus
Sabdono bertindak represif terhadap teks-teks yang memang tak berdaya dan tak
dapat memprotes kala ia diperlakukan demikian.
Misalkan saja, pada contoh kasus ini :
Kelompok ketiga
ini tidak membenci terhadap Anak Allah tetapi juga tidak mengasihi. Mereka
hanya menghormati Tuhan Yesus dan Injilnya beserta dengan Pengikut-Nya pada
batas toleransi beragama. Berkenaan dengan kelompok orang seperti ini Tuhan
Yesus menyatakan: “… sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada
di pihak kamu” (Luk 9:50)
Sebagaimana yang
dapat anda baca pada paragraf 6 dalam “Keselamatan Di Luar Kristen – 03, By Dr.Erastus Sabdono.” Bagaimana bisa Lukas
9:50 yang merupakan perstiwa eksorsis
atau pengusiran setan dari dalam diri manusia, digunakan untuk mendukung
pengajarannya bahwa ada “kelompok ketiga?” Sementara Yesus sendiri senantiasa
mengaitkan pengusiran Setan dengan kuasa pengutusan yang berasal dari dirinya
dan keberimanan dengan dirinya, tak ada Setan yang dapat takluk pada diri
seorang manusia hanya sekedar
mengucapkan namanya, sebab mengusir setan bukan dengan mengucapkan MANTERA nama
Yesus. Mengusir setan demi nama Yesus tanpa relasi iman pada dirinya, sama
dengan menyatakan bahwa semua orang cukup menghapal nama Yesus bagaikan mantera.” Saya tak akan mengulas ini, sebab
tepat pada Lukas 9:50 saya sudah menjawabnya pada “ Tinjauan Bagian 2M.”
Pada kesempatan ini,
saya akan memperlihatkan bagaimana model represif digunakan oleh Pendeta Dr. Erastus Sabdono dalam spektrum yang
lebih luas.
Keselamatan Bukan “Merasa Selamat” Tetapi Kasih Karunia Allah Yang Memberikan Hidup
Perhatikan pernyataan
pendeta Erastus berikut ini:
Kesalahan
yang bisa dikategorikan fatal adalah pengertian yang salah mengenai menerima
Yesus Kristus. Banyak orang Kristen yang merasa sudah menerima Yesus Kristus
dengan dasar atau alasan sudah menjadi orang Kristen dan pergi ke gereja. Hal
ini membuat mereka sudah merasa bahwa dirinya adalah umat pilihan dan pasti masuk
Sorga, sedangkan mereka yang tidak menjadi orang Kristen dan tidak pergi ke
gereja dinilai bukanlah umat pilihan Allah seperti dirinya dan dipastikan masuk
api neraka kekal. [ paragraf 9, Keselamatan Di Luar Kristen-03]
Pendeta Erastus menyatakan: “merasa sudah menerima Yesus Kristus dengan dasar
atau alasan sudah menjadi Kristen dan pergi ke gereja, sehingga dengan demikian dirinya
adalah umat pilihan dan pasti
masuk sorga.”
Sekarang, apakah
Yesus Kristus dan tentu saja Alkitab memang mendukung pandangan orang-orang Kristen sebagaimana
yang dinyatakan oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono. Pastinya tidak. Yesus tidak
pernah berkata atau bersabda atau mengajarkan demikian, saya sudah menjelaskan siapakah dan
bagaimanakah seseorang itu menjadi pengikut Kristus atau seorang pilihan pada “tinjauan bagian1P,”
“tinjauan bagian1i,”
“tinjauan bagian1H,”
dan “tinjauan bagian1J.”
Mari, sementara anda bisa mempelajari
lebih mendetail pada bagian 1P, 1i, 1H dan IJ, saya sajikan bagi anda, sejumlah
pengajaran Yesus:
Yohanes
6:35-40 “.....Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan
barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari
sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus
Aku. Dan inilah kehendak Dia
yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku
jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman....”
Yohanes
10:9: Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia
akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.
Yohanes
8:24 Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati
dalam dosamu."
Yohanes
8:31 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau
kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku
[Bacalah
juga, “tinjauan Bagian 1U,”
khususnya pada bagian lampiran Mymorning dew “ Sentralitas dan Absolutias
Yesus.”]
Jelas sekali, bahwa
menjadi umat pilihan bukan berdasarkan upaya-upaya manusia untuk membuat
dirinya pantas untuk disebut sebagai umat pilihan atau yang diselamatkan
sehingga masuk ke sorga. Menurut Yesus, perihal itu sangat bergantung
sepenuhnya pada tindakan Bapa atau kasih karunia-Nya, dan di dalam hal itu ada
relasi nyata antara Yesus dengan siapapun yang telah diserahkan Bapa kepadanya,
yaitu: “jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku.”
Saat pendeta Dr.
Erastus Sabdono melakukan kritisi terhadap kehidupan orang-orang yang “merasa” Kristen, sebab mendasarkannya
pada tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan lahiriahnya sebagai pangkal
kesejatian Kristennya atau keterpilihannya oleh Allah, maka, diharapkan ia dapat melakukan
koreksi berdasarkan pada apa yang diajarkan oleh Yesus Kristus.
Namun, faktanya
tidak. Justru, ia telah melakukan kesalahan
yang sama fatalnya dengan orang-orang Kristen yang memang salah, dan
yang sedang dikritisinya, sebab ia sendiri kemudian membangun
sebuah dasar kekristenan sejati yang sama sekali tak berdasarkan pengajaran
Kristus. Malahan, ia telah menyerongkan kebenaran itu hingga lepas
sama sekali dari kebenaran yang ada didalam diri Yesus Kristus: membangun
pengelompokan manusia berdasarkan relasinya dengan Kristus di era atau
zaman anugerah sehingga ada peluang keselamatan berdasarkan penghakiman
sementara tanpa kasih karunia Kristus. Saya sudah membantah
pengelompokan-pengelompokan tersebut pada bagian sebelumnya : “tinjauan bagian
3C”.
Keselamatan menurut
Yesus memang bukan berdasarkan “merasa” selamat yang mendasarkan pada perbuatan-perbuatan
lahiriahnya untuk menjadi pangkal penentu bahwa diri orang yang mengaku atau berkehidupan budaya Kristen itu sebagai umat pilihan.
Tidak pernah demikian, dan memang benar Kekristenan semacam itu sungguh keliru.
Namun, pendeta Dr.
Erastus Sabdono tidak pernah melakukan koreksi kesalahan atau kekeliruan
demikian dengan merujuk pada apa yang sebenarnya Yesus ajarkan. Ia, malahan, menciptakan pengajaran asing:
Kelompok pertama
adalah manusia yang menerima Tuhan Yesus.
Ini adalah kelompok manusia yang terpilih sebagai umat pilihan dan merespon
pilihan Tuhan dengan benar
Kelompok kedua adalah
manusia yang menolak Tuhan Yesus.
Pengertian menolak disini adalah memusuhi Yesus Kristus dalam bentuk membenci
dan mendatangkan kesulitan bagi orang Kristen
Kelompok ketiga
adalah manusia yang tidak menerima Tuhan
Yesus Kristus tetapi juga tidak bisa dikatakan menolak….
Kelompok ketiga ini tidak
membenci terhadap Anak Allah tetapi juga tidak mengasihi. Mereka hanya menghormati
Tuhan Yesus dan Injilnya beserta dengan Pengikut-Nya pada batas toleransi
beragama. Berkenaan dengan kelompok orang seperti ini Tuhan Yesus menyatakan:
“… sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu” (Luk 9:50).
Kadang-kadang orang-orang ini melakukan pembelaan terhadap orang Kristen ketika
diperlakukan tidak adil. Mereka tidak berbuat apa-apa yang berarti bagi Tuhan
Yesus Kristus karena mereka tidak mengenal Injil dengan benar. Hal ini bisa
dimengerti, sebab bagaimana mereka bisa memperlakukan Tuhan Yesus secara pantas
sementara mereka tidak mengenal Dia.
Kelompok keempat
adalah manusia yang tidak pernah
mendengar Injil sama sekali sehingga mereka tidak pernah menerima Tuhan
Yesus
Berdasarkan
pengklasifikasian semacam inilah, pendeta Dr. Erastus Sabdono kemudian “membuka”
peluang keselamatan yang terlepas dari sentralitas keselamatan pada Yesus
Kristus.
Tuhan Yesus sudah
menyatakan, bahwa mengenal
Dia sangat bergantung keberkenan-Nya kepada orang tersebut::
Lukas
10:21-22 Pada waktu itu juga
bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu,
Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang
bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa,
itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku
dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa
selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal
itu."
Luke
10:22 NIV "All things have been
committed to me by my Father. No one
knows who the Son is except the Father, and no one knows who the
Father is except the Son and those
to whom the Son chooses to reveal him."
KJV
“All things are delivered to me of my Father: and no man knoweth who the Son is, but the Father; and who the Father is, but the
Son, and
he to whom the Son will reveal him.”
Mereka
yang tak bisa mengenal siapakah
Yesus, oleh Yesus, dinyatakan sebagai akibat “ tidak dipilih oleh-Nya untuk dapat mengenal-Nya.”
Bukannya menjelaskan
pandangan Yesus, pendeta Erastus malah membungkam pengajaran Yesus Kristus
dengan cara menciptakan pengajaran baru yang menghasilkan
pengklasifikasian-pengklasifikasian lain. Bagi Yesus, hanya ada 2 klasifikasi: mengenal dirinya atau tidak
mengenal dirinya; dalam kedua hal itu konsekuensinya: binasa atau memperoleh hidup
yang kekal:
Yohanes
6:37- 40Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan
barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari
sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia
yang telah mengutus Aku. Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku,
yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku
jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab
inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang
percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku
membangkitkannya pada akhir zaman."
Percaya atau mengenal
Yesus, mustahil sebagai upaya manusia itu
sendiri kecuali kasih karunia atau pemberian Bapa. Dalam orang tersebut
mengenal Yesus Kristus sebagai akibat
penyerahan Bapa kepada Yesus, maka
orang tersebut pasti memiliki relasi dengan Yesus dimana diri orang tersebut
tidak lagi memerintah dirinya sendiri tetapi Kristus:
Yohanes
6:56-57 Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam
dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus
Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh
Aku.
Seorang Kristen
adalah umat pilihan bukan oleh karena “merasa” yang didasarkan karena
aktifitas-aktifitas lahiriah apapun yang bermakna rohani. Mustahil rajin ke gereja dan memperjuangkan diri
hidup penuh kekudusan akan menjadikan seorang itu menjadi umat pilihan [ingat, dalam relasinya dengan Kristus maka
Kristus yang kudus akan memberikan kehidupan baru bagi orang percaya itu untuk
belajar didalam kekudusan Kristus, hidup sebagai orang yang dikuduskan dan
menguduskan dirinya dalam perbuatan-perbuatan didalam Kristus - Titus 2:11-14].
Apa yang ada, sebagaimana Yesus berkata: seorang adalah orang yang telah
dipilih Allah, karena:
-Bapa
telah memberikan orang tersebut kepada Yesus Kristus
-Yesus
Kristus tinggal di dalam orang tersebut [memiliki relasi di dalam kesatuan
dengan Kristus]
-Orang
tersebut memiliki hidup kekal oleh Kristus[ bahwa kekekalan itu adalah
pemberian sebagai akibat ia telah dipilih oleh Bapa untuk diserahkan kepada
Kristus]
Seorang dapat percaya
atau mengenal Yesus Kristus, sama sekali bukan karena pertama apakah seseorang
itu pernah mendengarkan Injil itu atau tak pernah sama sekali. Dalam hal ini,
tidak hendak menyatakan bahwa pemberitaan Injil menjadi pelengkap belaka,
sebagaimana sudah saya kemukakan pada bagian sebelumnya.
Injil Yohanes sendiri mendemonstrasikan hal ini:
Yohanes
6:60 Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata:
"Perkataan ini keras, siapakah yang
sanggup mendengarkannya?"
Siapakah yang sanggup
percaya dengan berita Injil bahwa kehidupan kekal ada pada diri Yesus belaka?
Yohanes
6:47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa
percaya, ia mempunyai hidup yang kekal
Yesus bahkan
mengetahui bahwa ini bukan sekedar masalah dapat mempercayainya atau tidak
namun menunjukan bahwa perkataan atau pengajaran Yesus di rumah Allah [Yohanes
6:59] ini telah menggocangkan iman,
bukan meneguhkan iman:"Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?
[Yohanes 6:61].
Apakah
perkataannya itu? Itu termasuk bahwa keselamatan atau hidup kekal hanya ada di dalam dirinya
dan bagaimanakah seseorang itu dapat beriman kepadanya, sangat bergantung pada apakah
Bapa berkenan atau tidak [ Yohanes 6:36-40; 6:43-44].
Mengapa pemberitaan Injil diri Yesus Kristus
menjadi begitu keras dan tak mungkin
untuk diimani, malahan menggoncangkan iman? Penyebabnya bukan pada
bagaimana Yesus memberitakan Injil itu dan karena pendengarnya kurang cerdas
atau tanggap untuk mengerti, tetapi:
Yohanes
6:65 Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak
ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau
Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."
Bukankah penginjilan
itu sendiri adalah kasih karunia? Apakah sebuah wilayah tak pernah sama sekali mendengarkan berita Injil ataukah
mendengarkan, sangat bergantung pada kasih karunia Bapa kepada para penginjil
itu sendiri untuk dapat datang menjangkau dan memberitakan injil itu:
Kisah
Para Rasul 13:47 Sebab inilah yang diperintahkan kepada kami: Aku telah menentukan
engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang
tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa
keselamatan sampai ke ujung bumi."
Bandingkan dengan Yesaya
49:6
Terlalu
sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub
dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan
membuat
engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya
keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi.
Apakah pada akhirnya sebuah suku tak pernah
sama sekali mendengarkan Injil? Apakah
keselamatan dari Allah sampai ke ujung bumi? Itu sangat bergantung pada
pertama-tama Allah yang memberikan kasih karunia-Nya kepada para penginjil
untuk sampai ke ujung bumi tersebut, dan, Allah yang memberikan kasih karunia
sehingga yang mendengar, ada yang dapat datang menjadi percaya kepada Yesus yang diberitakan itu.
Mengapa bagi mereka
yang tak mendengarkan Injil pada tetap harus dikatakan tak memiliki kasih
karunia keselamatan itu? Jawabnya ada
pada penjelasan Yesus sendiri:
Kisah
Para Rasul 26:15-18 Tetapi aku menjawab: Siapa Engkau, Tuhan? Kata Tuhan:
Akulah Yesus, yang kauaniaya itu. Tetapi sekarang, bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah
kaulihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti.
Aku akan mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari bangsa-bangsa lain. Dan Aku akan mengutus
engkau kepada mereka, untuk membuka
mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa
Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku
memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk
orang-orang yang dikuduskan.
Mengapa Yesus
menghendaki penginjil-penginjil menjangkau bangsa-bangsa lain? Sebab Yesus tahu
betapa kehidupan bangsa-bangsa lain itu didalam sebuah tragedi yang tak
terpecahkan oleh manusia: bagaimana mereka yang
buta terhadap realita rohani mereka, dapat
melihat sehingga berbalik dari
kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis.
Yesus sendiri pernah
mengajarkan perihal ini di rumah ibadat:
Lukas
4:17-21 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia
menemukan nas, di mana ada tertulis: Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah
mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia
telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada
orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk
membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah
datang." Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya
kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu
tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka,
kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini
sewaktu kamu mendengarnya."
Apakah dasar
pemberitaan kabar baik di dalam Yesus Kristus atau Injil yang adalah diri Yesus
Kristus sendiri? Dasar pemberitaan itu adalah Yesus yang telah diutus oleh Bapa
untuk:
-Memberitakan pembebasan
-Membebaskan
-Memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang
Itu
sebabnya, pemberitaan Injil bukan aktifitas yang departemental (pekabaran Injil)
seolah-olah itu adalah agenda organisasi gereja atau agenda mendongkrak jumlah
orang Kristen sebesar-besarnya atau mengkristenkan sebanyak-banyaknya orang.
Bukan itu yang sebetulnya terjadi. Bagi Yesus, tak ada urusannya dengan “kompetisi” semacam itu. Apa
yang ingin dilakukannya adalah agar orang-orang
dimanapun berdiri di atas bumi ini dapat mengenal dirinya,
mengikutnya dan hidup baginya, berdasarkan kasih
karunia Bapa kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Ketika
anda melihat atau mengetahui bahwa ada sebuah suku yang belum sama sekali
terjamah atau mendengarkan berita Injil, maka, ketahuilah, Bapa tahu dan peduli,dan
kasih
karunia-Nya, jika itu adalah kehendak-Nya, pasti sampai sekalipun begitu
sukar untuk dilakukan oleh manusia-manusia yang bergerak melakukan penginjilan
itu. Dia sendiri yang menetapkan manusia-manusia penginjilan
itu maka Dia sendiri yang memberikan kepada pemberitaan Injil itu, siapa yang akan
menjadi percaya. Bukankah itu yang telah didemonstrasikan oleh Roh Kudus dalam
peristiwa Pentakosta?[Bacalah “tinjauan bagian 3B,” dan “tinjauan bagian 2B.”]
Pendeta
Dr.Erastus Sabdono, sama sekali tak punya hak untuk melakukan tindakan represif kepada kebenaran firman
Tuhan, sebab Yesus berkata bahwa Ia sendiri yang akan menggenapkan kehendak
Bapa agar kabar baik yaitu dirinya sendiri sebagai pembebas manusia dari
kebutaan dan kegelapan Iblis, telah memperhitungkan orang-orang di ujung bumi
yang hingga kini belum pernah mendengarkan Injil. Tak pernah ada
pengklasifikasian –pengklasifikasian sehingga melemahkan sentralitas
keselamatan hanya pada Yesus, sebagaimana telah diajarkan oleh Yesus Kristus
sendiri [ bacalah juga “tinjauan bagian 2C”]
Bumi
masih berputar, matahari masih setia terbit di Timur dan terbenam di barat,
hingga saat ini; firman-Nya masih berlaku untuk mendatangkan keselamatan dari
Allah hingga ke ujung bumi ini. Lalu, apakah dasar baginya untuk menghadang
Kristus untuk menjangkau hingga ke ujung bumi, dengan mengatakan kelompok ke empat tidak otomatis masuk
ke neraka, sekalipun tak mendengarkan Injil? Apakah Yesus sudah tidak sanggup melakukannya,
atau sudah habis “plafon” kasih karunia Allah di abad modern ini?Apakah pendeta
Erastus Sabdono, sudah pernah naik ke sorga dan berjumpa dengan Yesus Kristus
sehingga dapat mengoreksi pengajaran Yesus?? Pemberitaan Injil pasti akan
menjangkau ujung bumi, dan berdasarkan kasih karunia Bapa, maka, akan ada orang
yang datang percaya kepada pemberitaan
tahun rahmat Tuhan itu!
Bersambung ke “TinjauanPengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3E):“Tidak Ada
Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Kristen”
AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN
***
The cross
transforms present criteria of relevance: present
criteria of relevance do not transform
the cross
Baca juga:
No comments:
Post a Comment