“Keselamatan
Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”
Oleh: Martin Simamora
Bacalah
lebih dulu bagian 3J
Demikian juga dengan
Matius 7:21-23 yang dikutip pendeta Dr. Erastus Sabdono, sebagaimana dengan
1Petrus 1:17 dan Wahyu 21:8, bukan sama sekali
teks-teks firman yang memunculkan kebenaran bahwa seorang Kristen harus
berjuang untuk mempertahankan keselamatan sehingga pantas menjadi anak-anak
Allah:
Berkenaan dengan
hal diatas, perlu diingatkan bahwa Tuhan tidak memandang
muka (1 Pet 1:17). Siapapun mereka yang berbuat jahat akan ditolak dari
kerajaan Allah. Hal ini ditegaskan dalam Wahyu 21:8 menyatakan bahwa mereka
yang adalah orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang
keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir,
penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian
mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah
kematian yang kedua. Hendaknya kita tidak berpikir bahwa orang yang mengaku
telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat otomatis masuk
Kerajaan Sorga. Harus tetap diingat bahwa orang yang masuk Kerajaan Sorga
adalah mereka yang melakukan kehendak Bapa (Mat 7:21-23). [paragraf 14 “Keselamatan Di Luar Kristen-03]
Memang sangat
berdasar, untuk kemudian, menjadi begitu peduli dengan realita kekekristenan
yang dipetakan oleh manusia-manusia beragama Kristen atau mengaku diri sebagai
anak-anak Allah, namun tak menebarkan “kemuliaannya” tersendiri diantara
manusia-manusia, sebagaimana,misalkan saja, kemuliaan yang dimiliki oleh pohon
jati atau pohon cendana diantara dunia pepohonan, sebagaimana yang dirisaukan
oleh pendeta Dr.Erastus Sabdono:
Bagaimana
kalau ternyata ada orang-orang Kristen yang
kelakuan tidak berbeda bahkan lebih buruk dari orang-orang yang non Kristen
yang tidak pergi ke gereja, apakah berarti orang-orang Kristen tersebut sudah
pantas disebut sebagai umat pilihan dan pasti diterima di Kerajaan Bapa? Tentu
tidak.[ ini adalah paragraph 13]
Namun
demikian, satu kesalahan besar yang dilakukan oleh pendeta Dr.Erastus Sabdono: realita-realita menyimpang atau memalukan
pada manusia-manusia Kristen atau mereka yang mengakukan dirinya sebagai
anak-anak Allah [perhatikan, ini berangkali juga
sudah menjadi sebuah sebutan yang murahan, sebab diakukan dengan mulut tanpa
mengerti, memahami apalagi memiliki perilaku untuk disebut anak-anaknya Allah
atau keturunan yang dilahirkan oleh kehendak Allah- Yohanes 1:12-13], tidak sama sekali merupakan kebenaran akan kebenaran
keselamatan oleh kasih karunia saja. Realita-realita buruk pada manusia-manusia Kristen yang sungguh
memalukan itu, tak sama sekali
mengubah kebenaran bahwa kebenaran yang dimiliki
oleh setiap anak-anak Allah berdasarkan
relasi
yang dibangunkan oleh Allah, bukan
sama sekali oleh perbuatan-perbuatan baik atau mulia. Perbuatan-perbuatan
baik tak menciptakan relasi intim dengan Allah, namun dalam relasimu dengan
Allah yang dibangun-Nya padamu akan lahir sebuah perbuatan-perbuatan mulia pada
dirimu.
Bukankah Matius 7:21-23 menyatakan realita yang
digusarkan oleh pendeta Dr.Erastus Sabdono, namun apakah dengan demikian Allah
medasarkan pembenaran orang beriman itu pada apa yang dapat diperbuatnya?
Kesatuan Dengan Kristus Adalah Sebuah Relasi Yang Melahirkan
Sebuah Pengenalan Akan Kristus Yang Membuahkan Kehidupan Beriman Yang Sejati
& Berbuah Manis
Pada pokoknya, saya
sudah menjelaskan Matius 7:21-23 ini pada “tinjauan
bagian 1J,”
dalam rangka menyanggah pengajaran “Pola Lain Keselamatan [di luar Kristen]”
yang sejak mula sudah diperkenalkannya di dalam pengajaran “Keselamatan Di Luar
Kristen.”
Mari kita membaca Matius 7:21-23
(21)
Bukan
setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan!
akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak
Bapa-Ku yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang
akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan,
bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan
mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?(23) Pada waktu
itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal
kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat
kejahatan!"
Nas firman ini secara
sederhana dapat disebut sebagai nas mengenai “orang-orang Kristen yang tak pernah dikenal
oleh Bapa.”
Ada satu sentral
problem yang harus menjadi fokus dalam teks tersebut: a. adanya sebuah pengakuan yang diiringi dengan perbuatan, jadi
bukan omong kosong, dan b. vonis
Yesus terhadap pengakuan dan
perbuatan sebagai tindak kejahatan.
Sesungguhnya, apa yang
sedang Yesus tunjukan di sini, bukan bertiang pancang pada soal “orang-orang
Kristen yang kelakuan tidak berbeda bahkan lebih buruk
dari orang-orang yang non Kristen yang tidak pergi ke gereja.”
Mengapa, harus
dikatakan demikian? Coba perhatikan pada apakah yang dilakukan oleh orang-orang yang
mengaku Kristen, namun divonis oleh Yesus sebagai tindak Kejahatan.
Saya buatkan daftarnya, inilah perbuatan
orang-orang yang mengaku pengikut Kristus itu:
-bernubuat demi nama Tuhan
-mengusir setan demi nama Tuhan
-mengadakan banyak
mujizat demi nama Tuhan
Tidakkah dalam hal
ini, ada satu hal yang tak terbantahkan:
nama Tuhan disebutkan, sehingga setidaknya pengusiran Setan yang terjadi oleh nama
Tuhan.
Apakah yang
menyebabkan Yesus, sekalipun perbuatan-perbuatan itu dilakukan demi nama Tuhan,
menyatakan 3 bentuk perbuatan demi nama-Nya sendiri itu, sebagai perbuatan
jahat?
Apakah akar
masalahnya? Demikian penjelasan Yesus, dalam pengajarannya itu:
Matius
7:23 Pada waktu itulah Aku akan berterus
terang kepada mereka dan berkata: Aku
tidak pernah mengenal kamu!
Mereka menyebutkan atau menyuarakan atau menyerukan
atau meneriakan,atau, berangkali
membisikan nama Yesus di dalam dunia pelayanan Kristus, namun permasalahan yang sangat fatal bagi Tuhan
adalah: memanggil
namanya, namun tak pernah dikenal oleh Tuhan.
Semua aktifitas yang
dilakukan dengan mengucapkan nama Tuhan di atas tersebut, sangat sukar untuk
disebut sebagai sebuah tindak kejahatan. Kristus tidak menyatakan sama sekali
tindakan-tindakan demi nama Tuhan itu sendiri adalah kejahatan, namun apa yang
menjadi kejahatan dimata-Nya adalah segala perbuatan itu dilakukan tanpa
memiliki pengenalan akan diri-Nya.
Jadi sesungguhnya, ini
sama sekali bukan soal hitam atau putihnya moralitas seorang Kristen itu. Ia, bisa jadi di mata manusia-manusia lainnya, adalah orang-orang yang sangat baik, dermawan
dan bukan pelaku kejahatan. Orang-orang
yang tak dikenal oleh Yesus [tak memiliki keberimanan yang dikehendaki Bapa], bukankah dengan demikian, sekalipun berbuat baik
adalah penjahat, sebab mereka melakukan kebaikan-kebaikan namun tak
dikenali-Nya?
Satu catatan penting,
bukankah sebenarnya pendeta Dr. Erastus Sabdono sendiri juga mengajarkan bahwa tanpa
memiliki pengenalan akan Allah sebagaimana yang dikehendaki Kristus, tak ada
masalah mengadakan mujizat mengusir setan demi nama Tuhan, justru dijadikannya
dasar untuk mengajarkan adanya kebenaran keselamatan berdasarkan perbuatan baik dan tak perlu memiliki relasi keberimanan pada Kristus, berdasarkan Lukas 9:50, pada paragraf 10
“Keselamatan Di Luar Kristen-02”:
Itulah
sebabnya dalam Alkitab berulang-ulang ditulis bahwa semua orang akan dihakimi
menurut perbuatannya, bukan menurut imannya. Orang beriman pasti selamat, tidak
ada lagi penghakiman atasnya, tetapi orang yang menolak Injil secara
terang-terangan dan sengaja memiliki reaksi menentang Injil walau sudah
mendengar Injil, pasti binasa, sebaik apapun orang itu. Mereka yang menolak
Kristus sudah dibawah hukuman (Yoh 3:16-18). Dalam kenyataan hidup ini ada pula orang-orang yang tidak menolak
tetapi juga tidak menerima. Untuk mereka Tuhan Yesus berkata: “Siapa yang tidak
melawan kamu, ia ada di pihak kamu (Luk 9:50).
Mereka akan dihakimi menurut perbuatannya.”
Sebuah pengajarannya yang dibantah oleh Yesus sendiri secara teramat keras melalui Matius 7:21-23. Saya
sudah menyanggah pengajaran pendeta Dr. Erastus Sabdono terkait Lukas 9:50.
Mari, sebentar kita melihatnya mulai dari ayat 49:
Lukas
9:49-50 Yohanes berkata: "Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu,
karena ia bukan pengikut kita." Yesus berkata
kepadanya: "Jangan kamu cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada
di pihak kamu."
Orang ini, jelas bukan
dalam golongan Matius7:21-23 yang disebut Yesus sebagai pelaku kejahatan, sebab
dikatakan Yesus sebagai la ada di pihak kamu. Ia
pasti dikenal oleh Tuhan, jika tidak maka mustahil dikatakan sebagai “di pihak kamu.” Orang tersebut memiliki
kesenilaian di mata Yesus, senilai dengan para murid-murid-Nya. Sanggahan saya
terhadap pengajaran pendeta Dr.Erastus Sabdono yang bahkan melawan Matius
7:21-23 dapat anda baca pada “tinjauan bagian 2M.”
Matius 7:21-23 pada
dasarnya menekankan bahwa siapapun juga dia, untuk dapat mengakukan dirinya
sebagai anak-anak Allah atau pengikut Yesus Kristus yang sejati, sama sekali
tidak dimulai dengan apa yang dapat dilakukan dan memuliakan nama Tuhan. Sekali
lagi, harus dikatakan, dengan mengambil salah satu saja, misal: mengusir
setan demi nama Tuhan, secara mutlak telah membuat nama Tuhan menjadi
dikenal dan dikumandangkan. Apapun juga motivasinya, maka pada perbuatan
itu sendiri, yaitu mengusir setan demi nama Tuhan, bukan sama sekali perbuatan
jahat. Namun, bagi Tuhan, itu bahkan sama sekali tak bernilai, perbuatan non
kejahatan itu, sama sekali tak
bernilai. Sehingga bagaikan sampah yang begitu busuknya, Yesus menggambarkan
keadaan orang-orang semacam ini:
Matius
7:23 Enyahlah dari pada-Ku,
kamu sekalian pembuat kejahatan!"
Tak ada satupun
manusia adalah manusia baik bagi Yesus, semuanya! Dengan demikian, semua
manusia, tak peduli di mata anda, orang-orang non Kristen itu bermoral lebih
baik dari pada orang Kristen, bagi Yesus tetap: tak ada yang baik:
Lukas
18:18-19 Ada seorang pemimpin bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru yang
baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh
hidup yang kekal?" Jawab Yesus:
"Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik
selain dari pada Allah saja. [ mengenai perihal ini,
telah saya ulas pada “tinjauan bagian 1L,” “tinjauan bagian 1M,” “tinjauan bagian 1N,” dan “tinjauan bagian 1P.”]
Pada
teks ini, pun demikian, apa yang dituntut oleh Yesus untuk dapat
memperoleh hidup kekal bukan pada semua deret perbuatan baik yang disangkanya
menyelamatkannya dan dapat dilakukannya [bacalah Lukas 18:20-21],
ternyata, Yesus menyatakan bahwa itu
sama sekali tak memadai! Menjadi sia-sia, sebab bagi Yesus, apa yang dapat
menyelamatkan atau memberikan hidup kekal adalah mengikut Yesus Kristus[Lukas 18:22].
Mengikut Yesus dengan
demikian memiliki:
a.sebuah makna yang begitu kuat sebab oleh sebab mengikutnya maka
kehidupan kekal telah menjadi sebuah tujuan yang jelas dan pasti berada di dalam kepemilikannya.
b.sebuah solusi oleh Allah bagi apa yang tak dapat diberikan oleh kesempurnaan
yang harus dicapai manusia, sebab Yesus adalah dasar kesempurnaan baru
menggantikan dasar
kesempurnaan berdasarkan kesempurnaan perbuatan baik sehingga dapat
memperoleh kehidupan kekal [Lukas 18:18]. Harus dikatakan demikian sebab saat
Yesus berkata kepada orang yang bertanya
bagaimana caranya agar dapat memperoleh hidup kekal, jawab Yesus adalah “Masih
tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan- Lukas 18:22.“ “Tinggal satu lagi,” ini bukan sebuah tindakan menyempurnakan
perbuatan baik yang harus dilakukan oleh dirinya sehingga dapat menambah nilai
pada dirinya sehingga dari tidak memadai menjadi memadai. Dalam apa yang
dimaksud “tinggal satu lagi” menunjuk pada sebuah totalitas baru. Totalitas lama tertuju pada apa yang
dituntut oleh totalitas lama yang
harus dilakukan:” Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan berzinah,
jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah
ayahmu dan ibumu- Lukas 18:20” menuju
pada totalitas baru yang harus
dilakukan “juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada
orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah
ke mari dan ikutlah Aku- Lukas 18:22.” Dari kebenaran berdasarkan
kebenaran pada hukum taurat menuju kebenaran berdasarkan pengikutan pada Yesus
Kristus. Pengikutan pada dirinya bukanlah sebuah ala kadarnya, bukanlah sebuah
puisi-puisi iman yang indah saja namun begitu miskinnya dan begitu buruk rupa
didalam jiwanya sehingga tak memancar
sebuah sinar layaknya lampu yang menerima daya dari sumber daya. Yesus berkata:
“juallah
segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin.”
Sekarang, perhatikan! Keberimanan itu datangnya dari Allah atau sebuah
pemberian dari Allah [ baca Yohanes 6:38-40], dan akibat yang dilahirkan oleh
pemberian iman oleh Allah bukan sekedar mengakibatkan manusia itu dapat
menanggap atau merespon panggilan Allah via pemberitaan Injil atau syiar kabar
keselamatan dari Allah, namun didalam menanggapi itu, kuasa Allah yang
melahirkan iman itu, akan menyanggupkan orang beriman itu untuk melepaskan diri
dari kenikmatan-kenikmatan dunia yang selama ini mempesonanya. Ia menjadi tahu
sekali harta sejati itu apa! Bandingkan “juallah segala yang kaumiliki dan
bagi-bagikan kepada orang-orang miskin” dengan:
Yohanes 6:26 Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.
Yohanes
6:27 Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan
sampai kepada hidup yang kekal, yang
akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh
Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."
Yohanes
6:28 Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat,
supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?"
Yohanes
6:29 Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu
hendaklah kamu
percaya kepada Dia yang telah diutus Allah."
Keberimanan kepada Yesus adalah sebuah bobot yang berat, bukan
bobot yang ringan seperti balon gas yang terbang kemana saja angin membawanya,
sebaliknya sebuah relasi yang begitu intim sehingga tak sudi untuk dipisahkan
dan tak sudi untuk diduakan sedikit saja dengan mencintai yang lain. Juallah
segala yang kaumiliki, hingga engkau dan saya tak berpunya lagi,
tak ada lagi didalam hati dan pikiran ini yang diandalkan atau yang menjadi
dasar keamanan dan ketenteraman jiwa dan pikiran ini selain pada Yesus Kristus. Jika
saya dan anda berkata bahwa Yesuslah satu-satunya bagimu, maka haruslah
demikian, Ia adalah satu-satunya. Apakah ada yang belum anda miliki atau sangat sukar untuk
anda miliki sekalipun telah berjuang keras dan berupaya gigih dan karenanya
anda kehilangan damai sejahtera atau ketenteraman batin? Jika Yesus adalah
sumber keselamatan dan kehidupan kekal, maka
Dia saja sudah melampaui apa yang anda dambakan untuk dimiliki selama
anda harus hidup dan bekerja sungguh. Saat anda gagal dalam meraih apa yang
didambakan dan dan tak terwujud harapmu pada apa yang didoakan, tak boleh itu membuatmu cemas dan kehilangan
ketenteraman. Jika Yesus adalah
TUAN di atas segala kebahagiaanmu,
maka…… haruslah demikian dalam keseharianmu. Saat Yesus berkata “juallah
segala yang kaumiliki…..” dalam percakapan
itu, maka itu aktual dan bukan bahasa figuratif, sebab totalitas baru yang harus
dilakukan orang beriman adalah mempercayai Yesus dan mengandalkan Dia
sebagai yang dapat diandalkan di dalam memelihara kehidupanmu. Perhatikan
berikut ini:
Lukas 16:13 Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."
Hanya
keberimanan yang sejati dapat membawa orang percaya dapat melayani Yesus
sebagai satu-satunya Raja baginya di dunia ini pada saat ini. Tak mungkin ia
bertuankan keinginan atau ambisi dunia dan sekaligus bertuankan kehendak Allah.
Sebab kehendak Allah pada dirimu mustahil serasi dengan kehendak atau
keinginan dunia pada dirimu. Tak mungkin bergantung pada penjaminan dunia misal
finansial dan sekaligus bergantung pada penjaminan Allah. Itu mustahil sebab,
keraguan adalah “tuhan” bagi kemanusian siapapun juga, kala ia mulai menakar 2
hal pada tangan kanan dan tangan kirinya. Mengandalkan sepenuhnya kepada Tuhan
yang belum tentu segera memenuhi kemauan atau harapannya atau mengandalkan
kepada fasilitas-fasilitas dunia yang pada praktiknya sudah menjadi tuhan
pengharapan saya dan anda. Itulah hal
yang harus senantiasa menjadi fokus dalam mengintrospeksi kehidupan beriman
kita. Yesus berkata: tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. Apakah
yang menjadi DRIVE atau pendorong atau motor kehidupanmu saat ini? Apakah
pengharapan yang engkau miliki didalam Kristus, ataukah engkau mencoba juga
membangun pengharapan yang engkau miliki di dalam karirmu, sebagai sebuah “divine
purpose” atau “maksud ilahi-mu" yang setara dengan Bapamu?
Mengenal Tuhan adalah sebuah intimasi, Tuhan mengenalimu dan saya; saya dan anda,kemudian, mengenali siapakah Tuhan kita itu. Dikenali-Nya sehingga mengenalinya, dipanggil oleh-Nya sehingga dapat mendengarkan-Nya memanggil, dan didalam mendengar suara panggilan-Nya maka mengikuti-Nya. Mengikuti-Nya adalah sebuah refleksi kepatuhan dan diri yang tertuju pada suara yang memanggilmu, memimpinmu untuk berjalan sesuai dengan panduan-Nya. Tak ada sebuah perjalanan keberimanan yang berpancang kokoh pada apa yang kumaui, tetapi apa yang Bapa maui. Perhatikan hal berikut ini:
Lukas
10:26-29 (26)tetapi kamu tidak percaya, karena
kamu tidak termasuk domba-domba-Ku.(27)
Domba-domba-Ku
mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,(28)
dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan
binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari
tangan-Ku.(29) Bapa-Ku, yang memberikan mereka
kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut
mereka dari tangan Bapa.
Beriman
atau percaya kepada Yesus Kristus adalah sebuah
relasi. Tak percaya kepada Kristus, karena tak memiliki relasi dengan
Yesus. Bagaimana Yesus menggambarkan relasi antara dirinya dengan orang-orang
yang beriman itu? Beginilah Yesus menggambarkannya:
-domba-domba-Ku
mendengarkan
suara-Ku
-Aku
mengenal
mereka
-mereka
mengikut
Aku
Ada relasi kokoh yang dibangun oleh Kristus yaitu mendengar dan taat: mendengarkan dan mengikut Aku. Dan ada sebuah unsur yang luar biasa pada relasi ini: Yesus mengenal mereka. Mengenal, itu sebuah hal yang begitu personal dan begitu ajaib untuk menjadi sebuah realita, sebab ini adalah wujud kongkrit Allah berelasi dengan orang beriman, dalam sebuah hubungan yang penuh kasih: mengenal. Ia didalam Kristus didalam keberimanannya dan setiap orang beriman, Ia mengenali saya dan anda dalam sebuah cara yang tetap tak bisa digambarkan secara sempurna
.
Ia
mengenalimu dan saya dan setiap domba-dombanya, sehingga kala ada satu saja
yang hilang dari domba-domba milik-Nya, maka Ia akan pergi mencari domba yang
hilang atau tersesat itu:
Lukas 15:4 Siapakah di antara kamu yang
mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan
seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan
ekor di
padang gurun dan pergi mencari
yang sesat itu sampai ia menemukannya?
Apakah
yang menjadikan atau mengakibatkan seekor domba milik Kristus dapat hilang tersesat di padang gurun untuk beberapa saat lamanya[
tidak berada di padang rumput hijau sebagaimana gembala menggembalakan- Mazmur
23:2]? Dosa! Juga perhatikan, hal lain terkait bahaya yang dapat menimpa para domba milik Kristus, dan mengapa segala bentuk penyimpangan dan dosa harus diperhatikan seksama:
Matius
24:24-25Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka
akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya
mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga. Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu.
Orang-orang
tebusan milik Kristus masih dapat terjatuh ke dalam godaan-godaan dosa dan melakukan perbuatan dosa, dan pasti membawa
pengaruh yang begitu buruk:
Lukas 15:7 Aku berkata kepadamu:
Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena
satu orang berdosa yang bertobat, lebih
dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang
tidak memerlukan pertobatan."
Perhatikan,
seekor
domba yang tersesat itu, sebelumnya
adalah satu kawanan dalam 100 domba gembalaan Kristus, kala ia tersesat atau berbuat dosa,
pada dasarnya ia tidak sedang berada didalam kawanan.
Ia
terhilang! Namun, apakah status ke-domba-annya
atau relasi yang dibangunkan Yesus baginya menjadi hilang, binasa atau lenyap?
Ini satu hal harus diperhatikan! Di
dalam keselamatan oleh kasih karunia,
sebuah tindakan dosa sudah cukup untuk membuat seorang beriman menjadi tak lagi
menerima kehidupan dari Bapa, ia berada di padang gurun, sebuah situasi yang
begitu gersang atau tandus dimana kehidupan yang damai dan permai tak akan didapatnya.
Apakah
yang membuat ke-domba-annya atau relasi yang dibangunkan Yesus baginya tidak
menjadi hilang, binasa atau lenyap? Karena apa yang dilakukan oleh sang
Gembala: “jikalau ia kehilangan seekor
di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di
padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?”
Apakah
dasar sang Gembala melakukan itu? Sebab seekor domba itu adalah miliknya dan Ia
mengenalnya, hanya saja kali itu, si
domba tak mendengarkan suara sang Gembala, ia melawan, memberontak dan jatuh ke
dalam kebodohannya. Ia tak berdaya dan tersesat. Sang Gembala mengenal kekuatan dan kelemahan domba-domba miliknya.
Ia mengenali domba-domba-Nya, sehingga kala hilang, ia tahu kemanakah harus mencarinya dan bagaimanakah Ia harus
menyelamatkannya, agar kembali ke jalan pimpinan-Nya, bertobat:
Lukas 15:5 Dan kalau ia telah menemukannya, ia
meletakkannya di atas bahunya dengan
gembira,
Lukas 15:6 dan setibanya di rumah
ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada
mereka: Bersukacitalah
bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang
itu telah
kutemukan.
Lihat!
Domba yang
berbuat dosa sehingga tesesat di padang pasir [menunjuk pada tempat
penuh bahaya bagi para domba sebab tak
ada padang rumput dan air untuk dimakan dan diminum], dikatakan oleh Yesus
sebagai dombaku yang hilang.
Domba itu tersesat dalam dosanya, namun
Yesus masih menyebutnya sebagai dombaku yang hilang. Ia masih menyebutnya
dombaku, menunjukan, bahwa didalam keselamatan kasih karunia, dosa tak
membuatnya menjadi kehilangan realita keselamatan yang dianugerahkan kepadanya sebagai milik Allah. Dalam orang
beriman itu tersesat di dalam dosa, Yesus Sang Gembala mencarinya sampai
ketemu, dan dalam Ia menemukannya telah merupakan sebuah keadaan bertobat,
sehingga itu sebabnya: ia meletakannya di atas bahunya dengan gembira.
Camkan!
Keselamatan didalam kasih karunia saja, tak pernah menyepelekan dosa, dan tak
pernah tak meminta sebuah pertobatan! Yesus menunjukan bahwa di dalam Ia
mencari domba yang tersesat itu, sebuah proses pertobatan terjadi, dan dasar
kegembiraan Yesus, bukan semata pada domba itu telah ditemukan, namun karena
pertobatan domba yang berdosa telah berlangsung:
Lukas 15:7 Aku berkata kepadamu:
Demikian juga akan ada sukacita di
sorga karena
satu orang berdosa yang bertobat,
lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak
memerlukan pertobatan."
Domba-domba
Kristus tak boleh bermain-main atau mengabaikan dosa, sebab itu sungguh
berbahaya. Keselamatanmu sebagai domba Kristus memang sangat terjamin, namun
jangan pernah mengajarkan bahwa didalam Kristus anda tak memiliki kesadaran akan dosa. Memang siapapun
yang berbuat dosa cenderung “mati rohani” sehingga tak merasa berbahaya. Itu
sebabnya, domba-Nya pun kala berdosa tak bisa pulang sendiri, sebab ia tak tahu
bahwa ia berdosa dan merasakan bahaya mautnya, sebab perbuatan dosa atau pemberontakan terhadap firman Allah membuatnya tak memiliki hikmat Allah, sehingga, Yesus sendirilah yang
harus turun mencarinya untuk ditemukan. Ini juga, dasar keamanan atas
keselamatan orang beriman, yang tak dapat hilang selama ia adalah domba Kristus
sejati.
Kasih
karunia memang merevolusi bagaimana keselamatan itu dapat dimiliki oleh
manusia: hanya oleh Allah didalam
Kristus saja, namun juga mendatangkan revolusi didalam kehidupan rohanimu dari hari
ke sehari di dalam penggembalaan Gembala Agung
Yesus Kristus!
Relasi
itu terjadi didalam penggembalaan Yesus yang merupakan kesatuan dirinya dengan
para domba-domba gembalaannya. Ia telah mendedikasikan dirinya bagi keselamatan dan
keamanan domba-domba milik Allah. Yesus melakukan kehendak Bapa:
Yohanes 3:16 Karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya
tidak binasa,
melainkan beroleh
hidup yang kekal.
Yohanes 6:38 Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk
melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah
mengutus Aku.
Yohanes 6:39 Dan inilah kehendak Dia yang telah
mengutus Aku, yaitu supaya dari semua
yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang
hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.
Ketika
Yesus berkata, bahwa orang-orang yang disangkakan Kristen [pengikut Kristus] dalam Matius 7:21-23 berdasarkan perbuatan-perbuatan baik didalam nama
Tuhan, namun dinyatakan Yesus sebagai pelaku kejahatan, karena mereka tidak dikenali-Nya, haruslah dipahami sebagaimana Yesus mengajarkan dan
menghendaki siapakah orang-orang beriman itu menurut Yesus dan bagaimanakah
orang-orang beriman itu melahirkan perbuatan-perbuatan yang memuliakan Allah.
Bagaimana Yesus mengajarkan bahwa perbuatan dosa dapat membahayakan domba-domba milik-Nya.
Ingat, anda tak bisa mengandaskan kebenaran ini berdasarkan bahwa saat Yesus
berkata ini, saat itu Yesus belum lagi disalibkan
untuk menebus dosa manusia. Jika itu dasarnya, maka itu sangat
lemah, sebab didalam pengajaran Yesus ini, telah diajarkan sebagai Yesus telah
menuntaskan karya keselamatannya, sebab Yesus bahkan dapat mencari, menemukan
dan berkuasa mempertobatkannya, berdasarkan karyanya sendiri[ mencari hingga menemukan!], dan sama sekali
tanpa hukum taurat. Hal ini senilai
dengan pengajaran Yesus sebelum
penyaliban dan kebangkitan dan kenaikan-Nya, namun memiliki nilai paska
penyaliban dan kebangkitan dan kenaikan-Nya, seperti:
Yohanes 6:37-40 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan
datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak
akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk
melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus
Aku. Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya
kepada-Ku jangan ada yang hilang,
tetapi supaya
Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak
Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang
percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku
membangkitkannya pada akhir zaman."
Yesus
belum lagi menggenapi karya penyelamatan manusia olehnya, namun
ia sudah berbicara mengenai keamanan
keselamatan orang beriman supaya jangan ada yang hilang,
bahkan berkata “Aku membangkitkannya
pada akhir zaman,” padahal Ia sendiri belum mengalami kematian dan
kebangkitannya sendiri?!
Matius 7:21-23
menunjukan bukti kokoh bahwa
keberimanan kepada Yesus bermula dari relasi yang dibangunkan oleh Bapa pada
setiap orang yang beriman kepada Yesus Kristus, sehingga, kehidupan yang
berlangsung adalah kehidupan beriman yang tertuju kepada Kristus. "Tertuju
kepada Kristus" bukan sebuah konsepsi bagaimana keselamatan itu terjadi, namun
sebuah kehidupan yang beriman, bahwa Yesus adalah Raja semesta didalam semesta kehidupanmu. Apakah
Ia adalah raja semesta dirimu, ataukah masih ada "yang lain" menjadi raja-raja
kecil? Jika masih, maka itu bisa membuatmu tersesat dan berbuat dosa, dan itu
berbahaya bagi kehidupanmu. Sekalipun Yesus memang akan mencarimu dan
menuntunmu pada pertobatan, harus dicamkan bahwa dosa adalah hal berbahaya bagi
kita sebagai domba dan itu bisa menghentikan untuk sesaat lamanya pertumbuhan
kedewasaanmu sebagai manusia baru yang terus –menerus diperbaharui.
Bersambung ke “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3L):“Tidak Ada
Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Kristen”
AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN
The
cross
transforms
present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform
the
cross
No comments:
Post a Comment