Oleh: Martin Simamora
Sebab
Ia Menganggap Diri-Nya Sebagai Anak Allah & Kematiannya Mendatangkan
Keselamatan Bagi Banyak Orang Dari Berbagai Bangsa
[Refleksi]
Hukum apakah yang
sedang dimaksudkan oleh orang-orang Yahudi itu? Kitab Musa tepatnya Kitab
Imamat menjadi dasar legal dan sakral bagi orang-orang Yahudi untuk memutuskan
kematian atas Mesias [ dengan demikian gadungan]
itu:
Imamat
24:16 Siapa yang menghujat nama TUHAN,
pastilah ia dihukum mati dan dilontari dengan batu oleh seluruh jemaah itu.
Baik orang asing maupun orang Israel asli, bila ia menghujat nama TUHAN,
haruslah dihukum mati.
[Versi
NIV: anyone who blasphemes the name of the LORD is to be put to death. The
entire assembly must stone them. Whether foreigner or native-born, when they
blaspheme the Name they are to be put to death
JPS
Tanakh 1917 – And he that blasphemeth the name of
the LORD, he shall surely be put to death; all the congregation shall certainly
stone him; as well the stranger, as the home-born, when he blasphemeth the
Name, shall be put to death]
Ia harus mati dan tak
boleh lolos dari kematian hanya karena pemeriksaan
berdasarkan hukum atau konstitusi penguasa Romawi: “Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. Prajurit-prajurit
menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka
memakaikan Dia jubah ungu, dan sambil maju ke depan mereka berkata:
"Salam, hai raja orang Yahudi!" Lalu mereka menampar muka-Nya. Pilatus
keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar
kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun
pada-Nya." Lalu Yesus keluar, bermahkota
duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia
itu!" Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia,
berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus
kepada mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati
kesalahan apapun pada-Nya. Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami
mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap
diri-Nya sebagai Anak Allah-Yohanes 19:1-7." Sebuah
ketegangan hukum yang akan menentukan mati atau hidupnya seorang manusia telah
berubah menjadi sebuah laga yang tak seimbang, hukum Allah dan hukum manusia
ketika berada di tangan para manusia dalam pelukan maut, bahkan menggentarkan
orang yang memiliki kuasa atas negeri
yang penduduknya sedang dijajah: “Ketika
Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia” - Yohanes 19:8.
Perseteruan
sengit antara Sang Mesias dengan pihak
Yahudi (saudara sebangsanya sendiri) memang menjadi benang merah menyala-nyala
yang membakar kebencian dalam jiwa mereka. Ini bukan perseteruan sengit sebagaimana lazimnya yang dapat dibayangkan manusia, sebab secara keseluruhan lahir atau bersumber dari penghakiman Sang Mesias atas
mereka, sebagaimana diperlihatkan pada sebuah episode yang membuat Israel
kehilangan hak istimewanya dalam sebuah penghakiman yang sangat mereka pahami: