Oleh: Martin Simamora
Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(4)
Bacalah
lebih dulu bagian 3
Para murid baru saja ditakjubkan
oleh jawaban atau paparan Yesus (Markus 10:26) dalam sebuah repon yang diliputi sebuah kepanikan (exeplēssonto) pada
segenap pemahaman mereka akan kebenaran yang telah mereka miliki atas kitab
suci mereka- atas hukum Taurat yang selama ini
telah mereka terima dan yakini, hingga pada momentum ini. Dapat dipahami
jika pertanyaan yang segera menyeruak dari dalam diri mereka adalah sebuah
pertanyaan cerminan ketakberdayaan:"Jika
demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?"
Siapakah yang dapat dilepaskan dari bahaya dan kuasa dosa – sōthēnai. Ketika Yesus
berkata “Hanya satu lagi kekuranganmu.” Maka yang
sedang Yesus maksudkan bukanlah hal
apapun yang dapat dilakukan oleh manusia tetapi sebuah kemustahilan yang digambarkan dengan sebuah komparasi “Lebih
mudah seekor unta melewati lobang jarum.” Sehingga “satu lagi
kekuranganmu” lebih menunjukan kepada ketakberdayaan manusia untuk pada akhirnya dapat meraih hidup kekal oleh “apa yang dapat kuperbuat.”
Sukar untuk menerima jawaban
demikian, sebab tuntutan hukum Taurat adalah melakukan untuk mendapatkan
kehidupan kekal (bandingkan dengan Lukas
10:25-26). Sukar juga untuk memahami bagaimana bisa seorang yang memenuhi hukum
Taurat pun tak juga mungkin sukses untuk memiliki hidup kekal, seperti pada kisah orang kaya. Yesus menunjukan
bahwa problem manusia adalah perbudakan dunia yang meliliti mereka atau
tak pernah manusia-manusia itu selagi tubuh mereka melakukan perbuatan baik atau hukum Taurat juga sekaligus
segenap jiwa, segenap kekuatan, segenap pikiran (Lukas 10:27) mereka bagi dan
dimiliki oleh Tuhan.
Perhatikan, sekalipun orang kaya tersebut diapresiasi oleh Yesus karena memenuhi tuntutan perintah-perintah Allah, namun Yesus juga membuktikan sekalipun demikian itu hanyalah tubuhnya-lahiriahnya dan bukan jiwanya.
Perhatikan, sekalipun orang kaya tersebut diapresiasi oleh Yesus karena memenuhi tuntutan perintah-perintah Allah, namun Yesus juga membuktikan sekalipun demikian itu hanyalah tubuhnya-lahiriahnya dan bukan jiwanya.
Jiwanya
melayani dan dimiliki dunia saat melayani tuntutan-tuntutan Taurat. Yesus
menuntut totalitas, dan sebuah totalitas
yang dikehendaki Tuhan tak akan dapat dipenuhi manusia pada dirinya sendiri
yang diperbudak oleh dosa atau dunia ini.
Apakah memang sebuah
totalitas sebulat itu yang dikehendaki
oleh Yesus? Siapakah yang dapat
melakukannya?
Yesus
Menghendaki Totalitas dan Memberikan Kuasa Untuk Hidup Dalam Totalitas Baginya
Ketika Yesus berkata:
“Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”- Yohanes 8:12
Merupakan
hal yang sangat berlawanan atau berkontradiksi
dengan apa yang ditanyakan oleh orang
kaya dalam injil Markus:
“Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"- Markus 10:17
Pada
Yohanes 8:12 adalah jawaban Yesus bagi manusia bahwa tak ada satupun manusia
yang tak berdosa atau dengan kata lain tak ada satupun manusia dapat memenuhi
tuntutan hukum Taurat itu sehingga dapat memiliki hidup yang kekal.
Pada
Markus 10:17 adalah pertanyaan seorang pelaku hukum Taurat atau yang meletakan
perbuatan memenuhi hukum Taurat untuk memperoleh hidup yang kekal (aiōnion zōēn).
Pada
dasarnya, baik dalam Yohanes 10:17 dan
Markus 10:17 memiliki sebuah tema besar
yang sama, yaitu “bagaimana memperoleh hidup yang kekal.” Dan pada keduanya sekalipun
memiliki dinamika cerita yang berbeda
namun sebetulnya merupakan isu yang sama! Bahwa pada Yohanes 10:17 ahli-ahli Taurat menakar dirinya sendiri
tak berdosa atau memenuhi tuntutan Taurat, dan sementara itu pada Markus 10:17 orang kaya telah menakar dirinya penuh
percaya diri telah memenuhi tuntutan Taurat.
Terhadap
kedua-duanya, Yesus telah memberikan
vonisnya bahwa tak satupun dari mereka dapat menakar diri mereka untuk dapat
memiliki kehidupan kekal berdasarkan perbuatan-perbuatan memenuhi tuntutan
hukum tersebut (bandingkan dengan Yohanes 8:7 “adakah yang tidak berdosa” dan Markus 10:21 “hanya satu lagi kekuaranganmu”).
Itu
adalah keadaan manusia dalam belenggu
dosa, dan Yesus telah menyingkapkannya
pada kedua peristiwa tersebut (“adakah yang tak berdosa” dan “orang kaya
yang lebih memilih mempertahankan kekayaan atau dunianya ketimbang memilih apa
yang membawanya kepada hidup”). Yesus telah menunjukan bahwa keberadaan manusia
sepenuhnya dalam belenggu kegelapan.
Begitu
gamblang dalam kata dan begitu menakutkan dalam respon diri manusia terhadap
perkataan Yesus mengenai keselamatan, bahwa manusia lebih memilih meninggalkan
Yesus (semua ahli taurat pergi
meninggalkan Yesus dan orang kaya pergi
meninggalkan Yesus, tak tertarik sama sekali untuk mengetahui keselamatan yang
darinya), tak ada satupun manusia yang
memiliki kepentingan akan keselamatannya dan tak ada satupun manusia yang
membutuhkan keselamatan, sekalipun Yesus telah menyatakan didepan mereka.
Manusia
tak dapat diletakan pada posisi manusia yang
mampu dan pada posisi mandiri.
Manusia-manusia yang berada di dalam
dominasi dosa harus diperlakukan sebagai tak berdaya dan tak memiliki kehidupan
yang dapat memberikannya kuasa untuk keluar dari dominasi kuasa dosa. Manusia
ada dalam posisi bergantung total pada
Allah demi keselamatannya.
Itulah yang Yesus lakukan:
“Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” – Yohanes 8:12
Yesus tak lagi berbicara hukum Taurat kepada manusia, namun kali ini dirinyalah
yang dideklarasikan sebagai terang dunia. Bahwa dirinya memberikan apa yang ada pada dirinya. Pada Yesus ada terang
(Yohanes 1:4,5), hal yang tak dapat diberikan oleh hukum Taurat selain menyorot
realita manusia yang berada didalam perbelengguan dosa dan membutuhkan
pembebasan dari perbelengguan tersebut.
Mengapa
Yesus menyatakan dirinya sebagai Terang
dunia dan mengapa Yesus kini mengarahkan manusia untuk memandang dan mengikutnya? Sudah jelas
bahwa problemnya adalah kemustahilan oleh sebab: tak ada yang tak berdosa dan masuk ke sorga adalah
begitu sukarnya dalam sebuah ungkapan
“lebih
mudah seekor unta melewati lobang jarum.”
Pernyataan-pernyataan
Yesus semacam ini hanya lebih menegaskan betapa gelapnya kehidupan manusia itu.
Pernyataan-pernyataan semacam ini juga menegaskan bahwa hanya Yesus yang tak dapat
dikuasai oleh kegelapan yang menguasai semua umat manusia (bandingkan dengan Yohanes 1:5 kegelapan itu tidak menguasainya.),
sebab hanya dialah terang itu, dan membicarakan
Yesus maka di dalam dia ada hidup dan terang. Oleh hukum Taurat semakin jelas ketak berdayaan
manusia oleh kegelapan dan semakin jelas bahwa kematian adalah sebuah
keniscayaan sebagaimana telah diperlihatkan Yesus pada perempuan berzinah yang
telah kita pelajari.
“Jika
demikian siapakah yang dapat diselamatkan- Markus 10:26” merupakan sebuah pernyataan otentik dalam
bentuk kalimat tanya mengenai keadaan manusia, seperti halnya ketika Yesus berkata “Barangsiapa di antara kamu
tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada
perempuan itu-Yohanes 8:7.” Kedua kisah ini adalah representasi
menyeluruh atas keadaan manusia:
(1)Semua berdosa(2)Tidak ada yang dapat diselamatkan oleh perbuatan-perbuatan (baik) manusia itu
Ketika
Yesus menjawab pertanyaan kepanikan para murid dengan:
Markus 10:27 "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah."
Pada
poin maha krusial ini, Sang Firman yang telah berinkarnasi (Yohanes 1:14) telah
menggoncangkan ketakmungkinan tersebut menjadi sebuah jalan keselamatan yang
pasti dan benar pada dirinya sendiri dan bukan pada apapun dan siapapun yang
berada di luar dirinya; Sang Firman yang berinkarnasi menjadi manusia sedang
memorak-morandakan tatanan mapan kerajaan dosa yang demikian kokoh sebab hukum
Taurat yang kudus itu malah mengurung manusia itu semakin kuat dengan realita
ketakberdayaannya. Hal yang Yesus singkapkan dan membuat para murid terkejut.
Ya...Yesus membenarkan pertanyaan para murid
bahwa manusia-manusia mustahil diselamatkan jika diletakan pada upaya atau
perbuatan manusia seperti yang telah Yesus demonstrasikan pada
ahli-ahli Taurat dan kepada orang kaya
yang setia kepada hukum Taurat tadi.
Dan Yesus bukan sekedar menyatakan hal itu adalah
mustahil dalam konsep atau pemikiran, namun dalam siapakah dia dan apakah yang dapat
diberikannya terkait kemustahilan pada manusia. Yesus telah menggeserkan secara
dramatis perihal mendapatkan kehidupan kekal dari posisi upaya-upaya manusia
kepada siapakah Yesus dan apa yang dapat dilakukannya:
(1)Akulah terang dunia(2)Aku mempunyai terang hidup(3)Manusia yang mengikut Yesus, tidak akan berjalan dalam kegelapan
Yesus
berkata, ikutlah Aku dan bukan ikutlah
hukum Taurat. Hukum Taurat yang kudus itu telah membuktikan tanpa dapat
dibantah bahwa manusia tak berdaya untuk menaklukan kuasa dosa. Hukum Taurat
secara setia menutut kekudusan yang tak dapat dipenuhi oleh manusia sehingga manusia semakin lebat berbuah dengan
dosa-dosa. Oleh sebab perbudakan dosa itu.
Markus
10:27 (Bagi manusia hal itu tidak
mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin
bagi Allah) adalah kasih karunia Allah bahwa Dialah yang akan menyelamatkan
manusia dari situasi kegelapan semacam ini sehingga dapat memiliki hidup kekal, sekaligus ayat 27 ini menjadi dasar baru untuk memahami kemampuan manusia yang
percaya kepada Yesus untuk dapat mengikut Yesus:
Markus 10:28Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!"
Ini
adalah respon Petrus terkait pernyataan Yesus pada orang kaya tadi:
“Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."- Markus 10:21
Sementara,
orang kaya tadi masih berharap dan mengandalkan kemampuannya untuk mengikuti
hukum Taurat, Yesus sudah memvonis bahwa manusia jika ingin memiliki kehidupan
kekal harus mengikut dirinya kala berkata
lebih lanjut kepadanya. Hukum Taurat
bukanlah hal yang bernilai terkait cara
atau jalan untuk memiliki kehidupan kekal, namun Yesus saja jalan untuk memiliki hidup kekal yang didambakannya(bandingkan dengan pernyataan Yesus dalam
Yohanes 14:6 “Akulah hidup”).
Tak
ada cara lain. Sebab diluar siapa Yesus dan apa yang dinyatakan Yesus adalah sebuah ketakmungkinan pada diri
manusia, oleh sebab manusia didalam belenggu dosa. Manusia membutuhkan tindakan
Allah untuk menanggulangi ketakmungkinan itu, dan Allah yang bertindak itu ada didalam diri Yesus Kristus.
Allah bertindak dalam totalitas: datang
atau masuk ke dalam dunia yang dibelenggu kegelapan dan mengambil rupa manusia.
Itu
sebabnya terhadap respon Petrus pada
Markus 10:28, sekali lagi Yesus melepaskan “komponen” hukum Taurat
sebagai bagian dalam rencana keselamatan Allah. Mari kita perhatikan respon Yesus terhadap Petrus:
Markus 10:29 Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya,
Yesus
menyebutkan 2 hal yang dapat dikatakan asing bagi umat yang hidup dalam Perjanjian Lama, terkait keselamatan:
(1)Karena
Aku (Yesus Kristus)
(2)Karena
Injil (kabar baik atau euangeliou
) yang dikemukakan Yesus
Karena diri Yesus dan kabar baik (bahwa Yesus adalah terang Dunia dan barang siapa
mengikut Dia memiliki hidup) maka kamu meninggalkan segala
sesuatu yang mengikatmu sehingga mengikut aku. Dalam hal ini, kita harus memahami bahwa
meninggalkan “rumah, saudaranya laki-laki
atau saudaranya perempuan, ibunya atau
bapanya, anak-anaknya atau ladangnya” bukan sama sekali bicara penelantaran
atau kehidupan sosial yang tak
bertanggungjawab sebagai manusia, namun berbicara
manusia-manusia yang telah melihat keutamaan Yesus bagi keselamatan dirinya adalah nilai
tertinggi dan termulia baginya. Yesus tak
tanggung-tanggung ketika berbicara manusia
yang mengikut Yesus, ini bukan seperti yang anda bayangkan. Yesus langsung
mengkonfrontasikan kecenderungan-kecenderungan manusia yang manis di mulut
namun miskin dalam perbuatan, dan
manusia yang lantang berkata akan melakukan ini dan melakukan itu demi
keselamatan dirinya namun bukan saja manusia itu lalai menepatinya namun tak
berdaya pada dasarnya untuk mengupayakan sendiri keselamatan baginya. Tetapi
yang terutama dari semuanya, apa yang
Yesus sedang ingin tunjukan bahwa kuasa
dosa sanggup membuat manusia tak dapat menilai dan memuliakan keselamatan yang
datang dari Tuhan sehingga oleh hal-hal yang sementara di dunia ini dan sangat
di kasihi di dunia ini, manusia bisa tidak mengikut Yesus. Bandingkan dengan
kesedihan orang kaya tadi.
Mengikut
Yesus melebihi segala-galanya adalah juga hal yang asing bagi umat Perjanjian
Lama, apalagi mengikut Yesus di sini memberikan keselamatan bagimu. Bukan
melakukan ketetapan-ketetapan hukum Taurat.
Markus 10:29-30
dengan demikian merupakan “anak kembar” bagi perkataan Yesus dalam Yohanes 8:12. Apa yang dapat kita katakan
kemudian? Ketika Yesus menunjukan bahwa hukum Taurat tak berdaya guna sama sekali bagi keselamatan manusia yang berada
didalam perbudakan dosa, tidak sedang membicarakan kehidupan yang boleh
serampangan. Bagi Yesus berzinah, berdusta, mencuri, dan menginginkan milik orang
lain tetaplah berdosa. Dosa tetaplah
dosa dan tetap saja hal yang harus anda hindari secara keras.
Yesus
sebetulnya menyatakannya dalam sebuah cara yang lebih megah: Ikutlah
aku. Mengikut Yesus yang
membenci dosa perzinahan dan melarang untuk berbuat dosa lagi berarti
andapun demikian juga kala memandang
dosa. Ketika Yesus memandang manusia tak berdaya atas tuntutan hukum Taurat,
demikian juga kala anda memandang dirimu dan memandang hukum Taurat- anda tak
berdaya. Ketika Yesus memandang bahwa semua manusia berjalan di dalam
kegelapan, maka demikian jugalah anda harus memandang. Ketika Yesus berkata tak
ada yang tak berdosa maka demikian jugalah anda harus memandangnya. Ketika Yesus
berkata sangat sukar bagi manusia untuk masuk ke dalam kerajaan sorga dalam
komparasi lebih muda seekor unta melewati
lobang jarum, maka demikian jugalah anda harus memandangnya. Ketika Yesus
berkata bahwa memang mustahil bagi
manusia itu pada upayanya sendiri untuk masuk ke dalam kerajaan sorga (Markus
10:26-27) maka demikianlah anda harus memandangnya.
Jikalau
anda menolak salah satu dari poin-poin
tersebut maka tak ada dasar bagi Yesus untuk berkata “Akulah terang dunia.”
Selamat membaca dan
merenungkan.
Bersambung
ke Bagian 5
AMIN
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi TUHAN
No comments:
Post a Comment