Oleh: Edwin Yamauchi, Ph.D (Professor of History)
Penyaliban dan Kristologi Penderitaan Yesus Di Kayu Salib Tidak Nyata - Doketik (4)
Bacalah
lebih dulu Bagian 3
B.Teks - Teks Yang Mungkin Doketik
Ada
sejumlah traktat/risalah yang telah dianggap
sebagai doketisme, terbuka untuk lebih dari satu interpretasi atau masih
bertarung untuk saling menentukan apakah doketik atau bukan. Diantaranya adalah
sebagai berikut:
Apa
yang disebut Gosple of Philip (CG
II,3) memiliki teks-teks sebagai berikut(57-28-58.8), yang telah hampir kesemuanya telah direstorasi:
Yesus telah membawa mereka secara tak kasat mata, karena dia tidak menyingkapkan dirinya sendiri dalam cara [yang] sebagaimana dia ada sebelumnya, tetapi peyingkapan dirinya dalam cara yang mana [mereka akan dapat] dimampukan untuk melihat dirinya yang dia telah singkapkan sendiri. ...Dia[telah menyingkapkan dirinya sendiri] sekecil kecilnya. Dia [telah menyingkapkan dirinya kepada] malaikat sebagai seorang malaikat dan kepada manusia-manusia sebagai manusia. Beberapa orang memang benar telah melihatnya, berpikir bahwa mereka sedang melihat diri mereka sendiri, tetapi ketika dia telah menampakan dirinya kepada murid-muridnya dalam kemuliaan di gunung dia tidak kecil[75]
Dalam
teks lainnya, yang sayangnya dalam keadaan yang jauh lebih rusak, ada sebuah
rujukan untuk daging Penebus(68.34-37). Ketika telah direstorasi teks itu
terbaca: “[Dia memang benar memiliki] daging, tetapi [daging]nya benar-benar
daging. [Daging kita] tidak benar-benar, tetapi [kita memiliki] hanya sebuah
citra dari yang benar”[76].
Dalam
apa yang disebut Gospel of Thomas(CG
II,2), kita memiliki dalam Logion (
sebuah perkataan yang dikaitkan dengan Yesus di dalam injil-injil atau dalam sumber-sumber purba
lainnya) 28 pernyataan berikut ini: “Aku telah mengambil tempatku di
tengah-tengah dunia, dan aku telah menampakan diriku kepada mereka di dalam
daging.” Gartner berkomentar bahwa ini tidak perlu untuk menyimpulkan dari
kata-kata ini sebuah inkarnasi dalam pengertian Perjanjian Baru: “Ini telah
didukung oleh istilah opthen,
sebagaimana penggunaan Gnostik pada kata sarx”[77].
Apakah
memang benar Kristologi dari Gospel of
Truth (CG I,2) adalah doktetik atau bukan masihlah diperdebatkan. Grobel
berkomentar:
Melalui kategori sejarah yang jarang disentuh, sejarah penderitaan Yesus itu baik secara implisit dan eksplisit hadir. Bahkan apakah Yesus di bumi telah dikandung secara doketik sangatlah tidak pasti; satu ekspresi yang mungkin memutuskan soal ini (31:6) penuh keraguan[78].
G.W.MacRae
menerjemahkan kata kunci Koptik cmat
sebagai yang mewakili kata Yunani homoioma,
yang berarti “penampakan,” dalam pemahaman doketik[79]. Pada sisi lain, seorang
pakar Jepang, Shibata, telah berpendapat bahwa “tak ada faktor yang memberikan
petunjuk natur doketik pada sarx
dalam Gospel of Truth[80]. Pakar
Jepang lainnya telah berpendapat bahwa Kristologi pada traktat tersebut
adalah sangat sukar untuk dikatakan
Gnostik dan adalah sekunder[81].
Dalam
Gospel of Truth (20.23-27) kita memiliki
rujukan berikut ini untuk salib: “untuk
alasan inilah Yesus telah menampakan diri; dia
menyebabkan dirinya sebagaimana dispesifik kitab; dia telah dipakukan
pada sebuah salib; dia telah menerbitkan proklamasi dari Bapa di atas salib”[82].
Tetapi menurut Menard, sang Kristus di atas salib semata simbol manusia-manusia
yang telah disalibkan pada salib fisikal[83].
C.Teks-Teks
Non Doketik
Risalah
atau traktat pertama yang disebut Rheginos, dan sekarang disebut Treatise
on the Resurrection (CG I,3), telah dinilai
oleh para editor awalnya sebagai sebuah karya Valentinian dengan sebuah
Kristologi Doketik[84]. Pada sisi lain. Malcolm Peel telah
berpendapat bahwa rujukan-rujukan untuk “daging” (44.14-15) dan untuk “kemanusiaan”
(44.24-66) telah mengindikasikan bahwa sang Juruselamat telah menggunakan
sebuah tubuh daging mungkin hanya untuk
sesaat: ”Adalah sukar dalam sorot
teks-teks semacam itu untuk melihat bagaimana editor-editor dapat menyimpulkan
bahwa Surat kita menghadirkan sebuah Kristologi doketik yang menyeluruh”[85].
Salah
satu dokumen yang paling menakjubkan
dalam koleksi tersebut adalah traktat atau risalah Melkisedek (CG IX,1),
yang mana meluncurkan sebuah
polemik yang berapi-api melawan doketisme (5.1-12):
[Mereka] akan datang dalam namanya, dan mereka akan mengatakan mengenainya bahwa dia tidak diperanakan walaupun dia telah dilahirkan,(bahwa) tidak makan walaupun makan, (bahwa) dia tidak disunat walaupun dia telah disunat, (bahwa) dia tidak dibangkitkan dari kematian sekalipun dia telah bangkit dari kematian [itu][86].
Pandangan-pandangan
yang bersifat Kristologi itu sangat beragam dalam traktat-traktat yang
menyajikan bukti bagi natur koleksi Nag Hammadi. Jean Doresse, investigator
paling awal, telah menyatakan bahwa ini adalah pustaka dari sebuah sekte
Sethian Gnostik yang pernah hidup di
kawasan tersebut[87]. Tetapi tidak semua teks-teks itu adalah Sethian. Lebih
jauh, penelitian-penelitian John Barns mendemonstrasikan bahwa kitab-kitab
tersebut telah di tulis di dalam sebuah biara Pachomian[88]. Tetapi oleh siapa? James
Robinson telah mengajukan pendapat bahwa teks-teks tersebut telah disalin
oleh rahib-rahib Kristen Gnostik sebelum
era ketika mereka telah ditimbang sebagai
para bidat dan telah diusir[89].
Pada
bagian lain, Barns sendiri merasa bahwa
para rahib ortodoks telah menyalin karya-karya semacam itu sebagai rujukan bagi
sanggahan-sanggahan mereka yang bersifat apologetika[90]. Pandangan ini juga telah dibangun oleh T.Säve-Söderbergh: “Pustaka tersebut telah dapat membawakan sekaligus untuk
maksud-maksud studi-studi pemikiran bidat,
katakanlah dengan orang-orang yang menyukai Epiphanius yang telah
berkeinginan untuk mengumpulkan sebuah Panarion
melawan para Gnostik[91].
Lending
mendukung pandangan tersebut bahwa traktat-traktat tersebut telah disalin untuk
maksud rujukan, catatan penyalin teks dilampirkan pada Hermetic
Prayer of Thanksgiving (CG VI.7):
Saya telah menyalin satu diskursusnya. Memang, sangat banyak telah datang kepadaku. Saya tak menyalin teks-teks tersebut karena saya berpikir bahwa teks-teks tersebut telah tersedia bagimu. Juga, saya bimbang untuk menyalin teks-teks tersebut bagimu karena barangkali (telah) tersedia bagi mu, dan hal-hal itu dapat membebanimu, karena diskursus-diskursus tersebut, yang telah datang kepadaku, berjumlah banyak[92].
Pada
kesimpulannya, kehadiran traktat-traktat
doketik, menyerupai doketik,dan antidoketik mendukung pandangan traktat-traktat
Nag Hammadi sebagai sebuah kumpulan referensi ketimbang pandangan yang menyatakan bahwa
traktat-traktat tersebut adalah pustaka
bagi sekte Gnostik apapun juga.
VI.
Perkembangan-Perkembangan Berikutnya
Pertarungan
antara para pendukung sebuah
Kristologi doketik seperti Simon Magus,Saturninus, Basilides, Cerinthus,
Marcions, Valentinus, Bardesanes, dan lain-lain [93], dan bapa-bapa gereja Ignatius, Justin Martyr, Irenaeus, Clement,
Origen, dan khususnya Tertullian[94] telah didokumentasikan secara baik dan
sangat banyak didiskusikan.
Sebuah
gerakan yang merupakan pusat perhatian bati telah mengalirkan komentar yang
selayaknya. Mani (216-276), seorang Persia yang lahir di Mesopotamia, telah
mendirikan agama Manicheisme yang bersifat
sinkretik dan dualitik[95], yang terhitung diantara para penganutnya
adalah Agustinus sebelum pertobatannya. Penemuan sensasional Codex Cologne pada kehidupan kehidupan Mani dan publikasinya pada 1970
mengkonfirmasi laporan berbahasa Arab bahwa Mani muncul dari Kristen
Yahudi Elchasaite [96].
Menurut
Machineans, Yesus merupakan “sebuah tampilan realita tubuh jasmani dan
bukan sebuah pribadi sejati”[97]. Mani, yang telah dipengaruhi oleh ajaran
Marcion, telah mengajarkan bahwa Yesus tidak dilahirkan dari Maria. Faustus,
seorang pemimpin Manichean yang melawan Agustinus, menganut pandangan yang
menyatakan bahwa kematian Yesus hanya semata tampilan[98]. Epistle of the Foundation yang manichean telah meyakini bahwa
Pangeran Kegelapan, yang telah berharap sang Juruselamat telah disalibkan, adalah
dirinya sendiri yang dipakukan di salib[99]. Koenen berkomentar:
Penderitaan sang Terang ilahi adalah penderitaan di dalam sebuah tubuh. Yesus, akan tetapi, telah disangka tak seharusnya memiliki tubuh sedemikian. Karena itu, penyaliban Yesus kehilangan relevansi teologisnya. Sebagai akibatnya, penyaliban hampir sama sekali tak memiliki peran dalam ritus Manichean. Akan tetapi, para Machinean telah merayakan sengsara Mani di Perayaan Bema[100].
Bahwa,
walau Mani tidak disalibkan, sengsara-sengsaranya telah dipahami sebagai setara
dengan penyaliban.
Agustinus
melaporkan bahwa para Manichean telah
mengajarkan doktrin-doktrin aneh tentang Jesus
Patibilis atau Sengsara Yesus dan Crux
Lucis atau “Salib Terang.” Bahwa konsep-konsep tersebut tidak ditemukan
oleh Agustinus kini telah dikonfirmasi oleh Codex Cologne. Para Machineans
telah mengajarkan bahwa partikel-partikel Terang ilahi, yang mana telah terkurung dalam tumbuhan-tumbuhan, harus
dibebakan oleh orang pilihan melalui
bersendawa dan pencernaan!
Kristus
mati secara harian, menderita secara harian dan dilahirkan secara harian dalam
labu, daun bawang dan krokot, dan tanaman-tanaman lainnya. Memotoh, memasak,
mengunyah, dan pencernaan telah menyebabkan derita bagi substansi ilahi, bagi
anggota tubuh Allah. Penderitaan semacam itu telah disimbolisasikan oleh salib.
...[101]
VII.
Kesimpulan-Kesimpulan
Pada
abad ke empat, dengan pengecualian pada Manichean, para penganjur Kristologi
Doketik telah disanggah hampir tanpa sisa oleh Kristologi Inkarnasi yang
ditulis Irenaes dan Tertullian. Pada abad ke limat sebuah gerakan kecil telah
muncul, “aphtarodocetists” yang berpandangan bahwa Kristus telah begitu
dimuliakan sehingga tubuh-Nya tak dapat merasakan penderitaan[107].
Bagi
hampir semua gereja, empat konsili
ekumeni di Nicea, Konstantinopel, Efesus, dan Chalcedon telah
mengklarifikasi dan mendefinisikan natur manusia dan ilahi Yesus Kristus[108].
Pada
masa kita kini, serangan-serangan utama terhadap ortodoksi datang dari mereka
yang akan mempertanyakan keilahian yang
dimiliki Yesus ketimbang kemanusiaannya.
Tetapi kutipan berikut ini dari sebuah gerakan agama moderen
mendemonstrasikan bahwa kecenderungan doketisme selalu mungkin:
Ketakterlihatan Kristus adalah tak berwujud tubuh jasmani, sementara itu Yesus merupakan sebuah eksistensi berwujud tubuh jasmani atau fisik. Keduaan personalitas, yang terlihat dan tak terlihat, yang spiritual dan yang material, yang Kristus dan yang Yesus, terus berlangsung hingga kenaikan Tuan, ketika manusia, konsep tubuh jasmani, atau Yesus, telah lenyap, sementara dirinya yang tak terlihat, atau Kristus, telah berlanjut eksis dalam ketentuan kekal Ilmu Pengetahuan Ilahi[109].
Survei
doketisme telah berupaya mengingatkan
orang-orang percaya akan realita salib dan kemanusiaan Kristus dengan mencatat
pada sejauh apa orang telah bergerak menyangkali baik salib dan kemanusiaan
Kristus.
Selesai
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi TUHAN
Diterjemahkan dan diedit oleh: Martin Simamora.
Dari : The Crucifixion and Docetic Christology- Concordia Theological
Quarterly, Volume 46 Number 1 January 1982
Catatan kaki:
Akan dilengkapi kemudian
No comments:
Post a Comment