Oleh: Edwin Yamauchi, Ph.D (Professor of History)
Penyaliban dan Kristologi Penderitaan Yesus Di Kayu Salib Tidak Nyata - Doketik (1)
I.Penyaliban
Kita
kerap melupakan betapa tak harmoninya salib itu untuk menjadi sebuah simbol
gerakan iman atau agama [Kristen]. Salib, sebetulnya, sarana hukuman mati atau capital
punishment dalam dunia purba—seperti juga pada kursi listrik, kamar gas, atau
hukum gantung. Sekalipun kutuk Yahudi
pada siapapun yang digantung pada sebuah “tiang”(Ulangan 21:22-23), rasul-rasul
secara berani telah memberitakan atau mengkhotbahkan kebangkitan seorang Mesias
yang telah dibunuh di atas sebuah salib (Kisah Para rasul 5:30; 10:39; Galatia
3:13, 1Petrus 2:24)[1]. Mengetahui benar bahwa baik orang-orang
Yunani dan orang-orang Roma telah menilai Salib sebagai hukuman yang
menghinakan, yang telah dipersiapkan khusus bagi para budak dan para
pemberontak, Paulus telah memberitakan Kristus yang telah disalibkan dan bahkan
telah mendeklarasikan bahwa Dia yang sebetulnya
setara dengan Allah telah merendahkan dirinya sendiri untuk mengalami kematian
yang sungguh memalukan secara demikian (Filipi 2:6-11)[2]
A.Bukti Bersifat Arkeologi
Realita
yang sungguh tak mengenakan untuk didengar dan dilihat pada brutalitas penyaliban
telah disajikan dan dihadirkan di hadapan kita oleh penemuan osuari-osuari atau
tempat penyimpanan tulang belulang jenasah pada tahun 1968 di Giv’at ha-Mivtar
tepat di utara Yerusalem. Diantara
tulang belulang 35 individu, ada bukti
bahwa 9 diantaranya telah mati sebagai akibat-akibat kekerasan, termasuk
seorang anak yang telah ditembak dengan sebuah panah, seorang pemuda yang telah dibakar di atas sebuah rak, dan seorang
perempuan tua yang tengkorak kepalanya telah
dihancurkan dengan sebuah pukulan benda keras[3]
Daya
tarik terbesar ada pada satu osuari yang menyediakan bagi kita untuk pertama
kalinya dengan bukti fisik penyaliban. Osuari itu bertuliskan dengan nama “Yehohanan” yang
diikuti oleh nama ayahnya atau patronymic “anak dari HGQWL[4]” Dengan mereinterpretasi
ulang gimel sebaga sebuah ayin, Yadin membuat spekulasi bahwa kata
berikutnya yang misterius itu bermakna “H’QWL” atau “dia yang telah digantung
dengan kedua lututnya terlepas,” itulah,
dia yang telah digantung secara terbalik[5] Yehohanan adalah seorang pemuda berusia
antara 24 dan 28 tahun, dengan tinggi kira-kira 5 kaki dan tinggi sekitar 165
sentimeter. Dia telah disalib pada
sekitar abad pertama Masehi. Setelah jasadnya mulai membusuk, sanak keluarganya
mengumpulkan tulang belulangnya dan
tulang belulang seorang anak kecil dan menyimpannya kembali dalam sebuah kotak batu gamping yang dikenal sebagai
osuari[6].
credit: orthoinfo. |
Tulang-tulang
telapak kaki (calcanei) Yehohanan masih terpaku dengan sebuah paku besi
berukuran 4,5 inchi, yang telah mulai membengkok kala paku itu mulai dipalukan
kedalam salib yang terbuat dari kayu pohon zaitun[7]. Pada tulang kering (tibia) kanan telah terjadi
keretakan menjadi serpihan-serpihan akibat sebuah pukulan, ini adalah sebuah
tindakan “coup de grace” atau pengakhiran penderitaan yang telah dilaksanakan
untuk mempercepat kematian (bandingkan dengan
Yohanes 19:32 “Maka datanglah
prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang
lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus”).
-
garis
atau semacam kerutan pada tulang radial pada tangan kanan mengindikasikan bahwa korban
telah diikat ketat pada lengan bawah, bukan pada kedua tangan sebagaimana dalam
penggambaran-penggambaran tradisional penyaliban Kristus[8]. Kata Yunani cheiras dalam Lukas 24:39-40 dan Yohanes
20:20,25,27 biasanya diterjemahkan ‘tangan-tangan,” dapat dan seharusnya
diterjemahkan “lengan-lengan” dalam nas-nas ini[9]
Fakta
bahwa kedua tulang telapak kaki dipaku oleh sebuah paku tunggal telah
merumitkan rekonstruksi-rekonstruksi postur tubuh korban. Hass mengajukan
pendapat bahwa orang tersebut disediakan dengan sebuah dudukan tempat kaki
berpijak pada kayu salib (sedile), dan sehingga kedua kakinya menjadi dalam posisi
menekuk ketika kedua telapak kaki dipakukan pada kayu salib[10]
Dengan kata lain, Moller-Christensen telah memberikan spekulasi bahwa sebuah
bingkai segi empat telah dibuat bagi kaki orang yang disalibkan sehingga kedua
kakinya tidak menekuk dan saling menjauh atau memisah ke sisinya masing-masing[11]
B.Teks-Teks
Yahudi
Karena
kutuk Mosaik (Ulangan 21:22-23) seorang Mesias yang telah disalibkan telah
menjadi sebuah batu sangungan bagi orang-orang Yahudi (1Korintus 1:23).
Ulangan 21:22-23 Apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian kaugantung dia pada sebuah tiang, maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu."1Korintus 1:23 tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan.
Kita
dapat merasakan kesukaran-kesukaran akut pada orang-orang Yahudi dari respon
Trypho kepada Justin Martir (awal abad ke 2):
Trypho telah berkata,”Nas-nas firman semacam ini, tuan, memaksa kami untuk menantikan Dia yang, sebagai Anak manusia, menerima dari har-hari purba kerajaan kekal. Tetapi ini yang disebut Kristus kalian telah sungguh tak dapat dihormati dan tak mulia, sebegitu tak pantasnya sehingga kutuk terakhir yang terkandung di dalam hukum Tuhan telah menimpa atas dirinya, karena dia telah disalibkan[12]
Sebagai
tambahan untuk rujukan-rujukan teks rabinik[13], kami memiliki dua teks dari
Qumran yang terlihat merujuk pada penyaliban. J.M. Allegro pertama-tama meminta
perhatian pada Nahum Commentary yang mana terlihat mengarah pada Alexander Jannaeus, yang telah
menyalibkan 800 musuh-musuhnya[14]. Lebih baru Y. Yadin telah membuat terang
pada “Temple Scroll,” yang terbaca sebagai berikut (kolom 64 baris 6 dan
seterusnya): “Jika seorang pria telah diberitahukan melawan rakyatnya dan telah
diserahkan kepada rakyatnya kepada sebuah bangsa asing dan telah melakukan hal
jahat terhadap rakyatnya, engkau akan menggantungnya pada sebuah tiang dan dia
akan mati[15]”
Sekalipun argumen-argumen Baumgarten menunjukan hal sebaliknya, kata kerja tlh‘gantung’ dalam teks-teks
ini akan terlihat menunjukan pada penyaliban[16]
Fitzmyer menunjukan bahwa demonstrasi-demonstrasinya bahwa bahkan sebelum
Kekristenan, orang-orang Yahudi sendiri telah
menerapkan Ulangan 21:22-23 untuk penyaliban[17]
Sejarahwan Yahudi
Josephus mengisahkan kembali sejumlah insiden penyaliban, tak ada satupun yang
memilukan seperti sebuah kejadian yang terjadi selama pengepungan Machaerus
(War VII. 202-203). Komandan Roma telah menangkap seorang anak muda pemberani
bernama Eleazar.
...dia telah memerintahkan sebuah salib untuk ditegakan, seolah-olah dimaksudkan untuk membuat Eleazar tergantung dalam sekejab; dimana pandangan mereka di dalam benteng telah dipenuhi dengan kecemasan yang lebih mendalam dan dengan jerit teriakan yang menghujam bahwa tragedi itu tak dapat diterima. Pada titik waktu ini, lebih lanjut, Eleazar memohon mereka untuk tidak meninggalkan dirinya sendirian menjalankan kematian yang paling menyedihkan...
Memperhatikan
permohonannya, orang-orang Yahudi mulai menyerahkan benteng tersebut.
C.Teks-Teks Klasik
Jurgen Moltmann menyatakan dalam kebenaran yang timpang pada kasus ini secara hebat ketika dia
berkata”bagi humanisme kuno, Yesus yang telah disalibkan dan pemujaan pada
Yesus telah merupakan sebuah hal yang memalukan...dalam pencarian manusia pada yang baik, yang benar dan yang indah,
Kristus yang telah disalibkan bukanlah sebuah simbol estetis/keindahan yang bernilai”[18]
Martin Hengel dalam
monografnya yang sangat terpelajar pada subyek laporan-laporan bahwa orang-orang Yunani tak pernah menggunakan
konsep penyaliban dalam sebuah pengertian
yang bersifat metafora.
Dalam pemikiran purba, misal diantara orang-orang (Roma) penganut filsafat Stoic, sebuah interpretasi bersifat etika dan simbol pada penyaliban masih mungkin, tetapi untuk menyatakan bahwa Tuhan sendiri telah menerima kematian dalam wujud seorang Yahudi buruh kasar dari Galilea yang telah disalibkan untuk tujuan menghancurkan kuasa kematian dan membawa keselamatan bagi semua manusia hanya dapat membuat terlihat menjadi kebodohan dan kegilaan bagi orang-orang era purba[19]
Dalam sebuah teks pidatonya yang terkenal untuk membela Rabirus
pada 63 SM, Cicero secara tajam telah menggambarkan horor penyaliban yang
diadakan bagi kalangan orang-orang Roma:
Tetapi sang eksekutor, kepalanya yang diselubungi kain dan kata yang bertuliskan salib (nomen ipsum crucis) seharusnya disingkirkan jauh tidak hanya dari pribadi seorang warga Roma tetapi dari pikiran-pikirannya, mata-matanya dan telinga-telinganya. Karena eksekutor, selubung dan kata salib tidak hanya kejadian yang nyata akan hal-hal ini atau ketahanan mereka, tetapi pertanggungan jawab bagi mereka, pengharapan, benar bahwa menyebutkan saja semua hal itu, itu adalah tak layak bagi seorang warga Roma dan seorang manusia merdeka[20]
Salah satu
keuntungan kewargaan Roma adalah, kecuali
dalam kasus yang jarang, Roma melindungi warganya dari penyaliban.
Diantara horor-horor
penyaliban ada penderitaan berkepanjangan yang dipotret oleh Paulus
kontemporer, Seneca:
Dapatkah siapapun telah didapati lebih menyukai terbuang tersia-sia dalam penderitaan anggota tubuh demi anggota tubuh, atau membiarkan mengucur nyawanya tetes demi tetes, ketimbang mengalaminya sekaligus sama sekali? Dapatkan siapapun orangnya telah didapati mengalami sakit panjang, telah tidak dikenali rupanya, membengkak dengan bilur-bilur buruk pada pundak-pundaknya dan dada, dan menarik nafas kehidupan di tengah-tengah tarikan penderitaan panjang? Dia akan memiliki banyak alasan untuk mati bahkan sebelum digantung di salib[21]
Sebab
penyaliban-penyaliban telah ditujukan sebagai penggentar-penggentar,
orang-orang Roma telah memasangkan salib-salib di hampir semua tempat publik,
sebagaimana telah dicatat oleh Quintillian: “kapanpun kamu menyalibkan yang
bersalah, jalan-jalan paling ramai telah
dipilih, dimana pada tempat itu
kebanyakan orang dapat melihat dan digerakan oleh ketakutan semacam ini.
Karena hukuman-hukuman tak sepenuhnya
berkaitan dengan hukuman setimpal, dengan maksud untuk menjadi efek peringatan mereka.”[22]
D.Teks-Teks Kristen
Tambahan bagi
tuduhan-tuduhan ateisme, amoralitas, dan kanibalisme yang disarangkan oleh para
pagan untuk melawan orang-orang Kristen, gagasan menyembah seorang Juruselamat
yang telah disalibkan mendatangkan hinaan-hinaan sebagaimana yang telah
diungkapkan dalam Octavius (9:3) karya
Minucius Felix :
Dan siapapun yang berkata bahwa obyek-obyek penyembahan mereka adalah seorang manusia yang telah menderita hukuman kematian karena kejahatannya dan kayu salib mematikan, menempatkan obyek-obyek tersebut pada altar-altar yang sepantasnya bagi seorang penjahat yang tak dapat diperbaiki lagi, sehingga dengan demikian mereka sebenarnya beribadah kepada apa yang patut mereka terima.[23]
Anorbius melaporkan bahwa
penganut pagan telah berkata:
Dewa-dewa tidak memusuhimu karena anda menyembah Tuhan yang mahakuasa tetapi karena kamu mempertahankan bahwa seorang manusia, terlahir sebagai seorang manusia, dan yang telah menderita hukum penyaliban, yang bahkan bagi seorang paling hina adalah sebuah hukuman sungguh tak terpuji, adalah Tuhan...[24]
Anorbius dengan sukar
menjawab tudingan tersebut, berpendapat bahwa cara kematian seseorang tidak menggugurkan
kata-kata dan perbuatan-perbuatannya, mengutip kematian Pythagoras dan
Socrates.
Walaupun orang-orang
Kristen tidak selalu dapat mengekspresikan dalam kata-kata dasar-dasar bagi
iman mereka, mereka segera dipanggil untuk menjadi martir-martir, “saksi-saksi”
oleh kematian, pada saat-saat di atas salib dalam aniaya-aniaya Nero pada 64
Masehi (Tacitus,Annals XV.44.6). Eusebius (H.E.II.25.5) melaporkan bahwa dalam
masa Nero “Paulus telah dipenggal di Roma, dan Petrus kelihatanya telah
disalibkan.” Sumber appkrifa Acts of Peter(37) berhubungan dengan apa yang
diminta Petrus, “Aku memintamu karena itu, para eksekutor, untuk menyalibkanku
dengan kepala menghadap ke bawah—dalam cara ini dan tidak ada cara lain”[23]
Penggambaran grafis
martyrdom atau kesyahidan Pionius dari
Smyrna, yang telah disalibkan dalam penganiayaan Decian (250 Masehi),
telah tersimpan bagi kita dalam Acta Pionii:
Orang-orang terhukum telah dituntun oleh pejabat keamanan....ke tiang yang telah dipersiapkan bagi mereka di dalam arena. Atas permintaannya, Pionius seperti yang dikehendakinya sendiri merobek-robek pakaiannya...Dia kemudian membaringkan tubuhnya dan merentangkan tubuhnya di sepanjang tiang tersebut, dan membolehkan prajurit untuk menghujamkan paku-paku...Lalu mereka membangkitkan tiang tersebut menjadi dalam keadaan tegak berdiri, dan menurunkannya kedalam sebuah lubang di tanah, menambah secara dahsyat rasa sakit dalam luka-luka si sengsara... bahan bakar kemudian dibawa ditumpukan di sekeliling kaki para korban, dan api dipantikan....selagi api menjilatinya, dengan wajah penuh sukacita dia mengatakan sebuah kata akhir “Amen”; dan menambahkan kata-kata: “Tuhan, terimalah jiwaku!” dia telah mengakhirinya.[26]
Bersambung ke Bagian 2 “Doketisme”
Diterjemahkan
dan diedit oleh: Martin Simamora. Dari : The Crucifixion and Docetic
Christology- Concordia Theological Quarterly, Volume 46 Number 1 January 1982
Catatan Kaki:
1H.M.
Shires, Finding the Old Testament in the New (Philadelphia:Westminster, 1974).
pp. 38, 58, 101.
2E.E.
Ellis, "Christ Crucified." in Reconciliation and Hope, ed. R. Banks (Grand
Rapids: Eerdmans, 1974), pp. 69-75.
3N.
Haas, "Anthropological Observations on the Skeletal Remains from Giv'at
ha-Mivtar," IEJ, 20 (1970), pp. 44-46, 48.
4J.
Naveh. "The Ossuary Inscriptions from Giv'at ha-Mivtar." IEJ, 20 (
1970), p. 35.
5Y.
Yadin, "Epigraphy and Crucifixion," IEJ, 23 (1973), pp. 18-22.
6Cf.
E.M. Meyers, Jewish Ossuaries: Reburial and Rebirth(Rome Biblical Institute,
1971).
7Cf.
J.W. Hewitt, "The Use of Nails in the Crucifixion," HTR. 25 ( 1932).
pp.29-45.
8Cf.
plate 22. IEJ, 20 ( 1970).
9J.H.
Charlesworth, "Jesus and Jehohanan: An Archaeological Note on Crucifixion,"
Expository Tinres, 84 ( 1973). p. 148, n. 16. comments: "The so-called
Turin Shroud, which might have once contained a crucified man. apparently
reveals nail wounds near the wrists and not in the palms." On the shroud,
see further: C.J. McNaspy, "The Shroudof Turin." CBQ. 7 (1945), pp.
144-64; €.A. Wuenschel, "The Shroud of Turin and the Burial of
Christ." CBQ, (1945), pp. 405-37; P.N. Vignon. Shroud of Christ (Secaucus:
University Books, 1970); T. Humber. The Sacred Shroud (N.Y.: Pocket Books,
1977). The linen shroud which has been venerated since the fourteenth century
was subjected to scientific tests in 1978 to determine its date. The results
have not yet been published. See V. Rortin. "Science and the Shroud of
Turin," BA, 43 (1980). 109-1 7.
10Haas,
p 57. plate 24; cf. J.F. Strange, "Crucifixion. Method of." IDS-Supplement.
p. 200.
11V.
Moller-Christensen, "Skeletal Remains from Giv'at ha-mil tar." IEJ.
26 (1976), pp. 35-38.
12Justin
Martyr und Athenagoras. tr. A. Roberts and J. Donaldson (Edinburgh: T. and T.
Clark, 1892). # 132, p. 126: cf. Ft 89. p. 2 12.
13Martin
Hengel. Crucfixion (London: SCM, 197uz. pp. 84-85,
14Cf.
E.M. Yamauchi. "The Teacher of Righteousness from Qumran and Jesus of
Nazareth," Christianity,: Today. I0 (May 13. 1966). pp. 8 16- 18.
15Cited
in J.A Fitzmyer, "Crucifixion in Ancient Palestine. Qumran Literature, and
the New Testament." ('BQ. 40 (1978). p. 503.
16J.
M. Baumgarten, "Does TLH in the Temple Scroll Refer to Crucifixion?" JBL,
91 (1972): pp. 472-8 1. Cf. J. M. Ford," 'Crucify him. crucify him.' And the
Temple Scroll." Bible and Spade. 6 ( 1977). pp. 49-55.
17Fitzmyer,
p. 507.
18J.
Moltmann, The Crucified God ([.ondon: SCM. 1974). p. 33.
19Hengel,
p. 89.
20Cited
in ibid., p. 42. As to the"weals" mentioned here, the head of a Roman
scourging whip was found for the first time at Heshban; see .4 C;SS. 14 (1976),
p. 216.
21Cited
in Hengel, pp. 30-31.
22Cited
in ibid., p. 50, n. 14.
23Tertullion,
Apologetical Works; and Minucius Felix, Octavius, tr. R. Arbesmann. E.J. Daly.
and E.A. Quain (Washington. D.C.: Catholic University of America, 1950). p.
336. A pagan had incised a cartoon on the Palatine Hill in Rome with the words.
"Alexamenos worshipping his god" with the picture of a man with the
head of an ass hanging on a cross.
24Arnobius
of Sicca, The Case Against the Pagans, tr. G.E. McCracken (Westminster. Md.:
Newman Press. 1949). 1.36. p. 84. Cf. Celsus' jibe. "You have had the
presumption to . . . assert that a man who lived a most infamous life and died
a most miserable death was a god" (Contra Celsum VlI, 53).
25E.
Hennecke and W. Schneemelcher, eds.. New Testamenr Aprocrypha I1 [hereafter N
TA II] (Philadelphia: Westminster. 1965). p. 3 19.
26C.J.
Cadoux, Ancient Smyrna (Oxford: B. Blackwell. 1938). pp. 398-99.
No comments:
Post a Comment