Oleh: Martin Simamora
“Banyak Kejahatan
Yang Dinilai Dunia Bukan Dosa & Banyak
Dosa Yang Dinilai Dunia Bukan Kejahatan”
Di “hariku” ini, saya ingin
menuliskan sesuatu yang amat personal namun tidak eksklusif, ini adalah refleksi
yang begerak ke luar dari pengalaman-pengalaman pribadiku, yang sayangnya tidak
bisa saya utarakan di sini. Namun, apa yang menjadi poin besarnya adalah: semua
manusia bahkan orang-orang Kristen sekalipun bisa terjebak di dalam situasi yang
digambarkan sebagaimana judul di atas. Saya akan sajikan sebuah situasi
yang dihadapi seorang politisi dan birokrat Kerajaan Persia, yang beriman dan setia kepada Tuhan, di dalam
Alkitab, untuk membantu para pembacaku apakah sesungguhnya yang sedang saya
bicarakan kali ini. Tentu saya harus berkata bahwa Daniel adalah salah satu
subyek paling menarik bagi saya sejak
kala saya mengecap sekolah politik di Universitas Parahyangan, Bandung. Ini
adalah sosok seorang politisi yang tak menyayangkan nyawanya, masa depan, atau
apapun juga. Daniel, jika dia hidup saat ini, saya pastikan akan digunjingkan
oleh publik sebagai seorang politisi
yang terlampau idealis. Hal yang amat
janggal untuk dikatakan sekedar idealis sebetulnya sebab bagaimanapun
tak ada kebenaran didalam mencuri kecil-kecilan uang atau kekayaan kerajaan.
Mari segera kita melihat Daniel:
Daniel
6:1-12-16
Lalu berkenanlah Darius mengangkat seratus dua puluh wakil-wakil raja atas kerajaannya; mereka akan ditempatkan di seluruh kerajaan; membawahi mereka diangkat pula tiga pejabat tinggi, dan Daniel adalah salah satu dari ketiga orang itu; kepada merekalah para wakil-wakil raja harus memberi pertanggungan jawab, supaya raja jangan dirugikan. Maka Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu, karena ia mempunyai roh yang luar biasa; dan raja bermaksud untuk menempatkannya atas seluruh kerajaannya.Kemudian para pejabat tinggi dan wakil raja itu mencari alasan dakwaan terhadap Daniel dalam hal pemerintahan, tetapi mereka tidak mendapat alasan apapun atau sesuatu kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya. Maka berkatalah orang-orang itu: "Kita tidak akan mendapat suatu alasan dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya!"Kemudian bergegas-gegaslah para pejabat tinggi dan wakil raja itu menghadap raja serta berkata kepadanya: "Ya raja Darius, kekallah hidup tuanku! Semua pejabat tinggi kerajaan ini, semua penguasa dan wakil raja, para menteri dan bupati telah mufakat, supaya dikeluarkan kiranya suatu penetapan raja dan ditetapkan suatu larangan, agar barangsiapa yang dalam tiga puluh hari menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada tuanku, ya raja, maka ia akan dilemparkan ke dalam gua singa. Oleh sebab itu, ya raja, keluarkanlah larangan itu dan buatlah suatu surat perintah yang tidak dapat diubah, menurut undang-undang orang Media dan Persia, yang tidak dapat dicabut kembali. Sebab itu raja Darius membuat surat perintah dengan larangan itu.Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.Lalu orang-orang itu bergegas-gegas masuk dan mendapati Daniel sedang berdoa dan bermohon kepada Allahnya.Kemudian mereka menghadap raja dan menanyakan kepadanya tentang larangan raja: "Bukankah tuanku mengeluarkan suatu larangan, supaya setiap orang yang dalam tiga puluh hari menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada tuanku, ya raja, akan dilemparkan ke dalam gua singa?" Jawab raja: "Perkara ini telah pasti menurut undang-undang orang Media dan Persia, yang tidak dapat dicabut kembali."Lalu kata mereka kepada raja: "Daniel, salah seorang buangan dari Yehuda, tidak mengindahkan tuanku, ya raja, dan tidak mengindahkan larangan yang tuanku keluarkan, tetapi tiga kali sehari ia mengucapkan doanya."Setelah raja mendengar hal itu, maka sangat sedihlah ia, dan ia mencari jalan untuk melepaskan Daniel, bahkan sampai matahari masuk, ia masih berusaha untuk menolongnya.Lalu bergegas-gegaslah orang-orang itu menghadap raja serta berkata kepadanya: "Ketahuilah, ya raja, bahwa menurut undang-undang orang Media dan Persia tidak ada larangan atau penetapan yang dikeluarkan raja yang dapat diubah!" Sesudah itu raja memberi perintah, lalu diambillah Daniel dan dilemparkan ke dalam gua singa. Berbicaralah raja kepada Daniel: "Allahmu yang kausembah dengan tekun, Dialah kiranya yang melepaskan engkau!"
Teks
yang saya kutip kali ini termasuk sangat panjang, sebab memang ini adalah
bagian yang penting untuk memahami bagaimana seorang politisi dan birokrat
dalam Pemerintahan Raja Darius ini menghadapi situasi politik yang dihadapinya
saat itu.
Ini
adalah kisah 1 orang melawan 120 plus 2. Ini adalah kisah Daniel yang tak mau
menimbulkan kerugian bagi kerajaan/pemerintahannya. Dia sebagai pejabat tidak
mau menjadi bagian kejahatan yang kini sangat dikenal sebagai kejahatan
korupsi. Perhatikan ini:
“dan Daniel adalah salah satu dari ketiga orang itu; kepada merekalah para wakil-wakil raja harus memberi pertanggungan jawab, supaya raja jangan dirugikan. Maka Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu, karena ia mempunyai roh yang luar biasa; dan raja bermaksud untuk menempatkannya atas seluruh kerajaannya.”
Daniel
adalah pejabat penting yang strategis
untuk menjaga kekayaan negara. Dia adalah salah satu dari 3 Pejabat
Tinggi. Kepada ketiga pejabat tinggi inilah 120 wakil-wakil raja memberikan
pertanggungan jawab dengan sebuah tujuan besar: “Supaya raja jangan dirugikan!”
Bahkan
kita menjadi tahu bahwa Daniel bahkan
melebihi 2 pejabat tinggi lainya- pejabat pengawas kekayaan atau keuangan
negara, sehingga raja bermaksud untuk menempatkan atas seluruh kerajaannya.
Ketika
Melakukan Kebenaran adalah “Dosa”
Apa
yang luar biasa dari kisah ini adalah konflik atau kegentingan nasional yang
bermula dari sebuah kesetiaan kepada kebenaran dan sebuah kesetiaan untuk
mengabdi kepada raja dan kerajaan dan tidak kepada yang lain. Seorang politisi
sekaligus birokrat bernama Daniel yang memiliki integeritas dan dedikasi tinggi
untuk mengabdi kepada raja dan kerajaannya telah menjadi masalah bagi sesama
koleganya – 2 pejabat tinggi pengawas
kekayaan/ keuangan raja dan kerajaan, apalagi bagi 120 wakil-wakil raja.
Apa
masalah Daniel? Sebagaimana telah kita baca bahwa jabatan Daniel sebagai salah
satu pengawas 120 wakil-wakil raja seluruh negeri sangat terkait dengan “supaya raja jangan dirugikan.” Jika Daniel dikatakan :
(1)Setia
(2)Tidak
ada kelalaian
(3)Tidak
ada sesuatu kesalahan
Terkait
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya sebagai birokrat atau pebat tinggi
negara, lalu apakah masalahnya. Masalah Daniel adalah pada 3 poin tersebut.
Pada Daniel sendiri, 3 poin tersebut adalah hal sepatutnya bahwa dia
berkewajiban mengabdi kepada kepentingan negara/ kerajaannya dan bukan melayani
kepentingan-kepentingan pribadinya yang dapat merugikan raja. Jelas terlihat
bahwa Daniel dengan demikian menjadi lawan bagi 2 kolega sejawatnya dan apalagi
bagi 120 wakil-wakil raja. Daniel dengan demikian menjadi penghalang bagi
mereka semua untuk melakukan hal-hal yang merugikan raja namun menguntungkan
mereka pribadi. Perhatikan hal ini:
“Kemudian para pejabat tinggi dan wakil raja itu mencari alasan dakwaan terhadap Daniel dalam hal pemerintahan, tetapi mereka tidak mendapat alasan apapun atau sesuatu kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya.”
Daniel
dengan demikian harus disingkirkan, namun dalam sebuah cara yang harus
direkayasa dan tidak mungkin menjatuhkannya melalui hal-hal atau isu-isu yang berhubungan dengan jabatan atau wewenang
atau pelaksanaan tugas-tugas kenegaraannya. Tiada celah sehingga harus
dirancangkanlah sebuah konspirasi
Konspirasi
Politik Busuk Untuk Menyingkirkan Seorang Yang Setia Kepada Kebenaran
Dan
tak ada cara lain selain semua harus bersatu agar Daniel, pejabat negara yang
setia dan tak mau berkompromi sama sekali dengan kejahatan itu tersingkir dan
mati sekaligus. Mari kita perhatikan:
Maka berkatalah orang-orang itu: "Kita tidak akan mendapat suatu alasan dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya!"
Maka
kehidupan pribadinya yang dibidik. Pada kasus Daniel, para lawan politiknya
tidak membidik orang-orang terdekatnya, namun dirinya dan apa yang dilakukan
oleh dirinya : beribadah kepada Allahnya!
Sebuah
kejahatan yang sudah merasuki sebuah pemerintahan akan melahirkan
kejahatan-kejahatan lainnya yang semakin dan lebih keji. Jika sebelumnya, kita
telah melihat Daniel oleh karena kesetiaannya menjaga agar raja tidak mengalami
kerugian atau menolak korupsi atau menyalahgunakan wewenang dan jabatan untuk
kepentingan diri sendiri, sehingga dianggap sebagai lawan yang harus
disinggkirkan. Maka cara yang hendak digunakanpun tak kalah jahatnya bahkan
lebih jahat :” Kriminalisasi beribadah kepada Tuhan.” Kita dapat berkata
bahwa mayoritas pejabat-pejabat negara
di Kerajaan Persia ini telah diinfeksi oleh korupsi dan berbagai penyelewangan
yang akut dan berakar sehingga mereka menganggap kebenaran dalam wujud apapun
di dalam pemerintahan adalah sebuah dosa atau kejahatan yang harus disingkirkan.
Sebuah
konspirasi besar telah disusun bersama-sama secara aklamasi dan titik tembaknya
telah dipilih dan mereka sangat yakin bahwa
mereka akan sukses untuk menjatuhkannya. Satu melawan 120 plus 2, siapa
yang akan menang? Semua orang dunia bahkan tak peduli orang Kristen, andaikan
Daniel adalah peristiwa kontemporer, pasti akan berkata bahwa Daniel akan kalah
dan Daniel terlampau idealis. Dalam politik terlampau idealis, adalah sebuah
kegilaan.
Sekarang,
mari kita lihat konspirasi jahat dan busuk ini. Saya akan memperlihatkan
kebusukannya di dalam teks berikut ini:
“Kemudian bergegas-gegaslah para pejabat tinggi dan wakil raja itu menghadap raja serta berkata kepadanya: "Ya raja Darius, kekallah hidup tuanku! Semua pejabat tinggi kerajaan ini, semua penguasa dan wakil raja, para menteri dan bupati telah mufakat, supaya dikeluarkan kiranya suatu penetapan raja dan ditetapkan suatu larangan, agar barangsiapa yang dalam tiga puluh hari menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada tuanku, ya raja, maka ia akan dilemparkan ke dalam gua singa. Oleh sebab itu, ya raja, keluarkanlah larangan itu dan buatlah suatu surat perintah yang tidak dapat diubah, menurut undang-undang orang Media dan Persia, yang tidak dapat dicabut kembali. Sebab itu raja Darius membuat surat perintah dengan larangan itu.”
Mari
saya letakkan kaca pembesar bagi anda sekalian, melalui poin berikut ini:
Sebuah
kesepakatan besar dan busuk untuk menghadang kebenaran dirancangkan dengan
sebuah semangat yang penuh atau berapi-api: “Kemudian
bergegas-gegaslah para pejabat tinggi dan wakil raja itu
menghadap raja serta berkata kepadanya: "Ya raja Darius, kekallah hidup
tuanku! Semua pejabat tinggi kerajaan ini, semua penguasa dan wakil raja,
para menteri dan bupati telah mufakat,
supaya
dikeluarkan kiranya suatu penetapan raja dan ditetapkan suatu
larangan,”
Dimanakah
kebusukannya? Coba perhatikan hal ini: “Semua
pejabat tinggi kerajaan ini..... telah
mufakat untuk raja mau mengeluarkan sebuah keputusan raja yang berbentuk larangan.
Pertanyaannya, betulkan Semua pejabat
tinggi telah mufakat? Apakah Daniel, salah satu dari pejabat tinggi
pengawas keuangan kerajaan turut serta didalam konspirasi jahat melawan dirinya
sendiri? Jelas tidak, dan dusta politik telah dilontarkan ke atas panggung
politik dengan sebuah target maut: menghempaskan karir politik seorang Daniel.
Apakah
gerangan ketetapan raja berupa larangan yang diharapkan oleh para pejabat korup
tersebut? Ini: “kecuali dalam hal ibadahnya
kepada Allahnya!"
Ini
sekaligus sebuah kesaksian di mata para pejabat yang koruptif dalam menjalankan
fungsi-fungsinya bahwa betapa dekatnya
antara tindakan ibadah seorang Daniel kepada Tuhan dengan keseharian hidupnya.
Kehidupan rohani Daniel telah ditakar sebagai sumber diatas segala sumber
perilaku Daniel. Nanti kita akan melihat bahwa sang Raja yang sangat mengasihinya
pun memandang Daniel sebagai seorang yang memiliki keselarasan antara ibadah
imannya dengan perbuatan iman sehari-harinya. Hal yang sudah sukar untuk
ditemukan dan berangkali akan menghadapi resistensi jika memang demikian, bisa jadi anda akan
dituding terlampau naif, tidak rasional, tidak menimbang keselamatan, lupa bahwa
di dunia ini tidak ada yang ideal. Pada Daniel kita sedang melihat sebuah
kontras yang tajam dengan anda dan zaman di mana kita hidup!
Kecuali
dalam hal ibadahnya kepada Allahnya! Secara sepesifik telah menjadi tuntutan
kepada raja untuk dimaklumatkan sebagai ketetapan raja yang berkuatan hukum
mutlak. Mari perhatikan hal ini:
“agar barangsiapa yang dalam tiga puluh hari menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada tuanku, ya raja, maka ia akan dilemparkan ke dalam gua singa. Oleh sebab itu, ya raja, keluarkanlah larangan itu dan buatlah suatu surat perintah yang tidak dapat diubah, menurut undang-undang orang Media dan Persia, yang tidak dapat dicabut kembali. Sebab itu raja Darius membuat surat perintah dengan larangan itu.”
Hanya
boleh beribadah dan bermohon kepada sang Raja. Diluar itu maka segera menjadi
santapan singa. Sebuah hukuman mati yang keji telah disiapkan untuk seorang
yang melawan korupsi di dalam pemerintahan dan yang setia beribadah kepada
Tuhan.
Dan
ini bukan sebuah kebijakan yang main-main, sebab sekali raja telah membuat
surat perintah maka satu tindakan benar telah menjadi sebuah kejahatan. Ini
jelas bukan sebuah kebijakan yang bersumber dari sebuah maksud yang mulia pada
dasarnya, namun sejak awal, sebagaimana telah saya tunjukan, bersumber dari
bagaimana menyingkirkan seorang pejabat negara/ kerajaan yang setia kepada
negara dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi yang telah diamanatkan oleh
raja baginya. 120 plus 2 telah memilih
tindakan politik mendorong raja mengeluarkan kebijakan yang segera dapat
membunuh pejabat terbaiknya sendiri oleh karena
sebuah tindakan yang teramat personal : beribadah kepada Tuhan. Raja
atau negeri itu tak pernah secara mandiri berkeputusan membuat keputusan
demikian, namun sebuah kolektifitas gagasan para pejabat korup yang merasa
terhalangi oleh Daniel telah mendorong mereka untuk memanipulasi raja dengan strategi menyanjung harga diri
seorang raja.
Perhatikan hal ini:
(1)
Ya raja Darius, kekallah hidup tuanku!
(2) supaya dikeluarkan
kiranya suatu penetapan raja dan ditetapkan suatu larangan, agar barangsiapa yang dalam tiga puluh hari menyampaikan
permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada tuanku, ya raja,
maka ia akan dilemparkan ke dalam gua singa
Sebetulnya sanjungan “kekalah hidup tuanku” bukanlah hal yang terlampau berlebihan untuk sebuah pemerintahan monarkial atau bersifat kerajaan. Apa yang menjadi poin kritis untuk menjadi perenungan kita adalah: ketika persatuan kejahatan menggunakan kemonarkian seorang raja yang absolut hingga menyentuh atau bahkan melampaui batas atas sebuah raja: kala raja semestinya dan memang seharusnya tak boleh menyentuh kebesaran dan kemuliaan seorang Tuhan. Namun hal demikianlah yang dilakukan sebuah persatuan kejahatan dalam pemerintahan raja Darius itu, mengusulkan raja Darius adalah tuhan absolut dimana para penyembah tuhan lain harus dilenyapkan. Tak ada ruang ko – eksistensi atau hidup berdampingan dan kemerdekaan beribadah sesuai iman yang diyakininya. Membunuh ko eksistensi keragaman keyakinan yang ada dalam lingkungan pemerintahan telah dimutilasi melalui kebijakan sang raja.
Ini adalah sebuah bahaya
yang tak dapat ditanggulangi dalam cara damai yang bagaimanapun, tak juga raja
bila sampai Daniel tertangkap tangan sedang beribadah kepada Allahnya.
Apakah
Daniel menjadi takut? Apakah dia menjadi surut untuk melanjutkan
kiprah pengabdiannya sebagai pejabat pemerintah yang bersih dan anti korupsi?
Apakah dia kemudian melakukan kontak-kontak komunikasi secara rahasia dengan para
lawannya yang sudah memiliki
senjata pamungkas untuk memberangus
sepak terjangnya dalam sebuah konsensus politik yang berkekuatan nasional?
Apa yang saya lihat kemudian
adalah sebuah hal yang menakjubkan, sambil menyisakan satu –dua
tanya apakah benar ada sebuah relasi yang kuat dengan ibadah imannya itu? dan
apakah Daniel layak menjadi teladan bagi siapapun dan bukan sebuah situasi unik
belaka. Jika bukan sebuah situasi unik yang tak bisa serampangan saya
berlakukan pada diri saya pribadi, maka pada aspek atau dimensi manakah saya boleh
mengatakan Daniel dapat menjadi teladan bagi siapapun, khususnya bagi para
birokrat dan politisi yang sangat mungkin menghadapi situasi serupa. Mari,
bersama-sama dengan saya melihat sebuah episode yang tak akan pernah saya lupakan sejak saya
membaca episode ini:
Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.
Bagaimana bisa Daniel “menganggap
sepi hal ini?” Reaksi Daniel:
(1)
pergilah ia ke rumahnya
(2)
berlutut,
berdoa serta memuji Allahnya
(3)
SEPERTI YANG BIASA DILAKUKANNYA
Semua akan berkata bahwa Daniel adalah seorang politisi yang tolol. Saya tidak sedang bersarkasme dan saya tidak sedang sekedar berdiksi dengan memilih menggunakan kata "tolol" dalam merangkai kalimat itu agar menarik perhatian anda. Pemilihan kata atau diksi yang saya lakukan merupakan keberadaan aktual tindakan politisnya. Saya akan teramat sukar, jika bukan mustahil, untuk menemukan buku-buk teks politik yang mendukung pilihannya yang luar biasa bobot efektifitas politinya dalam menghadapi situasi yang teramat politis.
Bagaimana
mungkin seorang birokrat yang mengenal baik kultur politik Persia memilih
pulang ke rumah, dan tidak mengupayakan lobi-lobi jalan tengah atau lobi
abu-abu untuk meredam bahaya yang mengancam diri dan tak hanya posisi
politiknya. Bagaimana bisa seorang birokrat yang dimata rajanya lebih daripada
pejabat-pejabat lainnya menjadi begitu “dungu” dalam memainkan bidak-bidak
catur untuk juga menciptakan kelemahan-kelemahan lawannya sehingga tercipta
sebuah keseimbangan politik antara dirinya dan mereka. Bukankan Daniel sebagai
salah satu dari pejabat pengawas memiliki kemungkinan besar untuk mengetahui
dan memiliki data untuk membongkar kebusukan mereka. Saya menduga cukup yakin,
bahwa Daniel memilikinya.
Ketika Tuhan Yang Menjadi Penulis Kehidupan dan
Kesudahannya
Namun,
saya juga kemudian melihat bahwa apa yang
menjadi pilihannya untuk pulang ke rumah adalah tepat. Sebab pertama-tama medan
perang politik yang direkayasa dan melahirkan konsensus nasional yang telah
ditahbiskan sang raja telah menggeser secara dramatis dari medan perang aktual
yang sejatinya adalah kekuatan dan keunggulan Daniel yang absolut : medan
perang pengawasan! Para lawan telah menggesernya dan menciptakan medan perang
baru yang baru, yang tak mungkin dihindari oleh Daniel: medan perang ibadah
imannya kepada Allahnya. Dia mustahil beribadah kepada sang Raja, dia hanya
akan bersujud kepada Allahnya. Dikatakan 3 x sehari dia berlutut kepada
Tuhannya. Sungguh luar biasa Tuhan ini bagi Daniel sehingga SETIAP
HARI di menekukan lututnya- merendahkan dirinya menyembahnya dan berdoa.
Sebuah kesetiaan dan sebuah ketundukan diri yang tak dapat ditandingi sebab
bagaimana mungkin seorang begitu relanya menekukan kakinya dan menyimpuhkan
lututnya kepada Dia yang tak terlihat bahkan belum tentu menyelematkannya dari
konspirasi jahat ini. Bahkan sebetulnya Daniel telah mengetahui bahwa
konspirasi jahat itu telah menjadi sebuah titah berkekuatan hukum nasional yang
tak dapat dibatalkan!
Itu
adalah kebiasaan Daniel, bahkan didalam bahaya yang sedang memburunyapun, dia
tetap sebagaimana biasanya dia. Saya dapat mengatakan bahwa kebiasaan ibadah
Daniel yang demikian bukanlah lahiriah dan bukanlah sebuah ritus apalagi sebuah
identitas keagamaan. Ya...karena saya Kristen maka saya gereja namun tandus
jiwa dan subur dengan dionaki oleh
gagasan-gagasan dunia untuk menyelamatkan diri. Daniel sedang jaya-jayanya dan
satu kesalahan kecil maka dia akan tamat.
Tentu akan ada yang berteriak : hei....Martin, dia terlampau fanatik dan
tak berkhikmat! Saya ingin katakan, mustahil anda mengatakan Daniel tidak
berkhikmat! Dia seorang yang penuh hikmat...ya, bukan saja 3 x sehari berlutut
adalah jiwanya, makanannya, air putihnya dan darahnya namun sebuah kehidupan
yang menyingkapkan bahwa Tuhan adalah pencipta dan penyelamatnya!
Ketika
bahaya begitu perkasa dan begitu ganas memburu maka benar, pilihannya adalah
pulang ke rumah dan menyapa Allahnya yang hidup sebagaimana biasanya. Saya
belajar satu hal besar tentang makna hidup seorang manusia. Manusia tak pernah
bisa menuliskan makna hidupnya, SELAIN TUHAN SENDIRI PENCIPTAMU, dan karena hal itu dia sanggup hidup dan perkasa
didalam segala badai dan topan dunia.
Hanya dan hanya Tuhan saja Sang Penulis makna atau tujuan hidup didalam dirimu
dan oleh hal itulah engkau menjadi hidup dan tahu sekali apa yang harus
dilakukan. Dan ini bukan sekedar seperti kebanyakan orang Kristen berkata :
kalau anda menemukan masalah BESAR diluAr kendalimu MAKA DATANGLAH KEPADA
TUHAN. NO dan TIDAK! Daniel SETIAP HARI
menghadap Tuhan 3x sehari, tak
peduli ada masalah atau tak ada masalah. Kehidupan doa dan dinamika
kebergantungannya tidak didikte oleh apa yang sedang dihadapinya, apakah senang
ataukah bahaya. Tak ada baginya memperpanjang atau menambah jam-jam ibadahnya
dari 3x menjadi 4x , 5 x atau 7x sebab kegentingan menyergapnya. Kehidupan
imannya adalah sebuah kehidupan yang membuat kehendak sorga adalah tuan atas
dirinya. Tak sedikitpun kebimbangan merasuki dirinya dan tak sedikitpun tanya
menyangsikan Tuhan atas perlindungan dan berkat Tuhan atas dirinya. Tak dahulu
dan tak sekarang, baginya Tuhan adalah Tuhan dan dia adalah umatnya. Sebuah
tujuan hidup ada ditangan Tuhan, agenda hidupnya ada di dalam tangan Tuhan Sang Penulis hidupku. Kita
melihat setiap hari 3 x sehari dan tak berubah (apakah bertambah atau berkurang).
Dia
pulang ke rumah dan beribadah SEBAGAIMANA BIASANYA adalah sebuah bukti
bahwa Tuhan memang PENULIS KEHIDUPAN DAN
KESUDAHANNYA, seorang pejabat tinggi, dinilai tinggi oleh sang raja dan lebih
daripada semua pejabat tinggi negara itu, namun Tuhan saja Penulis bagi
hidupnya. Tak ada sebuah kepanikan dengan menambah jam doa dan tak ada sebuah
semangat yang patah dengan tak lagi beribadah. Doaku, jika anda seorang
birokrat atau politisi Kristen, kiranya Bapa menganugerahkan kepadamu sebuah
kehidupan beriman yang kokoh tak gentar dalam menegakkan kebenaran dan melawan
korupsi, bahkan kala bahaya mengancam dirimu dan keluargamu. Pulanglah dan beribadahlah kepada
Tuhan SEPERTI BIASANYA. Saya mendorong anda untuk memiliki sebuah kehidupan
beriman yang aktual dan ujilah dirimu
dan berserulah kepada Tuhan agar Dia berkenan memberikan kepadamu sebuah
ketegaran iman untuk menjadi alat kebenaran-Nya melawan kegelapan!
Antara
Daniel, Tuhan Dan Para Lawan Politiknya
Dan
ini adalah momen atau episode yang paling menggetarkan jiwa saya. Daniel yang pulang ke RUMAH dan berdoa SEPERTI BIASANYA, SEKALIPUN
dia sudah mengetahui ada sebuah titah
raja yang berkekuatan hukum dapat menjeratnya tanpa ampun. Sebelumnya tadi saya
mengatakan bahwa Daniel tetap berkhikmat dalam apa yang dia lakukan. Mari kita
lihat episode ini:
Lalu orang-orang itu bergegas-gegas masuk dan mendapati Daniel sedang berdoa dan bermohon kepada Allahnya.
Apa
yang dapat anda katakan? Saya katakan: Daniel semenjak konsensus nasional yang
dipersiapkan dan dirancang oleh setiap elemen politik nasional Kerajaan Darius,
yang kemudian dilegalisasikan oleh Raja,
dia dikuntit! Kehidupannya dimonitor.
Segala
sumber daya politik dikerahkan agar jangan sampai ada momen untuk menjeratnya
terlewatkan sebab sesegara mungkin Daniel harus dilenyapkan! Sebuah harga
politik berdarah telah ditorehkan untuk dieksekusi!
Dan
DI DALAM RUMAH! Daniel tak melakukannya di kantornya, dia tidak berdoa secara
demonstratif, dia sejatinya melakukannya
di dalam ruang privat, di rumah. Bayangkan saja anda sedang berdoa atau
bersekutu bersama keluargamu dan di
rumahmu sendiri dan sekonyong-konyong rumahmu diserbu dan anda ditangkap karena
perbuatan ibadahmu. Apa yang terjadi sebenarnya bukan soal berkhikmat atau
tidak namun sebuah tuhan kejahatan yang bercokol di hati segenap politikus
bukan saja berupaya menghancurkan karir politik dan bukan saja kemudian untuk
membunuhnya, namun pertama-tama tuhan kejahatan itu telah merampas hak paling
asasi manusia untuk menyelenggarakan kehidupannya sebagai seorang didalam
rumahnya sendiri.
Sehingga
kemudian kita melihat sebuah episode : Daniel sedang beribadah kepada Allahnya
dan pada momen seperti itulah orang-orang bergegas masuk! Masuk ke dalam
rumahnya! Dan orang-orang tersebut merampas momen Daniel mendedikasikan
kehidupan dan keberadaanya kepada Allahnya. Mereka bisa merampas momen itu! Tetapi benarkah mereka bisa merampas Daniel dari
Tuhannya? Atau benarkah Tuhan akan kehilangan Daniel dari genggaman tangannya?
Daniel
dibawa dari rumahnya dan segera dihadapkan ke raja, dan tanpa ruang bagi Daniel sebagai pejabat
negara untuk dapat berkata-kata kepada
raja dalam martabatnya sebagai seorang pejabat tinggi! Dia telah diperlakukan
sebagai seorang kriminal yang terjadi di rumah kediamannya :
“Kemudian mereka menghadap raja dan menanyakan kepadanya tentang larangan raja: "Bukankah tuanku mengeluarkan suatu larangan, supaya setiap orang yang dalam tiga puluh hari menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada tuanku, ya raja, akan dilemparkan ke dalam gua singa?" Jawab raja: "Perkara ini telah pasti menurut undang-undang orang Media dan Persia, yang tidak dapat dicabut kembali."
Dan
kita melihat bahwa tuhan kejahatan yang menguasai segenap politisi dan birokrat
kerajaan itu pada akhirnya dapat mendikte sang raja. Normalnya seorang raja,
maka rajalah yang bertanya maksud kedatanganya; normalnya seorang raja tak akan
ada pejabat bawahannya menitahkan sang raja itu sendiri. Darius kelihatannya
raja yang tak berdaya dihadapan para pejabat-pejabatnya sendiri. Mari kita
perhatikan, SEKALI LAGI:
Kemudian mereka menghadap raja dan menanyakan kepadanya tentang larangan raja: "Bukankah tuanku mengeluarkan suatu larangan, supaya setiap orang yang dalam tiga puluh hari menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada tuanku, ya raja, akan dilemparkan ke dalam gua singa?" Jawab raja: "Perkara ini telah pasti menurut undang-undang orang Media dan Persia, yang tidak dapat dicabut kembali."
Ini
luar biasa sebab ini bukan sekedar merendahkan martabat raja dan kerajaan
tetapi juga menyudutkan raja dalam nada politik yang mengancam. Tak melakukan
apa yang telah diputuskan maka sang raja dapat DIMAKZULKAN. Coba perhatikan
bagaimana mereka mengingatkan raja “Bukankah tuanku mengeluarkan suatu
larangan, supaya setiap orang
yang dalam tiga puluh hari menyampaikan permohonan kepada salah satu dewa atau
manusia kecuali kepada tuanku, ya raja, akan dilemparkan ke dalam gua singa?"
Dan
perhatikan bagaimana raja menjawab dalam
tekanan. Saya nanti akan membuktikan bahwa raja dalam tekanan
politik yang hebat! “Jawab raja: "Perkara ini telah pasti
menurut undang-undang orang Media dan Persia, yang tidak dapat dicabut kembali." Raja tak memiliki ruang apapun untuk
mengerahkan kedaulatan monarkialnya! Raja bahkan telah menjadi “budak”
peraturan politik kerajaan itu sendiri. Raja tak dapat lagi bertitah! Bukankah
raja bertitah untuk membatalkan atau menguatkannya? Kelihatanya raja dalam
tekanan politik yang maha berat; kelihatannya juga, dia tak berdaya melawan
rejimnya sendiri yang sudah teramat koruptif. Dia bahkan sebagai raja telah
dirantai oleh para pejabatnya sendiri.
Dan
inilah yang menyudutkan sang raja:
Lalu kata mereka kepada raja: "Daniel, salah seorang buangan dari Yehuda, tidak mengindahkan tuanku, ya raja, dan tidak mengindahkan larangan yang tuanku keluarkan, tetapi tiga kali sehari ia mengucapkan doanya."
Saya
ingin berkata begini: sebuah pemerintahan yang dicokoli oleh sebuah rejim yang
koruptif akan menghasilkan peraturan-peraturan dan perundang-undangan yang akan
membuat raja atau kepala pemerintahan seorang penjahat yang paling busuk.
Tangan para politisi itu terlihat bersih dan tangan sang raja menjadi
berlumuran darah!
Saya
juga ingin berkata satu hal lainnya: sebuah pemerintahan yang dicokoli oleh sebuah rejim yang koruptif akan
menghasilkan produk-produk kebijakan yang membelenggu sang raja itu sendiri sekalipun
itu adalah titahnya. Jadi dapat dikatakan sebuah kesepakatan jahat pun akan
berupaya menguasai sentra-sentra hukum dan politik yang strategis sehingga
efektif dan ampuh membunuh potensi dan
kekuatan lawan-lawan politik mereka.
Dan
Daniel bahkan telah dirobek martabat dan
wibawanya sebagai pejabat kerajaan yang terhormat dalam sebuah bentuk penistaan
yang rasis: “Daniel, salah seorang buangan dari Yehuda .“ Bahkan kala raja masih menghormati Daniel, semua
lawan politik lainya telah lebih dulu menista Daniel dalam sebuah sentimen
rasisme dan diskriminasi yang mematikan “Seorang buangan dari Yehuda.” Sebuah
drama politik yang mengerikan sebab terbukti raja tak lagi berkuasa dalam
peradilan di kerajaannya sendiri. Bagaikan anak kecil, raja dicucuk hidungnya
dan ditarik paksa untuk melakukan skenario jahat yang telah diciptakan
sebelumnya.
Dan
Raja tak hanya kehilangan kekuasaan monarkialnya namun juga dalam tekanan
politis dan personal. Raja sudah tidak berdaya dalam belenggu rejim koruptifnya
sendiri. Dia tahu ada yang tak beres namun tak berdaya. Sangat mengherankan ada
seorang raja benar-benar dilumpuhkan oleh rejim koruptif sehingga kita akan
melihat Raja Darius tak bisa berbuat apa-apa dan sangat bersedih! Mari kita
perhatikan:
Setelah raja mendengar hal itu, maka sangat sedihlah ia, dan ia mencari jalan untuk melepaskan Daniel, bahkan sampai matahari masuk, ia masih berusaha untuk menolongnya.
Raja
namun tak berdaya, bahkan untuk membela seorang yang diyakininya benar dan tak
bersalah. Tak berdaya yang benar menjadi
salah dan tak berani menggunakan absolutismenya sebagai seorang raja!
Antara
Daniel, Allahnya Daniel dan para lawannya, sejauh inilah yang kita lihat:
Raja gagal menanggulangi krisis politik kerajaannya. Orang yang paling dia percayai kini dalam situasi kritis, tak ada yang dapat dilakukan kecuali mengulur waktu. Mengulur waktu tanpa sebuah strategi politik adalah bahaya dan membuat raja semakin tak berwibawa dan membuat semua pejabatnya menjadi lebih berani lagi melakukan hardik politis. Perhatikan hardikan politis yang sungguh memalukan ini:
Lalu bergegas-gegaslah orang-orang itu menghadap raja serta berkata kepadanya: "Ketahuilah, ya raja, bahwa menurut undang-undang orang Media dan Persia tidak ada larangan atau penetapan yang dikeluarkan raja yang dapat diubah!"
Ketahuilah,
ya raja.... penetapanmu TIDAK DAPAT DIUBAH! Gelagat politik raja terbaca? Ya..ikhtiar raja untuk
mengupayakan pembebasan Daniel gagal dan itu menimbulkan krisis yang harus
diredam segera. Dan solusinya adalah FATAL:
Sesudah itu raja memberi perintah, lalu diambillah Daniel dan dilemparkan ke dalam gua singa. Berbicaralah raja kepada Daniel: "Allahmu yang kausembah dengan tekun, Dialah kiranya yang melepaskan engkau!"
Tak
ada titik kembali dan koreksi bagi raja yang absoutismenya entah hilang kemana:
DANIEL DIAMBIL DAN DILEMPARKAN KE DALAM GUA SINGA.
Antara
Daniel, Allahnya Daniel dan Lawan politiknya yang jahat. Apa yang akan anda
katakan pada titik ini? Coba jawab dengan jujur. Jika ini adalah peristiwa
kontemporer maka orang mungkin berkata: Daniel
terlampau idealis sebagai seorang politis, itu sebuah kebodohan. Namun saya
akan bertanya kepada orang itu: apakah ada
yang namanya kebodohan ketika seorang lebih memilih mematuhi Tuhan
sepenuh hati, kekuatan dan pikiranya dan menolak tunduk kepada setan-setan?
Allahnya Daniel memang tidak berbuat apa sejauh ini, Allahnya Daniel membiarkan
saja Daniel jadi permainan politik keji.
Dalam hal ini kita tak melihat kesurutan Daniel
akan keyakinannya untuk mendapatkan belas kasih dari lawan-lawan
politiknya!
Sekarang
mari kita lihat berikut ini: “Berbicaralah
raja kepada Daniel: "Allahmu yang kausembah dengan tekun, Dialah kiranya yang melepaskan engkau!"
Seperti telah saya katakan dan janjikan sebelumnya, kita akan dan sekarang sedang melihat bahwa Daniel
bukan beribadah dalam cara demikian sebagai sebuah ritualisme atau kebiasaan
namun sebuah kehidupan beriman yang sangat tinggi sebab Sang Penulis- TUHAN
memang menyertai dia. Dan kalau kita melihat pujian itu bahkan terjadi kala Daniel berada didalam GUA SINGA! Maka saya dapat mengatakan bahwa Daniel bahkan tak memiliki sebuah
kebimbangan akan Tuhannya didalam saat yang segenting ini. Dia berangkali
akan ketakutan lazimnya manusia, namun tidak membuatnya surut iman. Dan kita
melihat sebuah kesaksian manis didalam kegentingan yang lahir dari mulut raja
Darius “Berbicaralah raja kepada Daniel: "Allahmu yang kausembah dengan tekun, Dialah kiranya yang melepaskan
engkau!"
Jika Daniel mati tercabik-cabik maka Daniel akan mati sebagai seorang yang tekun menyembah Allah, bukan sebagai koruptor! Bagaimana dengan anda, orang Kristen?Saya berdoa anda berani berdiri tegak untuk meninggalkan gelanggang koruptif di dalam entitasmu. Anda harus berani berdiri sebagai orang yang hidup didalam kebenaran dan bagi kebenaran saja!
Apakah
Daniel kemudian terampas dari tangan Tuhan sang Penulis kehidupannya? Apakah
Tuhan kehilangan dia kala Singa mengauminya? Mari kita lihat:
Pesona
Orang Benar Dalam Genggaman Tangan Tuhan Menjelang Bahaya Menerkamnya
Saya
berharap sub judul ini tak berlebihan. Saya
hampir-hampir sukar menemukan ekspresi yang tepat untuk menggambarkan
hal berikut ini:
Daniel 6:18-21Lalu pergilah raja ke istananya dan berpuasalah ia semalam-malaman itu; ia tidak menyuruh datang penghibur-penghibur, dan ia tidak dapat tidur. Pagi-pagi sekali ketika fajar menyingsing, bangunlah raja dan pergi dengan buru-buru ke gua singa; dan ketika ia sampai dekat gua itu, berserulah ia kepada Daniel dengan suara yang sayu. Berkatalah ia kepada Daniel: "Daniel, hamba Allah yang hidup, Allahmu yang kausembah dengan tekun, telah sanggupkah Ia melepaskan engkau dari singa-singa itu?" Lalu kata Daniel kepada raja: "Ya raja, kekallah hidupmu!
Raja. Inilah yang tersisa dan dialah yang menjadi satu-satunya obyek yang melihat kemuliaan Tuhan didalam diri Daniel. Namun sayang sang raja telah kehilangan kekuasaannya, bahkan apa yang diperbuatnya hampir serupa dengan Daniel sekaligus berbeda secara menyolok.
Raja
memilih opsi spiritual berpuasa (tentu dalam caranya, bukan cara Daniel) dan barangkali ini
pertama kali baginya untuk melakukan bagi seorang Yahudi! Secara umum, apa yang
dilakukan raja Darius ini adalah cerminan kebanyakan orang Kristen yang memilih
berpuasa semalam-malaman sebab berdoa biasa saja dinilai tak berkuasa.
Sangat berbeda dengan Daniel, yang tetap
berdoa SEBAGAIMANA BIASANYA! Raja tidak lagi memiliki opsi politik maka dia
berlaku demikian. Berbeda dengan Daniel yang memiliki opsi-opsi politik yang
mungkin diambil namun sama sekali bukan pilihan rasionalnya. Berdoa SEBAGAIMANA
BIASANYA, tak perlu jam tambahan apalagi puasa.
Saya tak hendak melarang ini! Yang menjadi sorot utama disini adalah bagaimana kehidupan rohani seseorang jika itu adalah sejati akan mencerminkan sebuah ketenangan yang luar biasa oleh sebab dia memiliki dan hidup didalam persekutuan dengan Tuhan. Dia akan hidup didalam kehidupan rohani sebagaimana biasanya dia. Bukankah Yesus pun demikian? Coba baca “Perlukah Berdoa Jika Dipredestinasi? Sebagai sebuah ulasan sederhana namun dapat menjelaskan apa yang saya maksudkan.
Dan
Inilah PESONA ORANG BENAR itu “Daniel, hamba Allah yang hidup, Allahmu yang kausembah
dengan tekun, telah sanggupkah Ia melepaskan engkau
dari singa-singa itu?”
Seorang Raja Persia menanyakan Allah Israel “telah
sanggupkah Ia melepaskan engkau dari singa-singa itu?”
Sekarang
adalah ANTARA DANIEL, SINGA-SINGA DAN RAJA DARIUS. Perbedaannya dengan ANTARA
DANIEL, LAWAN-LAWAN POLITIK DAN ALLAHNYA DANIEL adalah : Raja Darius adalah
orang yang mengasihi Daniel dan menghargai Allahnya Daniel dan belakangan mulai
berbenih didalam dirinya akan keandalan Allahnya Daniel.
Menurut Anda, jika mujizat terjadi, kepada siapakah mujizat itu lebih berguna? Saya akan menjawab: lebih berguna bagi raja Darius. Siapa yang dapat berpikir Raja Persia berharap kepada Allah Israel dalam momen tragis seperti ini?
Sehingga,
apakah yang hendak saya katakan sekarang? Maka saya harus berkata kepada anda
para pembaca budiman di dalam Kristus, sekali lagi pembaca budiman di dalam
Kristus: jangan pernah menilai hidupmu itu hanya demi dirimu sendiri dan demi
keselamatanmu dan demi egoismemu atau kesejahteraan duniawi dirimua dan
orang-orang terkasihmu dan tak
memikirkan kepentingan Tuhan! Problemnya memang melayani kepentingan
Tuhan dapat menghadapi momen-momen kritis bahkan maut sekalipun! Tentang ini,
saya akan menjelaskannya pada tulisan berikutnya!
Daniel, andaikan mati adalah orang yang telah mengenal Allah yang benar dan kesaksiannya manis, bahkan raja Persia akan mengenangnya sebagai orang yang tekun beribadah kepada Tuhan. Dan Raja telah melihat pesona itu.
Dan
pada momen ini, Allah memberikan jawaban indah
bagi raja Darius. Perhatikan jawaban Daniel berikut ini:
Lalu kata
Daniel kepada raja: "Ya
raja, kekallah hidupmu!
Ini
adalah jawaban yang menghapus kegelisahan hidup sang raja dan sekaligus apa
yang terpenting adalah: Daniel telah menjadi terang yang berkemilauan di tangan
Tuhan. Daniel tak pernah lepas dari genggaman tangan Tuhan sekalipun dia telah
diperlakukan tidak adil, dirampas hak-hak politiknya dan dirampas segala
kebesaran jabatan mulianya sekalipun
beribadah kepada Allah dalam cara yang luar biasa!
Daniel 6:22Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan."
Sebuah
kesaksian nyata dalam tragedi orang percaya dalam cara yang teramat keji. Saya
ingin berkata bahwa tak selalu demikian akhir
perjalanan orang yang beribadah
kepada Tuhan. Mengakhiri bagian ini, saya hendak berkata: ada juga momen orang percaya
harus mengalami sebuah akhir tragis di mata manusia untuk melahirkan sebuah
kebenaran yang datang dari Tuhan. Untuk kepentingan siapakah mujizat itu , terutama?
Bukan untuk melayanimu tetapi untuk melayani Tuhan sehingga namanya dimuliakan dan orang asing jika melihatnya
akan melihat kemuliaan Allah. Apakah tujuan hidupmu sejatinya?
saya tak ingin menjawabnya bagi anda,
sebab jawabanku bisa sangat berbeda dengan anda, namun saya tahu pasti bahwa Tuhanlah
Sang Penulis tujuan hidupku sebab dialah yang memulai keberadaanku dan
menyudahi keberadaanku dalam cara dan kehendak-Nya.
AMIN
Segala Kemuliaan Hanya Bagi TUHAN
Segala Kemuliaan Hanya Bagi TUHAN
No comments:
Post a Comment