Oleh: Martin Simamora
Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus
Ketika Yesus berkata “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu
benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran
itu akan memerdekakan kamu (Yohanes
8:31-32)." Maka kata ‘merdeka’ atau eleutherōsei (membebaskan dari hutang
atau kewajiban) menjadi sebuah daya tarik tertinggi sehingga mengaburkan kecemerlangan setara pada “tetap dalam (meinēte
– tinggal dalam) firman-Ku.” Hal semacam ini telah menimbulkan pandangan dan
kemudian pengajaran kemerdekaan yang sangat menekankankan kemerdekaan sehingga
menjadi mahkota kebanggaan seorang yang telah ditebus oleh Kristus, tanpa perlu
terikat pada perintah- perintah atau firman Kristus. Jika seorang yang
dikatakan merdeka masih harus melakukan apa-apa yang Yesus titahkan maka
dipandang tidak merdeka sepenuhnya atau tidak hidup didalam anugerah
sepenuhnya. Padahal, pada teks Yohanes 8:31-32 sekalipun dimerdekakan oleh
Kristus mengakibatkan anda tak lagi berkewajiban untuk senantiasa memenuhi
tuntutan hukum (bandingkan dengan Yohanes 8:1-10), jika tidak maka anda
berhutang; pun demikian tak berarti anda merdeka dalam sebuah nilai yang bebas
dari “nilai-nilai” Pembebasmu, Kristus.
Tindakan Yesus yang
memerdekakan telah menciptakan sebuah kondisi yang mengikat anda yaitu “tetap
dalam firman-Ku.” Tanpa kondisi itu terjadi pada dirimu maka kemerdekaan tak
akan terjadi secara aktual. Saya akan menyajikan bahwa kemerdekaan orang
Kristen di dalam Kristus secara pasti bertemali erat dengan “tetap dalam
firman-Ku.” Mari kita menjelajahinya:
Sang
Pembebas & Manusia Berdosa
Siapakah
dan Apakah yang dimerdekakan oleh Yesus
Teks
8:31-32 ini lahir dalam sebuah peristiwa yang dramatis dan sangat mendebarkan
sebab sangat terkait dengan mati atau hidupnya seorang perempuan yang
dikastakan sebagai hina di dalam masyarakat:
Yohanes 8:2-9(2) Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.(3) Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.(4) Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.(5) Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"(6) Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.(7) Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."(8) Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.(9) Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
Perlu
diketahui bahwa antara diri Yesus Kristus dan ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi senantiasa dalam hubungan yang tak harmonis dan Yesus pernah secara
tajam dan sangat keras melemparkan serangkaian kecaman keras dalam kata-kata
yang kasar untuk menunjukan siapakah mereka sesungguhnya (Baca: Matius 3:7,Matius 23:1-36,
Yohanes 8:44). Dan kali ini Yesus sebetulnya terlibat dalam sebuah tanya-jawab teologis, namun kali ini berbeda dengan tanya-jawab atau
debat-debat teologis lainnya (misal : Matius 22:15-46) sebab andaikata
jawaban Yesus salah maka sebuah kematian akan terjadi di hadapannya!
Dapat
dipahami mengapa Yesus begitu keras dan kasar mengecam mereka : Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular
beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?
(Matius 23:33) atau Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi
dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: "Hai
kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu
dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? (Matius 3:7) sebab
setidaknya pada konteks Yohanes 8: 2-9
jelas terlihat bagaimana mereka telah
memperlakukan hukum Taurat berada
dibawah kekuasaan mereka sehingga mereka dapat merekayasa sebuah situasi dan
sebuah perkara bukan untuk sebuah keadilan apalagi kebenaran tetapi untuk
sebuah motivasi yang teramat jahat dan keji, perhatikan situasi ini:
“Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.(4) Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.(5) Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"(6) Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya.”
Perhatikan:
(1)Betapa santun dan hormatnya mereka menyapa Yesus dengan “Rabi” atau Guru Kitab Suci(2)Betapa mereka memosisikan Yesus sebagai segolongan yang terhormat dengan mereka : “.... memerintahkan kita untuk...”(3)Betapa mereka memperlihatkan diri di hadapan Yesus, sebagai yang begitu tunduk kepada Musa –Hukum Taurat, dan tentu seharusnyalah Yesus tidak akan menentang Musa
Namun
apa yang membuat 3 poin itu menjadi
sebuah hal yang menjijikan adalah bagaimana mereka melakukan 3 poin tersebut dalam sebuah
rekayasa tujuan atas sebuah kasus kejahatan yang aktual:” Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada
Yesus .“
Ini
bukan semata-mata mereka sedang menggelar sebuah pengadilan atas sebuah kasus
aktual, namun menggunakannya untuk sebuah tujuan yang lebih besar lagi: menyalahkan Yesus dalam sebuah skenario licik (Mereka
mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk
menyalahkan-Nya). Bayangkan sebuah pengadilan yang mengadili seorang terdakwa, dirancang untuk menyalahkan seorang hakim! Yesus
bukanlah pejabat resmi keagamaan Yahudi, dia tidak duduk sebagai salah satu
ahli Taurat dan salah satu orang Farisi. Yesus adalah seorang yang berada di luar
sistem formal lembaga agama saat itu, dan secara semena-mena, mereka telah menyalahgunakan hukum Taurat
dan nama Musa sebagai otoritas untuk menjerat Yesus ke dalam sebuah keputusan
yang sudah pasti.
Bagaimana
Yesus memandang mereka? Yesus jelas tidak membantah dan menentang kebenaran dan
keberlakukan Hukum Taurat. Namun Yesus jelas sedang menentang secara keras,
mereka sebagai eksekutor-eksekutor tak pantas atas hukum Taurat. Bagi Yesus
mereka tak pantas sama sekali menjadi hakim atas dosa-dosa manusia, dan bagi
Yesus mereka tak pantas menjamah hukum suci yang diturunkan Allah kepada bangsa
Yahudi melalui Musa, sebab bagi Yesus
mereka sendiri adalah pelanggar-pelanggar hukum Taurat yang suci itu. Mari
kita lihat bagaimana Yesus menunjukan bahwa tak satupun dari ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi memiliki kepantasan atau kekudusan untuk mengeksekusi salah satu hukum dalam Taurat yang kudus tersebut:
Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
Perhatikan, Yesus menyetujui dan membenarkan, bahwa memang benar, menurut
hukum Taurat yang diterima Musa bagi bangsanya, seorang yang berzinah
memang benar harus dihukum mati (bacalah: Imamat 20:10, Ulangan 22:22). Namun,
Yesus secara mengejutkan memberikan jawaban hukum yang tak terduga oleh
siapapun juga “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu .”
Jawaban tak terduga ini memang bukan sembarang jawab,
sebab memang kekudusan yang terkait dengan pengampunan dosa, melalui persembahan binatang, merupakan tema penting bagi siapapun didalam hukum
Musa, seperti berikut ini:
- Imamat 4:35 Tetapi segala lemak haruslah dipisahkannya, seperti juga lemak domba korban keselamatan dipisahkan, lalu imam harus membakar semuanya itu di atas mezbah di atas segala korban api-apian TUHAN. Dengan demikian imam mengadakan pendamaian bagi orang itu karena dosa yang telah diperbuatnya, sehingga ia menerima pengampunan.
- Imamat 5:10 Yang kedua haruslah diolahnya menjadi korban bakaran, sesuai dengan peraturan. Dengan demikian imam mengadakan pendamaian bagi orang itu karena dosa yang telah diperbuatnya, sehingga ia menerima pengampunan.
- Imamat 1:1-4 TUHAN memanggil Musa dan berfirman kepadanya dari dalam Kemah Pertemuan: Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Apabila seseorang di antaramu hendak mempersembahkan persembahan kepada TUHAN, haruslah persembahanmu yang kamu persembahkan itu dari ternak, yakni dari lembu sapi atau dari kambing domba. Jikalau persembahannya merupakan korban bakaran dari lembu, haruslah ia mempersembahkan seekor jantan yang tidak bercela. Ia harus membawanya ke pintu Kemah Pertemuan, supaya TUHAN berkenan akan dia. alu ia harus meletakkan tangannya ke atas kepala korban bakaran itu, sehingga baginya persembahan itu diperkenan untuk mengadakan pendamaian baginya.
- Imamat 16:5 Dari umat Israel ia harus mengambil dua ekor kambing jantan untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran.
- Imamat 16:14- Lalu ia harus mengambil sedikit dari darah lembu jantan itu dan memercikkannya dengan jarinya ke atas tutup pendamaian di bagian muka, dan ke depan tutup pendamaian itu ia harus memercikkan sedikit dari darah itu dengan jarinya tujuh kali. Lalu ia harus menyembelih domba jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa bagi bangsa itu dan membawa darahnya masuk ke belakang tabir, kemudian haruslah diperbuatnya dengan darah itu seperti yang diperbuatnya dengan darah lembu jantan, yakni ia harus memercikkannya ke atas tutup pendamaian dan ke depan tutup pendamaian itu. Dengan demikian ia mengadakan pendamaian bagi tempat kudus itu karena segala kenajisan orang Israel dan karena segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka. Demikianlah harus diperbuatnya dengan Kemah Pertemuan yang tetap diam di antara mereka di tengah-tengah segala kenajisan mereka. Seorangpun tidak boleh hadir di dalam Kemah Pertemuan, bila Harun masuk untuk mengadakan pendamaian di tempat kudus, sampai ia keluar, setelah mengadakan pendamaian baginya sendiri, bagi keluarganya dan bagi seluruh jemaah orang Israel.
- Imamat 16:20-22 Setelah selesai mengadakan pendamaian bagi tempat kudus dan Kemah Pertemuan serta mezbah, ia harus mempersembahkan kambing jantan yang masih hidup itu, dan Harun harus meletakkan kedua tangannya ke atas kepala kambing jantan yang hidup itu dan mengakui di atas kepala kambing itu segala kesalahan orang Israel dan segala pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka; ia harus menanggungkan semuanya itu ke atas kepala kambing jantan itu dan kemudian melepaskannya ke padang gurun dengan perantaraan seseorang yang sudah siap sedia untuk itu. Demikianlah kambing jantan itu harus mengangkut segala kesalahan Israel ke tanah yang tandus, dan kambing itu harus dilepaskan di padang gurun.
Ketika
Yesus menjawab dengan sebuah pertanyaan, terkait siapakah yang tidak berdosa,
maka Yesus sedang mengangkat sebuah tema
penting dalam hukum Taurat itu sendiri, bahkan dalam seluruh Alkitab
yang mencakup Perjanjian Baru : pengampunan dosa dan pendamaian dengan Allah! Dan tak akan ada satupun yang tak berdosa
sebab mereka akan senantiasa harus terus-menerus melakukan ketetapan-ketetapan
Taurat itu. Mereka sungguh amat berdosa dihadapan Yesus (Anak domba Allah –
Yohanes 1:29), tak ada bedanya sama sekali dengan perempuan yang mereka
sodorkan pada Yesus. Seolah mereka suci dan perempuan tersebut sangat najis.
Problem
besar ahli-ahli Taurat adalah, meletakan
dirinya sebagai yang tak berdosa sama sekali sehingga mereka secara berani mendudukan
dirinya di atas hukum kudus (kekudusan
hukum itu menyingkapkan dosa dan memang menyudutkan orang berdosa dalam
ketakberdayaannya sebagai orang berdosa). Sayangnya, mereka tak memiliki
sedikit nilaipun untuk menjadi yang sempurna atau tanpa dosa sama sekali. Yesus
sangat tahu dan sudah menunjukannya.
Dan
inilah yang terjadi setelah Yesus
bertanya demikian. Tak satupun dapat mengangkat tangannya untuk berkata saya
tak berdosa, sebaliknya:
Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya – Yohanes 8:9
Tidak
satupun yang tak berdosa! Tak perlu dipaksa dan tak perlu lebih jauh lagi untuk
diyakinkan, sebab pertanyaan Yesus itu
adalah firman yang penuh kuasa dan terangnya (Yohanes 1:4,5,9) telah membuat
kegelapan didalam semua manusia begitu nyata dan tak akan sanggup untuk berdiri
lama-lama di hadapan terang itu kala sedang menyorot dengan terang yang
menembus ke kedalaman jiwa manusia.
“Tinggalah Yesus seorang diri.” Hanya
Dia saja kebenaran itu dan hanya Dia
saja yang tak berdosa. Hanya Dia yang kudus, sehingga yang tak kudus, tak akan
sanggup atau tahan berdiri lama-lama (Bacalah Imamat 11:45, Imamat 16:2, bandingkan
dengan Ibrani 10:19) dihadapan Sang Firman kudus yang telah berinkarnasi itu.
Dan
lihatlah bagaimana Yesus kini berdiri
dihadapan seorang manusia berdosa:
Yohanes 8:10 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"
Yesus
bertanya kepadanya, dimanakah mereka- para hakimmu itu? Tak adakah, satu saja
hakimmu itu yang tak berdosa? Tak adakah, satu saja dari mereka yang pantas
untuk mengeksekusi hukum Taurat itu? Ternyata tidak, sebab tak satupun yang tak
berdosa dan tak satupun yang tak menjadi obyek bagi Hukum Taurat itu sendiri!
Setelah
itu Yesus melakukan sebuah tindakan yang melampaui atau mengatasi hukum Taurat
itu sendiri:
Yohanes 8:11 Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
Ketika
Yesus berkata “AKUPUN TIDAK MENGHUKUM engkau” ini luar biasa oleh setidaknya 2 hal:
(1)Pertama, dia menghentikan efek dosa yang dilakukan perempuan tersebut: Hukuman(2)Kedua, Yesus telah menjadi Hukum itu sendiri, mengatasi Hukum Taurat itu sendiri. Ketika Yesus berkata “AKUPUN TIDAK MENGHUKUM engkau,” bukan sekedar dia tidak berdosa atau sempurna dalam hal kekudusan sebagaimana dituntut oleh Hukum Taurat, namun dia menghentikan dan membatalkan efek dosa atau pelanggaran hukum Taurat : kematian.
Yesus
menghentikan dan membatalkan kematian yang seharusnya ditimpakan kepada
perempuan menurut hukum Taurat, bukan
sebagai pembebasan yang dapat
diartikan bahwa dengan demikian tak perlu lagi takut atau terlalu memikirkan dosa dan efeknya yang
mematikan, bukan itu tujuannya. Yesus tidak memberikan kemurahan sedemikian
untuk sebuah kehidupan yang gampangan.
Perhatikan Yesus pada akhirnya menegaskan bahwa perbuatan zinah itu tetaplah
dosa yang harus dihindari didalam kehidupannya yang baru saja menerima
pengampunan yang fantastis. Perhatikan
perkataan Yesus ini:
Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.
Pergilah
sebagai orang yang telah dimerdekakan olehnya dari kematian,
namun ketahuilah bahwa anda saat ini juga, telah hidup di dalam sebuah kehidupan
yang baru. Kala kematiannya telah dihentikan dan dibatalkan oleh Yesus maka
sesungguhnya perempuan itu telah menerima sebuah kehidupan baru yang tak dapat
digugat lagi oleh para ahli Taurat, sebab kuasa
ahli Taurat itu telah ditumbangkan oleh Yesus, dan kuasa Hukum Taurat itu
telah dihentikan oleh Yesus, sehingga seketika telah terjadi sebuah perubahan
dramatis, dari seorang terhukum mati menjadi seorang penerima kehidupan, oleh tindakan atau karya Yesus Kristus.
Pergilah
sebagai orang yang telah dimerdekakan
olehnya dari hukum dan kematian, namun ketahuilah bahwa anda saat ini juga telah hidup
dalam sebuah kehidupan yang baru. Hidup yang tidak lagi mengabdi kepada dosa,
hidup yang mengabdi kepada Pembebasmu yang telah membebaskanmu dari hukum
Taurat dan kematian akibat dosa-dosamu.
Pembebasmu
tak membebaskanmu untuk anda sekedar bebas dari sengat maut, namun Pembebasmu
membebaskanmu untuk menjalani kehidupan baru yang tak lagi mengabdi kepada dosa,
tetapi kepada Pembebasmu, dengan mendengarkan firmannya sebagai kuasa untuk
menjalani kehidupan baru. Apakah firmannya itu?
Jawab : “Jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang.”
Bersambung ke Bagian 2
AMIN
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi TUHAN
No comments:
Post a Comment