Rabu, tgl 16
Juli 2014, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
CHRIST: THE GOD-MAN
kristologi (6)
Bacalah lebih dulu bagian 5
5) Akibat adanya 2 hakekat dalam pribadi Yesus
Kristus ini maka:
a) Kristus mempunyai 2 macam kesadaran, yaitu
ilahi dan manusia.
Kadang-kadang
Ia berpikir dan merasa sebagai Allah, dan kadang-kadang sebagai manusia.
Saya mengutip
ulang kata-kata William G. T. Shedd yang sudah saya kutip di atas.
William G. T.
Shedd:
“Previous
to the assumption of a human nature, the Logos could not experience a human
feeling because he had no human heart, but after the assumption he could;
previous to the incarnation, he could not have a finite perception because he
had no finite intellect, but after this event he could; ... The unincarnate
Logos could think and feel only like God; he had only one form of
consciousness. The incarnate Logos can think and feel either like God, or like
man; he has two modes or forms of consciousness.” (= Sebelum mengambil hakekat manusia, Logos tidak bisa
mengalami perasaan manusia karena Ia tidak mempunyai hati manusia, tetapi setelah mengambil hakekat manusia Ia bisa;
sebelum inkarnasi, Ia tidak bisa mempunyai
pengertian yang terbatas karena Ia tidak mempunyai pikiran yang terbatas,
tetapi setelah peristiwa itu Ia bisa; ... Logos yang tidak / belum berinkarnasi bisa berpikir dan
merasa hanya sebagai Allah; Ia hanya mempunyai satu bentuk kesadaran. Logos yang berinkarnasi bisa berpikir dan merasa, atau
seperti Allah, atau seperti manusia; Ia mempunyai dua bentuk kesadaran.)
- ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol
II, hal 267.
Contoh:
1. Kesadaran ilahi: Mat 8:26 Yoh 8:58
Yoh 11:43.
Mat 8:26 - “Ia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu
takut, kamu yang kurang percaya?’ Lalu bangunlah
Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh
sekali.”.
Yoh 8:58
- “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham
jadi, Aku (telah) ada.’”.
Kata ‘telah’ itu sebetulnya tidak ada, karena dalam Yunani digunakan present tense!KJV: ‘Before Abraham was, I am.’.
Yoh 11:43
- “Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: ‘Lazarus, marilah ke
luar!’”.
2. Kesadaran manusia: Mat 24:36 Mat 26:37-38 Yoh 11:35 Yoh 19:28.
Mat 24:36 - “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri.’”.
Mat 26:37-38 - “(37) Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus sertaNya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, (38) lalu kataNya kepada mereka: ‘HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.’”.Yoh 11:35 - “Maka menangislah Yesus.”.Yoh 19:28 - “Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia - supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci -: ‘Aku haus!’”.
Tetapi harus
diingat bahwa dalam setiap contoh-contoh itu, adalah pribadi yang sama
yang berpikir / mempunyai kesadaran.
b) Kristus mempunyai 2 kehendak, ilahi dan
manusia.
Tetapi
karena kehendak manusia yang ada dalam diri Yesus adalah suci, maka tidak ada
pertentangan / konfrontasi antara kehendak ilahi dan kehendak manusia dalam
diri Yesus. Karena itu, sekalipun ada 2 kehendak, selalu hanya menghasilkan
satu tindakan (bdk. Mat 26:39,42,44).
Mat 26:39,42,44 - “(39) Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’ ... (42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendakMu!’ ... (44) Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga.”.
Illustrasi /
analogi:
Illustrasi /
analogi yang paling cocok untuk menjelaskan Personal
Union ini adalah persatuan antara tubuh dan jiwa pada manusia (Catatan: ini
hanya berlaku untuk orang yang percaya pada Dichotomy, bukan pada Trichotomy!).
1. Pada manusia,
tubuh dan jiwa membentuk 1 pribadi.
Pada
Yesus Kristus, hakekat manusia dan Allah Anak membentuk 1 pribadi.
2. Pada manusia,
kepribadian terletak pada jiwa, bukan pada tubuh.
Pada
Yesus Kristus, kepribadian terletak pada Allah Anak, bukan pada hakekat manusia.
3. Pada manusia,
tubuh berbeda dengan jiwa; mereka tidak bercampur, dan masing-masing
mempertahankan sifat-sifatnya sendiri-sendiri.
Pada
Yesus Kristus, hakekat manusia berbeda dengan hakekat ilahi; mereka tidak
bercampur dan masing-masing mempertahankan sifat-sifatNya sendiri-sendiri.
C) Akibat dari Personal Union.
1) Communicatio Idiomatum [communication of properties (= pemberian sifat-sifat / sama-sama
memiliki sifat-sifat)].
Catatan:
Istilah
‘Communicatio Idiomatum’ ini adalah istilah bahasa Latin, yang begitu populer
dalam Kristologi, sehingga dalam buku-buku Theologia sering digunakan begitu
saja tanpa diberikan terjemahannya.
a) Arti istilah ini:
1. Kata Idiomatum
/ properties berarti ‘sifat-sifat dasar’.
Dalam diri
manusia, sifat-sifat seperti pemarah, sombong, pelit, tidak termasuk sifat dasar, karena tidak semua
orang mempunyai sifat seperti itu.
Contoh
sifat dasar dalam diri manusia adalah: terbatas, dicipta / tidak ada dengan
sendirinya, tidak maha tahu, bisa berdosa, bisa mati, dsb. Sifat-sifat ini
dimiliki oleh semua manusia.
Catatan: Perhatikan bahwa dalam
sepanjang pembahasan tentang Communicatio Idiomatum ini, yang dimaksud dengan
‘sifat’ adalah ‘sifat dasar’.
2. Dalam bahasa Yunani istilah bahasa Latin Communicatio diterjemahkan dengan
istilah KOINONIA.
Kata Yunani
KOINONIA bisa berarti:
1. fellowship
(= persekutuan).
2. a close
mutual relationship (= hubungan timbal balik yang dekat).
3. participation
(= partisipasi).
4. sharing
in (= sama-sama menikmati / memiliki).
5. partnership
(= persekutuan).
6. contribution
(= sumbangan).
7. gift
(= pemberian).
Jadi, kalau dikatakan bahwa
terjadi Communicatio Idiomatum dari
A kepada B, maka itu berarti bahwa sifat-sifat A
diberikan kepada B, atau bahwa B sama-sama
memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh A (dari ke 7 arti di atas,
mungkin yang paling ditekankan adalah arti ke 4 dan ke 7).
Dalam
Collins Latin Dictionary, kata ‘COMMUNICATIO’ ini diterjemahkan ‘imparting’ (= memberikan).
Tetapi jangan diartikan seperti ini: saya punya kue, lalu saya berikan kepada si A sehingga sekarang hanya si A yang punya kue, dan saya tidak punya kue lagi.
Dalam
Merriam Webster’s Dictionary (arti dari kata ‘communicate’), dicontohkan ‘memberikan pengetahuan’.
Tadinya saya
punya pengetahuan, setelah saya berikan pengetahuan
itu kepada si A, maka baik saya maupun si A
sama-sama mempunyai pengetahuan itu.
Catatan: dalam
pelajaran selanjutnya, kalau kita membicarakan ‘pemberian sifat-sifat’, maka
itu bisa diartikan ‘sama-sama memiliki sifat-sifat’.
b) Dalam hal Communicatio
Idiomatum ini, ajaran Reformed bertentangan dengan Lutheran.
1. Ajaran Reformed.
Sifat-sifat
dari hakekat manusia tidak diberikan kepada hakekat ilahi / tidak menjadi
sifat-sifat dari hakekat ilahi, dan sebaliknya, sifat-sifat dari hakekat ilahi
tidak diberikan kepada hakekat manusia / tidak menjadi sifat-sifat dari hakekat
manusia. Tetapi, baik sifat-sifat dari hakekat manusia maupun sifat-sifat dari
hakekat ilahi diberikan kepada pribadi Kristus / menjadi sifat-sifat dari pribadi
Kristus.
Charles
Hodge:
“Hence,
inconsistent, or apparently contradictory affirmations may be made of the same
person” (= Karena itu, ketidak-konsistenan, atau pernyataan-pernyataan yang
kelihatannya kontradiksi / bertentangan bisa dibuat tentang pribadi yang sama)
- ‘Systematic Theology’, vol II, hal
379.
Catatan: Jangan membayangkan bahwa diri Kristus
betul-betul seperti gambar di atas! Gambar ini hanya untuk membantu saudara
untuk melihat dimana terjadi pemberian sifat-sifat dan dimana tidak terjadi
pemberian sifat-sifat.
Penjelasan:
Hakekat
manusia mempunyai sifat terbatas, sedangkan hakekat ilahi mempunyai sifat tidak
terbatas. Sifat terbatas dari hakekat manusia tidak diberikan kepada hakekat
ilahi / tidak menjadi sifat dari hakekat ilahi, dan sifat tidak terbatas dari
hakekat ilahi tidak diberikan kepada hakekat manusia / tidak menjadi sifat dari
hakekat manusia.
Tetapi baik
sifat terbatas dari hakekat manusia, maupun sifat tidak terbatas dari hakekat
ilahi, sama-sama diberikan kepada pribadi Kristus / menjadi sifat dari pribadi
Kristus. Jadi, pribadi Kristus mempunyai sifat terbatas dan tidak terbatas
sekaligus.
Dengan cara
yang sama bisa kita dapatkan bahwa pribadi Yesus bisa dikatakan terbatas
pengetahuannya maupun maha-tahu, lemah / terbatas kekuatannya maupun mahakuasa.
Karena itu
jangan heran kalau melihat bahwa Kitab Suci kadang-kadang menggambarkan Yesus
itu terbatas pengetahuannya (Mat 24:36), tetapi juga sering menggambarkan
Yesus itu mahatahu (Mat 9:4
Mat 12:25 Yoh 2:24-25 Yoh 6:64).
Juga jangan
heran kalau Kitab Suci kadang-kadang menggambarkan Yesus lemah / terbatas
kekuatannya, sehingga bisa lelah, membutuhkan istirahat / tidur
(Yoh 4:6 Mat 8:24), tetapi
juga sering menggambarkan Yesus itu mahakuasa, dimana Ia bisa membangkitkan
orang mati, menghentikan badai, memberi makan 5000 orang dengan menggunakan 5
roti dan 2 ikan, mengusir setan, dsb.
Jadi ingat, bahwa Alkitab sendiri
memang memberikan gambaran-gambaran yang kelihatannya bertentangan tentang diri
Yesus.
2. Ajaran Lutheran.
Mereka
mengatakan:
a. Ada pemberian sifat-sifat dari kedua hakekat
kepada pribadi. Dengan kata lain, pribadi memiliki sifat-sifat dari kedua
hakekat. Ini
sesuai dengan ajaran Reformed.
b. Juga ada pemberian sifat-sifat antar kedua
hakekat tersebut.
Dengan kata
lain, hakekat yang satu juga memiliki sifat-sifat dari hakekat yang lain. Ini tidak
sesuai dengan ajaran Reformed.
Perkembangan
ajaran tentang Communicatio Idiomatum
dalam kalangan Lutheran:
(1)Luther
dan orang-orang Lutheran yang mula-mula mengajarkan adanya pemberian
sifat-sifat, baik dari hakekat manusia kepada hakekat ilahi, maupun dari
hakekat ilahi kepada hakekat manusia.
(2)Orang-orang
Lutheran selanjutnya hanyalah menekankan pemberian sifat-sifat dari hakekat
ilahi kepada hakekat manusia.
Ini mereka
lakukan untuk menghindarkan hakekat ilahi menjadi terbatas karena pemberian
sifat dari hakekat manusia.
(3)Dalam
perkembangan selanjutnya, orang-orang Lutheran membedakan antara operative attributes / sifat-sifat
operative (seperti maha kuasa, maha ada, maha tahu) dengan quiescent attributes / sifat-sifat diam (seperti tak terbatas,
kekal) dari Allah, dan mereka mengatakan bahwa hanya operative atrributes sajalah yang diberikan dari hakekat ilahi
kepada hakekat manusia. Ini mereka lakukan untuk menghindarkan hakekat manusia
menjadi tak terbatas dan kekal karena pemberian sifat dari hakekat ilahi.
Catatan:
Doktrin
Lutheran yang salah tentang diri Kristus ini, dimana mereka menganggap bahwa
hakekat manusia Yesus itu maha ada, menyebabkan mereka bisa percaya bahwa dalam
Perjamuan Kudus, Yesus hadir secara jasmani.
Reformed mempercayai bahwa dalam Perjamuan Kudus Kristus hadir secara rohani.
Keberatan /
sanggahan terhadap ajaran Lutheran ini:
(a)Ajaran
ini menunjukkan adanya pembauran / percampuran antara hakekat ilahi dan hakekat
manusia dalam diri Kristus.
Hakekat
manusia yang mempunyai sifat-sifat ilahi seperti maha ada, maha tahu dsb, tidak
lagi bisa disebut sebagai hakekat manusia (perhatikan kutipan dari Charles
Hodge di bawah).
Jadi jelas
bahwa ajaran ini berbau ajaran Eutychianism dan jelas bahwa ajaran ini bertentangan
dengan Chalcedonian Creed yang
mengatakan ‘without confusion, without
change’ (= ‘tanpa percampuran, tanpa perubahan’).
Charles
Hodge:
“... the
properties or attributes of a substance constitute its essence, so that if they
be removed or if others of a different nature be added to them, the substance
itself is changed. ... If divine attributes be conferred on man, he ceases to
be man; and if human attributes be transferred to God, he ceases to be God” (= ... sifat-sifat dari suatu zat / bahan
membentuk hakekatnya, sehingga kalau mereka disingkirkan atau kalau
sifat-sifat yang lain ditambahkan kepada mereka, maka zat / bahan itu sendiri
berubah. ... Kalau sifat-sifat ilahi diberikan kepada manusia, ia berhenti
menjadi manusia; dan kalau sifat-sifat manusia diberikan kepada Allah, ia
berhenti menjadi Allah) - ‘Systematic
Theology’, vol II, hal 390.
(b)Ajaran
ini tidak konsekuen, karena kalau sifat-sifat ilahi diberikan kepada hakekat
manusia, maka sifat-sifat manusia juga harus diberikan kepada hakekat ilahi.
Yoh 3:13 - “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.”.Yoh 3:13 menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak Manusia’), tetapi memberikan predikat ilahi (‘turun dari sorga’). Ayat ini dipakai sebagai dasar (secara salah) oleh orang Lutheran untuk mengatakan bahwa sifat-sifat dari hakekat ilahi diberikan kepada hakekat manusia.1Kor 2:8 - “Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia.”.
Tetapi
anehnya, kalau mereka melihat ayat seperti 1Kor 2:8 ini, yang menggunakan
sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan yang mulia / The
Lord of glory’ ), tetapi memberikan predikat manusia (‘menyalibkan’),
mereka tidak mau memakainya sebagai dasar untuk mengatakan bahwa sifat-sifat
dari hakekat manusia diberikan kepada hakekat ilahi.
Ketidak-konsekwenan
yang lain ialah bahwa mereka hanya memberikan sebagian
sifat-sifat ilahi kepada hakekat manusia. Kalau beberapa
sifat hakekat ilahi diberikan kepada hakekat manusia, maka
konsekwensinya adalah bahwa semua sifat-sifat ilahi harus diberikan kepada
hakekat manusia.
(c)Ajaran
ini tidak sesuai dengan gambaran tentang diri Kristus dalam Kitab Suci, karena dalam Kitab Suci Kristus tidak pernah digambarkan sebagai
manusia yang maha tahu / maha ada / maha kuasa.
Sebaliknya, Kitab Suci menggambarkan Yesus sebagai manusia yang terbatas pengetahuannya (Mat 24:36), terbatas keberadaannya (tidak bisa ada di lebih dari satu tempat pada saat yang sama), dan lemah (bisa lelah, butuh istirahat, tidur, dsb. Bdk. Yoh 4:6 Mat 8:24).
(d)Ajaran
ini tidak bisa menjelaskan Luk 2:40,52 yang mengatakan bahwa Kristus
bertumbuh dalam hikmat dan kekuatan.
Luk 2:40,52 - “(40) Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya. ... (52) Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”.
Ingat bahwa
orang Lutheran beranggapan bahwa Communicatio
Idiomatum ini terjadi pada saat yang sama
dengan inkarnasi.
Dengan
demikian, seharusnya manusia Yesus itu sudah maha tahu dan maha kuasa sejak
lahir, dan kalau demikian, Ia tidak mungkin bertumbuh dalam hikmat maupun
kekuatan.
No comments:
Post a Comment