Oleh: Martin Simamora
Sepuluh Bagian Ketiga
Anugerah Allah Tidak Pernah Diberikan
Berdasarkan Pembuktian Corpus
Delicti dan Tak Pernah Terjadi Kebersalahan Iblis pun Harus Dibuktikan Allah Berdasarkan Corpus
Delicti
(Lebih dulu di “Bible Alone”-Sabtu, 20Agustus
2016- telah diedit dan dikoreksi)
Bacalah lebih
dulu: “bagian 24”
Kabar baik atau injil
ketika berbicara “inisiatif Allah”
terhadap ketakberdayaan manusia, sama sekali tak menautkannya dengan pembuktian
salah atau corpus delicti berdasarkan hukum Taurat yang baru datang
ratusan tahun setelah Abraham, bapa orang beriman. Rasul Paulus terhadap
pemberitaan injil atau kabar baik menegaskan “inisiatif Allah” itu tak
berdasarkan pembuktian salah atau corpus delicti, sebab inisiatif Allah itu sendiri mendahului hukum Taurat:
Galatia
3:8 Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan
orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil
kepada Abraham: "Olehmu segala bangsa akan diberkati."
Galatia
3:16 Adapun kepada Abraham diucapkan
segala janji itu dan kepada keturunannya.
Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud
banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus.
Kejadian
22:16-18 kata-Nya: "Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri--demikianlah firman
TUHAN--:Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan
untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati
engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat
banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan
keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh
keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena
engkau mendengarkan firman-Ku."
Galatia
3:17 Maksudku ialah: Janji yang
sebelumnya telah disahkan Allah, tidak dapat dibatalkan oleh hukum Taurat, yang baru terbit empat
ratus tiga puluh tahun kemudian, sehingga janji itu hilang kekuatannya.
Faktanya memang Hukum
Taurat datang pada era jauh setelah Abraham, datang pada era Musa: “Pada bulan ketiga setelah orang Israel
keluar dari tanah Mesir, mereka tiba di padang gurun Sinai pada hari itu juga. Setelah
mereka berangkat dari Rafidim, tibalah mereka di padang gurun Sinai, lalu
mereka berkemah di padang gurun; orang
Israel berkemah di sana di depan gunung itu. Lalu
naiklah Musa menghadap Allah, dan TUHAN berseru dari gunung itu kepadanya:
"Beginilah kaukatakan kepada keturunan Yakub dan kauberitakan kepada orang
Israel:…”(Kel 19:1-3, bacalah hingga pasal 23), kala sebuah
bangsa bernama Israel telah terbentuk di
bumi.
Berdasarkan ini maka
relasi “inisiatif Allah” terhadap ketakberdayaan manusia bagi keselamatan
manusia sendiri bukan berdasarkan pembuktian salah atau pembuktian corpus
delicti dengan hukum Taurat, tetapi berdasarkan janji yang akan digenapi oleh
seorang keturunan Abraham bernama Yesus.
Sehingga pernyataan:
“…Hukum Taurat diberikan Allah
untuk menunjukan bahwa manusia terbukti bersalah, atau menjadi “Corpus Delicti”
untuk menuntun manusia kepada anugerah:bahwa dengan kemampuannya sendiri
manusia tidak akan bisa memiliki keselamatan. Manusia tidak dapat selamat tanpa
inisiatif Tuhan untuk menganugerahkan keselamatan itu
Sama
sekali salah sebab “hukum Taurat” telah diberikan bukan sama sekali bertujuan
untuk membuktikan manusia bersalah atau menjadi corpus delicti tetapi untuk
membuktikan manusia terkutuk. Terkutuk melampaui apa yang dapat dijelaskan oleh
“terbukti bersalah” atau “menjadi corpus delicti.” Hal ini jelas dari apakah
relasi manusia terhadap hukum Taurat itu sendiri:
Karena semua orang, yang hidup
dari pekerjaan hukum Taurat, berada di
bawah kutuk. Sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak setia
melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat."-
Gal 3:10
Kitab
suci menyatakan bahwa kala seorang tak memenuhi apa yang menjadi tuntutan hukum
Taurat secara utuh maka ia dikutuk, jadi bukan sama sekali terbukti bersalah.
Perhatikan ini:
Terkutuklah
orang yang tidak menepati perkataan
hukum Taurat ini dengan perbuatan. Dan seluruh bangsa itu haruslah
berkata: Amin!"- Ulangan 27:26
Ini
mematikan sebab satu kali tidak menepati maka terkutuklah segera manusia itu
pada waktu itu juga, dan seluruh umat harus berkata AMIN terhadap ketertimpaan
kutuk pada yang tidak dapat menepati perkataan hukum Taurat itu. Sehingga
memang kita akan menjumpai deret kutuk karena tidak menepati perkataan hukum Taurat
semacam ini:
├Terkutuklah
orang yang memandang rendah ibu dan bapanya. Dan seluruh bangsa itu haruslah
berkata: Amin!-
Ul 27:16
├Terkutuklah
orang yang menggeser batas tanah sesamanya manusia. Dan seluruh bangsa itu
haruslah berkata: Amin!- Ul 27:17
├Terkutuklah
orang yang membawa seorang buta ke jalan yang sesat. Dan seluruh bangsa itu
haruslah berkata: Amin!- Ul 27:18
Kita menjadi dapat memahami
mengapa rasul Paulus berkata “terkutuklah…terkutuklah…” kepada siapapun yang
memberitakan injil yang lain sebagaimana dalam Galatia 1:6-10
├Terkutuklah
orang yang memperkosa hak orang asing, anak yatim dan janda. Dan seluruh bangsa
itu haruslah berkata: Amin!- Ul 27:19
├Terkutuklah
orang yang tidur dengan isteri ayahnya, sebab ia telah menyingkapkan punca kain
ayahnya. Dan seluruh bangsa itu haruslah berkata: Amin!- Ul 27:20
├Terkutuklah
orang yang tidur dengan binatang apapun. Dan seluruh bangsa itu haruslah
berkata: Amin!-
Ul 27:21
├Terkutuklah
orang yang tidur dengan saudaranya perempuan, anak ayah atau anak ibunya. Dan
seluruh bangsa itu haruslah berkata: Amin!- Ulangan 27:22
├Terkutuklah
orang yang tidur dengan mertuanya perempuan. Dan seluruh bangsa itu haruslah
berkata: Amin!-
Ul 27:23
├Terkutuklah
orang yang membunuh sesamanya manusia dengan tersembunyi. Dan seluruh bangsa
itu haruslah berkata: Amin!-Ul 27:24
├Terkutuklah
orang yang menerima suap untuk membunuh seseorang yang tidak bersalah. Dan
seluruh bangsa itu harus berkata: Amin!-Ul 27:25
Hukum Taurat
menghendaki seluruh anggota bangsa harus berkata amin terhadap dampak pelanggaran
setiap instruksi dalam Taurat yaitu: menjadi terkutuk. Sebuah sabda yang menunjukan bahwa keadaan manusia telah dinyatakan berada
dibawah kutuk, bukan lagi sekedar terbukti bersalah atau menjadi corpus
delicti. Ini adalah maut yang
benar-benar gelap sebab terhadap situasi ini, Allah menuntut semua berkata:
amin. Ini adalah sebuah pengaminan terhadap betapa kudus Allah dan betapa di
hadapan Allah, tidak boleh ada sekali saja sebuah kesalahan, sebab akibatnya
maut, yaitu terkutuk oleh Allah! Sehingga kita memahami lebih baik maksud teks
ini:
Galatia
3:13 Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi
kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung
pada kayu salib!"
Sebab
ada tertulis, dapat kita temukan dalam Kitab Taurat yang berbunyi sebagai
berikut:
Ulangan
21:23-24 Apabila
seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia
dihukum mati, kemudian kaugantung dia
pada sebuah tiang, maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman
pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga,
sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau
menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik
pusakamu."
Jika membandingkan secara
langsung pada Yesus, adakah ia didapati berbuat dosa? Perhatikan berikut ini:
Matius
26:57-60Sesudah mereka menangkap Yesus, mereka membawa-Nya menghadap Kayafas,
Imam Besar. Di situ telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan tua-tua. Dan Petrus
mengikuti Dia dari jauh sampai ke halaman Imam Besar, dan setelah masuk ke
dalam, ia duduk di antara pengawal-pengawal untuk melihat kesudahan perkara
itu. Imam-imam
kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum
mati, tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun
tampil banyak saksi dusta.
Kita harus memahami
bahwa “supaya ia dapat dihukum mati”
merupakan hal yang begitu vital dan begitu divinitas bagi para ahli Taurat, para imam kepala dan seluruh Mahkamah Agama
di hadapan kitab suci dan di hadapan Allah, sebab Kitab Musa telah
memerintahkan mereka untuk mentaati setiap apa yang dituliskan Taurat, yaitu: “apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan
dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian kaugantung ia pada sebuah
tiang…” dan jika tidak maka mereka semua terkutuk! Pada faktanya mereka
sebagai pihak yang berotoritas berdasarkan hukum Taurat telah mendapatkan dia
berdasarkan taurat kudus: tak bersalah sama sekali. Bahkan ketakbersalahan
Yesus tak dapat diretakan apalagi dihancurkan oleh kesaksian-kesaksian palsu
yang dipersiapkan oleh Mahkamah Agama dan imam-imam kepala sendiri agar dapat
menciptakan kesalahan yang sepadan pada
Yesus sehingga mereka dapat menimpakan hukuman mati bagi Yesus dan dengan
demikian berdasarkan hukum Taurat: Yesus memang terkutuk! Ini adalah jenis ketakbersalahan yang memang
kudus sebagaimana Allah sebab hanya pada Allah saja manusia tak dapat menemukan
kebersalahan bahkan kalau dirancangkan sebuah konspirasi para elit untuk
menciptakan kesalahan-kesalahan berat yang tak pernah dilakukan!
Pada poin ini kita
menemukan satu aspek penting pada diri Yesus sebagai manusia, bahwa
ketakbersalahannya bahkan tak bisa dihancurkan oleh sebuah konspirasi jahat
elit, hal mana pada manusia ini tak mungkin terjadi, sampai-sampai kita bisa menjadi
tak tahu sama sekali apa sebetulnya yang terjadi akibat begitu banyaknya para
saksi yang saling bersilang kesaksian melawan seorang yang sedang didakwakan.
Yesus berdasarkan hukum taurat dan oleh para ahli Taurat, seluruh Mahkamah
Agama dan imam-imam kepala tak dapat menemukan kesalahan pada diri Yesus
sehingga terkutuk berdasarkan hukum Taurat! Sehingga kita dapat mengerti
dimanakah letak kuasa dan dari manakah otoritas Yesus untuk dapat melakukan hal
semacam ini:
Galatia
3:13 Kristus
telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena
kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu
salib!"
Tak ada sama sekali
relasi hukum taurat terhadap manusia
dalam relasi: kebersalahan manusia yang terbukti atau menjadi corpus delicti
dengan hukum taurat dan berdasarkan hal inilah Allah berinisiatif. Faktanya:
inisiatif Allah telah datang dan dinyatakan pada Abraham atau ratusan tahun
sebelum hukum Taurat itu sendiri datang. Karena ketakbersalahan Yesus yang
memiliki legalitas dari hukum Taurat dan para ahli Taurat beserta Mahkamah
Agama dan para imam kepala maka Yesus memang benar sebagaimana perkataannya
yang luar biasa itu: “Janganlah kamu
menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi.
Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu
iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi- Mat 5:17-18. Ia yang dijanjikan sebelum taurat untuk melakukan inisiatif
Allah terhadap ketakberdayaan manusia untuk menyelamatkan dirinya sendiri,
adalah dia yang berkuasa untuk menggenapi hukum Taurat dalam cara yang
menunjukan bahwa kutuk sama sekali tak bekerja padanya, selain ia telah dibuat
menjadi kutuk bagi semua manusia agar ia dapat membebaskan manusia yang percaya
padanya dari kuasa kutuk:
├Kisah
Para Rasul 5:30 Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu
gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh.
├2Korintus
5:21 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita,
supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
Jadi memang terbukti
berdasarkan taurat, ia adalah manusia
mahakudus dan tak bercela sama sekali dihadapan Allah dan dihadapan iblis
sebelum ia sendiri digantung pada kayu
salib dan mengalami kematian. Ini pun diberitakan dalam Surat Ibrani:
Ibrani
7:26-27 Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang
saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang
terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada
tingkat-tingkat sorga, yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang
setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu
barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk
selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban.
Karena itulah
KEBANGKITANNYA DARI KEMATIAN BUKAN SAMA SEKALI
MENUNJUKAN barulah IA TERBUKTI
BERSALAH atau barulah ia terbukti
Anak Allah. Ketakbersalahannya tidak baru terbukti
oleh kebangkitan, tetapi kebangkitannya adalah buah alami bahwa ia sejak
sebelum mati di kayu salib tidak bersalah. Itu sebabnya ia satu-satunya manusia
yang di dalam kematiannya berkuasa menaklukan kematian sebab ia telah masuk ke
dalam kematian sebagai yang tak dapat ditaklukan maut di sepanjang
kehidupannya:
Ibrani
2:14 Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia
juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan
mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia
memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut;
Itu sebabnya
kematiannya telah dinyatakan oleh para rasul, tidak sebagaimana Ulangan
21:23-24 tetapi:
Kisah
Para Rasul 2:23-24 Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya,
telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. Tetapi
Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak
mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.
Kebangkitan
Yesus ada hubungannya bahwa ia
berdasarkan hukum taurat dan selengkap para ahli Taurat, Mahkamah
Agama, dan para imam kepala yang tak
dapat menemukan kesalahan yang membuat dia adalah yang terkutuk dalam wujud mati digantung di kayu salib
selain itu merupakan tindakan Allah menyerahkannya sebagai yang kudus dari-Nya.
Itu sebabnya “tak mungkin ia tetap berada dalam kuasa maut itu.” Itulah dasar
mengapa Allah membangkitkannya, yaitu Ia kudus sejak sebelum datang ke dalam dunia, di dalam
dunia, di dalam kematian. Karena ia kudus sekudus sebelum ia dating ke dalam
dunia yang telah dibuktikan berdasarkan hukum taurat kudus oleh ahli-ahli taurat dan
mahkamah agama, maka memang tak ada dasar baginya untuk selamanya dalam kuasa
maut itu. Ia satu-satunya terbukti di dalam maut di hadapan iblis dan di
hadapan Allah sebagai satu-satunya manusia kudus berdasarkan hukum Taurat kudus dan mulia.
Ini penting untuk
diketahui secara benar, agar kita mengetahui bahwa Yesus
Gembala Agung atas para domba atau atas setiap orang beriman kepada-Nya memang
adalah dia yang mahakudus bahkan didalam kemanusiaanya. Ia, dengan demikian, satu-satunya yang dapat menggenapi
tuntutan kekudusan hingga sama sekali tak memiliki keinginan atau hasrat
berdosa secara tak bercela:
Matius
5:20 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta
menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.
Dan ia satu-satunya
manusia yang tak memiliki kenajisan pada dirinya sejak pada jiwanya, atau ia
satu-satunya yang mahakudus dalam ia adalah manusia karena hukum kenajisan ini
tak bekerja pada dirinya: “Tetapi apa
yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena
dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan,
pencurian, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan
dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang." (Matius
15:18-20)
Pemberitaan injil
bukanlah memberitakan Allah yang bercelah dihadapan iblis, bukan juga
pemberitaan Yesus Sang Anak Allah yang tak berkuasa atas dosa dan kerajaan maut
sehingga hanya sanggup menjadi corpus delicti atau bukti kejahatan dalam cara
yang begitu janggal dalam pengajaran pendeta Dr. Erastus, sebab ketika Yesus mentaati dan menghormati Allah
hingga mati dan mati di kayu salib, bukan untuk menunjukan bukti atau
corpus delicti atas kejahatan iblis yang kemudian seharusnya membuktikan bahwa
anak-anak Allah pun dapat menjadi corpus delicti untuk membungkam iblis, sebab kematian Yesus adalah misi Allah atas
Anak-Nya yang tak bercela di hadapan-Nya, yang tak bercela dihadapan
hukum Taurat di dunia, dan yang tak bercela di hadapan iblis baik di
atas bumi dan di dalam kerajaan maut! Agar ia dapat membebaskan manusia dari
perhambaan iblis pada seumur hidup manusia.
Yesus Kristus sendiri secara publik telah menujukan kematiannya akan terjadi
sebagai yang berkuasa atas maut atau sebagai yang tak berada dibawah kutuk
karena melanggar hukum Taurat dalam cara bagaimanapun juga, sebagaimana
pernyataannya ini: “Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi
kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti
Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim
bumi tiga hari tiga malam Pada waktu
penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan
menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar
pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang
ada di sini lebih dari pada Yunus!”- Mat 12:39-41; “Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan
kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak
penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu
dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga”- Mat 16:21”; “Keesokan harinya, yaitu sesudah hari
persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama
menghadap Pilatus, dan mereka berkata: "Tuan, kami ingat, bahwa si
penyesat itu sewaktu hidup-Nya
berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. Karena itu
perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak,
murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada
rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang
terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama”- Mat
27:62-64." Kematian Yesus bukan tanpa tujuan, namun bukan tujuan yang tak
berdaya terhadap kematian, sebaliknya Yesus sendiri berkata: “sesudah tiga hari
Aku akan bangkit.” Ini membuktikan ia
telah menyatakan dirinya sebagai yang mahakudus terhadap maut sehingga tak ada
dasar bagi maut untuk menyandera dirinya selain membuktikan Yesus telah
menaklukan kematian dan iblis dan menunjukan bahwa kini di dalam dirinya setiap
manusia yang beriman padanya telah memiliki sebuah kehidupan yang menaklukan
kuasa kematian sekalipun ia akan dan dalam kematian. Itu sebabnya Ia bersabda:
Jawab
Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia
akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya
kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?"- Yohanes 11:25-26
Bahkan ia sendiri
menyatakan sebagai yang berkuasa untuk
menggembalakan setiap orang beriman untuk tidak masuk ke dalam
dunia orang mati selama-lamanya tetapi ia sendiri akan membimbing keluar setiap orang beriman untuk masuk ke
dalam hidup bersamanya bukan hidup
bersama maut. Bahwa ia adalah gembala yang suaranya berkuasa membimbing saya
dari kematian, Nampak dalam sabdanya berikut ini:
Yohanes
5:24-25 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku
dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan
tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa
orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya,
akan hidup.
Sehingga jelas, Ia bukan
hidup berjuang penuh ketaatan dan penghormatan penuh pada Allah dan mati
dalam kebenaran sehingga dapat menjadi corpus delicti bagi anak-anak Allah sehingga mereka dapat
membungkam iblis. Ia dihadirkan ke dalam dunia ini bukan juga untuk menjadi
seorang martir atau demi dirinya sendiri di hadapan Allah dalam
rangkaian-rangkaian pembuktian diri di hadapan Allah, sehingga ia terbukti Anak
Allah? Tidak demikian yang disaksikan oleh Yesus beserta para rasulnya!
Ia, seperti
dinyatakannya sendiri, datang untuk membebaskan manusia yang percaya kepada-Nya
dari perhambaan dosa atau maut seumur hidupnya: “Jadi apabila Anak itu
memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka- Yoh 8:36." Sang Kristus
bukan datang ke dalam dunia ini untuk memiliki relasi dengan manusia-manusia
yang mau percaya kepadanya untuk bersama-sama bekerja menjadi corpus delicti, tidak
pernah demikian, sebab sejak semula Allah tak pernah punya masalah dalam
keadilan peradilan-Nya terhadap…. Iblis!. Cobalah perhatikan pernyataan Yesus
berikut ini bahkan sebelum ia masuk ke dalam kematiannya sendiri:
Yohanes
12:22-23 Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak
Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum
tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia
mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
Jikalau anda ingin
memahami apakah benar Yesus datang untuk menjadi corpus delicti bagi anak-anak
Allah, maka teks di atas tadi merupakan
kulminasi pengajaran Yesus mengenai realitas kematiannya.Perhatikan bagaimana
Yesus menggambarkan kematian yang harus menimpanya: (a)Anak Manusia dimuliakan ;(b)jika
ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah dan (c) sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati,
ia tetap satu biji saja. Ia sedang menggambarkan kematian dan kuasa yang
bekerja atau hanya bekerja jika ia mengalami peristiwa kematian, bahwa kala
mati dan dikuburkan itu dialaminya sebagai dia satu-satunya manusia yang berkuasa atas kematian.
Ketika ia berkata jikalau biji gandum tidak
jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja, itu menunjukan
kuasa produktivitas hidup pada dirinya sementara ia sendiri mati. Ia datang
ke dalam dunia ini untuk mati untuk
menaklukan iblis, agar dapat memberikan hidup kepada siapa yang mau percaya dan
menerima diri-Nya. Begitulah relasi Yesus
terhadap orang-orang beriman, bukan sebagaimana diajarkan pendeta
Erastus.
Penulis Surat Ibrani
telah membungkam pengajaran corpus delicti pendeta Erastus:
“Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari
darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian
dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis,
yang berkuasa atas maut; dan supaya DENGAN JALAN DEMIKIAN Ia membebaskan mereka
yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut-Ibrani
2:14-15.”
Itu
sebabnya tak pernah kematiannya merupakan jalan untuk menjadi corpus delicti
atau jalan yang diadakan Allah untuk kepentingan diri-Nya yang cemas
atau dag-dig-dug karena bercela dihadapan iblis!
Kematiannya adalah
JALAN yang akan membebaskan setiap yang percaya dari perhambaan iblis! Untuk kepentingan manusia yang tak berdaya
atas kutuk maut berdasarkan inisiatif
Allah sejak Abraham atau sejak hukum Taurat itu sendiri belum ada di dunia ini.
Bersambung ke Bagian 26
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi Allah
No comments:
Post a Comment