Oleh: Martin Simamora
Sepuluh Bagian Keempat
Ingatlah Apa yang Dikatakannya Kepadamu!
(Lebih dulu di “Bible Alone”-Selasa, 31 Agustus
2016- telah diedit dan dikoreksi)
Bukan hanya
Yesus Sang Mesias yang telah bangkit
dari antara orang mati tak pernah sama sekali memberikan informasi-informasi lebih
kini daripada sebelumnya yang bagaimanapun juga, termasuk apapun juga yang
hendak menyatakan bahwa Allah memiliki problem atau bercela dihadapan iblis
terkait barang bukti yang membuktikan
secara akurat dan tak terbantahkan pada kejahatan-kejahatan iblis, tetapi juga Kitab Musa dan kitab para nabi yang menuliskan megenai apa yang harus
terjadi Yesus (Yohanes 5:39-40; Yohanes 5:46-47; Yohanes 12:27; Matius
26:53-54; Lukas 24:44),sejak pada bagian permulaannya pun menyatakan tak pernah ada problem
dalam rupa apapun terkait Allah yang kepayahan dan membutuhkan sebuah pertolongan
hukum dari anak-anak Allah, dengan cara: mau menjadi corpus delicti dalam
sebuah kesetiaan dan ketaatan hingga mati. Roh
Kudus Sang Penolong yang dijanjikan oleh Yesus diutus oleh Bapa ke dalam
dunia pada para rasul Kristus pun menyatakan hal yang sama.
Sebagaimana telah
kita lihat pada Yesus Sang Mesias yang telah bangkit dari antara orang mati dan
berkuasa penuh atas segenap semesta [Matius 28:18; Matius 11:27; Lukas 1:33;
Yohanes 3:35], Roh Kudus tidak pernah sama
sekali menyingkapkan adanya problem Allah bercela di hadapan iblis berdasarkan
penggenapan oleh Kristus terhadap hukum Taurat, pun
demikian oleh para rasul Kristus yang telah memiliki sebuah kehidupan mulia
selama 40 hari bersama Yesus yang telah bangkit dari antara orang mati berdasarkan kitab suci sebagai pondasi tunggal pengajaran iman dan pondasi tunggal membangun kehidupan yang bercahaya di hadapan dunia ini (bandingkan, misal, dengan1 Korintus 15:1-7), dan telah menerima kedatangan seorang Penolong yaitu Roh Kudus yang tidak pernah sama sekali juga memberitakan problem pembuktian
corpus delicti iblis dihadapan Allah kepada para rasul sehingga menjadi isi
pokok dan penting bagi pemberitaan injil Kristus.
Sebaliknya inilah
yang dinyatakan oleh salah satu rasul Kristus yang telah dipimpin atau
digembalakan oleh Roh Kudus akan apa yang
harus dikatakan atau disampaikan (Yohanes 16:13,15) terkait kebenaran akan
keselamatan yang dari dari Allah itu, misal sebagaimana yang diutarakan oleh
Paulus:
1Korintus
2:6-6-10Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang
telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari
penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan. Tetapi
yang
kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah
bagi kemuliaan kita. Tidak ada dari penguasa dunia ini yang
mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan
Tuhan yang mulia. Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah
dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak
pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka
yang mengasihi Dia." Karena kepada kita Allah
telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh
menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.
Apa yang luar biasa dari pernyataan ini, bukan sekedar pada para rasul
itu dapat berkata demikian karena telah memiliki otoritas dan kebenaran
berdasarkan telah selama 40 hari bersama-sama dengan Yesus yang
telah bangkit dari antara orang mati, dan juga bukan sekedar pada sekedar
fakta semua rasul itu telah menerima Roh Kudus Sang Penolong yang akan
menyertai mereka dan menuntun setiap perkataan pemberitaan injil. Tetapi
pernyataan itu disampaikan dan
dinyatakan kepada para rasul dan jemaat, sebagai Ia yang menyelidiki segala sesuatu bahkan hal-hal
yang tersembuyi dalam diri Allah, bahkan hal-hal yang tesembunyi
dalam diri Allah.” Hal ini, dengan demikian, menunjukan bahwa tidak
ada satupun pemberitaan oleh
para rasul yang tidak lengkap atau tidak utuh atau masih kurang dan baru akan
dikemukakan pada masa yang akan datang setelah para rasul utama Kristus. Kedefinitifan
yang dimiliki oleh para rasul berdasarkan Roh Kudus, dengan demikian dapat juga
dikatakan: bukan saja tak mengandung kesalahan, tak
mengandung kebiasan dan tak mengandung elemen-elemen
kehendak diri berdasarkan hubungan emosional dengan Yesus Kristus yang begitu
terlanjur terpesona sehingga terlampau subyektif [sebetulnya jikapun kita ingin memasukan elemen hubungan
emosional antara Yesus dengan para muridnya, lebih tepat dikatakan sebagai relasi yang sangat negatif yang telah
memukul bukan saja dasar-dasar kepercayaan personal tetapi sendi-sendi
kepercayaan keimanan bahwa ia adalah Sang Penggenap hukum Taurat dan kitab para
nabi- relasi negatif yang saya maksudkan adalah sebagaimana yang tercatat pada
teks-teks pada Alkitab berikut ini:
Matius 16:21-22; Matius 26:51-53- bandingkan dengan Matius 26: 57-58,65-74;
Yohanes 12:23-24,27,31-33 dan 34; Lukas 24:17-27). Kedefinifannya dengan
demikian berlandaskan kebenaran sejak di dalam kekekalan secara utuh atau
sebuah kebenaran yang disampaikan oleh Roh Kudus berdasarkan Ia
telah menyelidiki segala sesuatu bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri
Allah.
Ini adalah kebenaran
yang kokoh bahwa setelah para rasul utama Kristus menyampaikan segala sesuatu
yang harus disampaikan oleh Roh, tidak akan ada lagi pewahyuan tambahan yang
bagaimanapun menyatakan bahwa masih ada pewahyuan tambahan tentang keselamatan
yang datang dari Allah bagi manusia. Jika demikian,sama dengan menyatakan
kedatangan dan karya keselamatan yang dilakukan oleh Yesus Kristus belum
lengkap dan belum selesai bahkan gagal sama sekali sejak pada
semua sabda-sabdanya di bumi tentang siapakah dirinya sendiri, yang berbunyi
seperti ini:
-Akulah roti hidup: Yohanes 6:35,48
-Akulah terang dunia: Yohanes 8:12;
Yohanes 9:5
-Aku adalah sebelum Abraham telah ada:
Yohanes 8:58
-Aku adalah pintu: Yohanes 10:9
-Aku adalah gembala yang baik: Yohanes
10:11
-Aku adalah kebangkitan hidup: Yohanes
11:25
-Aku adalah jalan, kebenaran dan hidup:
Yohanes 14:6
-Aku adalah pokok anggur: Yohanes 15:1
sehingga menyatakan
tidak ada satu pun keselamatan yang pasti dari Yesus Kristus.
Tentang Roh Kudus,
bahwa Roh Kudus menyelidiki segala sesuatu bahkan hal-hal yang tersembuyi dalam
diri Allah, bahkan hal-hal yang tesembunyi dalam diri Allah adalah memang
kebenaran dan bukan sebuah konsepsi oleh seorang rasul bernama Paulus. Yesus
Sang Mesias bahkan telah menunjukan bahwa apa yang dinyatakan oleh Rasul Paulus
adalah kebenaran yang disampaikan berdasarkan gembalaan Roh Kudus dengan cara
menyingkapkan bagaimana Roh Kudus sejak semula telah menuntun mulut orang-orang
kudus Allah untuk menyatakan kebenaran tentang keselamatan yang datang dari
Allah. Perhatikan bagaimana Yesus menjelaskan bagaimana Roh Kudus sejak era
sebelum kelahirannya telah menuntun manusia-manusia untuk menyatakan
keselamatan yang akan datang dari Allah melalui dan di dalam Yesus Kristus:
Matius
22:41-44 Ketika orang-orang Farisi sedang berkumpul, Yesus bertanya kepada
mereka, kata-Nya: "Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah
Dia?" Kata mereka kepada-Nya: "Anak Daud." Kata-Nya kepada
mereka: "Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut
Dia Tuannya, ketika ia berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku:
duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu.
Markus 12:35-36 Pada suatu kali ketika Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berkata:
"Bagaimana ahli-ahli Taurat dapat mengatakan, bahwa Mesias adalah anak
Daud? Daud sendiri oleh pimpinan Roh Kudus berkata: Tuhan
telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai
musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu.
Para rasul Kristus,
sebagaimana Yesus Sang Mesias, juga
telah menunjukan bahwa Roh Kudus adalah Dia yang menggembalakan para penulis
kitab suci untuk menyatakan atau menuliskan segala sesuatu terkait Yesus Sang Mesias:
Kisah
Para Rasul 1:16 Hai saudara-saudara, haruslah genap nas
Kitab Suci, yang disampaikan Roh Kudus dengan perantaraan Daud tentang
Yudas, pemimpin orang-orang yang menangkap Yesus itu.
Kisah
Para Rasul 4:25 Dan oleh Roh Kudus dengan
perantaraan hamba-Mu Daud, bapa kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh
bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia?
Kisah
Para Rasul 7:51 Hai orang-orang yang
keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu
selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian
juga kamu.
Yesus
Sang Mesiaslah yang pertama kali menunjukan kebenaran akan Roh Kudus sebagai
penggembala atau penuntun para nabi akan
apa yang harus mereka nyatakan dalam perkataan dan dalam kitab suci yang
mereka tuliskan. Roh Kudus, sebagaimana Bapa, sebagaimana Anak adalah Penyabda
Sabda. Jadi bukan saja Bapa, Anak dan
Roh Kudus bersetujuan tetapi mereka bersabda dalam satu
sabda yang sama!
Roh
Kudus, dengan demikian, telah memberikan kuasa kepada para nabi dan orang benar
sebelum Kristus (Ibrani 1:1-2) untuk dapat menerima dan menyampaikan hal-hal
tersembunyi dalam diri Allah untuk disampaikan. Itu sebabnya mengenai Daud
terkait apa yang telah disampaikan oleh Roh Kudus kepada Daud, Yesus tak ada
mengoreksi apapun yang telah dinyatakan oleh Roh Kudus tetapi meneguhkannya
sebab baik Anak dan Roh Kudus adalah Sang Penyabda yang
menyabdakan hal yang sama atau sabda yang sama.
Jadi, sebelum Roh Kudus diutus Bapa kepada mereka untuk sebuah era
setelah Yesus menggenapi segala sesuatu yang harus digenapi untuk saat ini pada kitab suci, Anak
dan Roh Kudus telah memiliki relasi baik sebelum Sang Firman menjadi manusia
dan setelah Sang Anak menjadi manusia. “Untuk saat ini” menunjuk pada
bagian-bagian Kitab Suci yang harus digenapi Yesus sebagai tujuannya pada saat Ia menjadi manusia dan tinggal di
antara manusia: “Sekarang jiwa-Ku terharu
dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak,
sebab untuk itulah Aku datang ke
dalam saat
ini- Yohanes 12:27.
Roh
Kudus memang dikenal sebagai Dia yang bersabda sebagaimana Yesus Sang Kristus:
-Ibrani
3:7 Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus:
"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya,
-2Petrus
1:20-21 Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab
Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia,
tetapi oleh
dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.
Yesus
Kristus sendiri menunjukan sebuah relasi yang begitu unik antara dirinya dengan
Roh Kudus sebagai yang saling meneguhkan satu sama lain: bahwa apa yang telah
disampaikan oleh Roh Kudus telah dinyatakan oleh Yesus Kristus sebagai sabda
yang benar dan yang telah digenapi oleh dirinya saat ia telah menutup
gulungan kitab Yesaya. Dan Ia telah Bersabda sebagai Ia dan Roh Kudus adalah
satu:
Lukas
4:16-21 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya
pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari
Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia
menemukan nas, di mana ada tertulis: Roh Tuhan ada
pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar
baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta,
untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat
Tuhan telah datang." Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali
kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju
kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
Yesus
dan juga para rasul telah menunjukan peran Roh Kudus sebagai penggembala,
penyabda dan pengajar bagi para nabi dan orang-orang benar era sebelum
kedatangan Sang Firman kedalam dunia sebagai manusia, dan pada Lukas 4:16-21 kita mengenal nama lain
bagi Roh Kudus adalah “Roh Tuhan” yang menunjukan bahwa Roh Kudus bukan semacam
energi atau kuasa ilahi atau bahwa ia adalah sebagaimana Anak dan sebagaimana
Bapa bersifat relatif dan dengan
demikian adalah spekulatif, jelas-jelas merupakan penistaan terhadap siapakah
Roh Kudus berdasarkan relasi-Nya dengan Yesus Kristus dan relasi-Nya dengan para nabi dan orang-orang benar
perjanjian lama.
Kebenaran ini begitu
penting dan tak tergantikan kebenarannya, sebab tak ada satu manusia manapun
yang memiliki otoritas dan dasar untuk menjelaskan siapakah Roh Kudus itu, bahwa
Dialah yang menuntun Daud untuk menunjukan siapakah Mesias dan bahwa Dialah
yang menuntun para nabi untuk menuliskan segala sesuatu tentang dirinya Mesias
yang datang dari Allah. Yesus satu-satunya manusia yang menunjukan relasi dirinya
dengan Roh Kudus secara aktif sebagai yang sama-sama bersabda kepada manusia
pada Lukas 4:16-21 dalam sebuah relasi di dalam kekekalan sekaligus di dalam
ruang dan waktu atau sejarah. Roh Kudus menuntun Yesaya di bumi untuk
menuliskan Dia yang akan datang sebab masih di sorga; Yesus Kristus menuntun
para pendengarnya untuk mengetahui bahwa apa yang dituliskan nabi Yesaya dalam
panduan Roh Kudus pada apa yang harus dituliskan telah digenapinya pada saat
mereka telah mendengarnya, yang dikatakannya di dalam Roh Tuhan ada pada Sang Mesias. Yesus di sini
adalah Sang Penggenap, sehingga relasi Roh Kudus dengan Yesus adalah relasi Roh
Kudus Sang Penulis tentang Ia yang akan menggenapi apa yang Ia pandukan pada
para nabi dengan Yesus yang telah lahir untuk menggenapi apapun yang telah
dipandukan Roh Kudus untuk dituliskan para nabi, pertama-tama dengan bersabda: Pada
hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.
Ketika Yesus bersabda
demikian maka inilah pondasi kekal yang dipancangkan di bumi oleh Yesus dan Roh
Kudus, bahwa tak akan pernah ada kebenaran lain yang perlu menambahkannya;
bahwa pada saat Yesus bersabda “genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya” itu adalah kebenaran
yang seutuh-utuhnya sebab baik Anak dan Roh Kudus mengetahui segala sesuatu
pada Allah, termasuk hal-hal yang tersembunyi pada Allah!
Rasul Kristus
menegaskan bahwa keselamatan dalam Yesus Kristus adalah definitif, sebagaimana dua malaikat berkata “ingatlah apa yang telah
Ia katakan kepadamu,” maka demikian juga Roh Kudus menyatakan kepada para rasul
Kristus, dalam sebuah bahasa yang
menutup berbagai atau segala kemungkinan dan atau segala bentuk
ketaktertutupan keselamatan dari Allah di dalam
Yesus Kristus sebagaimana kitab suci telah menyatakan, dengan berkata: Tetapi
yang
kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah
bagi kemuliaan kita. Dasar pernyataan atau sumber kebenaran itu datang
dari siapakah pun dinyatakan, yang menunjukan bahwa kebenaran itu sendiri dari
Allah sendiri: Allah telah menyatakannya oleh
Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang
tersembunyi dalam diri Allah.
Siapa yang menyatakan
adalah Allah. Kepada siapa atau melalui siapakah? Kepada manusia?Bukan, tetapi
kepada Roh. Roh yang telah dijanjikan Yesus akan diberikan Bapa kepada para
murid. Jadi begitu jelas bahwa segenap pengajaran keselamatan dari Allah yang
berbasiskan dan bersumber dari dan pada Yesus Kristus dalam relasi sebagai penggenapan
kitab suci, dikatakan tertutup atau sudah selesai pada Kristus dan tidak
memerlukan koreksi, pelengkapan atau perombakan/peninjauan berdasarkan kemajuan
hikmat dan tehnik-tehnik pembelajaran Alkitab di masa-masa yang akan datang, sepenuhnya berdasarkan penyataan Allah oleh Roh Kudus.
Tentu sudah pasti, jika “Roh
menyelididiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah,”
maka jelas tak ada manusia yang dapat melakukan hal semacam itu dan tak mungkin
sama sekali Roh Kudus di masa-mada mendatang sekonyong-konyong menyadari ada
banyak hal yang terlupakan atau ternyata tak benar-benar sepenuhnya Roh Kudus
itu menyelidiki SEGALA SESUATU BAHKAN HAL-HAL YANG TERSEMBUNYI DALAM DIRI
ALLAH. Sebetulnya ITU adalah bagaimana
Allah berelasi dengan Roh Kudus, begitu satu dan begitu saling mengetahui
satu sama lain. Jika terjadi sebuah kekeliruan pada Roh Kudus dalam hal
ini, maka sesungguhnya bukan saja Allah yang bercela di hadapan iblis, tetapi
juga Roh Kudus dan Yesus Kristus. Bila diajarkan atau dirujukan demikian adanya,
maka betapa celakanya Allah dan betapa berkuasanya dan betapa mulianya iblis
itu. Relasi Roh Kudus terhadap Allah yang demikian, pada dasarnya, adalah
sebagaimana Yesus Sang Mesias terhadap Allah. Perhatikan pernyataan Yesus
mengenai relasinya dengan Bapa:
Yohanes
5:19-22 “Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri,
jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang
dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak
dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu
yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya
pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi
dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang
mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak
menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. Bapa
tidak menghakimi siapapun, melainkan telah
menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak,”
Jika pada Roh,
relasinya dengan Bapa adalah: “Allah
telah menyatakannya oleh Roh yang menyelidiki segala sesuatu pada Allah bahkan
hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah,” maka pada relasi Anak dengan Bapa adalah: “apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang
dikerjakan Anak,” yang menunjukan bahwa Anak mengetahui dan berkuasa atas
segala sesuatu yang dapat dilakukan Allah termasuk pekerjaan-pekerjaan yang
lebih besar yang dilakukan Bapa- dengan menunjukannya kepada Anak. Bahwa Anak memiliki pengetahuan pada segala sesuatu
dan hal-hal yang tersembunyi pada diri Allah
telah dinyatakan oleh Yesus dengan berkata “Bapa tidak menghakimi SIAPAPUN, melainkan telah menyerahkan penghakiman
itu seluruhnya kepada Anak.” Kita tahu pasti bahwa SIAPAPUN di sini bukan
sekedar pada dunia manusia, tetapi mencakup iblis dan kerajaannya:
Dan
Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari
hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang
telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.- Matius 25:41
Tidak ada pengajaran dan kebenaran yang tak lengkap
sehingga memerlukan koreksi dan tambahan di masa moderen ini oleh seorang
pendeta melalui pengajaran pembuktian corpus delicti. Baik Anak dan Roh Kudus
memiliki relasi yang begitu tinggi dan mulia: “mengetahui segala sesuatu dan hal-hal tersembunyi pada Allah” termasuk pada saat Allah Sang Firman menjadi
manusia dan Roh Kudus datang ke dalam dunia ini berdasarkan sabda janji Kristus
bahwa Bapa akan mengirimkan seorang Penolong yang lain.
Baik Bapa, Anak dan
Roh tidak memiliki.problem terhadap iblis dan kerajaannya sebagaimana yang
sedang diangkat oleh pendeta Erastus. Faktanya
bahkan Allah dapat memerintahkan dan memberikan otoritas kepada malaikat-Nya
untuk mengeksekusi kejahatan dan pemberontakan iblis tepat langsung di sorga:
Wahyu12:7-9 Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya
berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi
mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di
sorga. Dan naga besar itu, si ular
tua, yang disebut Iblis atau
Satan, yang menyesatkan seluruh dunia,
dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.
Dan Yesus sendiri telah berkata bahwa pada saat Anak Manusia dimuliakan, itu mencakup momen ia melemparkan penguasa dunia ini:
Yohanes
12:31 Sekarang berlangsung
penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan
ke luar;
menunjukan
sebagaimana Allah dapat secara leluasa menghukum, menghancurkan kedudukan iblis
di sorga, maka demikian juga pada Yesus.
Faktanya, saat iblis diusir dari sorga dalam cara yang begitu
hancur, ia dan segenap bala tentaranya tak
dapat berbantah, berdalih dan berkelit di hadapan Allah, tetapi
inilah yang benar: mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga.
Karena itulah pokok
pemberitaan injil para rasul tak memungkin bagi mereka untuk memasukan
pandangan-pandangan pikirannya sendiri. Keabsolutan pada kedefinitfan pemberitaan injil sehingga
harus berbasiskan sebagaimana sejak semula Roh Kudus bersama Anak menyatakan
bukan soal egoisme teks dan egoisme kebenaran purba terhadap kemajuan peradaban dan pemikiran manusia, sebab apakah pernah Roh
Kudus menjadi semacam mahkluk purba yang termakan waktu dan zaman, sementara
memang kehadiran Yesus di dunia ini memang dapat diperhitungkan sebagai
eksistensi yang begitu purba sebab selain ia sama menjadi manusia, ia berada di
dalam ruang dan waktu sewaktu bersabda “genap.” Tetapi tetap harus diperhatikan,
sementara Yesus dapat dipahami terikat pada sebuah waktu begitu lampau tetapi
pada saat yang sama Ia satu-satunya penggenap pada setiap kebenaran yang
disampaikan dari Ia Roh Kudus yang menuntun para nabi untuk menuliskan mengenai
dirinya.
Para rasul dan gereja Tuhan hanya dapat mengajarkan sebagaimana Roh Kudus dan Yesus mengajarkan. Perhatikanlah ini:
Para rasul dan gereja Tuhan hanya dapat mengajarkan sebagaimana Roh Kudus dan Yesus mengajarkan. Perhatikanlah ini:
2
Korintus 3:4-8 Demikianlah besarnya keyakinan kami kepada Allah oleh Kristus.
Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu
seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan
kami adalah pekerjaan Allah. Ialah membuat kami juga sanggup menjadi
pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari
hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis
mematikan, tetapi Roh menghidupkan. Pelayanan yang memimpin kepada kematian
terukir dengan huruf pada loh-loh batu. Namun demikian kemuliaan Allah
menyertainya waktu ia diberikan. Sebab sekalipun pudar juga, cahaya muka Musa
begitu cemerlang, sehingga mata orang-orang Israel tidak tahan menatapnya. Jika
pelayanan itu datang dengan kemuliaan yang demikian betapa lebih besarnya lagi
kemuliaan yang menyertai pelayanan Roh!
Pada
era pasca pentakosta adalah era sedang digenapinya pemberitaan berita injil
dari Yerusalem ke ujung dunia; sedang digenapinya Roh Kudus Sang Penolong
menuntun atau menggembalakan para rasul dan gereja Tuhan untuk memberitakan
injil berdasarkan pengajaran atau kebenaran atau sabda Yesus Sang Mesias yang
telah menggenapi hukum Taurat dan Kitab para nabi. Perhatikan hal ini:
Kisah
Para Rasul 8:26-35 Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada
Filipus, katanya: "Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut
jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza." Jalan itu jalan yang sunyi. Lalu
berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan
kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem
untuk beribadah. Sekarang orang itu
sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil membaca kitab
nabi Yesaya. Lalu kata Roh kepada Filipus:
"Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!" Filipus segera ke situ dan mendengar
sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: "Mengertikah
tuan apa yang tuan baca itu?" Jawabnya: "Bagaimanakah aku dapat
mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?" Lalu ia meminta Filipus naik dan
duduk di sampingnya. Nas yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut:
Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu
di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka
mulut-Nya. Dalam kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya; siapakah yang akan
menceriterakan asal-usul-Nya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi. Maka kata
sida-sida itu kepada Filipus: "Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah
nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?" Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu
ia memberitakan Injil Yesus kepadanya.
Roh
Kudus bukanlah energi atau atau daya ilahi, bukan juga belaka kekuatan sumber energi
untuk mengadakan mujizat. Sebagaimana kita melihat pada episode ini, Roh Kudus
berinteraksi dengan Filipus untuk pergi ke suatu tempat spesifik untuk menjumpai seseorang yang telah
diketahui Roh Kudus, sedang membaca sebuah kitab yang telah dituliskan oleh
seorang nabi, yaitu Yesaya yang telah menuliskannya dibawah panduan Roh Kudus. Di
sini kita melihat pada Roh Kudus tergenapinya sabda Sang Kristus mengenai apa yang akan dilakukan Roh
Kudus dalam relasi pada pengutusannya ke dalam dunia oleh Bapa bagi para murid-Nya:
Yohanes
16:8-11 Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan
penghakiman; akan dosa,
karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran,
karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman,
karena
penguasa dunia ini telah dihukum.
Di
sini Roh Kudus di dunia ini adalah Sang Pemberita Injil Kristus kepada segala bangsa dalam cara
menyadarkan keadaan para manusia akan
dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada Yesus. Hal kedua yang
begitu penting adalah, Roh Kudus menyatakan bahwa penguasa dunia ini yaitu
iblis telah dihukum, sehingga memang tak ada sama sekali problem
pembuktian corpus delicti terkait sangkaan jahat pendeta Erastus bahwa Allah
hingga kini tak dapat menghakimi, menghukum dan membinasakan iblis sebab masih
belum bisa membuktikan kejahatan iblis dalam cara memenuhi prinsip keadilan.
Relasi
antara Roh Kudus dan gereja Tuhan begitu
jelas, bahwa Roh Kudus memperlengkapi orang percaya untuk memberitakan kabar
baik berdasarkan Kristus. Terlihat bahwa Roh Kudus memperlengkapi orang-orang
percaya bukan pada memberikan mereka energi atau kuasa mujizat, tetapi pada
bagaimana mereka diberikan kuasa untuk memberitakan injil kepada setiap orang
yang telah menjadi kehendak Roh Kudus agar kebenaran Kristus dan keselamatan di dalamnya diberitakan berdasarkan
penggenapan kitab suci oleh Yesus, sebagaimana Yesus sendiri sudah pernah
berkata atau bersabda kepada para muridnya:
Yohanes
16:13-14 Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu
ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya
sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya
dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan
Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.
Kitab
Yesaya yang dibaca telah menjadi dasar pemberitaan injil Kristus. Tetapi apakah
benar dalam kitab Yesaya ada pemberitaan keselamatan berdasarkan pengampunan?
Bukan berdasarkan persembahan kurban hewan tetapi belaka berdasarkan
pengampunan di dalam dan melalui diri
seorang Mesias atau Pembebas? Jawabnya ada:
Yesaya
53:1-12, dan saya akan sorot pada bagian-bagian tertentu sementara sangat dianjurkan untuk membaca secara
keseluruhan.
Yesaya
53:3-10 Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang
biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya
terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya,
penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya,
padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia
tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan
kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya,
dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba,
masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan
kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri
ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke
pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang
menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Sesudah penahanan dan
penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya?
Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan
umat-Ku ia kena tulah. Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik,
dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak
berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila
ia menyerahkan dirinya sebagai korban
penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.
Kita
harus tahu bahwa Kitab Yesaya dibuka oleh sebuah episode dimana Allah sudah
tidak lagi berkenan pada persembahan kurban darah hewan sekalipun dilakukan
berdasarkan hukum Taurat:
Yesaya
1:10-15 Dengarlah firman TUHAN, hai pemimpin-pemimpin, manusia Sodom!
Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora! Untuk apa itu
korbanmu yang banyak-banyak? Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku,
siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran
Bait Suci-Ku? Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab
baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau
mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu
itu penuh kejahatan. Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu
yang tetap, Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah
payah menanggungnya. Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan
memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan
mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah.
Bandingkan
dengan pernyataan Surat Ibrani terkait Mesias dan bagaimana Allah memang tidak
memperhitungkan lagi persembahan kurban bakaran sekalipun dilakukan berdasarkan
hukum Taurat, karena telah digenapi oleh Sang Mesias:
Ibrani
10:1- Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari
keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan
itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun
terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka
yang datang mengambil bagian di dalamnya. Sebab jika hal itu mungkin, pasti
orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu
tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya. Tetapi
justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya
dosa. Sebab tidak mungkin darah
lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa. Karena itu ketika
Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau
kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku--. Kepada korban
bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. Lalu Aku berkata:
Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk
melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku." Di atas Ia berkata: "Korban dan
persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau
tidak berkenan kepadanya" --meskipun dipersembahkan
menurut hukum Taurat--. Dan kemudian
kata-Nya: "Sungguh,
Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan,
supaya menegakkan yang kedua. Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah
dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.
Selanjutnya setiap imam melakukan tiap-tiap hari pelayanannya dan
berulang-ulang mempersembahkan korban yang sama, yang sama sekali tidak dapat
menghapuskan dosa. Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja
karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, dan sekarang
Ia hanya menantikan saatnya, di mana
musuh-musuh-Nya akan dijadikan tumpuan kaki-Nya. Sebab oleh satu
korban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia
kuduskan. Dan tentang hal itu Roh Kudus juga memberi kesaksian kepada kita, sebab
setelah Ia berfirman: "Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka
sesudah waktu itu," Ia berfirman pula: "Aku akan menaruh hukum-Ku di
dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, dan Aku tidak lagi
mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka." Jadi apabila untuk semuanya itu
ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa.
Kitab
Yesaya dengan demikian adalah kitab yang menuliskan tentang Yesus, atau dengan
kata lain, ketetapan keselamatan dari Allah berdasarkan hukum Taurat adalah baying-bayang
yang menunjukan pada Yesus. Bisakah anda memahami “bayang-bayang” sementara
wujud keberadaanya belum juga ada? Tentu ini maksudnya hendak menunjukan bahwa
dia yang diberitakan itu adalah kekal adanya dan akan datang ke dalam dunia
ini.
Itulah
yang diberitakan Roh Kudus dan bagaimana Ia memimpin Filipus untuk memberitakan
injil Kristus berdasarkan Kitab Yesaya.
Roh,
dengan demikian, bukan sama sekali semacam energi atau kekuatan ilahi atau yang
kesebagaimanaannya pada Anak dan Bapa relatif, sebab Dia begitu mengenali
apakah yang menjadi kelemahan-kelemahan para rasul tersebut di dalam
melaksanakan amanat agung dari Yesus Kristus: “kami tidak sanggup untuk
memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan
kami adalah pekerjaan Allah. Ialah membuat kami juga sanggup menjadi
pelayan-pelayan dari…” yang mana membuat
kami juga sanggup menjadi bukan menunjuk pada sebuah pemberian energi atau
kekuatan tetapi pada bagaimana Roh menghidupkan mereka untuk sanggup. Ini
adalah relasi memberikan hidup pada para rasul Kristus, tepat sebagaimana relasi Yesus pada para murid: Aku datang, supaya mereka mempunyai
hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan (Yohanes 10:10). Dan
Yesus Sang Pemberi Hidup pun menunjukan bahwa
Roh Kudus adalah Sang Pemberi Hidup: Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna.
Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup (Yohanes
6:63).
Maka memang tak
terbantahkan bahwa ketika Yesus berkata bahwa ia datang untuk menggenapi hukum
Taurat dan kitab para nabi telah menunjukan relasi kekal antara Anak dan Roh
Kudus, yaitu: Anak menggenapi setiap hal yang telah dinyatakan oleh Roh Kudus
di dalam kekekalan kepada para nabi akan apapun yang hanya dapat digenapi oleh
Anak. Pada saat yang sama, Yesus juga
meneguhkan segenap kitab suci bahkan dalam cara
bahwa apapun yang dituliskan oleh para nabi adalah oleh Roh Kudus, dan
ia dapat menyatakan itu adalah kebenaran, karena Ia telah memiliki hubungan
dengan Roh Kudus sejak pada kekekalan. Coba perhatikan ini lagi:
Yohanes
5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab
Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal,
tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi
kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk
memperoleh hidup itu.
Itu termasuk
kitab-kitab Musa, mulai dari Kejadian:
Yohanes
5:46-47 Sebab jikalau kamu percaya
kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi
jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan
percaya akan apa yang Kukatakan?"
Bukti bahwa seseorang
percaya pada Kitab Suci, percaya kepada kitab-kitab Musa adalah percaya kepada
apapun yang dijelaskan oleh Yesus Kristus mengenai siapakah yang hendak
ditunjukan oleh para nabi, termasuk Musa. Jadi inilah buktinya, yaitu setiap
orang yang berpondasi pada Yesus dan segenap sabda-sabdanya!
Tidak seperti
ajaran pembuktian corpus delicti yang
menunjukan bahwa Allah bercela dihadapan iblis sehingga membutuhkan bantuan
anak-anak Allah di dunia ini, Musa tidak pernah menunjukan bahwa Allah bercela
dihadapan iblis terkait pembuktian kejahatan iblis yang mengakibatkan iblis
dapat berdalih dan berkelit sehingga lolos dari penghakiman atau jika pun
dipaksakan maka penghakiman Allah itu gagal memenuhi prinsip keadilan Allah
yang mulia. Pada kejadian justru kita
akan menemukan sebuah kebenaran tunggal bahwa sejak semula, iblis secara telah
telah terbukti dan telah segera menerima penghakiman beserta penghukumannya
tanpa indikasi-indikasi yang bagaimanapun menunjukan bahwa iblis tak segera
dibinasakan karena problem Allah bercela dihadapan iblis terkait barang bukti
kejahatannya atau corpus delicti. Kita justru akan melihat sejak kejadian
sebuah kebenaran sebagaimana: Wahyu 12:7-9.
Faktanya, Kitab
Kejadian oleh penulisnya dalam penggembalaan Roh Kudus, telah menunjukan bahwa penghakiman
dan penghukuman Allah terhadap iblis sejak di taman Eden telah berlangsung
sempurna: “Lalu berfirmanlah TUHAN Allah
kepada ular itu: "Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di
antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah
engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu”-
Kejadian 3:14.” Perbuatan jahat apakah yang didakwakan atas iblis? Jawab: “berbuat demikian.” Apakah yang dimaksudkan dengan “berbuat
demikian itu”? Yaitu: sebagaimana yang dinyatakan oleh corpus delicti atau barang bukti
berupa kesaksian korban kejahatan sekaligus saksi kejahatan yang
memberikan kesaksian yang melawan atau memberatkan iblis: “Jawab perempuan itu: "Ular itu yang
memperdayakan aku, maka kumakan- Kejadian 3:13." Bagaimanakah secara
spesifik wujud “memperdayakan” yang telah dilakukan oleh iblis itu? Inilah
bagaimana iblis memperdayakan perempuan itu: “Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman:
Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" Lalu sahut
perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh
kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah
berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."
Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan
mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan
terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang
jahat." Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan
sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian.
Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada
suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya”-
Kejadian 3:1-6.
Perhatikan bahwa ular
atau agensi iblis tersebut di dalam taman tersebut memang melakukan
dialog-dialog yang memperdayakan perempuan itu sebab memang dialah yang menjadi
target dialog tersebut. Dialog tersebut bukan menyasar kelemahan kedagingan,
pertama-tama. Tidak sama sekali. Tetapi menyasar pada kebenaran dan tafsir sabda berupa instruksi larangan Allah bagi manusia, yang mana manusia
lebih memilih interpertasi ular ketimbang interpertasi Allah Pemilik Sabda.
Tetapi bagaimana sampai manusia perempuan benar-benar takluk pada interpertasi
ular itupun bukan karena, pertama-tama, faktor kelemahan daging-sebab kuasa
maut belum ada, tetapi ketakberdayaan manusia terhadap kuasa iblis terletak
pada sebuah realitas manusia tak pernah berdaya untuk berhadapan dengan
iblis beserta tipu dayanya jika ia hidup
di luar interpertasi Allah bagi kehidupannya, ini merupakan momen dimana
manusia meninggalkan interpertasi Allah atas firman-Nya sendiri yang menjadi
pelita hidupnya. Ini jelas secara tajam
menunjukan manusia itu sedang berada
dibawah penggembalaan atau interpertasi siapakah, yang ditunjukan, kemudian,
oleh interpertasi manusia yang melawan interpertasi Allah bagaimana ia
seharusnya hidup: “Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan
sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian.
Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada
suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.”
Rangkaian “melihat itu baik,”
“sedap kelihatannya,” “menarik hati,” “mengambil buah dan memakannya,”
hingga pada akhirnya memberikan kepada suaminya hingga ikut memakan, telah
menjadi buah-buah tipu muslihat iblis sekaligus realitas nyata menunjuk pada perbuatan-perbuatan
dosa atau pemberontakan manusia di hadapan Allah yang dimulai oleh manusia
memilih untuk meninggalkan pernaungan sabda Allah yang harus ditaati namun
ditentang oleh manusia secara begitu intelektual: dengan membangun interpertasinya
sendiri- kelihatan intelektual dan kelihatan begitu bermatabat namun
sesungguhnya diperdaya iblis menjadi anteknya dan gembalaannya. Corpus delicti
atau bukti-bukti kejahatannya begitu lengkap, bahwa kejahatan iblis itu berupa: memelintirkan atau menyerongkan firman Allah dan memperdayakan perempuan sehingga menjadikan manusia memberontak
berdasarkan kuasa iblis yang mengatasi manusia kala manusia itu keluar dari interpertasi Allah bagi kehidupan mereka,
yaitu: “Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon
dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan
tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada
hari engkau memakannya, pastilah engkau mati- Kejadian 2:16-17."
Jika pertanyaannya,
apakah bukti pelanggaran terhadap pasal 2:16-17, maka jawabnya: “pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” Tetapi masih
menyisakan pertanyaan pada “pastilah engkau mati” siapakah yang dapat membuktikanya
dan apakah interpertasi “mati” di sini? Satu-satunya bukti bahwa “pada hari
engkau memakannya, pastilah engkau mati”
telah terjadi dan apakah interpertasi “mati” itu [ingatlah, peristiwa mati itu sendiri bahkan
belum dikenali manusia, bahkan untuk kematian semacam Lazarus sangatlah asing
dalam dunia era taman Eden, jadi satu-satunya yang dapat memberikan tafsir atas
“mati,” hanya Dia Sang Pembuat Hukum atas manusia], hanya dapat
disediakan dan dibuktikan oleh Allah sendiri. Perhatikanlah episode ini, momen
setelah manusia masuk ke dalam interpertasi iblis dan meninggalkan sama sekali interpertasi
Allah atas manusia-manusia-Nya, IA mendatangi manusia-manusia itu sebab Ia tahu
keduanya telah keluar dari penggembalaan interpertasi-Nya: “Ketika mereka
mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada
waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah
di antara pohon-pohonan dalam taman. Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu
dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?" Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam
taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku
bersembunyi." Firman-Nya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu,
bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau
makan itu?" Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di
sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan."
Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah yang telah kauperbuat ini?"
Jawab perempuan itu: "Ular itu yang memperdayakan aku, maka
kumakan"- Kejadian 3:8-13.
“Pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” Paling
monumental, harus dikatakan: mati
di sini adalah manusia menjadi lebih dekat kepada iblis untuk menjadi lebih jauh dan
menjauhkan diri sejauh-jauhnya sampai jika mungkin Allah tak bisa menjumpainya[bandingkan
sabda Yesus mengenai manusia yang telah jatuh ke dalam perbudakan dosa: Yohanes 3:19].
Cobalah perhatikan
pola relasi yang sangat janggal dan ironis:
Catatan penting
pertama “mati”: “mereka mendengar bunyi langkah
TUHAN Allah, kedua manusia bersembunyi
yang sedapat-dapatnya ditempat paling tersembunyi: “di antara
pohon-pohon.”
Catatan penting kedua
“mati”:
“tetapi TUHAN Allah memanggil: di manakah engkau, namun dijawab manusia: Ketika
aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut. Pertanyaan
Allah “dimanakah engkau” bukan karena Allah tak tahu menahu keberadaan mereka
tetapi sebuah indikator bahwa kedua manusia itu telah hilang atau lenyap dari
penggembalaan interpertasinya yang dampaknya sangat menghancurkan manusia itu
sendiri, sebab: Ia mencari namun manusia bersembunyi atau mengelakan dirinya
dari pencarian Allah, sekuat-kuatnya, sebab keduanya telah sungguh-sungguh
tak lagi berada di dalam kehidupan yang digembalakan oleh interpertasi Allah
atas kehidupan mereka. Ketika manusia berkata “ Engkau ada dalam taman
ini, aku menjadi takut.” Dan, tahukah bahwa pernyataan “Engkau ada dalam taman ini,
aku menjadi takut” merupakan deskripsi sempurna jenis kematian yang
dihasilkan akibat memenuhi “pada
hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” Sehingga inilah wujud
kematian yang dimaksudkan Allah segera setelah mereka memakan apa yang begitu
terlarang oleh Allah. Itu karena
ketetapan eksistensi manusia di dalam taman ini adalah berdasarkan eksistensi
kehidupan dari-Nya untuk memerintah segala kehidupan yang disediakan-Nya
bagi manusia? Perhatikanlah ini:
Kejadian
2:8-14 Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur;
disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu. Lalu TUHAN Allah
menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk
dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon
pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Ada suatu sungai mengalir dari
Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang.
Yang pertama, namanya Pison, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah
Hawila, tempat emas ada. Dan emas dari negeri itu baik; di sana ada damar
bedolah dan batu krisopras. Nama sungai yang kedua ialah Gihon, yakni yang
mengalir mengelilingi seluruh tanah Kush. Nama sungai yang ketiga ialah Tigris,
yakni yang mengalir di sebelah timur Asyur. Dan sungai yang keempat ialah
Efrat. TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden
untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.
Ayat 18-25
TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja.
Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." Lalu TUHAN
Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara.
Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia
menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap
makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. Manusia itu memberi
nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala
binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan
dengan dia. Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia
tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat
itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu,
dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu
berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari
dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki."
Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu
dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Mereka keduanya
telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.
Eksistensi manusia Adam dan Hawa
berdiri di atas ketetapan Allah yang menginterpertasikan secara total pada
bagaimana seharusnya mereka hidup!
Allah yang membentuk
dalam sebuah rancangan mahakarya-Nya, memiliki tujuan sebagaimana desain-Nya
sejak semula bagi manusia: “TUHAN Allah
mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan
dan memelihara taman itu.” Dengan demikian, relasi Allah dengan manusia,
jauh dari unsur takut dan keterpisahaan yang
bagaimanapun juga karena ketakterpisahan itu terletak pada relasi antara Allah
dan manusia di dalam apakah rancangan
Allah yang tertuang di dalam tujuan-tujuan-Nya atas manusia, yaitu:
“menempatkannya dalam taman Eden untuk MENGUSAHAKAN dan MEMELIHARA taman itu.
Bahkan sejauh Allah
memberikan tujuan-Nya pada manusia, manusia itu merupakan representasi
pemerintahan Allah di muka bumi atas setiap mahkluk bahkan mulai dari “siapakah
namamu” akan disebut: “Lalu TUHAN Allah
membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara.
Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia
menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap
makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. Manusia itu memberi
nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala
binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan
dengan dia.” Relasi yang intim dengan Allah bukan sekedar dekat dan tak
berdosa sama sekali, tapi pada tak ada sedikit saja ketertutupan namun sebuah
keterbukaan manusia pada Allah, tak
pernah malu sebab tak ada yang salah dan memalukan pada dirinya untuk ditutupi
adalah hakikat pokok tunggal relasi
manusia dengan Allah atau manusia itu secitra dengan Penciptanya. Coba
perhatikan ini: “Allah menciptakan
manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia;
laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”- Kejadian 1:27. Itu
sebabnya manusia memiliki kuasa untuk menguasai alam ciptaan-Nya
sebagaimana
Allah adalah penguasa tunggal atas segala sesuatu termasuk
manusia yang diberikannya untuk berkuasa atas ciptaan-Nya: “Allah memberkati mereka, lalu Allah
berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah
bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi"-
Kejadian 1:28. Ini, relasi yang begitu tak terpisahkan dengan Allah dan Allah
yang membangun relasi begitu tak terpisahkan dengan manusia ciptaan-Nya [begitu
kudus tak bercela], terefleksi sempurna dalam relasi antar pria dan perempuan
itu yang merupakan relasi suami-isteri yang mengetahui betapa sempurnanya
mereka adanya sebab diciptakan menurut gambar-Nya: “Mereka keduanya telanjang,
manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu”-
Kejadian2.
Apakah
bukti atau corpus delicti bahwa “pada hari
engkau memakannya, pastilah engkau mati,” maka jawabnya: runtuhnya atau
binasanya kehidupan Allah di dalam diri manusia yang ditandai dengan:
“bersembunyi” dan “malu.” Atau dapat juga dikatakan “Allah menemukan manusia
yang kedapatan telah mati, dan manusia yang mati itu telah menjadi
corpus delicti yang membuktikan pelanggarannya sekaligus
membuktikan kematiannya: “Tetapi TUHAN
Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah
engkau?" Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam
taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku
bersembunyi." Firman-Nya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu,
bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang
engkau makan itu?"- Kejadian 3:8-11.
Puncak
untuk bukti atau corpus delicti yang membuktikan bahwa memang mati seketika
atau binasanya kehidupan Allah tepat
seketika melanggar adalah terletak pada apakah yang menjadi tindakan Allah,
yaitu: menutup akses ke pohon kehidupan:
Kejadian
3:23-24 Lalu TUHAN Allah mengusir dia
dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. Ia menghalau
manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyala beberapa kerub
dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.
Sudah mati, maka
jalan ke pohon kehidupan dijaga Allah dengan menempatkan beberapa kerub dengan
pedang bernyala-nyala. Sebuah realitas kematian yang mengerikan dan sebuah
interpertasi mati yang lebih dari sekedar kehilangan nyawa tubuh ini, sebab
mati di sini adalah: kehilangan kehidupan bersama Allah sehingga
tujuan akhirnya tidak lagi berada di dalam kemuliaan pemerintahan-Nya.
Tak ada bukti yang lebih kuat daripada ini, dan inilah interpertasi mati
menurut Allah. Jadi bukan sekedar ancaman, teror atau atau
mati yang metafora belaka. Allah bukan Allah yang hanya bisa gertak sambal
apalagi bercelah di hadapan manusia dan iblis.
Tak ada problem Allah terhadap ketakberdayaan-Nya untuk pada dirinya sendiri menyediakan corpus delicti terkait iblis, sebab pada faktanya iblis telah dikutuk pada saat itu juga dan memerintah dibumi sebagai yang terkutuk:
Kejadian
3:13-14 “Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: "Apakah
yang telah kauperbuat ini?" Jawab perempuan itu: "Ular itu yang
memperdayakan aku, maka kumakan." Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu:
"Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah
engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan;
dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur
hidupmu.”
Corpus delicti atau bukti kejahatan iblis telah diajukan, yaitu: “berbuat demikian,” yang telah saya sajikan di atas, tadi. Bahwa iblis telah menerima dakwaan yang bukan saja kuat tetapi segera meletakan dominasinya atas dunia dan manusia dibawah kutuk Allah baginya yang direfleksikan secara sempurna dengan menghukum agensinya: “Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: "Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.”
Bukan saja terhadap
agensi iblis Allah telah mengutuk sehingga merupakan bukti atau corpus delicti
yang menunjukan kejahatan iblis telah secara kokoh dan cemerlang telah
diputuskan sebagai sebuah pemidanaan berkekuatan hukum tetap, Allah
pun telah mendakwa iblis pada diri oknum ini dalam cara yang melibatkan
bagaimana Allah memulihkan gambar-Nya dalam diri manusia dan bagaimana IA
melakukan-Nya di dalam dunia manusia melalui keturunan manusia yang berkuasa
penuh menghancurkan iblis beserta pemerintahannya:” Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan
perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan
kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya”- Kejadian 3:15"
yang menunjukan bahwa ketaksegeraan eksekusi pembinasaan bukan karena
pemidanaan iblis sejak semula tak berkekuatan hukum, tetapi waktu eksekusinya belum dikemukakan secara publik
kapankah sebab itu begitu terkait dengan “keturunan perempuan yang akan
berkuasa atas iblis yang terkutuk itu.”
Bersambung ke bagian 33
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi Allah
No comments:
Post a Comment