Oleh: Martin Simamora
Sepuluh Bagian Keempat
Dengan Jalan Demikian Allah Telah Menggenapkan Apa Yang Telah Difirmankan-Nya Dahulu
(Lebih dulu di “Bible Alone”-Kamis, 9 September
2016- telah diedit dan dikoreksi)
Bacalah lebih
dulu: “bagian 35”
Jika semua mau
memperhatikan dua tabel pertama dan satu
tabel lainnya, maka begitu jelas terlihat apakah yang Yesus Sang Mesias miliki
dan apakah yang tak dimiliki manusia dalam sebuah takaran yang tak dapat
diukurkan oleh manusia. Sebab, siapakah
yang sanggup menakarkan apa yang dimiliki Yesus menjadi satuan-satuan ukur yang
dapat diupayakan manusia sehingga juga dimiliki? Dalam cara yang begitu gamblang,
Yesus telah menunjukan “siapakah ia”
dan “apakah tujuannya datang ke dalam
dunia ini” dalam sabda dan kuasa penuh otoritas yang menempatkan setiap
manusia adalah hamba-hamba ketakberdayaan pada apa yang paling tidak
diinginkannya: maut. Tentu ini memang benar-benar otentik, misalkan saja:
Ada
seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah
yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"- Matius 19:16
Atau
Karena
roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup
kepada dunia." Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami
roti itu senantiasa."- Yohanes 6:33-34
Kata
perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak
haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air."- Yohanes 4:15
Yang
mana pada ketiga peristiwa di atas tersebut, mengangkat pertanyaan terbesar dan
terpenting bagi manusia: apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup
kekal?
Pertanyaan yang menjadi jembatan emas bagi terbangunnya sebuah relasi bagi manusia terhadap Yesus
Sang Mesias, dimana pada “jembatan emas yang ada karena Yesus,” Yesus adalah
jalan sekaligus tujuan tunggal untuk tempat bertanya dan sumber untuk menerima
jawaban kebenaran pasti yang berkenan pada Allah. Ketika Yesus Sang Mesias
telah menjadi salah satu rujukan diantara para rabi atau guru-guru agama bagi
manusia untuk bertanya, akankah Yesus memberikan jawaban yang merupakan salah satu dari banyak jawaban di antara guru-guru agama Yahudi?
Akankah Yesus Sang Mesias memberikan semacam racikan moralitas dan perbuatan-perbuatan baik yang akan mengisi dan memberikan
bobot aktual pada kehidupan rohani dan
keberimanan mereka yang berporos pada pembangunan diri, terlepas dari Yesus Sang Mesias?
Tiga jawaban atau
tanggapan Yesus terhadap tiga situasi dalam teks-teks di atas, telah menunjukan
bahwa Ia menyentralkan dirinya secara absolut dan ialah
jawaban dan ialah sumber kehidupan kekal, sehingga jika berbicara apa yang
harus dilakukan, maka jawabannya bukan
seset komposisi moralitas dan perbuatan-perbuatan baik
berbasis kitab suci, sehingga itu
semua akan memberikan sebuah bobot yang berkualitas tinggi dan mulia pada kehidupan
rohani dan keberimanan orang tersebut, tetapi instruksi ini: “datanglah kepadaku,” sebagaimana
pada jawaban-jawaban atas 1 pertanyaan
dan 2 permintaan di atas tadi:
═Kata
Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala
milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh
harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."-
Matius 19:21
═Kata
Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang
kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya
kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.- Yohanes 6:35
═tetapi
barangsiapa
minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk
selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan
menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada
hidup yang kekal."-Yohanes 4:14
Inilah yang merupakan
pondasi dan sumber tujuan kedatangan Yesus Sang Mesias ke dalam dunia ini,
berdasarkan siapakah ia terhadap manusia, siapakah ia terhadap problem “bagaimana
memperoleh hidup kekal.”
Mengapa ini begitu
penting bagi orang-orang Yahudi untuk begitu dipedulikan selama hidup di dunia?
Karena kehidupan Israel bersentral pada bagaimana kehidupan mereka secara total
dalam kesepenuhan hidupnya tunduk pada sabda dan kehendak Tuhan, sebab
kehidupan mereka pada dasarnya fana atau akan menuju kebinasaan pada akhirnya. Bagaimana dalam kehidupan demikian mereka
berjuang untuk taat pada Allah dan firman-Nya, sebagaimana terlihat pada
representasi ayat-ayat berikut ini:
═Amsal
11:30 Hasil orang benar adalah pohon
kehidupan, dan siapa bijak, mengambil hati orang. [“pohon kehidupan”
sebagaimana pada Kejadian 3:24]
═Mazmur
39:1-7 Pikirku: "Aku hendak
menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku
hendak menahan mulutku dengan kekang selama orang fasik masih ada di
depanku." Aku kelu, aku diam, aku membisu, aku jauh dari hal yang baik;
tetapi penderitaanku makin berat. Hatiku bergejolak dalam diriku, menyala
seperti api, ketika aku berkeluh kesah; aku berbicara dengan lidahku: "Ya
TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku,
dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku!
Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku; bagi-Mu
hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap
manusia hanyalah kesia-siaan! Sela Ia hanyalah bayangan yang berlalu!
Ia hanya mempeributkan yang sia-sia dan menimbun, tetapi tidak tahu, siapa yang
meraupnya nanti. Dan sekarang, apakah yang kunanti-nantikan, ya Tuhan? Kepada-Mulah
aku berharap.
Kita
tahu bahwa kebenaran Daud di hadapan
Allah memang bukan berdasarkan kebenaran yang diperjuangkannya di hadapan
Allah, sebab sebetulnya, Ia pun seharusnya berakhir sama dengan raja Saul, raja yang digantikan Daud, mati! “Tetapi
kasih setia-Ku tidak akan hilang dari padanya, seperti yang
Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. Keluarga dan kerajaanmu
akan kokoh untuk selama-lamanya di
hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk
selama-lamanya."- 2 Samuel
7:15-16
Tetapi
dalam hal ini pun, yang selama-lamanya
adalah “keluarga atau keturunan” bukan
manusia Daud sendiri; “Kerajaan” tetapi Daud sebagai raja tidak
selama-lamanya; “takhta Daud” tetapi
Daud sendiri tidak akan mendudukinya dalam keabadian.” Kasih setia Tuhan bagi
Daud “kokoh selama-lamanya,” dengan demikian, tidak sedang menunjukan kehidupan
manusia yang selama-lamanya sebagaimana
pada Sang Mesias dan yang dibawanya masuk ke dalam dunia oleh Mesias yang
adalah Sang Firman yang menjadi manusia sehingga barangsiapa yang menerima
dirinya akan benar-benar memiliki hidup selama-lamanya sebagai sebuah kasih
karunia:
Jawab
Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia
akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya
kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal
ini?"- Yohanes 11:25-26
Siapakah
Yesus Kristus dan apakah tujuannya datang ke dalam dunia ini, dengan demikian,
memang memiliki kuasa atas takhta pemerintahan yang berdomisili di dunia ini
dan kuasanya memang harus bekerja di dunia ini sebagaimana ia secara relasi
pada setiap individu yang menjadi percaya kepada-Nya. Yesus sendiri meletakan dirinya sebagai penggenap “Keluarga dan kerajaanmu
akan kokoh untuk selama-lamanya di
hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk
selama-lamanya” yang sejak Daud telah disingkapkan Allah, bahwa Kerajaan Israel pada keturunan Daud akan
berlangsung berdasarkan “mendapatkan
kasih setia Tuhan” sebagai pondasi
bagi terjadinya “kokoh untuk selama-lamanya” dalam makna generas-generasi
Daud akan terus bertakhta
pada takhta Daud, bukan kekekalan seorang raja. Inilah problem keras saat tokoh atau pemimpin Yahudi berhadapan dengan
Yesus dalam soal Dia Yang menduduki takta Daud selama-lamanya. Bagi orang
Yahudi “selama-lamanya” dalam makna dari generasi ke generasi dinasti Daud
selama-lamanya, bukan satu raja selama-lamanya. Sang Mesias menjelaskan bahwa
Dialah penggenapnya dalam cara yang lebih mulia dari apapun yang dipahami
kemanusiaan para guru agama Yahudi. Yesus mengajarkan kebenaran ini, dengan berkata: “Bagaimana ahli-ahli Taurat dapat mengatakan,
bahwa Mesias adalah anak Daud? Daud sendiri oleh pimpinan Roh Kudus berkata:
Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai
musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu. Daud sendiri menyebut Dia Tuannya,
bagaimana mungkin Ia anaknya pula?" Orang banyak yang besar jumlahnya mendengarkan
Dia dengan penuh minat” (Markus 12:35-27) yang mana ini sedang menunjukan
bahwa Sang Mesias adalah penerus takhta
Daud atau keturunan Daud secara biologis dan sekaligus dialah satu-satunya, yang tak pernah terjadi pada
suksesor-suksesor terdahulu, raja yang
abadi di dunia sebagaimana kekal di sorga.
Ini menunjukan bahwa
setelah Yesus Kristus, tidak akan ada lagi
keluarga Daud yang akan menduduki takhta Daud, sebab Yesus adalah kekal
dan bahkan sumber kehidupan kekal bagi manusia. Taktha Daud, dengan demikian,
ketika di duduki oleh Yesus, telah membuat Kerajaan Daud di bumi ini adalah
satu-satunya ketetapan Allah yang dapat memberikan kehidupan kekal. Kebenaran
dan titah Sang Raja adalah kebenaran dan hidup.
Perhatikanlah
pernyataan-pernyataan Sang Mesias, Raja Orang Yahudi berikut ini:
Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa
mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah
pindah dari dalam maut ke dalam hidup.- Yohanes 5:24
Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Akulah roti hidup. Yohanes 6:47-48
Inilah
roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati.- Yohanes 6:50
Akulah
roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia
akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan
Kuberikan untuk hidup dunia."- Yohanes 6:51
“Yang
kuberikan itu ialah daging-Ku” merupakan pernyataan tergamblang oleh Yesus
tentang dirinya sendiri bahwa sabda dan
kebenaran hidup keselamatan dari Allah yang membebaskan mereka dari perbudakan
hidup kematian tidak terletak secara terisolasi pada sabda yang didengarkan dan
yang penaatannya harus diperjuangkan hingga terwujud atau melembaga atau hingga pada akhirnya
membebaskan diri si pengikut Yesus dari maut, terbukti telah sempurna penaatannya.
Tidak seperti itu, tetapi berdasarkan
presentasi tubuh-Nya sebagai sebuah sabda yang bekerja pada setiap orang mati
dalam perbudakan maut untuk menerima pemerdekaan dari iblis.
Pada “Daud sendiri oleh pimpinan Roh Kudus
berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku,
sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu. Daud sendiri menyebut Dia
Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?" telah menunjukan bahwa Yesus
memenuhi aspek keturunan secara biologis atau keturunan keluarga Daud, sekaligus,
pada saat yang sama, adalah Dia adalah Yang Kekal tak bermula dan tak berkesudahan. Ia memang datang sebagai penerus takhta Daud
yang tak hanya berkedudukan di bumi untuk memiliki pengaruh secara politik di dunia, tetapi terutama, pada kala
itu, mengangkat atau mengemukakan dirinya sebagai Raja yang berkuasa atas
kerajaan iblis. Perhatikan ini: “Lalu
Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari
daerah itu dan berseru: "Kasihanilah
aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan
dan sangat menderita." Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu
murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia
mengikuti kita dengan berteriak-teriak." Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang
hilang dari umat Israel." Tetapi perempuan itu mendekat dan
menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan,
tolonglah aku." Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan
melemparkannya kepada anjing." Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan
remah-remah yang jatuh dari meja tuannya." Maka Yesus menjawab dan
berkata kepadanya: "Hai ibu, besar
imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika
itu juga anaknya sembuh.” (Matius 15:21-28). Ini adalah episode yang menakjubkan dan sekaligus
menggemparkan, sebab di sini Yesus sebagai penerus takhta Daud memang
benar-benar menunjukan ia adalah Raja bagi siapakah dan ia adalah Raja dari sebuah kerajaan yang hanya
akan melayani dan membela rakyatnya atau semua kepunyaannya saja, sehingga
inilah jawaban yang keluar dari mulut Yesus: “Aku diutus hanya kepada
domba-domba yang hilang dari umat Israel.”
Perempuan Kanaan ini
begitu mengenali bahwa ia bukanlah warga Kerajaan Israel yang rajanya sekarang
berdiri di hadapannya; ia tahu dan sadar sekali bahwa dirinya adalah seorang
Kanaan yang tak pantas menerima kesejahteraan dan menerima pertolongan dari sang Raja Israel itu. Namun
perempuan Kanaan itu memohon sebuah belas kasihan yang tak lazim dan tak
mungkin untuk dilakukan bahkan oleh para pemimpin imperium dahsyat manapun juga
yang ada di dunia ini, sebab yang dimintakan perempuan Kanaan itu membutuhkan
kuasa yang berkuasa dan berotoritas absolut atas setan yang merasuki anak
perempuannya. Sama sekali bukan kekuatan militeristik, politis dan apalagi pada
dunia rasional manusia.
Perempuan Kanaan itu
berkata kepada Sang Raja Kerajaan Israel, Anak Daud itu: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja
tuannya," yang menunjukan bahwa ia tahu siapakah ia dihadapan raja
dari sebuah Kerajaan Asing baginya
tetapi berkuasa atas semua manusia tak peduli ia bukan warga-Nya, asalkan saja Sang Raja mau sekedar berbelas kasihan padanya walau itu sekedar remah-remah!
Perempuan Kanaan itu
benar-benar memiliki kesadaran diri bahwa sebagai warga asing pada sebuah
kerajaan bangsa tertentu itu, tak ada sedikit saja bagi Sang Raja sebuah dasar atau kewajiban (sebagaimana, kini era modern, pemerintah
Indonesia tak berkewajiban dalam cara apapun untuk harus memberikan
kesejahteraan pada seorang warga negara India sebagaimana kepada warga Negara Indonesia
itu sendiri) untuk berbuat baik baginya; ia sadar sekali bahkan ketika
Sang Raja menginjinkannya berdiam di
sekitar meja makan bagi rakyat-Nya untuk menantikan jatuhan berkat-berkat-Nya
bagi rakyatnya, itu sebuah keluarbiasaan yang mampu untuk membebaskan puterinya.
Perempuan Kanaan itu
tidak hanya mengenali Yesus sebagai raja
dengan yuridiksi politik hanya bagi bangsa Israel tetapi sebagai raja dengan
Yuridiksi yang
tak terbatas pada semua manusia terkait
pembebasan dari perbudakan setan! Itu sebabnya Yesus pun pernah menyatakan bagaimana dominasinya atas
pemerintahan iblis dihadapan rakyatnya atau domba-dombanya yang terhilang,
bahwa ia adalah Raja Kerajaan Allah yang menggunakan sebuah kerajaan dunia yang
seharusnya dibinasakan namun hidup
berdasarkan kasih setia janji-Nya untuk bisa hadir memerintah di dunia ini atas manusia-manusia
dunia dari segala bangsa dan suku, dan untuk menaklukan pemerintahan iblis beserta
kerajaannya atas dunia dan semua manusia dari segala bangsa dan suku,
sebagaimana yang dinyatakan oleh Yesus Sang Mesias sendiri saat baru saja mengusir penghulu setan:
“Kemudian
dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan bisu,
lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat. Maka
takjublah sekalian orang banyak itu, katanya: "Ia ini agaknya Anak Daud."
Tetapi ketika orang Farisi mendengarnya, mereka berkata: "Dengan
Beelzebul, penghulu
setan, Ia mengusir setan." Tetapi Yesus mengetahui pikiran
mereka lalu berkata kepada mereka: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang
terpecah-pecah tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis
mengusir Iblis, iapun terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri; bagaimanakah
kerajaannya dapat bertahan? Jadi jika Aku
mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa siapakah
pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu.
Tetapi jika Aku
mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.- Matius
12:22-28
Ia
datang untuk apa dan siapakah ia,dalam Sang Firman telah
menjadi manusia dan telah tinggal diantara manusia (Yohanes 1:1,14), dengan
demikian sangat erat dan tak terpisahkan dengan 2 natur kerajaannya sebagaimana 2 natur pada Sang Raja: natur Ia adalah raja dari kerajaan
Israel dan natur Ia adalah raja dari kerajaan Allah yang
berkuasa dan berotoritas atas kerajaan iblis yang secara frontal dinyatakannya dengan berkata: “Jika
Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah
sudah datang kepadamu.” Terkait
ini, rasul Paulus menyatakan Sang Raja memiliki
2 natur, yaitu biologis yang menunjukan bahwa
ia secara politik adalah dari dinasti Daud, dan ke-Allah-annya yang menunjukan bahwa ia adalah Allah itu
sendiri atau Anak Allah berdasarkan kesaksian
nabi-nabi:
“Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya
dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci, tentang Anak-Nya,
yang menurut
daging diperanakkan dari
keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh
kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa,
Yesus Kristus Tuhan kita” –Roma 1:2-4.
Apa yang menjadi
mahkota pada apakah tujuan
kedatangan Yesus ke dalam dunia ini berdasarkan Siapakah Ia, sementara
ia tak menyanggah sama sekali aspek politik bahwa ia adalah raja
dari sebuah kerajaan tertentu pada sebuah bangsa di bumi ini dalam sebuah
pernyataan yang sangat tajam menanggapi seruan perempuan KANAAN:
"Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud
Yesus:
"Aku diutus hanya kepada
domba-domba yang hilang dari umat Israel
"Tuhan,
tolonglah aku."
Yesus: Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan
melemparkannya kepada anjing
Benar
Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya
Yesus:
Hai
ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki
Tetapi harus dicamkan,
ia juga terhadap domba-domba
terhilangnya telah menghadirkan
dirinya sebagai Sang Raja Israel yang berotoritas atas dosa/maut dan iblis-
yang berkuasa atas kehidupan kekal atau hidup yang dimerdekaan dari
perbudakan maut atau dosa ketimbang
sebagai Raja Israel yang berotoritas secara politis sementara memang ia
memiliki pengaruh secara politis di eranya.
[Yesus sendiri tidak menolak bahwa Ialah Raja penerus takhta Daud bahkan Ia sendiri telah memasuki Yerusalem sebagai Sang Raja Israel pembawa Damai bagi rakyatnya: "Keesokan harinya ketika orang banyak yang datang merayakan pesta mendengar, bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem, mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!" Yesus menemukan seekor keledai muda lalu Ia naik ke atasnya, seperti ada tertulis: Jangan takut, hai puteri Sion, lihatlah, Rajamu datang, duduk di atas seekor anak keledai. Mula-mula murid-murid Yesus tidak mengerti akan hal itu, tetapi sesudah Yesus dimuliakan, teringatlah mereka, bahwa nas itu mengenai Dia, dan bahwa mereka telah melakukannya juga untuk Dia” (Yohanes 12:12-16). Ini bukan sekedar sambutan bagi Sang Raja Israel secara politis-secara biologis tetapi sekaligus sebagaimana yang telah Allah firmankan harus terjadi: “seperti ada tertulis: Jangan takut, hai puteri Sion, lihatlah, Rajamu datang, duduk di atas seekor anak keleda, yang merupakan nubuat yang dituliskan oleh Nabi Zakharia:” Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda” (Zakaria 9:9). Sementara Yesus memaklumatkan bahwa dialah yang dimaksudkan oleh para nabi-nabi Israel: Sang Raja Israel yang datang dari atau yang diurapi Allah berdasarkan tulisan para nabi kudus-Nya, ia menolak segala bentuk pemaklumat dirinya sebagai raja Israel berdasarkan pemikiran-pemikiran kekuasaan atau politik dan kesejahteraan duniawi, seperti pada 2 kasus ini: “Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." Maka merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia." Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri”(Yohanes 6:12-15) dan “Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?" Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya" (Yohanes 6:25-27). Konflik pengharapan berdasarkan siapakah Raja itu dan apakah tujuan Raja itu menajam begitu runcing saat Sang Raja berada di atas kayu salib: “Dan di atas kepala-Nya terpasang tulisan yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum: "Inilah Yesus Raja orang Yahudi."Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya. Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!" Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah." Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela-Nya demikian juga. (Matius 27:37-44, yang merupakan peristiwa yang begitu memilukan dan begitu menghempaskan penyambutan penuh kemuliaan di Yerusalem telah berubah menjadi penyambuat penuh penistaan sebelum ia ditinggikan dari atas bumi pada sebuah tiang kayu-kayu salib: Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja orang Yahudi!" Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya. Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan”(Matius 27:27-31). Ia datang ke Yerusalem sebagai Raja Yahudi penerus takta Daud selama-lamnya dan telah ditinggikan dalam 2 natur peninggian sebagaimana ia adalah Sang Raja yang memiliki 2 natur: ia telah ditinggikan sebagai raja Yahudi dalam sebuah kemegahan jasmaniah menggenapkan apa yang telah ditulskan para nabi dan sekaligus tak dapat dipisahkan: ia telah ditinggikan sebagai Raja dari Kerajaan Allah, Anak Allah yang harus ditinggikan dari atas bumi ini pada salib untuk menaklukan maut dan iblis sehingga ia memerintah sebagai satu-satunya pemberi hidup dan satu-satunya Pembebas dari perhambaan maut, sebagaimana ia sendiri mengajarkannya berkali-kali-diantaranya: “Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan" (Matius 20:17-19). Raja Israel- Sang Penerus takhta Daud selama-lamanya telah menggenapi 2 aspek “kerajaan dirinya raja” namun sama sekali tak ada yang dapat memahaminya. Yesus secara terbuka telah menunjukan begitulah Sang Raja dimuliakan di Yerusalem: “Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yohanes 12:23-24)… Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini (Yohanes 12:27)… dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati (Yohanes 12:32-33). Satupun tidak ada yang dapat mengertinya sebab tak satupun memahami hukum Taurat sebagaimana dirinya: “Lalu jawab orang banyak itu: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?" Kata Yesus kepada mereka: "Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi” (Yohanes 12:34-35)]
[Yesus sendiri tidak menolak bahwa Ialah Raja penerus takhta Daud bahkan Ia sendiri telah memasuki Yerusalem sebagai Sang Raja Israel pembawa Damai bagi rakyatnya: "Keesokan harinya ketika orang banyak yang datang merayakan pesta mendengar, bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem, mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!" Yesus menemukan seekor keledai muda lalu Ia naik ke atasnya, seperti ada tertulis: Jangan takut, hai puteri Sion, lihatlah, Rajamu datang, duduk di atas seekor anak keledai. Mula-mula murid-murid Yesus tidak mengerti akan hal itu, tetapi sesudah Yesus dimuliakan, teringatlah mereka, bahwa nas itu mengenai Dia, dan bahwa mereka telah melakukannya juga untuk Dia” (Yohanes 12:12-16). Ini bukan sekedar sambutan bagi Sang Raja Israel secara politis-secara biologis tetapi sekaligus sebagaimana yang telah Allah firmankan harus terjadi: “seperti ada tertulis: Jangan takut, hai puteri Sion, lihatlah, Rajamu datang, duduk di atas seekor anak keleda, yang merupakan nubuat yang dituliskan oleh Nabi Zakharia:” Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda” (Zakaria 9:9). Sementara Yesus memaklumatkan bahwa dialah yang dimaksudkan oleh para nabi-nabi Israel: Sang Raja Israel yang datang dari atau yang diurapi Allah berdasarkan tulisan para nabi kudus-Nya, ia menolak segala bentuk pemaklumat dirinya sebagai raja Israel berdasarkan pemikiran-pemikiran kekuasaan atau politik dan kesejahteraan duniawi, seperti pada 2 kasus ini: “Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." Maka merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia." Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri”(Yohanes 6:12-15) dan “Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?" Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya" (Yohanes 6:25-27). Konflik pengharapan berdasarkan siapakah Raja itu dan apakah tujuan Raja itu menajam begitu runcing saat Sang Raja berada di atas kayu salib: “Dan di atas kepala-Nya terpasang tulisan yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum: "Inilah Yesus Raja orang Yahudi."Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya. Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!" Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah." Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela-Nya demikian juga. (Matius 27:37-44, yang merupakan peristiwa yang begitu memilukan dan begitu menghempaskan penyambutan penuh kemuliaan di Yerusalem telah berubah menjadi penyambuat penuh penistaan sebelum ia ditinggikan dari atas bumi pada sebuah tiang kayu-kayu salib: Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja orang Yahudi!" Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya. Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan”(Matius 27:27-31). Ia datang ke Yerusalem sebagai Raja Yahudi penerus takta Daud selama-lamnya dan telah ditinggikan dalam 2 natur peninggian sebagaimana ia adalah Sang Raja yang memiliki 2 natur: ia telah ditinggikan sebagai raja Yahudi dalam sebuah kemegahan jasmaniah menggenapkan apa yang telah ditulskan para nabi dan sekaligus tak dapat dipisahkan: ia telah ditinggikan sebagai Raja dari Kerajaan Allah, Anak Allah yang harus ditinggikan dari atas bumi ini pada salib untuk menaklukan maut dan iblis sehingga ia memerintah sebagai satu-satunya pemberi hidup dan satu-satunya Pembebas dari perhambaan maut, sebagaimana ia sendiri mengajarkannya berkali-kali-diantaranya: “Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan" (Matius 20:17-19). Raja Israel- Sang Penerus takhta Daud selama-lamanya telah menggenapi 2 aspek “kerajaan dirinya raja” namun sama sekali tak ada yang dapat memahaminya. Yesus secara terbuka telah menunjukan begitulah Sang Raja dimuliakan di Yerusalem: “Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yohanes 12:23-24)… Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini (Yohanes 12:27)… dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati (Yohanes 12:32-33). Satupun tidak ada yang dapat mengertinya sebab tak satupun memahami hukum Taurat sebagaimana dirinya: “Lalu jawab orang banyak itu: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?" Kata Yesus kepada mereka: "Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi” (Yohanes 12:34-35)]
Mari perhatikan
hal-hal berikut ini:
Yohanes
8:21-36 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan
kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi,
tidak mungkin kamu datang." Maka kata orang-orang Yahudi itu: "Apakah
Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak
mungkin kamu datang?" Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal
dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata
kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak
percaya, bahwa Akulah
Dia, kamu akan mati dalam dosamu." Maka kata mereka kepada-Nya:
"Siapakah
Engkau?" Jawab Yesus kepada mereka: "Apakah gunanya lagi
Aku berbicara dengan kamu? Banyak
yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang
mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang
Kukatakan kepada dunia." Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada
mereka tentang Bapa. Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia,
barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa
dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana
diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia
tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan
kepada-Nya." Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya
kepada-Nya. Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya:
"Jikalau
kamu tetap dalam firman-Ku, kamu
benar-benar adalah murid-Ku dan kamu
akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Jawab
mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau
dapat berkata: Kamu akan merdeka?" Kata Yesus kepada mereka:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah
hamba dosa.
Dan hamba tidak tetap
tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi
apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka."
Orang-Orang
Yahudi senantiasa memandang keistimewaan
politisnya
atau kebangsaan biologisnya yang bernama “kami adalah keturunan Abraham”
untuk menyanggah vonis Yesus: mereka
bukan orang-orang merdeka sehingga tidak akan mengetahui
kebenaran yang membuat mereka dimerdekakan.
Itu
adalah vonis yang berat namun telak, menunjukan keterbudakan pada pemerintahan
dosa. Mereka buta atas realitas aktual ini.
Mereka, bagi Sang Raja, adalah budak sekalipun berkata: “Kami adalah keturunan Abraham dan
tidak pernah menjadi hamba siapapun. Bagaimana Engkau dapat berkata; kamu akan
merdeka?”
Apakah tujuan
kedatangan Yesus kedalam dunia ini, maka kemuliaannya adalah: Ia datang sebagai
Sang Mesias Yang Membebaskan, tetapi jelas terlihat bahwa apa yang menjadi pembebasan
Yesus oleh kerajaannya sendiri bukan
pada aspek politis, sosial, budaya dan segala macam kekontemporeran semacam:
menjadi merdeka untuk hidup dalam dosa, merdeka untuk hidup dalam
ketakberdayaan homoskeskualitas, merdeka untuk hidup dalam ketakberdayaan seks
pada anak-anak dibawah umur, merdeka untuk hidup didalam
penyimpangan-penyimpangan kejiwaan, dan lain sebagainya yang merupakan
kehidupan yang tak berdasarkan kekudusan Allah.
Bagi Yesus, sementara
ia juga adalah raja yang memiliki aspek politisnya, namun tak ada kekuatan
politis dunia ini yang dapat mengatasi problem keterbudakan manusia pada dosa
dan maut! Inilah problem yang mengerikan yang menjajah mereka atau
domba-dombanya, jadi bukan
imperium-imperium di dunia ini sementara mereka berada dalam pendudukan
imperium Romawi.
Bagi Yesus pendudukan
imperium Romawi bukanlah tuan atas kemautan Israel dan semua manusia,
tetapi: ketidakmengenalan mereka akan
kebenaran yang Yesus sampaikan. Sang Mesias bahkan menunjukan secara gamblang pada
imperium yang jauh lebih mematikan daripada segala imperium jasmaniah di
sepanjang peradaban dunia ini. Perhatikan perkataan atau sabda Yesus berikut
ini:
Yohanes
8:42-44 Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan
mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan
atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku. Apakah
sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat
menangkap firman-Ku. Iblislah yang
menjadi bapamu dan kamu ingin
melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak
semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran.
Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah
pendusta dan bapa segala dusta.
Jelas terlihat bahwa
Sang Raja dan Kerajaan-Nya yang hadir sebagai Ia Sang Firman telah turun ke
dalam dunia ini dalam rupa manusia (Yohanes 1:1,14), telah menunjukan
bahwa kedatangannya memiliki tujuan
untuk membebaskan manusia dari perbudakan dosa dan iblis. Di sini
menjadi terlihat bahwa Israel dan segala bangsa di dunia ini memiliki problem
yang sama, yaitu didalam perbudakan iblis.
Perbudakan
iblis yang sedang dikemukakan oleh Yesus, tak perlu atau tak harus ditandai
dengan ciri-ciri otentik kerasukan Setan seperti pada kasus puteri dari
seorang ibu berkebangsaan Kanaan dan
pada seorang buta dan bisu yang kerasukan penghulu setan, tetapi berdasarkan
pada apakah mengerti sehingga menerima kebenaran perkataan atau sabda/firman
Yesus, sebagaimana Yesus menyatakan bahwa fenomena ini adalah realitas manusia
dalam perbudakan iblis: Apakah sebabnya kamu tidak mengerti
bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. Iblislah yang menjadi bapamu dan
kamu ingin melakukan
keinginan-keinginan bapamu.
Apa yang menjadi misi
atau tujuan Yesus kedalam dunia pada
totalitasnya atau pada kesatuannya adalah merupakan tujuan pemerintahan Allah
di dunia ini. Ia berfokus pada problem manusia yang berada di dalam perbudakan
iblis atau pada problem abadi manusia yang bertautan dengan iblis. Mengapa
Allah berkuasa penuh untuk berurusan
dengan problem manusia terhadap iblis dan dosa? Karena Allah tak memiliki
problem dengan iblis dan dosa.
Sehingga memang
benar, bahwa pada dasarnya memang bisa saja dibinasakan seketika saja kedua
problem itu. Tetapi sekalipun demikian, tidak sebagaimana logika pendeta Dr. Erastus Sabdono mempersepsikan dan mengantisipasi bahaya, yang merupakan kegusaran jiwa pendeta Erastus Sabdono yang telah dirupakannya dalam wujud konsepsi yang berbunyi:
“Pernah timbul pertanyaan yang sulit untuk
menemukan jawabnya : Mengapa
ketika Lusifer beserta para malaikat yang dihasutnya memberontak kepada Allah, Allah tidak segera membinasakan mereka
seketika itu juga dan menghukumnya ? Kalau pada waktu mereka memberontak,
Allah segera atau seketika itu membinasakan mereka,maka tidak akan ada
kejatuhan manusia dalam dosa. Dunia tidak akan menghadapi bencana oleh sepak
terjang Lusifer dan para malaikat yang jatuh tersebut.”
Sementara
ia terus menyelam ke kedalaman pemikiran
dan perenungannya, ia mengabaikan realitas iblis di taman Eden yang telah dihakimi,
dihukum dan dikutuk [bacalah “bagian 32”] namun tidak
dibinasakan segera, karena Allah telah memasukan ke dalam
sejarah manusia yang berada dalam perbudakan iblis: pikiran-Nya dan kehendak penyelamatan-Nya sebagai
Allah pencipta
langit dan bumi beserta segala isinya, yang telah ditetapkannya harus
berlangsung sebagaimana dikehendaki-Nya untuk terjadi dan digenapi secara pasti,
yaitu: “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara
keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau
akan meremukkan tumitnya"- Kejadian 3:15, pada sebuah waktu
yang telah ditetapkan-Nya.
Perhatikan
penjelasan yang disampaikan rasul
Kristus ini:
Kisah
Para Rasul 3:18-22 Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang
telah difirmankan-Nya dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa
Mesias yang diutus-Nya harus menderita. Karena itu sadarlah dan bertobatlah,
supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus
Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus. Kristus itu harus
tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang
difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu.
Bukankah telah dikatakan Musa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang
nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku: Dengarkanlah dia dalam
segala sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu.
Yang mana ini
beranjak dari sabda Yesus sendiri kepada para rasulnya sewaktu ia di dunia:
Sesudah itu
berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata:
"Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata
kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi
tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak
mendengarnya."- Lukas 10:23-24
Sebab jikalau kamu
percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah
menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang
ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?"-
Yohanes 5:46-47
Mengapa
iblis tak dibinasakan segera?
Jawaban langsung
untuk pertanyaan atau problem pendeta Erastus Sabdono ini adalah pada bagaimana
Allah menautkan secara langsung apa yang disabdakannya tepat secara langsung
pada kesudahan iblis yang harus berjalan dibawah pemerintahan firman-Nya, atau
”dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya
dahulu dengan perantaraan nabi-nabi.”
Yesus atau momen
penggenapan “Sang Firman menjadi manusia dan tinggal diantara manusia” (Yohanes
1:1,14) adalah pusaran tunggal yang menjelaskan mengapakah iblis tak
dibinasakan seketika pemberontakan terjadi, dibiarkan berlama-lama.
Bahkan agenda utama
Allah terkait penghukuman dan
pembinasaan iblis, bukan pada manusia. Itupun Allah tak bercelah di hadapan iblis
sehingga membutuhkan manusia yang mau dan berkualitas untuk menjadi barang
bukti kejahatan iblis atau corpus delicti, berdasarkan pembangunan dan
pencapaian kepemilikan karakter ilahi, agar pantas! Sehingga apa yang dikatakan dan diajarkan sebagai agenda
Allah dalam penciptaan manusia,sebagaimana ajaran pendeta Erastus:
Adalah sebuah
kesalahan fatal yang menyesatkan siapapun yang diajarkan, sebab bahkan Sang Mesias sendiri tak pernah
mengajarkan. Para rasul Kristus pun tidak. Bukan karena mereka lebih bodoh dan
masih primitif, sebab Roh Kudus yang menuntun mereka sebagai yang diutus Bapa
bagi mereka, adalah Allah. Allah kekal dan mahatahu dan bebas dari kesalahan
yang bagaimanapun!
Tetapi
memang telah Allah letakan pada Yesus Kristus:”keturunannya akan meremukkan
kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”
Itu sebabnya terkait mengapa Ia datang ke dalam dunia ini, Yesus telah
menyatakan berkaitan dengan keselamatan manusia yang terletak pada dirinya
sendiri:
Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya
yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam
dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa
percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah
berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.-
Yohanes 3:16-18
Yesus
Sang Mesias, juga telah menyatakan bahwa Ialah yang berkuasa untuk melemparkan
penguasa dunia ini, yaitu iblis yang memperbudak manusia melalui kematiannya
sebagaimana para nabi telah menuliskannya:
Tetapi
Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia
dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh
ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan
menghasilkan banyak buah.- Yohanes 12:23-24
Sekarang
jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari
saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.-
Yohanes 12:27
Sekarang
berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini
akan dilemparkan ke luar;- Yohanes 12:31
Bahkan setelah
peristiwa Salib dan darah Kristus yang telah menguduskan para pengikut Kristus dari dosa, tak segera juga iblis dibinasakan, itu
dikarenakan bahwa pembinasaan iblis harus dilakukan terkait dengan waktu atau
saatnya bagi Yesus Sang Raja untuk menuai segala kepunyaannya yang segera
diikuti pembinasaan iblis:
Apabila
Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan
Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa
akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada
seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan
menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah
kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya:
Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah
disediakan bagimu sejak dunia dijadikan…. Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di
sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk
Iblis dan malaikat-malaikatnya. Matius 25:31-34,
Berdasarkan
Yesus Sang Mesias, maka: satu-satunya penyebab tunggal iblis tak segera
dibinasakan sekalipun ia telah usai melakukan penyucian (Ibrani 1:1-3) adalah
bagaimana ia sendiri menempatkan saat yang mana Ia dating ke dalam
kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, akan bersemayam di
atas takhta kemuliaa-Nya untuk menghakimi segala bangsa dan memisahkan domba-domba
kepunyaannya dari kebinasaan yang telah dipersiapkan, pertama-tama, bagi iblis
dan malaikat-malaikatnya.
Pada pokoknya Allah
tak memiliki agenda bagi manusia terkait bagaimana iblis akan dibinasakan,
tetapi agenda semacam itu ada di tangan kekuasaan Yesus Sang Raja, sementara
anak-anaknya tak sama sekali dibebani untuk membangun karakter ilahi untuk tujuan membantu
Allah dari kebercelahannya dihadapan iblis, dengan cara menjadi
bukti kejahatan iblis berdasarkan membangun karakter ilahi tadi (yang mana membangun karakter ilahi dan
memilikinya, sama sekali bukan barang bukti kejahatan atau corpus delicti yang
membungkam iblis!).
Bersambung ke bagian37
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi Allah
No comments:
Post a Comment