Oleh: Martin Simamora
Sepuluh Bagian Keempat
Hidup Baru Telah Memampukan Kita
Menjadi Corpus Delicti atau Barang Bukti Yang Menunjukan Sang Mesias
Telah Membinasakan Perhambaan Iblis Atas Diri Kita
(Lebih
dulu di “Bible Alone”-Senin, 13 September 2016- telah diedit dan dikoreksi)
Bacalah lebih dulu: “bagian 37”
Pembebasan oleh Sang Kristus
dengan demikian adalah sebuah pembebasan yang menciptakan kehidupan baru bagi manusia beriman itu, sekaligus ia menghasilkan
pada dirinya kehidupan baru berdasarkan pembebasan dari maut dan dosa. Dalam
hal ini, menjadi begitu jelas, pembentukan kehidupan baru setiap pengikut
Kristus bukan sama sekali pembangunan karakter agar menjadi atau mencapai sebuah standard moralitas tertentu sehingga karakternya kemudian dapat
ber-ilahi. Mengapa demikian? Sebab dasar seorang anak Tuhan membentuk kehidupan
baru bagi kemanusiaanya adalah Yesus yang
membebaskannya dari perbudakan maut, bukan pembangunan karakter ilahi yang diperjuangkan hingga mati untuk
diharapkan menghasilkan pembebasan dari perhambaan maut atau dosa.
Mari kita memperhatikan sebuah
nasihat hidup baru yang diajarkan kepada jemaat Efesus berikut ini untuk
memahaminya:
“Sebab
itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti
orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan
pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah,
karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan
mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan
mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. Tetapi
kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah
mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran
yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan
kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang
menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan
pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut
kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Karena itu buanglah dusta dan berkatalah
benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota. Apabila kamu
menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam,
sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan
kepada Iblis. Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi
baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya
sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Janganlah
ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik
untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih
karunia. Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah,
yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan,
kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu,
demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap
yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana
Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.- Efesus 4:17-32
Perhatikan, apapun wujud
kehidupan atau perbuatan baik dan apa yang kita sebut sebagai “berkarakter
ilahi” akan senantiasa berpondasi pada apakah seseorang itu mengenal Allah yang
hidup dan benar di dalam Yesus Kristus, ataukah ia tidak: "kamu telah belajar mengenal Allah."
Jadi bukan
sebaliknya, bahwa jikalau seseorang itu memiliki karakter yang mulia dan
berperilaku baik maka itu merupakan bukti bahwa orang tersebut hidup berkenan
bagi Allah, tak peduli apakah pada orang itu sendiri merasa perlu untuk menilai penting untuk mengenali Allah demi
sekedar bermoral baik sehingga ia menjadi manusia yang baik dan berkarakter yang disebut "ilahi??"
Perhatikan ini: “Jangan
hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya
yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan
Allah.” Instruksi rasul Paulus bagi mereka yang telah menjadi percaya
kepada Kristus atau telah dibebaskan dari perhambaan maut, adalah: “jangan
hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah” yang
menunjukan bahwa sumber perubahan
hidup atau perubahan yang benar-benar perubahan dimulai dari mengenal Allah. Tak mengenal Allah adalah pondasi
bagi tumbuhnya sebuah kehidupan yang
jauh lebih mematikan daripada semata problem akar kejahatan dalam dunia manusia: tak
berkarakter baik dan tak berperilaku mulia kepada sesama manusia, yaitu: pikiran sia-sia dan pengertian yang gelap. Apakah yang
sedang dimaksudkan Paulus dengan “pikiran sia-sia dan pengertian yang gelap itu,”
samakah sebagaimana yang dipahami pada umumnya? Ternyata bukanlah semacam pikiran yang bersekutu dengan
gagasan-gagasan kejahatan dengan segala rupa buruknya dan dengan segala
siasatnya yang cerdik dan manis sehingga bisa menyeret manusia kedalam
kejahatan bahkan dalam perwajahannya yang “suci” atau memperdaya. Apa yang
dimaksudkan Paulus dengan “pikiran
sia-sia dan pengertian yang gelap” adalah keadaan pikiran dan pengertian
yang “jauh dari persekutuan dengan Allah.” Dengan kata lain,
pembebasan dari perhambaan maut atau iblis adalah dasar atau pondasi untuk
memasuki dan mewujudkan “Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang
yang tidak mengenal Allah.” Jadi, di sini, “pikiran sia-sia dan pengertian yang gelap” bukan problem-problem yang berakar di
universalisme moral terhadap sesama manusia dan universalisme “mengenal Allah”
berdasarkan pengenaan hati yang baru
yang membenci hingga menjadi jijik terhadap berbagai rupa gagasan dan
praktik-praktik kejahatan. Bukan seperti itu sama sekali.
Kuncinya ada pada: apakah seseorang itu telah mengenal Kristus
atau tidak. Ini adalah sebuah kemutlakan atau keabsolutan yang akan
menentukan apakah seseorang itu hidup sebagai orang yang mengenal Allah atau
tidak. Jadi, di sini, mengenal Allah bukanlah sebuah kehidupan yang bisa
diciptakan berdasarkan perubahan dan pembangunan karakter yang membenci segala
gagasan kejahatan atau hitam beserta segala siasat liciknya yang licin, cantik
dan sangat memperdaya. Sekalipun seorang manusia dapat melakukannya, dan memang
bisa diupayakan dan diwujudkan, tetapi itu sama sekali tak akan menjadikan
orang tersebut menjadi mengenal Allah. Ini nampak dalam pernyataan lanjutan
rasul Paulus kepada jemaat di Efesus:
Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar
mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima
pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus
“Tetapi kamu bukan demikian,” maksudnya adalah: “jemaat Efesus bukanlah orang-orang yang
tidak mengenal Allah.” Itu sebabnya pengontrasannya bukan sekedar “kamu bukan demikian” tetapi
dilanjutkan hingga kepada jati diri manusia yang telah dibebaskan Kristus dari
perhambaan maut, dengan menyatakan: “kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia
dan menerima pengajaran di dalam Dia
menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus.” Jemaat Efesus adalah
jemaat kontemporer dibandingkan dengan para rasul Kristus tersebut. Jika para
rasul Kristus belajar mengenal Kristus, mendengar Kristus, menerima pengajaran
Kristus secara langsung dan dalam sebuah kehidupan yang mengikutnya senantiasa
kemana saja Yesus pergi, maka jemaat Efesus, sebagaimana saya dan anda,
mengenal Yesus Kristus berdasarkan “menerima
pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus”
berdasarkan menerima pengajaran dan kesaksian yang untuk era sudah ada Alkitab
sebagaimana telah kita miliki, dapat dijumpai dalam Alkitab. Jemaat Efesus,
eranya belum memiliki bahkan apa yang kita kenal sebagai perjanjian baru,
tetapi tetap menerima pengajaran Kristus berdasarkan disampaikan dan diajarkan
oleh Rasul Paulus, yang kemudian
menunjuk juga Thikikus (yang disebut Paulus sebagai pelayan yang setia di dalam Tuhan-Efesus 6:21 untuk membantunya).
Itu sebabnya, dasar membangun
manusia baru di dalam Kristus, bukan pada bagaimana mengubah moral dalam sebuah
usaha keras yang pantang menyerah sebagai pondasi dan sebagai
sumber kehidupan untuk mewujudkan “tetapi kamu tidak demikian.” Apa
yang menjadi pondasi bagi setiap orang untuk berbeda dengan semua orang dunia atau semua orang yang tak mengenal Kristus adalah memiliki pengenalan akan Kristus! Anda dan saya harus belajar mengenal Kristus,
tepat sebagaimana jemaat Kristus era para rasul bertekun belajar mengenal
Kristus bersama para rasul:
┴Mereka bertekun
dalam pengajaran rasul-rasul dan
dalam persekutuan.- Kisah Para Rasul 2:42
┴Tetapi sesudah hari raya Roti
Tidak Beragi kami berlayar dari Filipi dan empat hari kemudian sampailah kami
di Troas dan bertemu dengan mereka. Di situ kami tinggal tujuh hari lamanya. Pada hari pertama dalam
minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti,
Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia
bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu
berlangsung sampai tengah malam. Di ruang atas, di mana kami
berkumpul, dinyalakan banyak lampu. Seorang muda bernama Eutikhus
duduk di jendela. Karena Paulus amat
lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya.
Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia
diangkat orang, ia sudah mati.- Kisah Para Rasul 20:6-9
┴Setelah kembali di ruang
atas, Paulus memecah-mecahkan roti lalu makan; habis makan masih lama lagi ia
berbicara, sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat.- Kisah
Para Rasul 20:11
┴Aku mengucap syukur kepada
Allahku karena persekutuanmu dalam
Berita Injil mulai dari hari pertama sampai sekarang ini.- Filipi 1:5
┴Apa
yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah
kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah
kami raba dengan tangan kami tentang
Firman hidup--itulah yang kami tuliskan kepada kamu.-
1Yohanes 1:1
Mengapa belajar mengenal
Kristus begitu vital, dan apakah yang dapat dihasilkan dari belajar berdasarkan menerima ajaran yang melibatkan segenap pancaindera kita sebagaimana pada para rasul, walau
memang indera melihat kita tak mungkin lagi melihat Yesus sebagaimana para rasul
Kristus telah melihatnya (Lukas 10:23-24)? Inilah apa yang dihasilkan
jika saya dan anda belajar mengenal Kristus berdasarkan apa yang telah
diajarkan oleh para rasul Kristus: “Hidup
itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan
memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa
dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah
kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh
persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan
dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.” (1 Yohanes 1:2-3).
Pada kulminasinya,belajar
mengenal Kristus berdasarkan apa yang telah disaksikan dan diajarkan oleh para
rasul akan membawa manusia-manusia kontemporer atau manusia-manusia yang tak
lagi berjumpa dengan Yesus akan menghasilkan dan menerima persekutuan dengan
Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus, sebagaimana para rasul. Ini bukan
persekutuan yang berpondasi pada penerimaan dan persetujuan intelektual tetapi
berdasarkan bisa menerima karena mengerti apa yang diajarkan oleh para rasul.
Ingatlah selalu bahwa menerima karena mengerti firman, oleh Yesus Sang Mesias,
bukanlah fenomena persetujuan dan penerimaan intelektual tetapi ini: “Apakah sebabnya kamu tidak mengerti
bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. Iblislah yang menjadi bapamu dan
kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu” (Yohanes 8:43-44). Karena
Yesus adalah Sang Pembebas dari perhambaan iblis atau maut maka ketakmengertian
firman yang diberitakan semata-mata menunjukan atau merupakan bukti atas realitas
perhambaan manusia, memang benar dibawah iblis atau tak pernah sama sekali memiliki independensi
melawan iblis.
“Kamu bukan demikian,”
dengan demikian adalah sebuah realitas sebagaimana telah ditunjukan Kristus,
yaitu: mereka adalah orang-orang yang dapat menangkap
firman Tuhan! Dan, sekali lagi, harus ditekankan secara kuat, bahwa saat
saya dan anda dapat menangkap firman Tuhan dengan mendengar dan memahami secara
intelektual, sekalipun demikian, tidak bersentral atau bersumber dari kinerja
intelektual tetapi bersentral atau bersumber apakah saya dan anda itu
berbapakan iblis atau tidak. Itulah realitas jemaat Efesus, saat Paulus
berkata “kamu bukan demikian.”
Jika bukan semata atau berpondasi pada persetujuan intelektual
dalam proses menerima pengajaran dan belajar mengenal Kristus, lantas apakah
yang menjadi pemicu dan pemberi kehidupan perubahan secara otentik pada jiwa
dan raga setiap orang percaya? Perhatikan penjelasan selanjutnya: “yaitu bahwa
kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia
lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang
telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”
Ketika saya dan anda diharuskan menanggalkan manusia lama, yang menemui
kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, maka penanggalan manusia lama itu
memang sungguh-sungguh sebuah keaktifan yang dilakukan oleh anda dan saya.
Tetapi bagaimana mungkin? Ini memang hanya dimungkinkan jika anda belajar
mengenal Kristus sehingga anda dapat memahaminya (yang mana itu membuat diri seorang pengikut Kristus adalah corpus
delicti atau bukti yang menunjukan bahwa Yesus Sang Mesias telah
membinasakan pemerintahan maut dan iblis atas diri saya dan anda).
Mengenal Kristus adalah
sumber keaktifan saya dan anda untuk menanggalkan manusia lama. Di sini patut
diingat dan direnungkan secara seksama, bahwa memiliki persekutuan
dengan Anak dan Bapa sebagai yang dihasilkan dari belajar mengenal Kristus, ini
bukan sebuah konsepsi, tetapi realitas kehidupan setiap orang yang memang
benar-benar berada didalam penggembalaan Kristus. Coba kembali perhatikan sabda
Yesus berikut ini:
Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan
selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan
padang rumput. Pencuri datang hanya
untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka
mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.- Yohanes 10:9-10
Di sini Yesus menunjukan 2 realitas di dunia yang hidup secara berdampingan: pertama: yang berada di dalam
persekutuan dengannya yaitu mereka yang masuk melalui dirinya-di sini Ia
menyebut dirinya adalah PINTU yang membawa masuk menuju selamat dan jiwa yang
sejahtera atau “masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.” Kedua: yang tak berada di dalam persekutuan dengan
Yesus, sehingga niscaya berada didalam penggembalaan iblis yang akan menuntun
mereka masuk ke kedalam kebinasaan: pencuri datang hanya untuk mencuri dan
membunuh dan membinasakan.
Pada ultimatnya Yesus menyatakan tujuan kedatangannya ke dalam dunia ini
adalah: Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam
segala kelimpahan.
Sekarang, siapapun yang hidup
didalam persekutuan dengan Anak pasti mempunyai hidup dan kepemilikannya pada
tatar: dalam segala kelimpahan.
Ini adalah sebuah pengontrasan yang begitu menyilaukan dengan: pencuri atau
iblis datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan.
Inilah
dasar bagi setiap orang Kristen untuk mentaati nasihat Paulus: “tetapi
kamu tidak demikian.” Mengapa ada penekanan ini? Karena
sementara saya dan anda telah dibebaskan
dari maut, tetapi kita masih hidup di dunia yang jahat dan berdampingan dengan
mereka yang berada di dalam penggembalaan iblis. Itu sebabnya Sang Firman yang
telah menjadi manusia secara langsung menghadirkan realitas ini
berdampingan: “Aku datang supaya mereka mempunyai hidup” dan “pencuri datang hanya untuk
membinasakan.” Dan kita telah mengetahui bahwa pasca Yesus disalibkan, mati dan
bangkit dari antara orang mati, iblis tak lagi berkuasa untuk membawa manusia
atau menggembalakan jiwa manusia untuk menuju domainnya atau rumahnya: rumah
kebinasaan.
Sebab
telah kita ketahui pada bagian sebelumnya bahwa Anak Manusialah kini yang
menentukan kebinasaan semua mahkluk, termasuk iblis. Iblis kini tak lagi
memiliki kerajaan kebinasaanya sebab malah kini menantikan kebinasaannya, sebagaimana
yang diteriakan oleh antek-anteknya sendiri:
“Ketika
ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkan-Nya lalu menyembah-Nya, dan
dengan keras ia berteriak: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak
Allah Yang Mahatinggi? Demi Allah, jangan siksa aku!" Karena sebelumnya
Yesus mengatakan kepadanya: "Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang
ini!"- Markus 5:6-8
Betapa ini sebuah kegemparan yang menggentarkan
seantero kerajaan iblis di dunia kala itu, melihat Anak Manusia memerintahkan
legion (ayat 9) itu keluar, sebab tahu
bahwa Anak Manusia berkuasa untuk menyiksa
mereka semua tanpa kecuali dan tanpa celah yang dapat dimanipulasi pada
Allah (sebagaimana ajaran pembuktian corpus delicti oleh pendeta Dr. Erastus
Sabdono)
Inilah
pondasi untuk mengalami
pembaruan roh dan pikiran, dan mengenakan manusia baru, sebagaimana
yang dituliskan Paulus pada Surat Efesusnya itu! Jadi di sini semakin jernih bahwa hidup mengenal Allah dan mengalami pembaruan
roh dan pikiran bukan sebuah proses
insani belaka atau sebuah keilhaian yang insani.
Keinsanian atau aspek manusia biologis
kita atau darah dan daging saya, tak dapat memancarkan terang yang melenyapkan
kegelapan sebagaimana manusia Yesus, sebaliknya kita hanya dapat memilikinya jika
kita memiliki atau mengikut Yesus: “Maka
Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia;
barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia
akan mempunyai terang hidup." (Yohanes 8:12).
Tentu saja menjadi gembalaan
Kristus atau memiliki persekutuan di dalam Kristus bukanlah konsepsi.
Sebagaimana Yesus Kristus telah menunjukan corpus delicti atau barang bukti
bahwa ia telah membinasakan pemerintahan maut hingga iblis kelak telah
ditentukan kebinasaannya dalam domain penghakiman Allah, maka bagi setiap
gembalaan Yesus, didalam hidup baru atau
didalam mengenakan manusia baru, telah memiliki kemampuan untuk hidup di dunia
ini dalam sebuah penghadiran kebaikan-kebaikan yang benar-benar dilakukan oleh
manusia-manusia merdeka, bukan sebagai manusia-manusia budak iblis dalam ia
berbuat baik. Itu sebabnya perintah berbuat baik dalam ajaran rasul-rasul akan
senantiasa dalam nada-nada yang menunjukan “tetapi kamu bukan demikian” yang
dilanjutkan dengan hidup yang membuktikan “tetapi kamu bukan demikian” yang
dalam Surat Efesus tersebut adalah:
“Karena itu buanglah dusta dan berkatalah
benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota. Apabila kamu
menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam,
sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan
kepada Iblis. Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras
dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat
membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi
pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang
mendengarnya, beroleh kasih karunia. Dan janganlah kamu mendukakan
Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari
penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan,
pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala
kejahatan. Tetapi hendaklah kamu
ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni
kamu.”
Sekilas
pandang nampak seperti sederet daftar nilai-nilai moral yang tak ada bedanya
dengan nilai-nilai moral yang ada di dalam dunia ini. Tetapi tidak sama sekali! Mengapa? Sebab moralitas dunia
atau membangun karakter manusia yang
berkualitas di dunia ini dan di luar Kristus tak akan mengenal 3 komponen
fundamental sebagaimana dinyatakan oleh rasul Paulus, yaitu:
-jangan
beri kesempatan kepada iblis
-janganlah
kamu mendukakan Roh Kudus Allah
-sebagaimana
Allah di dalam Kristus telah mengampuni
kamu
Dengan
demikian, semua “jangan” dalam semacam daftar itu bukanlah:
-moralitas
umum
-cara
agar bermoral
-cara
agar menjadi atau termasuk orang yang mengenal Allah
-cara
atau jalan agar memiliki keselamatan dan persekutuan dengan Kristus
Sebab:
sementara nasihat instruksi itu diberikan, jemaat Efesus telah diminta juga
agar:
-jangan mendukakan Roh Kudus Allah, yang
menujukan mereka memiliki relasi dengan Roh Kudus yang diutus Bapa masuk ke
dalam dunia ini berdasarkan janji yang
disampaikan Kristus kepada para rasulnya.
-sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu,
yang menunjukan mereka semua adalah orang-orang yang telah dibebaskan dari
perhambaan maut dan iblis serta telah terlebih dahulu menerima pengampunan dan
hidup didalam pengampunan yang telah diberikan-Nya.
-jangan beri kesempatan kepada iblis,
ini adalah perintah kokoh terpancang yang menunjukan bahwa jemaat Efesus atau
setiap pengikut Kristus memiliki kuasa dan otoritas untuk membangun kehidupan
seturut Sang Pembebasnya dan bukannya seturut pada
iblis yang memang masih menantikan saat pembinasaannya sebagaimana yang telah difirmankan Allah
sebelumnya. Ini juga menunjukan
sebuah realitas bahwa dunia ini adalah dunia sebagaimana sabda Yesus: “biarlah gandum dan lalang tumbuh bersama”
(bagian
16)
Sehingga
setiap orang yang mengaku dengan mulutnya sebagai pengikut Kristus pasti
memiliki dinamika yang diinstruksikan oleh rasul Paulus, sebab setiap orang
Kristen pasti memiliki dua relasi
mendasar dengan Allah, yaitu: berelasi dalam persekutuan dengan Roh Kudus berdasarkan
telah menerima pembebasan dari perbudakan maut oleh Sang Mesias,
dan berelasi
dengan Allah dalam pendamaian berdasarkan pengampunan yang diterima di
dalam Yesus Kristus. Ini
adalah 2 pondasi dasar bagi setiap orang Kristen untuk mentaati
perintah-perintah bercorak moralitas berdasarkan pembebasan dari
perbudakan iblis; moralitas yang
sebelumnya disandera kehendak melayani dosa dan kehendak mengenal dosa semakin dalam dan
semakin sempurna dalam dosa, tetapi kini dapat melayani kehendak Allah dan
mengenal Allah semakin dalam dan semakin serupa seperti Kristus sebab kini diberi kuasa atas iblis.
Setiap
pengikut Kristus harus hidup berdasarkan kekuatan yang diberikan Allah berdasarkan Yesus Kristus yang telah
menaklukan perhambaan dosa atas setiap orang percaya. Rasul Paulus pada
kesempatan lain mengeluarkan pernyataan tegas terhadap siapakah saya dan anda
di dalam Kristus berdasarkan kasus yang menimpa Israel purba:
Kamu
tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu
tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan
roh-roh jahat.- 1 Korintus 10:21
Apakah
katamu tentang dirimu sendiri? Saya ini anak
Tuhan? Saya ini pengikut Kristus? Perhatikan baik-baik bahwa kala berkata saya anak Tuhan atau saya ini pengikut
Kristus, maka awasilah dirimu sendiri agar
tidak menista-Nya dihadapan dunia dan di hadapan iblis dengan
berperilaku sebagai anak setan dan pengikut setan dalam praktik hidup sementara mulut masih berteriak aku ini anak Tuhan. “Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan
juga dari cawan-cawan roh-roh jahat” menunjukan bahwa persekutuan dengan
Allah itu adalah: kudus adanya dan sebuah persekutuan yang jijik pada setiap
gagasan yang bersabda dosa adalah tak
masalah sebab kita sudah menjadi anak Tuhan. Kehendak Tuhan adalah:
hendaklah terus berada di dalam perjamuan Tuhan! Jangan ke meja perjamuan
setan!
Dan
ini memang peringatan keras agar setiap orang yang berkata aku anak Tuhan harus memperhatikan dirinya harus senantiasa berada
di meja perjamuan Tuhan! Bukankah saya dan anda memang telah diberikan anugerah
untuk boleh duduk di meja perjamuan Tuhan berdasarkan pembebasan Kristus dari
perhambaan maut yang telah dilakukannya bagi saya dan anda pada kayu salib
dengan tubuh dan darahnya?
Itu
sebabnya rasul Paulus membawa masuk
bagian kelam kehidupan Israel purba yang menista persekutuannya dengan Allah
dihadapan dunia, sebagai peringatan bagi setiap pengikut Kristus yang telah
menerima keselamatan agar diperhatikan dan agar tidak memandang kehidupan
keselamatan dari Allah adalah kehidupan tanpa persekutuan di meja perjamuan
Tuhan yang kudus dan mahal. Karena anda bukan lagi anjing-anjing (bangsa non Yahudi)
yang tak lagi berhak atas jamuan Allah (saya mengingat kembali jawaban Yesus Sang
Mesias kepada Perempuan Kanaan yang begitu memohon belas kasihan Allah dari
meja perjamuannya yang hanya untuk anak-anaknya saja).
Coba
perhatikan ini:
“Aku
mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua
berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk
menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mereka
semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang
sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan
batu karang itu ialah Kristus. Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan
kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang
gurun. Semuanya ini telah terjadi
sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita
menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, dan supaya jangan kita menjadi
penyembah-penyembah berhala, sama
seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka
duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan
bersukaria." Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan
oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu
orang. Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan
oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. Dan
janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari
mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut. Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan
untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana
zaman akhir telah tiba. Sebab itu siapa yang
menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!-
1Korintus 10:1-12
Menyangka teguh tetapi pada
realitasnya anak-anak setan! Berpikir ia teguh di dalam
Tuhan tetapi hidupnya tidak menghormati firman Yesus dan tidak menghormati
tubuh dan darah Yesus yang telah membebaskannya dari perbudakan iblis dan dosa.
Menyangka teguh didalam kebenaran dan kekudusan Tuhan, karena bermoralitas baik
dan unggul dalam karekter, tetapi tak memiliki persekutuan dengan Allah di dalam
Yesus Kristus! Itu sungguh mengerikan! Orang Israel menyangka mereka teguh
didalam Tuhan tetapi faktanya mereka menista Tuhan dalam cara yang tak mereka
kira, jika Israel bisa terjebak secara demikian maka pun demikian dengan kita
para pengikut Kristus. Itu sebabnya harus belajar agar tidak mengulangi
kesalahan Israel yang begitu tragis:
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami
ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak
melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu.
Pada waktu kamu dicobai Ia akan
memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga
kamu dapat menanggungnya. Karena itu, saudara-saudaraku yang
kekasih, jauhilah
penyembahan berhala! Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang
bijaksana. Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan! Bukankah cawan
pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan
darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan
tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah
satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu. Perhatikanlah
bangsa Israel menurut daging:
bukankah mereka yang makan apa yang dipersembahkan mendapat bagian dalam
pelayanan mezbah? Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa
persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? Bukan! Apa
yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka
adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan
aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat minum dari
cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian
dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat. Atau
maukah kita membangkitkan cemburu Tuhan? Apakah kita lebih kuat dari pada Dia?
–ayat 13-20
Bukankah
kita pun akan senantiasa menghadapi realitas-realitas yang tidak gampang sampai
bisa membuat frustrasi? Bukankah kita, kala melihat dunia ini, pun membuat kita
berpikir: benarkah Allah sudah menaklukan iblis dan benarkah Yesus Sang Mesias
telah menang dari iblis? Jika ya, kok fakta telah bersabda sebaliknya
kepada jiwaku ini? Kalau aku berdoa, kok semakin sukar hidup ini? Itulah Israel dahulu dan juga kita semua
saat ini! Israel sampai terjatuh dalam pemikiran Allah tidak
benar-benar berkuasa, bahkan terhadap iblis atau ilah-ilah atau berhala-berhala lain di dunia ini
sementara nabi mereka sedang bersekutu dengan Allah.
Lalu
mereka menciptakan kebenaran sendiri sebagai sabda ganti firman Tuhan dan menciptakan
Allah lain yang memiliki tindakan
penyelamatan menurutnya sendiri:
Ketika
bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan
turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan
berkata kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di
depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah
Mesir--kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia." Lalu berkatalah Harun kepada mereka:
"Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada pada telinga isterimu, anakmu
laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya kepadaku." Lalu seluruh
bangsa itu menanggalkan anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan
membawanya kepada Harun. Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya
dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka:
"Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari
tanah Mesir!" Ketika Harun
melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Berserulah Harun, katanya:
"Besok hari raya bagi TUHAN!"
Dan keesokan harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan
korban keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum;
kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.- Keluaran 32:1-6
Berfirmanlah
TUHAN kepada Musa: "Pergilah, turunlah, sebab bangsamu yang kaupimpin
keluar dari tanah Mesir telah rusak lakunya. Segera juga mereka menyimpang dari
jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah membuat anak lembu
tuangan, dan kepadanya mereka sujud menyembah dan mempersembahkan korban,
sambil berkata: Hai Israel, inilah Allahmu yang telah menuntun engkau keluar
dari tanah Mesir." Lagi firman TUHAN kepada Musa: "Telah Kulihat
bangsa ini dan sesungguhnya mereka adalah suatu bangsa yang tegar tengkuk. Oleh
sebab itu biarkanlah Aku, supaya murka-Ku bangkit terhadap mereka dan Aku akan
membinasakan mereka, tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang besar."-
ayat 7-10
Sementara
Allah hadir dihadapan mereka, tepat dihadapan Allah yang kudus, mereka
membangun berhalanya!
Lalu berkatalah Harun kepada
mereka: "Tanggalkanlah anting-anting emas yang
ada pada telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya
kepadaku." Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan anting-anting emas yang
ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun. Diterimanyalah itu dari
tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak
lembu tuangan. Kemudian berkatalah
mereka: "Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah
menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!"
Mereka
telah menerima pembebasan dari Allah melalui Musa, tetapi kini mereka bersabda:
“inilah Allahmu, yang telah menuntun
engkau keluar dari tanah Mesir.”
Mereka
telah bersabda bagaikan allah yang mengatasi dan sedang menghakimi Allah, sehingga
membuang sabda Tuhan yang telah membebaskan mereka. Mereka menista Allah yang
telah bersabda kepada Musa untuk membebaskan mereka dengan menciptakan ilah dan
kebenaran versinya sendiri.
Bukankah pembuktian corpus delicti itu
sendiri telah menjadi berhala baru di hadapan Allah yang menista Yesus Sang
Mesias adalah pembebas manusia dari perbudakan iblis, dengan berkata bahwa
Allah tidak bisa begitu saja menaklukan iblis
sebab Allah bercelah di hadapan
iblis dalam pembuktian judisial?
Ketaatan terhadap firman
Kristus, bukan untuk membuat kita menjadi ilahi sehingga dapat menjadi atau pantas disebut anak-anak
Allah atau agar saya dan anda dapat
menjadi bukti atau corpus delicti yang membungkam iblis. Satu-satunya
fundamental mengapa saya dan anda harus taat terhadap firman Kristus dan hidup
didalam kekudusan adalah karena hanya itulah kehidupan yang membuktikan bahwa
saya dan anda memang sedang duduk di meja makan perjamuan Tuhan dan hanya
memakan tubuh dan meminum darah Kristus
secara penuh hormat, kekudusan dan kesetiaan sebagai anak-anak-Nya. Jika saya
dan anda menghadirkan kehidupan bertaat dan setia kepada sabda Anak, itu semata
membuktikan atau merupakan corpus delicti bahwa saya dan anda sungguh telah
menerima pembebasan perbudakan dari
Yesus Sang Mesias. Bukan agar menjadi
corpus delicti yang membungkam iblis yang tak bercelah dihadapan Allah dan agar
menolong Allah yang bercelah di hadapan iblis dan manusia (setidaknya dihadapan pendeta Dr. Erastus sehingga ia menyatakan Allah memerlukan pembuktian corpus delicti) dalam pembuktian corpus
sebagaimana ajaran yang diusung pendeta Dr. Erastus Sabdono.
Sekaligus
ini membuktikan bahwa kehidupan seorang
yang berkata aku anak Tuhan harus lahir dari memiliki persekutuan dengan Anak di meja
makan-Nya, bukan di meja
makan setan!
Itulah
kehendak Kristus dan itulah yang harus
kita kerjakan selama di dunia ini. Jadi saat ini periksalah
diri kita sendiri, apakah anda sedang
berada di meja makan setan, sementara berkata aku anak Tuhan; apakah anda berpikir atau menyangka sedang di meja
makan Tuhan, sementara berkhotbah hidup kudus demi menjadi corpus delicti demi
membantu Bapa yang bercelah di hadapan iblis!
Bersambung
ke bagian 29
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi Allah
No comments:
Post a Comment