ET’PATAH ISCS
Jum’at, 14 Desember 2018
ANSWERING THE ANTI-X’MAS MYTHS :
SEJARAH PERAYAAN NATAL 25 DESEMBER
SEJARAH PERAYAAN NATAL 25 DESEMBER
(Tulisan
Pertama dari Dua Tulisan)
Oleh Dr. Bambang Noorsena
1.
CATATAN AWAL
Tahun
ini, seperti tahun-tahun sebelumnya, bertebaran berita seputar haramnya
mengucapkan selamat Natal. Selain didasarkan atas penilaian teologis sepihak
yang sama sekali tidak mencerminkan keyakinan Kristiani tentang Yesus, mulai
keilahian-Nya sebagai Kalimatullah (Firman Allah) dan kaitannya
dengan keTritunggalan Allah yang Esa (Yohanes 1:1, Matius 28:19; Markus
12:29), kini dibumbui dengan mitos-mitos anti-Natal yang ironisnya justru
mula-mula dikembangkan oleh orang Kristen sendiri di Eropa sejak abad-abad
modern.
Faktanya,
Natal baru dipersoalkan oleh teolog Protestan Jerman, Ernst Jablonsky
permulaan abad 19 M, bahwa perayaan Natal diambil alih dari perayaan kelahiran Dewa
Matahari Tak Terkalahkan (Natalis Sol Invicti). Pendapat yang
jelas-jelas salah ini tanpa “check and recheck” berdasarkan
sumber-sumber primer sejarah gereja kuno, langsung diikuti oleh Encyclopedia
Britania dan Encyclopedia Americana.
Padahal
penulis entry “Christmas” dari kedua encyclopedia ini sama sekali tidak
memahami sejarah gereja kuno, khususnya sejarah liturgi dan penetapan
perayaan-perayaan gerejawi. Kesalahan ini disebabkan antara lain karena
para penulis itu hanya mendasarkan pada sumber-sumber sejarah gereja Barat abad
belakangan, yang mengatakan bahwa perayaan Natal untuk pertama kali ditetapkan
oleh Paus Yulius di Roma pada abad IV.
2.
DOKUMEN GEREJA AWAL PENETAPAN NATAL
Sumber
gereja Timur mencatat Natal sudah dirayakan di Kaisaria oleh Mar. Theofilus
kira-kita tahun 160 M. Selanjutnya, untuk pertama kali Natal ditetapkan di
Alexandria pada tahun 189 M oleh Baba Demitri (Paus Dimitrius), Patriarkh
Alexandria dan penerus takhta suci kerasulan Markus (Gereja Ortodoks Koptik)
dalam dokumen yang berjudul “Al-Dasquliya al-Qibthiyah” atau “Ta’lim
ar-Rasul” (The Coptic Didascalia Apostolorum). Pasal XVIII Kitab Ta’alim
terjemahan bahasa Arab yang aslinya dari bahasa Koptik tersebut menyebutkan:
يا اخواتنا تخفظوا في ايام
الاعياد التي هي عيد ميلاد الرب و كملوه في خمسة و عشرين من الشهر التاسع الذى للعبرانين
الذى هو التاسع والعشرون من الشهر الرابع الذى للمصريين.
“Ya Ikhwatana, tahfudhu fi ayam al-a’yadi allati ‘Id
al-Milad al-Rabb, wa kamaluhu fi khamsati wa ishrin min al-shahri al-tasi’i
alladzi lil ‘Ibraniyyin, alladzi hiya at-tasi’u wa al-ishrun min al-shahri
al-rabi’i alladzi lil Mishriyyin”.
Artinya: “Wahai Saudara-saudaraku, tetapkanlah
dalam hari-hari perayaan Kelahiran Junjungan kita tepatnya pada tanggal 25
bulan kesembilan Ibrani, atau tanggal 29 bulan keempat Mesir” (Marqus
Dawud, 1979:122).
Bahkan
sebelum ditetapkan sebagai dokumen perayaan gerejawi, Mar. Theofilus dari
Caesaria mulai tahun 160 M telah merayakan Natal pada tanggal yang sama (De
Origin Festorum Christianorum). Perayaan ini baru diikuti oleh Gereja Roma
pada masa Paus Yulius I (336-352 M), yang dikemudian hari dikonversikan menurut
kalender matahari (syamsiah) versi Gregorian tanggal 25 Desember.
Sedangkan di gereja-gereja Timur yang memakai kalender matahari (syamsiah)
versi Yulian menghitungnya setiap 7 Januari. Jadi, penetapan Natal aslinya
memang memakai kalender Yahudi yang didasarkan atas peredaran bulan (Qomariyah)
dan kalender Koptik yang didasarkan atas peredaran bintang Sirius
(kawakibiyah).
3.
BAGAIMANA DASAR DAN METODE PERHITUNGANNYA?
Uniknya,
penetapan Natal pertama kali justru jatuh pada hari yang sama dengan
perayaan חֲנוּכָּה “Hanukkah”
atau Penahbisan Bait Suci, yang juga jatuh setiap 25 bulan kesembilan Ibrani,
yaitu bulan Kislev. Perayaan yang oleh sejarawan Yahudi Flavius
Yosefus (90 M) disebut sebagai חַג הַאוּרִים “Ḥag Ha’urim” (Hari Raya Terang) ini, memperingati
kemenangan Yudas Makkabe atas Raja Seleukid, Antiokhus Epifanes IV, yang
menaruh patung dewa orang Yunani di Bait Allah dengan mengorbankan babi, yang
tentunya sangat menodai perasaan keagamaan umat Tuhan saat itu. Peristiwa
bersejarah ini dicatat dalam Talmud dan buku Deuterokanonika
(Kanon Kedua), khususnya 2 Makabe 10:1-9. Yesus pernah datang pada
perayaan ini di Yerusalem, “ketika itu musim dingin” (Yohanes 10:22).
Menurut
informasi Anba Yoanis, uskup Nikea, Paus Yulius I di Roma menerima
perhitungan Natal dari Gereja Timur yang dihitung berdasarkan data-data sejarah
kuno seperti yang ditulis oleh Flavius Yosefus. Perlu dicatat pula, dalam
bukunya The Jewish War, Buku VI, Pasal 4:1-5, Yosefus menyebutkan bahwa
Bait Suci dibakar oleh Titus pada tanggal 9 bulan Av. Dan data ini cocok
dengan dokumen Yahudi, Talmud, yaitu sebuah “Baraita” atas
teks Traktat Ta’anit 4.29a (ditulis 160 M) yang menyebutkan:
בּשׁחרב בּית המקדשׁ
בּראשׁונה אותו היום ערב תשׁעה בּאב הים ומוצאי שׁבת היה ומוצאי שׁביעית היתה ומשׁמרתה שׁל
יהויריב היתה.
“Besheharav Bet HaMiqdas harishonah otto hayom ‘erev
Tisha be Av hayah umotsai shabat hayah umotsai Shevi’it hayetah umishmaretah
shel Yehohariv hayetah”.
Artinya: “Ketika Bait Suci pertama dihancurkan
hari itu terjadi setelah petang pada tanggal 9 bulan Av, harinya setelah hari
Sabat, setelah tahun ke tujuh, dan yang sedang bertugas sebagai mishmar
adalah Yehoyariv” (Rabbi H. Goldwurm, 2006).
Dokumen
itu selanjutnya mencatat, כן בשִׁ֖ניה “ken basheniyah”
(begitu juga yang kedua), maksudnya Bait Suci yang kedua juga
dihancurkan pada jam, hari dan bulan yang sama. Orang-orang Yahudi sampai hari
ini melakukan puasa perkabungan atas hancurnya Bait Suci setiap tanggal 9
bulan Av (Ibrani: תשעה באב atau ט׳ באב, “Tisha be Ab”), seperti tertulis dalam dokumen Megilat
Ta’anit (Gulungan Puasa) tersebut. Dalam kalender Yahudi, peristiwa Tisha
be Av ini sejajar dengan kalender Yulian 5 Agustus 823 AUC (Ab
Urbi Condita) atau setelah berdirinya kota Roma, yang sama dengan tahun
Gregorian 70 M.
Dengan
mengetahui bahwa pada tanggal 9 Av (5 Agustus) tahun 70 M yang bertugas
di Bait Allah adalah Yoyarib, rombongan pertama dalam 24 rombongan imam Lewi
yang bertugas di Bait Allah (1 Tawarikh 23:7-19), sedangkan menurut Lukas
1:5 imam Zakaria adalah berasal dari rombongan Abia (rombongan ke delapan),
maka dapat dihitung mundur ke belakang sekitar 75 tahun kapan malaikat Gabriel
menemui imam Zakaria yang berasal dari rombongan Abia, ketika bertugas di Bait
Allah.
Ternyata
dibuktikan sejak abad kedua, bahwa Malaikat Jibril menemui Zakaria pada waktu
perayaan יוֹם כִּיפּוּר “Yom
Kippur” (Hari Penebusan Dosa), minggu kedua bulan Tishri.
Data ini juga cocok dengan dokumen kuno “Protevangelion Iakobi”
(170 M) bahwa Malaikat Gabriel menemui Zakaria pada perayaan Yom Kippur.
Selanjutnya, Lukas 1:26 mencatat bahwa Gabriel menemui Maria di Nazaret
untuk memberitakan kelahiran Yesus pada bulan keenam setelah menemui Zakaria.
Enam bulan setelah Tishri akan jatuh pada bulan Ibrani Adar Tseni atau Nisan
(kalender Yahudi mengenal bulan ke-13, yaitu Adar Tseni/kedua yang jatuh 7 kali
dalam setiap 19 tahun untuk menyesuaikan selisih 10 atau 11 setiap tahun antara
sistem qomariyah dan syamsyiah).
Karena
itu, ‘Ied al-Bishara (Perayaan Malaikat Jibril menyampaikan kabar
baik kepada Bunda Maria) terjadi pada tanggal 15 Nisan, yang bertepatan
dengan tarikh Gregorian 25 Maret, seperti dicatat oleh St.
Irenaeus (130-202 M), Hypolitus (170-235 M) dan Sextus Yulius
Africanus (160-240 M). Kalau usia kandungan normalnya 9 bulan, maka 9
bulan setelah 15 Nisan/25 Maret akan jatuh pada tanggal 25 Kislev atau sekitar
25 Desember.
Itulah
dasar perhitungan gereja-gereja kuno, khususnya “Coptic Didascalia Apostolorum”
bahwa Yesus memang lahir pada perayaan Hanukkah, 25 Kislev atau 29
bulan Khyak. Tanggal ini selanjutnya dikonversikan menjadi tahun
Gregorian 25 Desember di gereja-gereja wilayah barat. Karena selisih
hitungan akibat kesalahan tahun Gregorian, maka gereja-gereja timur yang masih
memakai kalender Yulian, Natal jatuh setiap 7 Januari. Tetapi
kalender aslinya memang didasarkan atas tahun Ibrani (Lunar System) dan
tahun Koptik (Star System).
Bagaimana
dengan tuduhan Natal diambil dari perayaan Dewa matahari? Lagi pula, bagaimana
mungkin pada musim dingin domba-domba digembalakan di Bethelem waktu malam
hari? Ikutilah tulisan saya berikutnya, “Migdal Eder: Menara Kawanan
Domba dan Milad Al-Masih”, yang didasarkan atas sumber-sumber primer
gereja-gereja kuno yang secara historis, arkheologis dan apostolik mempunyai mata
rantai yang tak terputus sejak zaman para rasul sampai sekarang.
Istanbul,
1 Januari 2018
Referensi:
1. Rabbi
Hersh Goldwurm (ed.), Talmud Bavli. Tractate Ta’anis (Brookklyn, New
York: Mesorah Publicatiobs, Ltd., 2006).
2.
Al-Dasqūliyyah
au Ta’ālīm Ar-Rusul. Ta’rīb: Alqamash Marqus Dāwūd (Cairo: Maktabah
al-Mahabbah, 1979).
2018
ISCS©All Rights Reserved
No comments:
Post a Comment