Benarkah
Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi
Manusia
Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari
konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik
Oleh:
Martin Simamora
Sebelumnya: Bagian 2
Kemuliaan
Mesias ini bahkan ketika diasosiasikan dengan menambahkan ‘Sang” pada kata
Mesias atau Kristus untuk menunjukan keilahian atau ketuhanan pada Anak Manusia,
pun sebenarnya memiliki keterbatasan yang sangat krusial sebab walau secara linguistik
akan cukup membantu,namun kala menjelaskan dan memahami kehakeatannya, problemnya tak terselesaikan begitu saja
oleh karena komplikasinya begitu keras dan begitu meruntuhkan sistematikan
kemonoteisme-an yang berdiri begitu rapi dan permanen dalam tatanan
religiositas yang sama sekali tak mengenal dan mengakui kesehakekatan atau
kese-Dzat-an antara Anak Manusia dengan
Bapa. Karena memang begitu sukar dan begitu jauh dari jangkauan manusia untuk
menyelami hakekat Allah yang bersemayam penuh dalam diri Kristus itu (Kolose1:16-17), itu sebabnya Yesus tidak pernah berkutat dengan teks-teks Kitab
Suci untuk menjelaskan relasi dirinya terhadap Bapa, selain satu ini saja: “pekerjaan-pekerjaannya” akan bersaksi siapakah Ia:
Yohanes
5:36 Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada
kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku,
supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan
itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku,
bahwa Bapa yang mengutus Aku.
Ada
semacam kesia-siaan dalam diri manusia untuk dapat dan mungkin melahirkan
kesaksian yang benar mengenai Anak Manusia ketika kitab suci dipegang
berdasarkan kekuatan pikiran dan jiwa manusia: tetapi Aku tidak memerlukan
kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu
diselamatkan. (Yohanes 5:34).
Perhatikan
apa yang saya tekankan dengan kalimat yang ditebalkan, menunjukan kemampuan
manusia untuk menerima penjelasan kesehakekatan Mesias dengan Bapa bukan saja
tidak datang dari ilmu pengetahuan ketuhanan yang bersumber pada Kitab Suci,
tetapi berdasarkan kesatuan atau kesehakekatan Bapa dan Mesias dimana wujud
kesehakekatan yang terlihat adalah Bapa menyerahkan semua pekerjaan-Nya kedalam
tangan Mesias dalam sebuah ketakbercelaan dalam sumber kuasa dan otoritas
menjadi nyata. Terkait ini, injil Yohanes menyatakan realitas ini:
Yohanes
1:18 Tidak
seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang
menyatakan-Nya.
bahwa kemuliaan dan keagungannya pertama-tama
pada ketakterpisahan atau ketakterputusan relasi dan eksistensi kekal dirinya
dalam kesehakekatannya dengan Bapa: yang ada dipangkuan Bapa sementara telah di
bumi dan menjadi manusia berkuasa untuk menyatakan Bapa. Mendekati Yesus
melalui Kitab Suci dalam semangat meneliti secara seksama dan ketulusan yang
benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, ternyata tak pernah menjadi mata air kebenaran
suci dalam diri manusia:
Yohanes
5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab
Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal,
tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun
kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.
Kita
harus memahami bahwa kitab-kitab suci tersebut adalah juga yang diakui oleh
Yesus Kristus bahkan lebih jauh lagi dikatakan oleh Sang Mesias semua kitab
tersebut memiliki relasi yang begitu personal bahwa kemuliaan yang terkandung
didalamnya hanya akan terpancar gemilang melalui dan dalam dirinya saja,
sebagaimana dikatakannya:
Matius
5:17-18 Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum
Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan
untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu
titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Bahkan
setelah kebangkitan sang mesias, Ia bahkan menegaskan bagaimana kitab-kitab
suci itu berjumpa dengan kemuliaan yang diberitakannya sejak zaman purba (Ibrani 1:1-2):
Lukas
24:25-27 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa
lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah
dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita
semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka
apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci,
mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
Lukas
24:44Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan
kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku
dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur."
Ketika
relasinya adalah demikian, memang julukan “Sang Mesias” atau ‘Sang Kristus”,
juga “Sang” lainnya lagi, bukan saja tak lagi cukup kuat untuk mengakomodasi
posisi relasi yang rasional bagi diri dan eksistensi Yesus terhadap firman suci
tertulis, bahwa ia walau manusia adalah
penggenap kehendak Allah dalam firman-firman pada kitab-kitab suci di bumi
ini, sehingga penggenapannya bertemali dengan ketetaapan Allah sejak kekekalan
hingga turun masuk ke dalam titik-titik sejarah yang telah terjadi dan juga
yang belum dan akan terjadi. Bahkan jika
Yesus tetap dipertahankan pada “Sang Tuan atau Sang Tuhan” dalam Ia adalah Sang Firman yang telah menjadi
manusia, pun tak membuatnya memiliki
kebedaan hakekat dengan Bapa sebab menjadi janggal jika Yesus didudukan sebagai lebih rendah dan subordinatif terhadap Bapa, sebab bagaimana mungkin segenap kitab suci digenapi oleh selain
Allah sendiri yang bersabda?
Pekerjaan-pekerjaan
yang diserahkan Bapa memberikan kesaksian siapakah Yesus menunjukan bahwa ia memang diutus oleh Bapa untuk menggenapi semua kitab suci. Posisi ini membuat
Yesus secara kualitatif menjadi begitu sukar untuk diagungkan dan dijelaskan belaka
dalam tatanan linguistik termasuk gramatika bahasa asli Alkitab, sementara
memang itu sangat berguna untuk menjelaskan siapakah Yesus Kristus.
Maka
memang dalam ia adalah Anak Manusia, ia akan senantiasa memiliki kuasa sebagai properti milik diri, dan karenanya otoritas
sehakekat dengan Allah adalah milik yang melekat tanpa perlu terlebih dahulu
dilantik sebagaimana diajarkan pendeta tertentu.
Mari
kita lanjutkan poin berikutnya:
-Membangkitkan
umatnya dari kematian:
Yohanes
6:40,44 Sebab inilah kehendak Bapa-Ku,
yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya
beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir
zaman." Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku,
jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan
pada akhir zaman.
Kembali
kita melihat wujud dari sabda Yesus yang berbumyi: Aku dan Bapa adalah satu.
Sekaligus kita melihat kesehaketan antara Bapa dan Sang Mesias. Sang pada kata
Mesias dengan demikian memiliki makna yang jauh begitu megah dari apa yang
dapat dipersepsikan manusia karena disini pada ayat di atas tersebut kita
sedang melihat wujud kesehaketan mesias dengan Bapa dalam cara yang
mencengangkan: bahwa Kehendak Bapa hanya
genap dalam Kristus. Ini tak menunjukan sebuah interdependensi Bapa
terhadap Anak, tetapi kesehakekatan dalam mode operasionalnya. Ini juga bukan
berarti bahwa kekuasaan Anak ada sebagai sebuah relasi subordinasi, sebab jika
demikian maka tak mungkin terjadi kesehakekatan. Tetapi yang lebih buruk lagi,
jika Yesus adalah subordinat dalam eksistensinya terhadap Bapa, sangat mustahil
ada makhluk yang lebih rendah daripada Bapa berkuasa sebagaimana Bapa bersabda
dan menggenapinya sekaligus. Relasi: Bapa berkehendak dan Yesus menggenapinya
adalah relasi yang menunjukan bahwa :Aku dan Bapa adalah Satu (Yohanes 10:30).
Jadi
ketika ia berkata: ia akan Kubangkitkan
pada akhir zaman, ini adalah kuasa di bumi dan di sorga yang memang melekat
dan milik kepunyaannya, bukan sebagai semacam ”power sharing” antara 2 tuhan yang berbeda derajat kesehakekatannya, apalagi
menakar Yesus adalah salah satu dari anak-anak Allah disamping Lucifer.
-Bertakhta
di takhta kemuliaannya
Itu
sebabnya Yesus sejak sebelum ia disalibkan, mati dan bangkit lalu naik ke
sorga, telah menyingkapkan pemerintahannya yang menunjukan kesehakekatannya
dengan Bapa dalam terminologi yang sangat eksklusif menunjukan kemuliaan diri
yang tak berbeda sama sekali dengan Bapa: Aku dan Bapa adalah satu, sebab wujudnya menunjukan sebuah kemegahan yang akan membuat
kemesiasan Yesus begitu Allah dalam substansi, kualitas dan eksistensi
kekekalan dan kemahaan pemerintahannya
sementara ia masih di dunia dalam kemanusiaannya:
Matius
19:28Kata Yesus kepada mereka: "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta
kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas
dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
Jika
Yesus tidak sehakekat dengan Bapa walau ia juga adalah manusia dalam keyakinan
teologis para pendeta tertentu yang mengaplikasikan dan menafsirkan teks pada
kitab Yesaya sebagai dosa besar seorang malaikat atau anak Allah bernama Lucifer
sehingga jatuh, bukankah seharusnya para pendeta yang berkeyakinan Yesus adalah
tuhan yang lebih rendah daripada Bapa dan hanya sebatas teladan Corpus Delicti,
ternyata juga melakukan dosa yang sama,
karena ia pun berbicara tentang dirinya bersemayam di takhta kemuliaan-Nya? Dengan
demikian juga telah juga jatuh dalam dosa yang sama seperti Lucifer? Mari lihat
teks yang ditafsir oleh pendeta-pendeta
tertentu sebagai tentang iblis bernama latin (dalam kitab Ibrani) dalam kitab Perjanjian Lama ini:
Yesaya
14:13-15 Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit,
aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak
duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku
hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!
Mereka
memang meneliti kitab suci secara seksama tetapi bukan berjumpa dengan Yesus
yang memberikan hidup, tetapi hanya Yesus yang menjadi teladan pengejaran
corpus delicti. Kekacauan yang mendatangkan keberimanan pada malaikat yang
mungkin gagal atau mungkin berhasil; mungkin berhasil dilantik menjadi mesias
atau mungkin gagal dilantik menjadi mesias, lebih buruk lagi: mungkin berhasil
dilantik menjadi Allah atau mungkin gagal sama sekali. Iman yang begitu fantasi
dan terjebak pada peninggian diri sendiri: berjuang menjadi corpus delicti demi
menolong Allah untuk membuktikan secara adil dan benar bahwa Lucifer memang
bersalah secara judisial.
-Menghakimi
seluruh bangsa
Bahwa
Mesias atau Sang Mesias menghakimi seluruh bangsa adalah hal mencengangkan
lainnya, sebab kuasa dan otoritas penghakiman seluruh umat manusia bukankah
hanya milik Allah pencipta langit dan bumi? Bagaimana mungkin seorang mesias
berkebangsaan Yahudi berkuasa menghakimi seluruh bangsa? Bagaimana mungkin
mesias manusia menghakimi sesamanya manusia; bukankah hanya Allah? Tetapi
begitulah Yesus menunjukan kesehakekatan dirinya dengan Bapa:
Matius
16:27 Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi
malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut
perbuatannya.
Matius
25:31-32 Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat
bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.
Lalu
semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka
seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,
Mengapa
begitu penting untuk tidak menolak Yesus? Jawaban terdasarnya: karena menolak Yesus secara otentik adalah
menolak Allah pencipta manusia itu sendiri. Yesus Sang Mesias sendiri
pernah berkata secara gamblang mengenai hal ini:
Yohanes
5:22-23Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman
itu seluruhnya kepada Anak, supaya
semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa.
Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang
mengutus Dia.
Apakah
Yesus sedang melakukan dosa sebagaimana dituding oleh orang-orang Yahudi: Jawab
orang-orang Yahudi itu: "Bukan
karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena
Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja,
menyamakan diri-Mu dengan Allah." (Yohanes 10:33), ketika Ia
menyingkapkan instruksi dengan konsekuensi penghakiman jika menolak? Instruksi
yang semacam ini: supaya semua orang
menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak
menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia?
Siapakah
Yesus dan apakah Ia memiliki kesehakekatan dengan Bapa walau Ia pada saat itu
adalah Sang Firman yang menjadi manusia? Apakah pengosongan diri olehnya
membuat sang mesias kehilangan kesehakekatannya dengan Bapa, sehingga ia
menjadi lebih rendah daripada Bapa? Jelas untuk menjawab ini secara tepat tak
bisa berdasarkan linguistik dan gramatika bahasa asli kitab suci belaka, sebab
saat Yesus berkata semua kitab suci menulis tentang dirinya, ini telah
menempatkan dirinya adalah berkuasa penuh dalam kesehakekatan dengan Bapa untuk
menggenapi apapun yang menjadi kehendak Sang Bapa.
Bersambung ke bagian
3
Soli
Deo Gloria
Solus
Christus
No comments:
Post a Comment