Oleh: Henry Clarence Thiessen
Bacalah lebih dulu “Dipelihara Allah Sejak Awal Hingga Kesudahannya”
Allah menggunakan banyak sarana-sarana yang berbeda untuk membawa orang
kepada dirinya sendiri untuk persekutuan dan keselamatan, dan semua ini dapat
dinilai, dalam makna yang lebih luas, sarana-sarana anugerah.
I.Firman Allah
Oleh Firman Allah, kita di sini memaksudkan
Alkitab, yang terdiri dari kitab-kitab kanonik Perjanjian Lama dan Baru.
Kitab-kitab yang yang telah
diinspirasikan secara ilahi ini “memang bermanfaat untuk mengajar, untuk
menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran” (2Tim 3:16). Firman Tuhan ini
menggambarkan dirinya sendiri kepada kita sebagai sebuah sarana anugerah
dalam beragam cara, dan penggambaran itu berlangsung di bawah sejumlah simbol.
Alkitab adalah sebuah “palu yang menghancurkan bukit batu” (Yeremia 23:29),
seorang hakim “ atas pikiran-pikiran dan maksud-maksud hati” (Ibrani 4:12),
sebuah cermin untuk menyingkapkan kondisi sebenaranya manusia (Yakobus 1:25),
sebuah bejana air untuk membersihkan
yang bernoda (Yohanes 15:3; Efesus
5:26), benih (Lukas 8:11; 1Pet 1:23), makanan bagi yang lapar (Ayub 23:12),
sebuah terang bagi pejalan (Maz 119:105), dan sebuah pedang bagi prajurit (Efesus 6:17; Ibra 4:12).
A.Itu
Adalah Sebuah Sarana Keselamatan
Bagaimana Alkitab adalah sebuah sarana bagi
keselamatan?Paulus berkata bahwa Injil itu adalah “kekuatan Allah yang
menyelamatkan setiap orang yang percaya” (Roma 1:6) dan bahwa Tuhan telah berkenan “menyelamatkan mereka yang percaya oleh
kebodohan pemberitaan Injil” (1Kor 1:21). Paulus memperjelas bahwa hal yang
harus dikhotbahkan adalah “Kristus yang telah disalibkan” (1Kor 1:23). Kepada
Timotius, dia berkata, “Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal
Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada
keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus” (2Tim 3:15). Petrus berkata mengenai orang percaya yang telah mengalami “dilahirkan
kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh
firman Allah, yang
hidup dan yang kekal”(1Pet 1:23). Pemazmur berkata,”
Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa” )Maz
19:7).
Injil adalah kematian, penguburan, dan
kebangkitan Kristus, berdasarkan Kitab
suci (1Kor 15:3dst), dan pemberitaan para rasul telah dipenuhi pada setiap bagiannya dengan firman Tuhan (Kisah Para Rasul 2:16-21,
25-28,34dst; 3:12-16; 13:16-41; 17:2dst). Tentu, pengalaman mengonfirmasi atau
mendukung dengan bukti bahwa
Alkitab/Kitab suci adalah sebuah sarana menarik orang kepada Kristus. Allah
menghormati firmannya, dan melalui firmannya orang datang kepada sebuah
pengetahuan Kristus yang menyelamatkan.
B.Itu
Adalah Sebuah Sarana Pengudusan
Firman Tuhan, juga sebuah sarana pengudusan. Konsep
ini diajukan dalam kitab suci dalam simbol-simbol seperti sebuah cermin,
sebuah bejana air pembersih, sebuah
pelita, dan sebuah pedang. Alkitab menyingkapkan kondisi hati dan kebutuhannya
akan pembersihan (2Kor 3:18; Yakobus 1:23-25); firman adalah air pemurnian (Maz
119:9,11 ; Yohanes 15:3; Efe 5:26); firman adalah pemandu kaki yang melangkah
dalam jalan-jalan kebenaran (Maz 119:105; Amsal 6:23; 2Petrus 1:19); dan firman
adalah pedang untuk menaklukan musuh (Efe 6:17; Ibra 1:12). Yesus telah berdoa
kepada Bapa “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran”
(Yohanes 17:17). Ada sebuah hubungan yang sangat langsung antara membaca dan
belajar Firman dan bertumbuh dalam anugerah. Sebuah studi
yang mendalam pada biografi Kristen menyingkapkan bahwa orang-orang
besar Tuhan merupakan para pembaca konstan/setia firman. Firman Tuhan kepada Yosua memiliki nilai penting berkesinambungan, “Janganlah engkau lupa
memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya
engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya,
sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung”
(Yosua 1:8; bandingkan dengan Ulangan 17:18-20).
Sebuah kata
dapat ditambahkan di sini dalam pejelasan kuasa Firman.
Walaupun Firman Tuhan dikatakan menjadi “hidup dan
aktif” (Ibra 4:12), menjadi hikmat dan kuasa Tuhan, dan untuk meyakinkan,
mempertobatkan, dan menguduskan jiwa, firman
memproduksi hasil-hasil rohani hanya ketika telah dihadiri oleh Roh
Allah. Petrus telah mendeklarasikan bahwa nabi-nabi “telah memberitakan
injil... oleh Roh Kudus yang telah dikirim dari surga”(1Pet 1:12). Paulus
berdoa agar “Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia
dengan benar”(Efe 1:17). Terlihat jelas bahwa walau Firman memiliki kuasa yang diperlukan untuk melakukan kerjanya, jiwa tidak memiliki
kemampuan untuk dipengaruhi yang dibutuhkan hingga dikuasai oleh Roh Kudus
(1Kor 2:14-16).
II.Doa
Tidak seorangpun dapat membaca Alkitab tanpa jiwanya
menjadi dikesimakan dengan diberikannya tempat yang besar bagi doa dalam
halaman-halamannya. Dimulai dengan percakapan Allah dengan Adam, seluruh
Perjanjian Lama dan Baru adalah contoh-contoh orang yang telah berdoa. Doa,
akan tetapi, dalam kitab suci bukan
sekedar diselenggarakan sebagai sebuah keistimewaan, tetapi diletakan sebagai sebuah
perintah (Kejadian 18:22dst; 1Sam 12:23; 2Raja 19:15; Maz 5:2; 32:6; Yer 29:7;
Mat 5:44; 26:41; Lukas 18:1; 21:36; Efe 6:18; 1Tes 5:17,25; 1Tim 2:8; Yakobus 5:13-16).
Ezra telah menilai doa sebagai lebih penting dari sepasukan prajurit dan
pasukan berkuda (Ezra 8:21-23); Kristus telah dinilai sebagai lebih perlu
daripda makanan dan tidur (Markus 1:35; Lukas 6:12); dan para rasul meletakan
kita sebagai kepala pemberitaan (Kisah Para Rasul 6:4). Kita sekarang memeriksa
kedalam natur, problem-problem, dan metoda-metoda berdoa.
A.Hakekat Doa
Doa dapat didefinisikan sebagai komunikasi
individual dengan Allah. Komunikasi dapat dilakukan dalam banyak wujud. Doa sejati ditandai oleh
pengakuan. Ada banyak contoh Perjanjian Lama mengenai hal ini (1Raja Raja 8:47; Ezra 9:5-10:1; Nehemia 1:2-11;
9:5-38; Daniel 9:3-19). Doa juga adalah pengagungan (Maz 45:1-8; Yesaya 6:1-4;
Mat 14:33; 28:9; Wah 4:11). Ini adalah poin pertama yang yang disebut Doa yang
diajarkan Tuhan (Matius 6:9). Serupa dengan pengagungan adalah
persekutuan. Doa Abraham untuk Sodom dan Gomora adalah sebuah contoh (Kejadian
18:33). Allah telah menyetujui untuk berbicara dengan imam besar Lewi dari
tahta belas kasih ditempat yang tinggi (Keluaran 25:22), dan Musa digambarkan
sebagai sedang bersekutu atau dalam
sebuah kedekatan yang teramat dekat dengan Allah di gunung Sinai (Keluaran 31:18). Bentuk doa
lainnya adalah pengucapan syukur. Nyanyian Musa (Keluaran 15:1-18), nyayian Deborah (Hakim Hakim 5), dan nyanyian
Daud (2Sam 23:1-7) pada intinya
merupakan nyanyian-nyanyian pengucapan syukur. Kitab suci berlimpah dalam
nasihat-nasihat untuk mengucap syukur (Maz 95:2; 100:4; Efe 5:20; Fil 4:6; Kol
4:2).
Hanya setelah memuliakan Allah dalam doa, kita siap
untuk memikirkan diri kita sendiri. Pertama ada permohonan, atau
mengajukan/menyampaikan permohonan-permohonan kita. Baik oleh contoh dan pandua,n kita telah didorong untuk
meminta hal-hal dari Tuhan (Daniel 2:17dst; 9:16-19; Matius 7:7-11; Yohanes
14:13 dst; 15:16; 16:23 dst; Kisah Para Rasul 4:29 dst; Filipi 4:6). Permintaan
sepenuh hati didorong pada permohonan kita. Daniel telah berdoa dan mengajukan
permintaan sepenuh hati kepada Allah (Daniel 6:11); Israel akan memiliki roh
permohonan setulus hati yang dicurah kepadanya (Zakaria 12:10); perempuan
Kanaan memohonkan sangat permintaannya
dan telah didengar (Mat 15:22-28); dan orang pilihan yang berseru kepada Tuhan
siang dan malam akan didengarkan segera (Lukas 18:1-8). Paulus menasihatkan bukan hanya untuk berdoa, tetapi untuk
bertekun dalam doa (Efesus 6:18; 1 Tim 2:1). Akhirnya, doa adalah berdoa untuk
kepentingan orang lain. Tuhan mencari orang yang mau berdoa atau membela di
hadapannya bagi kepentingan pihak lain (Yesaya 59:16); Samuel telah menilai adalah sebuah dosa ketika berhenti berdoa bagi Israel yang memberontak
(1Sam 12:23); Ayub telah diminta untuk berdoa bagi “penghiburan-penghiburan”-nya
(Ayub 42:8); Paulus menasehatkan
untuk memanjatkan doa bagi semua
orang (1Tim 2:1); gereja mula-mula telah berkumpul bersama-sama untuk
memanjatkan doa bagi orang lain secara definitif (Kisah Para Rasul 12:5).
Kelompok-kelompok tertentu secara spesifik telah disebutkan dalam Kitab suci sebagai obyek-obyek doa bagi
kepentingan pihak lain: para penguasa (1 Tim 2:2), Israel (Maz 122:6), orang
yang belum diselamatkan (Lukas 23:34;
Kisah Para Rasul 7:60), orang-orang beriman yang baru (2 Tes 1:11), semua orang
kudus (Efe 6:18; 1 Tim 2:1; Yakobus 5:16), orang-orang yang sedang terjatuh
dalam dosa (1Yoh 5:16), para pekerja
Kristen (Efe 6:19dst; 1Tes 5:25(, dan musuh-musuh kita (Matius 5:44).
B.Hubungan Doa Dengan Providensia
Kita mengatakan bahwa doa mengubah hal-hal, tetapi bagaimana pernyataan
tersebut harmonis dengan rencana dan
maksud berdaulat Tuhan? Apakah doa mempengaruhi sebuah perubahan dalam benak
Allah, dan jika demikian, tidakkah kemudian Allah membuat rencananya bergantung
pada kondisi manusia? Bagaimana bisa,
Allah menjawab doa secara konsisten dengan kepastian hukum alam?
Mempertimbangkan ini dari sudut pandang negatif, beberapa hal
harus dicatat. (1)Pengaruh spontan atau yang tidak direncanakan atau
dikehendaki pada manusia yang berdoa
bukan satu-satunya yang mempengaruhi
doa. Beberapa berpendapat bahwa doa hanya memiliki sebuah nilai subyektif;
seorang manusia memiliki beban dalam hatinya, dan ketika dia menyatakannya
dalam kata-kata, mengungkapkannya kepada Tuhan, dia merasa telah lega.
Tetapi doa memiliki nilai ini
hanya ketika orang yang berdoa itu percaya bahwa Allah mendengarkan doanya dan
akan menjawabnya. (2)Juga tidak harus kita menyangka bahwa doa melibatkan
penghentian-penghentian hukum-hukum
alam. Alah tidak lagi menghentikan hukum-hukum alam ketika dia menjawab doa,
dibandingkan dengan sebuah pesawat terbang melakukan penghentian hukum alam ketika lepas landas mendaki tinggi
ke angkasa. Dan selanjutnya, (3)kita tidak boleh berpikir bahwa tindakan-tindakan doa berkaitan secara langsung terhadap alam, seolah doa merupakan sebuah
kekuatan fisik. Doa mempengaruhi Allah untuk bertindak terhadap alam; jika
tidak demikian maka tidak akan ada pembedaan dalam
jawaban-jawaban terhadap doa. Tak
satupun pandangan negatif ini menyingkapkan konsepsi benar pada relasi doa
terhadap jawabannya.
Jawaban positif terhadap pertanyaan ini
melibatkan sebuah pandangan yang benar
pada pengetahuan sebelumnya (foreknowledge) dan penentuan sebelumnya
(foreordination) yang dimiliki Allah. Mari kita diingatkan kembali bahwa Allah memiliki serangkaian
ikatan-ikatan umum yang pasti yang mana didalam ikatan-ikatan tersebut, alam
semesta harus beroperasi. Di dalam ikatan-ikatan ini, Allah telah memberikan
manusia kemerdekaan untuk bertindak. Sebagai contoh, orang percaya memiliki
kuasa dari Roh dalam hidupnya dan
mungkin bekerjasama secara besar atau hanya dalam derajat kecil dengan Roh
dalam penyelesaian pekerjaan Tuhan.
Allah memiliki pengetahuan sebelumnya pada setiap
hal yang manusia mungkin mohonkan atau mintakan
dalam hal doa dan telah mengabulkannya dalam penentuan sebelumnya. Jadi,
ketika seorang berdoa, Allah hanya melakukan apa yang Allah telah ketahui sebelumnya,
kelak diminta dalam doanya dan menjawab apa yang telah Allah siapkan atau
tetapkan sebelumnya baginya untuk terjadi. Dimana manusia gagal untuk
bekerjasama dengan Allah didalam ikatan-ikatan
kehendaknya yang telah lebih dahulu ditetapkan, di sana Allah bekerja
berdasarkan kedaulatannya terlepas dari doa manusia itu. Namun demikian, dalam
melakukannya, Allah tidak menyingkirkan hukum alam apapun, namun sebaliknya
melawan kerja hukum alam tersebut
melalui hukum yang lebih tinggi dan lebih kuat. Kehendak-Nya adalah
hukum alam, dan ketika kehendak-Nya mengubah dalam hukum-hukum alam tertentu
yang manapun, keterlibatan hukum alam
ditaklukan oleh hukum-Nya.
C.Metoda dan Cara Berdoa
Jelas bahwa tidak semua manusia yang memanjatkan
doa, adalah doa yang benar. Bahkan murid-murid telah menyadari ketidakefisiensiannya
dalam berdoa dan sehingga telah meminta
Yesus untuk mengajarkan mereka untuk berdoa (Lukas 11:1). Pemenuhan permintaan
para murid oleh Tuhan kita, membenarkan keinsafan para murid akan
ketakbenaran dalam mereka berdoa. Paulus
telah mengungkapkan perasaan yang sama ketika dia telah mendeklarasikan bahwa “kita
tidak tahu bagaimana harus berdoa sebagaimana seharusnya,” dan kemudian dia
menambahkan “tetapi Roh sendiri berdoa bagi kepentingan kita dengan keluhan-keluhan yang terlampau dalam untuk
dapat diungkapkan dengan kata-kata” (Roma 8:26). Apakah metoda dan cara berdoa
yang berlandaskan alkitab?
1.Ditujukan
kepada siapa dalam berdoa.
Kitab suci mengajarkan bahwa kita harus
berdoa kepada Bapa (Nehemia 4:9; Yohanes 16:23; Kisah Para Rasul 12:5; 1Tes
5:23), dan kepada Anak (Kisah Para Rasul 7:59; 1Kor 1:2; 2Kor 12:8dst; 2Tim
2:22), tetapi tidak ada petunjuk jelas dalam kitab suci mengenai berdoa kepada
Roh Kudus. Walaupun tidak ada perintah untuk berdoa kepada Roh Kudus, namun
juga tidak ada larangan untuk berdoa kepada Roh Kudus. Karena Roh adalah Ilahi,
pastilah ia dapat disembah sebagai ilahi/Tuhan, dan doa adalah sebuah wujud
menyembah. Alkitab berbicara mengenai “persekutuan Roh Kudus” (2Kor 13:14); ini
bisa menyiratkan berdoa di dalam kita (Roma 8:26; Yudas 20), ketimbang sebagai
yang menerima doa-doa kita. Cara normal berdoa, kelihatannya harus berdoa kepada
Bapa, pada kelayakan-kelayakan akan pujian yang dimiliki Anak, di dalam atau
melalui Roh Kudus.
2.Sikap Tubuh dalam berdoa. Kitab suci menggambarkan tidak ada sikap tubuh
yang terutama, tetapi digambarkan dan diajarkan banyak sikap tubuh. Ada yang
berdiri (Markus 11:25; Lukas 18:13; Yohanes 17:1), berlutut (1Raja 8:54; Lukas
22:41; Kisah Para Rasul 20:36; Efe 3:14), tubuh
direbahkan hingga muka menghadap
ke tanah (Matius 26:39), berbaring di
tempat tidur (Maz 63:6), berjalan di atas air (Mat 14:30), duduk (1Raja
Raja 18:42), dan tergantung di salib (Lukas 23:43). Semua ini menunjukan bahwa
bukan sikap tubuh yang bernilai tinggi, tetapi sikap hati. Akan tetapi, ada
lebih banyak lagi indikasi bahwa orang-orang
juga berdiri dan berlutut ketika mereka berdoa daripda sikap tubuh
lainnya dalam mereka mendatangi Tuhan.
3.Waktu
Doa. Kitab suci mengajarkan bahwa kita harus selalu berdoa (Lukas 18:1; Efe 6:18), tetapi kita juga telah diberitahukan waktu-waktu
untuk berdoa (Maz 55:17; Dan 6:10; Kisah Para Rasul 3:1). Walaupun ini adalah
contoh-contoh praktik dari orang-orang lain dan bukan panduan-panduan prinsip,
mereka setidak-tidaknya menunjukan kemampuan berhasrat dan berketeraturan doa.
Disamping itu, mereka mengajarkan kita untuk berdoa sebelum menyantap makanan
(Matius 14:19; Kisah Para Rasul 27:35; 1Tim 4:4dst), dan mereka mengajarkan
bahwa kesempatan khusus haruslah mendorong kita untuk menyampaikan doa khusus
(Lukas 6:12f; 22:39-46; Yohanes 6:15). Kitab suci tegas menasehatkan kita “marilah
kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita
menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita
pada waktunya” (Ibrani 4:16). Jadi, Tuhan dapat diakses kapanpun baik siang atau malam untuk menerima doa
anak-anaknya.
4.Tempat
Berdoa. Sangat dekat dengan
waktu berdoa adalah tempat berdoa. Kitab suci mendorong doa yang tidak
diketahui atau tidak dilihat siapapun,
dalam ruang tertutup, jauh dari semua elemen-elemen sekeliling kita yang mengganggu (Daniel 6:10; Matius
6:6). Yesus, melalui contohnya, mengajarkan kita untuk memilih sebuah tempat
yang sunyi, sebuah tempat yang terpencil, gurun (Markus 1:35) atau puncak
gunung (Matius 14:23). Kitab suci juga mendorong doa bersama; doa bersekutu
dengan mereka yang bersetuju dengan kita (Matius 18:19 dst; Kisah Para Rasul
1:14; 12:5; 20:36). Ada juga contoh-contoh doa bagi mereka yang belum selamat,
Paulus dan Barnabas telah berdoa bagi mereka yang menjadi tawanan penjara
(Kisah Para Rasul 16:25), dan Paulus
telah berdoa bagi para penumpang
kapal yang telah dipastikan akan diamuk malapetaka dalam perjalanannya
ke Roma (Kisah Para Rasul 27:35). Tidak Ada,
dalam fakta, tempat yang tak mungkin dijadikan tempat untuk berdoa, karena Paulus menasehatkan kita
untuk berdoa di setiap tempat (1 Tim 2:8).
5.Decorum
(Kepatutan sikap atau perilaku) Dalam Doa. Subyek decorum dalam doa kerap diremehkan, tetapi Yesus menyebutkan
hal ini. Dia telah mengajarkan bahwa orang-orang tidak boleh menunjukan atau
mempertontonkan muka sedih atau tertekan
bahkan ketika mereka berpuasa, tetapi meminyaki kepala mereka dan membasuh muka
mereka (Matius 6:16-18). Bahwa, Yesus tidak menyukai terhadap semua tampilan
yang dibuat-buat tanpa kenyataan. Juga, dia meminta kita “janganlah
bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka
menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi
janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan,
sebelum kamu minta kepada-Nya”(Matius 6:7dst). Decorum membutuhkan juga tatanan dalam jemaat umum. Paulus
menasehatkan, “segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur” (1Kor
14:40). Ini diberlakukan pada karunia bahasa lidah (1Kor 14:27), dan tanpa keraguan untuk berdoa juga. Keteraturan
dalam saat-saat berdoa telah dicatat dalam Kisah Para Rasul sebagaimana
disiratkan (Kisah Para Rasul 1:24-26; 4:24-31; 12:5, 12; 13:1-3).
6.
Kondisi Hati. Pertanyaan
paling penting terkait sikap doa adalah kondisi hati orang yang sedang berdoa. “Jikalau
kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu” (Yohanes
15:7), merupakan kondisi menyeluruh yang harus untuk doa yang dijawab.
Apakah makna hal ini? Tinggal di dalam Dia menyiratkan kemerdekaan dari dosa
yang diketahui (Maz 66:18; Amsal 28:9; Yesaya 59:1 dst), lepas dari keegoisan
dalam permohonan-permohonan kita (Yakobus 4:2dst), meminta sesuai dengan
kehendaknya (1Yohanes 5:14), pengampunan bagi mereka yang berbuat salah kepada
kita (Mat 6:12; Mark 11:25), meminta dalam nama Kristus (Yoh 14:13dst;15:16;
16:23 dst), berdoa dalam Roh (Efe 6:18; Yudas 20), meminta dalam iman (Mat
21:22; Yakobus 1:6dst), dan ketulusan hati dan ketekunan dalam
permohonan-permohonan kita (Lukas 18:1-8; Kol 4:12; Yakobus 5:16).
Bab ini selesai.
Lectures
In Systematic Theology, Chapter 34 p.300-305|diterjemahkan dan diedit oleh:
Martin Simamora
Dalam
jadwal artikel berseri: “Tinjauan
Pengajaran Pdt. Erastus Sabdono
“Keselamatan Diluar Kristen”
No comments:
Post a Comment