Oleh: Martin Simamora
"ilustrasi=Broken Chain, pixshark.com" |
Bacalah
lebih dulu: “Apakah Kuasa Kebangkitan Yesus....”
Yesus adalah pribadi terpenting dan jantung jiwa iman Kristen, tanpa Kristus
maka Kristen tidak memiliki detak kehidupannya dan tidak memiliki sentral
kehidupannya. Tanpa Kristus tidak ada kehidupan di dalam Kristen, sebab tak ada
apapun yang dapat disebut sebagai pengharapan apabila terlepas darinya. Dan
ketika saya mengatakan demikian maka Yesus menjadi dipertanyakan, SIAPAKAH dia?
Saya menuliskan “dia” dan bukan “Dia” atau “DIA”, untuk menunjukan bahwa memang
ketika Sang Firman menjadi manusia maka segala kemuliaan sorganya menjadi
tersembunyikan didalam tubuh dagingnya. Juga memang kebanyakan orang memandang
Yesus, akan sangat sukar untuk dipandang melampaui kemanusiaannya, jika
dilakukan melampaui kemanusiaanya akan menimbulkan konflik tajam sebagaimana
telah terjadi pada eranya (saya akan coba perlihatkan hal ini pada bagian ke
dua). Bahkan tak peduli oleh orang-orang Kristen sendiri, sehingga tak aneh,
lahir berbagai pengajaran yang begitu tajamnya menekankan kemanusiaannya sehingga
terlepas dari siapakah dia pada sejatinya. Akibatnya, tak mengherankan jika ada
pengajaran bahwa Yesus perlu membuktikan kesalehannya atau kelulusannya agar
layak dibangkitkan, menyatakan bahwa ada atau telah terjadi keterputusan atau keberpisahan kesatuan antara Yesus
dengan Bapa dalam kesatuan relasinya atau “kelekatannya”, tak sebagaimana saat Dia sebelumnya adalah pada mulanya Firman yang bersama-sama dengan Allah.
Hendak menyatakan bahwa:
Hendak menyatakan bahwa:
(1)
inkarnasi Firman menjadi manusia telah
mengakibatkan sebuah kemerosotan yang mengakibatkan
Yesus/Firman Yang Telah Berinkarnasi, oleh kemanusiaannya telah mereduksikan
keilahiannya sebagaimana Dia sebelumnya kala bersama Allah; Inkarnasi Firman menjadi manusia telah
dinilai mengakibatkan keberpisahan pada kesatuan Yesus dengan Allah yang
mengakibatkan kedaulatan Kristus menjadi independen terhadap Allah atau memiliki
kehendak bebas yang dapat mematuhi atau menolak apapun kehendak atau perintah
Allah;
(2)Mengakibatkan
lahir pandangan bahwa Yesus tidak melekat pada Bapa sebagaimana Roh Kudus,
bahwa Dia seperti halnya lusifer dan manusia telah diberi roh, mengatakan secara
tak langsung Yesus adalah ciptaan dan independen/BERDIRI SENDIRI terhadap Allah.
Dikontinuitas, keterputusan dan keterpisahaan pada kesatuan ketika diterapkan pada Firman
yang telah berinkarnasi, melahirkan sebuah kekacauan yang tak main-main, sebab
secara frontal berlawanan dengan kesaksian Yesus sendiri. Apakah Yesus
berdaulat dalam makna seperti halnya manusia-manusia yang memiliki kehendak
bebas atau BERDIRI SENDIRI, bahkan terhadap Allah? Tulisan ini diinspirasi oleh RH Truth yang mengemukakan pandangan
semacam ini.
Sebagaimana
Sebelumnya Dia Bersama-sama Dengan Allah, Maka Yesus, Allah Sang Firman Yang
Telah Berinkarnasi Tetaplah Yesus Yang Tak Terpisahkan Dengan Bapa
Karena dia adalah Sang
Juruselamat yang datang dari, atau berasal dari sorga, bukan dari dunia ini
walaupun dia sendiri dikandung oleh Roh Kudus dan dilahirkan dari seorang dara
bernama Maria. Bahkan diawal pemberitaan
malaikat kepada dara Maria, disebutkan bahwa Bunda Maria akan mengandung Anak Allah:
Lukas
1:34-35 Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin
terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan
menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan
itu akan disebut kudus, Anak Allah.
NIV The
angel answered, "The Holy Spirit
will come on you, and the power of the
Most High will overshadow you. So the holy one to be born will be called the Son of God.
KJ And
the angel answered and said unto her, The Holy Ghost shall come upon thee, and
the power of the Highest shall overshadow thee: therefore also that holy thing
which shall be born of thee
shall be called the Son of God.
Pada
poin ini, kita melihat, bahkan, ketika Sang Firman telah berinkarnasi menjadi
manusia, yaitu dikandung oleh dara Maria, kemudian dilahirkan sebagai manusia
memang benar-benar manusia, sebab sekalipun oleh Roh Kudus, tetap terlahir
sebagai bayi manusia. Bersamaan dengan ini,
malaikat pembawa kabar baik
kepada Maria mengatakan bahwa bayi yang
dikandung itu disebut YANG KUDUS, ANAK ALLAH sekalipun Sang Firman telah berinkarnasi, telah
dikandung oleh anak dara bernama Maria, bersatu atau mengambil kedagingannya
atau kemanusiaanya dari bundanya, Maria.
Maria sekalipun mengandung seorang anak manusia namun tidak dapat dikatakan sebagai hanya manusia saja, namun harus
dikatakan bahwa dia sedang mengandung
YANG KUDUS, ANAK ALLAH. Bunda Maria disebut sebagai BUNDA ALLAH beranjak
dari realita pemberitaan malaikat kepadanya. Istilah ini tidak dapat
disalahmaksudkan sebagai Tuhan beribu sebagaimana manusia, seperti halnya
istilah ANAK ALLAH pada bayi manusia Yesus disalahmaksudkan sebagai Tuhan
“beranak.” Menyatakan Maria adalah Bunda Allah memiliki posisi teramat vital
oleh sebab SIAPA YANG DIKANDUNGNYA, sebagaimana pemberitaan malaikat. Dan
kedua, berperan sangat vital untuk menyatakan bahwa Sang Firman yang
berinkarnasi menjadi manusia memang benar-benar manusia, mengambil kedagingan
atau dirajut kedagingannya didalam kandungan Ibunya, Ibu Maria, bahwa dia sekalipun demikian adalah
Anak Allah. Jangan menjadi keliru terhadap posisi Maria yang semacam ini sebab
menyebutnya Bunda Allah semata-mata karena Siapa Yang Dikandungnya memang
adalah YANG KUDUS, ANAK ALLAH. Itu memang kasih
karunia yang sungguh luar biasa untuk dapat mengandung- menjadi bejana
di tangan Allah sehingga Sang
Firman berinkarnasi dalam cara yang dikehendaki Allah, perhatikan
ini:
Lukas
1:26-32 (26)Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke
sebuah kota di Galilea bernama Nazaret,(27) kepada seorang perawan yang
bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu
Maria.(28) Ketika
malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang
dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."(29) Maria
terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti
salam itu. (30) Kata
malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh
kasih karunia di hadapan Allah.(31) Sesungguhnya engkau
akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau
menamai Dia Yesus.(32) Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak
Allah Yang Mahatinggi.
“Anak Allah,” disebut KUDUS
bukan datang dari mulut manusia manapun,
namun dari Allah melalui perantaraan Malaikat Gabriel.
Yesus, kemanusiaannya memang
dirajut didalam rahim bundanya dan hal
ini memang telah membuat Yesus tidak akan dapat dipandang mata manusia “semulia” (sebetulnya pun tak akan mungkin) kala dia
adalah Sang Firman yang bersama-sama dengan Allah. NAMUN, jika melihat pada
pernyataan malaikat Gabriel maka kita
tahu, sekalipun Yesus tak dapat dilihat dalam “kemuliaan” kecemerlangannya
sebagaimana saat Allah Sang Firman
bersama-sama dengan Allah Sang Bapa, tak mengalami KETERPUTUSAN ATAU
KETERPISAHAN kesatuannya dengan Allah. Yesus, Sang Firman Yang Telah Berinkarnasi, tak menjadi
mengalami keterpisahaan atau keterputusan dengan Bapa yang bagaimanapun juga, sebaliknya tetap berada didalam kesehakekatan dengan Bapa, di dalam keilahian-Nya yang kini mengenakan rupa seorang hamba.
Ketika Yesus dikatakan ANAK
ALLAH, maka ini adalah sebuah indikator
besar sejak mulanya bahwa manusia Yesus
bahkan sejak mulanya tak mengalami
keterpisahan dari hakekat asalinya sebagaimana adanya dia saat bersama dengan Allah. Sebagaimana Sang Firman telah berinkarnasi menjadi manusia,
maka ketakberpisahan Yesus dengan Bapa pun digambarkan dalam sebutan yang
bermakna manusiawi: ANAK sekaligus Ilahi untuk menunjukan ketakberhentian
keilahiannya yang memang demikianlah dia sejak kekekalan bersama-sama dengan
Allah: Allah, sehingga dia disebut Anak Allah.
Mempersengketakan Sebutan ANAK ALLAH pada Yesus Kristus
Ketika Sang Firman telah
berinkarnasi maka apa yang terlihat adalah kemanusiaannya, tak ada yang dapat
melihat apa yang dapat kita sebut sebagai hakikat ke-Allah-annya kala dia
dalam rupa manusia. Tak akan dikenali sama sekali (Bandingkanlah dengan Yesaya
53:1-12 dan bacalah Lukas 18:31-33 untuk membantu memahami bahwa ketika Sang
Firman menjadi manusia maka hakikat keilahiannya adalah hal tersukar untuk
dikenali apalagi untuk diakui manusia).
Dapat dikatakan ketika Sang
Firman telah berinkarnasi maka hakikat Allahnya memang benar bersatu (bukan bercampur) secara sempurna didalam diri Yesus yang
dilahirkan oleh ibunya Maria. Dan siapa
yang dapat mengakui dia sebagai Anak Allah seperti pemberitaan malaikat
Gabriel?
Bahkan Iblis pun mempertanyakannya!
Seberapa terbungkusnya keilahiannya didalam diri Yesus? Iblis bahkan perlu
melakukan sebuah uji padanya:
Setelah
berpuasa 40 hari 40 malam:
Matius
4:3 Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah
supaya batu-batu ini menjadi roti."
Bagi
Iblis, Yesus jelas bukan manusia biasa, hanya saja itu sesuatu yang tak dapat
dijangkaunya, ia tak dapat menembus ke kedalaman tubuh dan jiwa Yesus untuk
merabai atau mengendusi siapakah dia! Hanya satu, nampaknya, yang tersisa
baginya untuk dilakukan: memerintahkan Yesus untuk melakukan sesuatu bagaikan
dia sebagaimana manusia-manusia lainnya yang telah menjadi tradisinya telah menjadi budak kendalinya! Namun pada
Yesus perintahnya jelas berbeda sebab menyangkut otoritas atas natur benda
untuk mengubah substansi untuk diubah wujudnya menjadi benda lain. Iblis
memahami bahwa “ANAK ALLAH” berkuasa atas alam sebagaimana
Allah! Kita tahu melalui Injil, bahwa Yesus menolaknya mentah-mentah dan
memberikan jawab yang mengejutkan: “Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar
dari mulut Allah-Matius 4:4"
Yesus
bahkan tak berminat sedikit saja untuk membuktikan bahwa dia memang Anak Allah
atau bahwa dia tetap ‘TAK TERPISAHKAN ATAU TAK TERPUTUSKAN” kesatuannya-kedekatannya
dengan Allah! Yesus yang
disebut KUDUS, ANAK ALLAH malah
menjawab iblis, sebagai seorang manusia! Tidak memenuhi tuntutan iblis untuk mendemonstrasikan KUASANYA sebagai ANAK ALLAH.
Kita
bahkan melihat bahwa iblis terus
melanjutkan penyengketaan “ANAK ALLAH” ini
berharap terkuak:
(1) Matius
4:5-6 Tetapi Yesus menjawab: "Ada
tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang
keluar dari mulut Allah." lalu berkata kepada-Nya: "Jika
Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai
Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang
Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."
[anda
akan menemukan episode yang memiliki keidentikan yang luar biasa pada kuasa
yang dimiliki Anak Allah namun dia tidak
menggunakannya pada Matius 26:53]
(2)Matius
4:8 Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan
memperlihatkan kepada-Nya semua
kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu,
jika Engkau sujud menyembah aku."
Yesus
yang oleh malaikat Gabriel dikatakan akan disebut Yang Kudus dan Anak Allah tak
dapat ditaklukan bahkan dengan sebuah tawaran yang akan membuat manusia manapun yang jika menerimanya dapat
menjadi seperti tuhan atas dunia ini! Hanya jika dia BUKAN Anak Allah saja maka manusia manapun tak akan sanggup menerima tawaran
yang demikian magisnya ini dari Bapa Segala Dusta itu (Yohanes 8:44).
Yesus
bahkan memberikan jawaban yang menunjukan bahwa dia memang sungguh tak
terpisahkan dari Allah:
Matius
4:10 Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau
berbakti!"
Perlu menjadi catatan
penting bahwa teks-teks kitab suci semacam ini sering digunakan untuk
membungkam teks-teks yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah, sebagaimana
diberitakan oleh malaikat Gabriel. Istilah Anak Allah memang akan dipahami oleh
orang-orang era Yesus sebagai orang tersebut adalah ilahi dan memiliki kuasa
sebagaimana Allah. Kita akan melihat sebentar lagi momen-momen semacam itu,
momen yang akan menunjukan juga bahwa istilah ANAK ALLAH sama sekali bukan
bermakna Allah dalam jendela Kristen
beranak atau melahirkan anak bagaikan manusia.Hal ini akan kita tinjau pada bagian-bagian mendatang serial ini.
Ketika Firman telah berinkarnasi menjadi manusia
maka kemanusiaannya memang begitu daging
(bahkan Iblis sekalipun memiliki dugaan dia adalah Anak Allah namun
bidikannya juga adalah hal daging: “makanan”
dan “kekuasaan/kemegahan duniawi” kala mencobai Yesus).
Injil Yohanes bahkan
“menulis ulang” kembali ini di dalam sebuah cara yang begitu megah didalam
pembuka injilnya. Dia menggambarkaninkarnasi Sang Firman menjadi manusia.
Yesus, sebelumnya adalah Firman bersama-sama
dengan Allah dan adalah Allah, dan telah menjadi manusia. Perhatikan:
Yohanes 1:1-2,14.
(1) Pada mulanya adalah
Firman; Firman itu bersama-sama
dengan Allah dan Firman itu
adalah Allah.(2) Ia
pada mulanya bersama-sama dengan Allah.... (14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam
di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang
diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan
kebenaran.
Bandingkan juga bagaimana Penulis Ibrani menuliskan
hal yang sama
Ibrani
10:5 Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan
persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku--.
NIV Therefore,
when Christ came into the
world, he said: "Sacrifice and offering you did not desire, but a body you prepared for me
KJ Wherefore
when he cometh into
the world, he saith, Sacrifice and offering thou wouldest not, but a body hast thou prepared me:
Aramaic
Bible in Plain English Because of this, when
he entered the universe, he said, “Sacrifices and offerings you did
not want, but you have clothed me
with a body,
Siapakah Yesus? Pasti
manusia sepenuhnya namun bukan belaka manusia, namun Ilahi sepenuhnya didalam
satu pribadi bernama Yesus. Ketika Sang Firman telah berinkarnasi maka
Yesus menjadi sentralnya dan dua hakikat
semacam itu memang tak dapat lagi dipilah apalagi untuk dipisahkan bagaikan 2
kompartemen yang dapat dicerai-beraikan satu sama lain, sebab yang dapat disorot hanyalah Yesus saja dan hanya dia saja yang dapat
memperlihatkannya dalam kemanusiaanya. Yesus bukanlah Tuhan yang baru kemudian
diciptakan-ketika orang Kristen menyatakannya sebagai Tuhan- mengingat dia sebelumnya adalah Sang Firman yang bersama
dengan Allah di sorga dalam kekekalan; Yesus memang manusia yang dibentuk didalam janin ibunya mengingat dia
memang mengalami pembuahan didalam janin
seorang manusia perempuan oleh Roh
Kudus!
Yesus adalah Anak
Allah, tak bermakna bahwa Allah Melahirkan atau Beranak
Yesus
disebut Anak Allah tidak pernah dimaknai sebagai "Allah yang Beranak
atau melahirkan" pada era Yesus, bahkan oleh para lawannya sekalipun! Mari
kita perhatikan:
Yohanes 10:36 (36)masihkah kamu berkata kepada Dia yang
dikuduskan oleh Bapa dan yang
telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?(37) Jikalau Aku tidak melakukan
pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku,(38) tetapi jikalau
Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan
pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam
Aku dan Aku di dalam Bapa." Sekali lagi mereka mencoba
menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.
Anak Allah
menunjukan ketakberpisahan atau ketakterputusan dirinya dengan Allah,
sebagaimana sebelumnya di dalam kekekalan dia begitu intim maka pun kala dia
adalah Sang Firman yang telah berinkarnasi: Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam
Bapa.
Para lawan Yesus tak pernah memandang istilah Anak
Allah sebagai bermakna Allah BERANAK, ini sejak mulanya dimaknai sebuah kedekatan yang bermakna ketakbedaan antara Yesus sekalipun memang manusia, dengan Allah. Istilah Anak Allah sama
sukarnya dan sama-sama menimbulkan reaksi sejenis: dinilai sebagai penghujatan
terhadap Allah oleh karena dinilai sebagai penyetaraan dalam sebuah keidentikan yang dapat membuat penuturnya dianggap mengklaim
dirinya adalah Allah:
Yohanes 10:30-33 Aku dan Bapa
adalah satu." Sekali
lagi orang-orang
Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada
mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang
Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu
mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu
pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah
dan karena
Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."
Aku dan Bapa adalah Satu sama identiknya dengan Aku
adalah ANAK ALLAH, mendatangkan respon yang mematikan dari masyarakat Yahudi
kala itu.
Dan Yesus tetap
teguh hingga saat dirinya diadili yang akan menghantarkan dirinya pada
peristiwa salib:
Matius 26:62-64 Lalu Imam Besar itu
berdiri dan berkata kepada-Nya: "Tidakkah Engkau memberi jawab atas
tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?" Tetapi Yesus tetap diam.
Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah
Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak." Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya. Akan
tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia
duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di
langit."
Yesus mengafirmasi bahwa dia memang
Anak Allah! “ENGKAU TELAH MENGATAKANNYA.”
Bandingkan dengan:
Matius 14:33 Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya
Engkau Anak Allah."
Matius 8:29 Dan mereka itupun
berteriak, katanya: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke
mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?"
Apakah orang-orang Kristen
terkemudian yang merekayasa Yesus untuk menjadi ilahi/ ANAK ALLAH, dan kemudian
diperlakukan sebagai Tuhan? Maka kita dapat menjawab tegas: tidak! Injil
Yohanes (sebagaimana injil lainnya) dibuka dengan sebuah pernyataan yang
menyingkapkan dua hal sekaligus pada diri Yesus:
(1)PADA MULANYA adalah Firman
yang BERSAMA-SAMA dengan Allah. Firman
itu adalah Allah. Hakikat Keilahiannya
(2)Firman
itu TELAH MENJADI manusia.
Hakikat kemanusiaannya.
Yesus telah diintroduksi
oleh Rasul Yohanes dalam sebuah cara yang tak melepaskan pada siapakah Yesus pada kekekalannya. Bahkan
dalam introduksinya sebagai seorang
rasul yang telah berinteraksi dengan Firman yang telah menjadi manusia.
Mengapa penting bagi rasul
Yohanes untuk memulai penjelasan
siapakah Yesus yang bahkan dikenalnya sebagai Anak Manusia? Kita bisa menjawab bahwa Yesus adalah Ilahi dan adalah manusia adalah
penting.
Rasul Yohanes memberikan
semacam historis atau latar belakang eksistensi Yesus bahkan sejak di kekekalannya:
Yohanes 1:3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah
jadi dari segala yang telah
dijadikan.
NIV Through him all things were
made; without him nothing was made that has been made.
KJ All
things were made by him; and
without him was not any thing made that was made.
Aramaic
Bible In Plain English Everything was in his hand, and without him not
even one thing existed of the things that existed.
Dan ketika Sang Firman telah
menjadi manusia maka memang Yohanes menggambarkan Yesus sebagai sungguh-sungguh
manusia, bahkan menautkan Yesus dengan
hal-hal yang teramat manusia:
Yohanes
1:4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.
Yohanes
1:5 Terang itu bercahaya di dalam
kegelapan dan kegelapan itu
tidak menguasainya.
Begitu vital bagi Yohanes untuk memandang Yesus mulai dari
historis kekekalannya hingga dia menjadi manusia dan mengalami segala
pengalaman-pengalaman manusia, bahkan KEGELAPAN DAPAT MELIPUTINYA, NAMUN TIDAK
MENGUASAINYA! Tak ada satu bentuk konflik bagaimanapun yang dikuatirkan akan
mengemuka,yang mengakibatkan Yesus dapat dipandang sebagai “jenis mahkluk baru”
yang bagaimanapun.
Rasul Yohanes tak ragu untuk
menyatakan Firman itu telah menjadi
manusia, dan tak juga ragu sekalipun telah menjadi manusia, menuliskan mengenai
Yesus sebagai “ada/memiliki hidup” seolah-olah dia memiliki sebuah hidup yang
tak dimiliki manusia lainnya, sekalipun dia sendiri adalah manusia!
Dikatakan hidup itu adalah terang manusia, seolah-olah
hanya dia saja manusia yang memiliki terang yang begitu istimewa atau dengan
kata lain dia adalah terang bagi manusia-manusia lain, dengan kata lain semua
manusia dengan demikian membutuhkan dia dan tanpa dia semua manusia berada
didalam kegelapan.
Dikatakan istimewa
sebab rasul ini berkata bahwa terang itu
bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan tidak mengusainya. Terang yang
dimiliki Yesus adalah terang yang
berkuasa atas kegelapan itu, kegelapan yang telah menggelapkan manusia. Memiliki
terang yang berkuasa atas kegelapan namun kegelapan dapat melingkupi dirinya,
maka dua hal sekaligus :
(1)Sekalipun
dia memiliki hidup yang adalah terang
manusia, tetapi kegelapan dapat meliputinya, sebagaimana manusia-manusia
lainnya. Membuktikan bahwa dirinya memang benar Anak Allah yang dilahirkan
oleh bundanya yang bernama Maria. Perhatikan
“Anak Alah” dan “bundanya yang bernama Maria”, ini memang sebuah ruang sengketa
terbuka, bahkan sejak era Yesus, sengketa apakah mungkin seorang manusia sekaligus Anak Allah? namun sengketa
diantara manusia itu tak mungkin menjadi validator akan siapakah Yesus
(2)Dikatakan
bahwa kegelapan yang melingkupinya itu tak dapat menguasainya. Tak seperti
manusia-manusia lainnya yang berada didalam
kegelapan dan dikuasai kegelapan. Yesus datang ke dalam kegelapan dan
memang kegelapan dapat meliputinya namun
tak menguasainya. Membuktikan bahwa dia memang adalah Allah Sang Firman YANG
TELAH BERINKARNASI. Kemanusiaan Yesus tak menyurutkan Ke-Allahannya dan
ke-Allahannya tak membuat kemanusiaanya menjadi kebal dari apa yang dapat
dialami oleh semua atau setiap manusia!
Kita
dapat memahami mengapa Penulis Ibrani
menulis ini:
Ibrani
4:14-15 Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit,
yaitu Yesus,
Anak Allah,
baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang
kita punya, bukanlah imam
besar yang tidak dapat turut
merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
Penulis
Ibrani pun tak lepas dari apa yang telah disaksikan oleh Injil, bahwa Yesus
adalah ANAK ALLAH. Tak hanya Penulis Ibrani menuliskan Yesus adalah ANAK ALLAH
sebagai KETAKTERPUTUSAN ATAU KETAKBERPISAHAN dirinya dengan Allah sebagaimana di sorga maka demikian juga di bumi.
Jika di sorga dikatakan bersama-sama dengan
Allah maka di bumi pun dia bersama-sama dengan Allah itu sendiri!
Hal ini hanya dapat terjadi
oleh sebab ketakterputusan kesatuan atau relasi Yesus kala dia berada didalam
kekekalan dengan Allah, dan kala dia telah masuk ke dalam dunia ini menjadi manusia. Bahwa sekalipun sebagai
manusia yang memang dapat dilingkupi
kegelapan namun tak membuat pribadi Yesus itu menjadi dapat ditaklukan oleh
kegelapan sehingga terpisahkan dengan Allah! Yesus dapat merasakan dan
didampaki oleh kegelapan namun tak dapat dikuasai! Begitulah rasul Yohanes menggambarkan Yesus yang telah
dilihatnya berjalan di muka bumi dan telah menjadi Gurunya, Mesiasnya, Imam
Besarnya, Juruselamatnya, Penebusnya,
Pemilik, Penguasa atau Pengendali hidupnya agar selaras dengan kehendak
Bapa. Apakah yang anda rasakan ketika membaca Yesus adalah Pemilik hidupmu?
Apakah
Yesus Menjadi Terlepas Atau Terpisah Dari Allah, Tak Seperti Roh Kudus?
Apakah Yesus Masih Memiliki Persatuan Dengan Bapa Seintim atau
Selekat Kala Dia Bersama-Sama Dengan Allah di Sorga?
Pertanyaan ini dapat saya
sederhanakan dengan: apakah Sang Firman ketika telah berinkarnasi menjadi
terpisah begitu jauhnya karena meninggalkan kekekalan masuk ke dalam kefanaan
dunia ini? Seolah Allah tak dapat terus membangun kedekatannya dengan Sang
Firman yang telah berinkarnasi menjadi manusia dan tinggal di dunia?
Apakah memang benar saat
Sang Firman telah berinkarnasi menjadi manusia dan memang hidup sebagai manusia
sesejatinya saya dan anda dan setiap manusia lain, dia tetap tak terpisahkan atau tak
terjauhkan atau menjadi terpisah atau terlepas dengan Allah?
Mari kita melihat bagaimana
Yesus menjawab hal ini, benarkah dia tak
lagi seintim atau sedekat atau sesatu sebagaimana Bapa terhadap Roh Kudus?
Yohanes 7:16 Jawab Yesus kepada mereka: "Ajaran-Ku tidak
berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku.
Yohanes 8:26 Banyak
yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah
benar, dan apa yang
Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan
kepada dunia."
Yohanes 8;28 Maka
kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari
diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara
tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.
Yohanes
10:30 Aku dan Bapa adalah satu."
Yohanes 10:38 tetapi
jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan
pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam
Aku dan Aku di dalam Bapa."
Yohanes
12:49 Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang
memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan
Aku sampaikan.
Yohanes
5:19 Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.
Yohanes
14:10 Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang
Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang
melakukan pekerjaan-Nya.
Yohanes
14:24 Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang
mengutus Aku.
Yohanes
14:31 Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi
Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan
Bapa kepada-Ku, bangunlah, marilah kita pergi dari sini."
Yohanes
17:5 Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki
di hadirat-Mu sebelum dunia ada.
Yohanes
17:8 Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku
datang dari pada-Mu, dan mereka percaya,
bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku
Yohanes
17:21 supaya mereka semua menjadi satu,
sama seperti Engkau, ya Bapa, di
dalam Aku dan Aku di dalam Engkau
Yesus dan Bapa? Jelas sekali sekalipun Yesus dilahirkan dari seorang ibu, namun tidak membuat Yesus mengalami penyurutan derajat persatuan dengan Allah atau mengalami kemerosotan relasi sebagaimana sebelumnya kala dia adalah Firman yang bersama-sama dengan Allah. Sebaliknya: sebagaimana sebelumnya Sang Firman dan Allah memiliki kedekatan yang ilahi, maka pun kala Firman telah menjadi manusia maka manusia Yesus tetap memiliki kedekatan yang ilahi: Bapa di dalam aku dan aku didalam Bapa. BAPA DI DALAM AKU.
Ada sebuah kebersatuan yang melampaui segala pemahaman
manusia ketika membicara dua yang tak sama. Yesus bukan Bapa dan Bapa bukan Yesus, sebagaimana Injil Yohanes menyatakannya. Bapa adalah Yang Mengutus Yesus,
dan Yesus adalah Yang Diutus untuk melakukan segala sesuatu yang diperintahkan
Bapa kepadanya.
Bapa dan Yesus adalah satu
bahkan menjadi sebuah kesatuan yang tak dapat dicerai-beraikan bagaimanapun, sekalipun
Yesus adalah Firman yang telah menjadi manusia dan Bapa adalah Dia Yang
Mengutus Sang Firman ke dunia, menjadi manusia.
Bapa dan Yesus tak dapat
dipisahkan sedemikian jauhnya sampai-sampai menjadi dua pribadi yang terpisah
satu sama lain, sebab memang tidak demikian, karena Yesus berkata: Aku di dalam
Bapa dan Bapa di dalam Aku. Pun, Bapa dan Yesus tak dapat disamakan sehingga
dikatakan Bapa adalah Yesus dan Yesus adalah Bapa, sebab memang bukan demikian,
sebab Yesus berkata bahwa dirinya adalah
YANG DIUTUS OLEH BAPA.
Demikian juga, ketika Yesus
adalah Allah Sang Firman yang telah menjadi manusia maka memang dia
sungguh-sungguh manusia, namun juga sangat terlarang untuk (1)memisahkan dia
dari kebersatuan yang tak terpisahkan antara Yesus dengan Allah sampai-sampai dia
ditakar dapat mengalami ketaklulusan dan dapat gagal mencapai kesalehan, seolah
dia tidak lagi mengalami sebuah kesatuan ilahi dengan Bapanya, sederajat dengan
kesatuan yang dimilikinya kala Dia adalah Firman yang bersama-sama dengan
Allah; (2)memisahkan dia dari kebersatuannya dengan Allah sampai-sampai didalam
keilahiannya, dia memiliki kedaulatan yang terpisah atau terlepas dari Allah
seolah-olah independen atau BERDIRI SENDIRI terhadap Bapa, sebab Yesus berkata: bahwa apa yang
dilakukan dan dikatakannya tidak berasal dari dirinya sendiri tetapi dari Bapa.
Mengapa Yesus menjadi tak
sederhana?Jawabnya sederhana: sebab dia pada mulanya adalah Sang Firman yang
bersama-sama dengan Allah! Sekaligus tidak mudah atau sukar untuk dapat
dijelaskan sebagai sebuah kesempurnaan intelektual, oleh sebab: sekalipun dia
telah menjadi manusia di dunia ini, tak juga mengalami keberpisahan yang
bagaimanapun dengan Allah, sebab sekalipun dia adalah manusia pun Bapa di dalam
dia dan dia di dalam Bapa!
Saya menyudahi bagian
pertama ini, dan memberi ruang bagi anda untuk membaca, mempelajarinya,
memeriksanya dan merenungkanya. Berdoalah agar Roh Kudus membukakan pengertian
sehingga dapat mengenal Yesus secara benar, dan tidak dibengkokkan oleh
pengajaran-pengajaran yang menyerongkan Yesus bahkan dari kesaksian dirinya
sendiri. Sampai berjumpa di bagian kedua.
AMIN
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi TUHAN
No comments:
Post a Comment