Oleh : Martin Simamora
Tuhan Tidak Dapat Mencegah
Manusia Untuk Berbuat Jahat?
Bacalah lebih dulu bagian11
Filipus dan Andreas, bahkan orang
banyak, juga tercatat, telah lebih dahulu menghadapi
apa yang telah dihadapi oleh Petrus, sebuah realita dalam bingkai “Allah telah menetapkan,” yang kali ini wujudnya adalah: “...Telah tiba saatnya Anak Manusia
dimuliakan - Yohanes 12:23” Menurut anda, bagaimana semestinya
peristiwa yang akan mendatangkan kemuliaan itu? Melalui peritiwa mencekam?
Peristiwa menyedihkan? Atau Peristiwa mengagumkan dan membahagiakan? Pasti atau hampir semua orang, normalnya,
tidak akan membayangkan hal-hal kelam
berwujud tragedi.
Oposisi “pengharapan manusia” terhadap Tuhan, pun nampak nyata
dan keras menghantam kemampuan manusia untuk menerimanya dalam damai, apalagi
sukacita.
Mari kita mendengarkan penjelasan Yesus ,pada kesempatan ini, bagaimana dia
HARUS mati :
”Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” Yesus sedang mengaitkan “dimuliakan” dengan “jatuh dan mati. ” (Yohanes 12:24)
Yesus sedang
membicarakan sebuah jenis kematian yang menghasilkan banyak buah, sebab
dia berkata “jika ia mati, ia akan
menghasilkan banyak buah.” Dengan demikian, haruslah dipahami sedari awal,
kematiannya bukanlah sebuah hal yang akan menggagalkan kemuliaanya atau akan
menjadi batu sandungan bagi para murid-nya. Kematiannya akan menghasilkan banyak buah! Tetapi jelas ini sungguh teramat sukar dan
jiwa telah terlanjur digentarkan!
Ini adalah peristiwa
kelam memilukan hati dan teramat menyedihkan. Jika Yesus berbicara kematian,
maka bagi manusia kematian adalah kesedihan, sebuah kedukaan. Tidak ada terang
didalam dan dibalik kematian. Ini belum bicara bagaimana proses kematian itu
terjadi. Apakah didahului oleh kesakitan?; apakah didahului oleh aniaya?;
apakah didahului penderitaan yang berkepanjangan? Bagi manusia, pun kematian dipahami dalam
makna yang beragam. Apakah dalam damai?; apakah dalam derita?; bahkan apakah
dalam sebuah kehormatan?
Kalau Yesus mengatakan “jika
ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah,” tetaplah hal yang sukar
dibayangkan untuk diterapkan pada manusia. Jelas terlihat semakin sukar untuk diterima, sebab Yesus mendahuluinya
dengan “...Telah tiba saatnya Anak
Manusia dimuliakan.”
Mati dan
dimuliakan pada Mesias? Ini tidak dapat dimengerti dalam derajat bagaimanapun, apalagi untuk
diimani. Terlampau jauh bagi akal budi
dan jiwa.
Berbicara mati, bagi manusia, sama dengan kedukaan yang tak
akan membuahkan DIMULIAKAN, selain larut dalam kehilangan yang tak dapat
dipulihkan. Walau sebetulnya dan pada kenyataannya Yesus sedang menunjukan
sebuah KEMATIAN yang AKTUAL atau NYATA atau Sebenarnya NAMUN kematian yang
dialaminya tidak akan menghasilkan
perendahan pada reputasinya sebagai Mesias yang telah dinantikan.
Ketika dia mengatakan :”
jika ia mati, ia akan
menghasilkan banyak buah,”
sudah jelas sebenarnya apa yang akan terjadi dibalik kematiannya.
Tetapi nampaknya manusia tidak kuasa untuk melihat “akan menghasilkan banyak buah,” seperti halnya Petrus yang tidak
kuasa untuk melihat “dibangkitkan pada
hari ketiga.”
Kematian Yesus, bukanlah kegelapan sama sekali, ada sebuah masa depan dibalik kematiannya; masa depan yang begitu cerah dan gemilang. Demikianlah dia menggambarkan ketetapan Allah yang harus terjadi atas dirinya, sebuah kematian yang tidak biasa!
Dengan kata lain, kematian Yesus adalah sesuatu yang telah direncanakan dan sesuai dengan maksud Allah ;bukan sebuah peristiwa yang tak tekendali apalagi untuk dikatakan sebagai peristiwa yang membuktikan bahwa Tuhan tidak berdaya; Tuhan tidak dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat kepada Yesus, apalagi mengatakan sebagai sebuah tindakan bunuh diri.
Kala Yesus kemudian bertutur :“...dan
apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini?”
-Yohanes 12:27. Yesus secara tak langsung
sedang menjawab pertanyaan paling
krusial terhadap pengharapan para
pendengarnya, yang berangkali dapat diwakilkan dengan sebuah pertanyaan
sederhana :”tidak bisakah engkau
melakukan sesuatu agar peristiwa kematian yang kaubicarakan tidak perlu
terjadi?”
Yesus sedang memperlihatkan bahwa apa yang sedang diakatakan
adalah sebuah keputusan yang “rasional” bagi Allah. Yesus dalam hal ini
memahami pengharapan-pengharapan pendengarnya, tetapi dia mengatakan bahwa
keinginan anda sekalian berbeda dengan keinginan Bapa.
Yesus dapat merasakan secara jitu apa
yang berkecamuk didalam perasaan para pendengarnya. Yesus memahami bahwa
KETETAPAN BAPA bukanlah perkara mudah untuk diterima oleh manusia, namun dia
HARUS menghadirkannya. “...dan apakah
yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini?”
adalah sebuah jawaban kepada manusia yang sama kuatnya dengan perkataan Yesus
yang berbunyi : “Atau kausangka, bahwa Aku tidak
dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih
dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?” Sebagaimana tercatat
dalam Injil Matius 26:53.
Yesus hendak mengatakan, sekalipun Aku bisa melakukannya dan
sangat bisa, tetapi yang tidak anda sekalian pahami adalah: memang demikian kehendak Bapa (sehingga sekalipun Bapa dapat melakukan, Bapa tidak melakukannya)
dan demikian juga kehendak Yesus (sehingga
sekalipun dia bisa berseru kepada Bapa,
dia tidak melakukan). Bukankah Yesus berkata Aku dan Bapa satu?
Sebagaimana Injil Yohanes menyatakannya
dalam Yohanes 14:10, dan Yohanes 10:30.
Kematian Yesus, peristiwa-peristiwa keji yang megawali
peristiwa kematiannya yang akan datang, dengan demikian sebuah peristiwa yang
diantisiapsi dan juga telah ditetapkan oleh Allah.
Berbicara
kematian Yesus pun harus diperhatikan secara
cermat bagaimana dia menggambarkan
peristiwa kematian atas dirinya :
Yohanes 10:17-18 “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku."
Apa yang luar biasa terkait KEMATIAN
YESUS? Pertama-tama Yesus berkata “Bapa mengasihi Aku.”
Bagaimana mungkin Bapa mengasihi Yesus namun Yesus harus menderita dan mengalami kematian?
Tidakkah ini mirip dengan kenyataan yang
dialami oleh Maria dan Marta terkait Lazarus yang sakit; ketiganya dikatakan
sebagai yang DIKASIHI YESUS, namun Yesus sengaja mengakibatkan penyakit
mengakibatkan kematian dengan melakukan penundaan-penundaan? Bacalah kembali
perihal ini pada bagian 9 dalam artikel berseri ini.
Yesus hendak mengatakan bahwa KEMATIANNYA tidak memiliki makna ,sama sekali tidak, bahwa BAPA TIDAK MENGASIHI AKU. Didalam menghadapi kekelaman bahkan kematian, ternyata KASIH BAPA ada hadir menyertai Yesus. Yesus akan mengalami kematian dalam kasih Bapa. Bukankah Yesus sendiri menegaskan bahwa Bapa mengasihi Anak? Yohanes 5:20 “Sebab Bapa mengasihi Anak...”
Yesus bahkan memberitahukan bagaimana kematian itu terjadi atas dirinya. Apakah sebagaimana
lazimnya manusia pada umumnya yang meninggal dunia karena “maut telah menjemput orang tersebut?” Apakah pada Yesus “maut menjemput Yesus?”
Yesus mengatakan tidak demikian (Yohanes 10:17-18) :
karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali
Saya bahkan tak perlu memberikan penjelasan apapun, sebab
kematian Yesus terjadi disebabkan oleh tindakan aktif dari dalam dirinya
sendiri : “MEMBERIKAN nyawaku”; “Aku MEMBERIKANNYA menurut KEHENDAKKU sendiri”;
“Aku BERKUASA memberikannya”; “Aku berkuasa mengambilnya kembali.”
Dan ini
selaras dengan pernyataan Yesus tentang
dirinya sebagaimana tercatat dalam :
Matius 5:26 “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri.”
Penjelasan Yesus ini, memiliki dimensi yang tidak akan dapat disentuh oleh
kematian dalam perspetif manusia dalam upaya yang bagaimanapun.
Sebab sebetulnya Yesus hendak mengatakan bahwa Kematian itu sendiri adalah OBYEK KEDAULATAN ALLAH itu sendiri
dalam kemutlakan yang tak terbayangkan.
Yesus mengatakan “Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku,” dengan kata lain KEMATIAN hanya dapat bekerja SEBAGAI OBYEK KEDAULATAN ALLAH, dalam rencana Allah! Kematian tidak pernah bekerja sebagai SUBYEK kala bekerja atas diri Yesus.
Sebagaimana Lazarus memang mati, maka Yesus pun benar- benar mati. Namun dihadapan Allah KEMATIAN SELALU MENJADI OBYEK KEDAULATAN ALLAH. Kematian ada dalam kendali KEDAULATAN ALLAH. Dan kala Yesus berkata “Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku” dan “seperti Bapa... juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri,” maka pada faktanya ALLAH YANG BERDAULAT ADA DALAM MANUSIA YESUS KRISTUS, sehingga cara kerja KEMATIAN dalam diri Yesus bukanlah sebagai “pengusa” atas “jiwa” Yesus. Kematian tidak berkuasa atas “jiwa” Yesus sebab kematian adalah OBYEK KEDAULATAN ALLAH yang berdiam didalam diri Yesus.
Kematian Yesus adalah sebuah fakta, namun seperti yang telah didemonstrasikan oleh Yesus pada
Lazarus, bahwa kematian yang betul-betul membusukan mayat tersebut, tidaklah sama sekali berkuasa
atas jiwa Yesus.
Tidakkah Yesus sudah memberitahukan
ini secara nyata kepada semua pendengarnya kala dia berkata :
Matius 10:28 “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.”
Kematian pada Yesus dan Lazarus adalah kematian yang
nyata dan aktual. Namun kematian TIDAK PERNAH MENJADI SUBYEK ATAS KEDAULATAN
ALLAH, TETAPI SELALU MENJADI OBYEK KEDAULATAN ALLAH.
Kematian sukses membunuh tubuh Yesus (sebagamana Lazarus dan semua manusia) tetapi kematian tidak kuasa untuk membunuh jiwa Yesus!
Inilah sebabnya Yesus BERANI berkata : jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah
Ini adalah pernyataan yang, sekali lagi, segera mematahkan pandangan atau ajaran yang menyatakan bahwa “Tuhan tidak dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat.” Konspirasi dan kejahatan yang dilakukan manusia terhadap Yesus. Dikehendaki dan telah ditetapkan oleh Allah!
Bahwa kematiannya adalah sebuah ketetapan Allah yang juga dia setujui atau diinginkan, terungkap sederhana namun mengekspresikan sebuah kebulatan didalam jiwanya sendiri :“Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.”
Lalu
bagaimana reaksi pendengarnya terhadap
ketetapan semacam ini?
Yohanes 12:34 “Lalu jawab orang banyak itu: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?"
Kehendak Yesus ini sungguh aneh dan luar biasa janggalnya
bagi para pendengar kuno era tersebut,
bahkan juga bagi era kini. Tidak dapat diterima! Mesias HARUS mati? Bukankah
Mesias dipahami hidup selama-lamanya?--[ Mazmur 110:4, Mazmur 45:6, Mazmur
72:17 anda dapat mempelajari perihal ini di sini].
Jika dia adalah Mesias mengapa dia
berkata bahwa dia harus mati?
Yesus tahu secara pasti tidak ada yang salah dengan apa yang
menjadi kehendaknya,bahkan terhadap pengharapan orang banyak pada seorang Kristus, seorang Mesias. Sebab itu
adalah apa yang menjadi kehendak Bapa dan merupakan sebuah ketetapan Allah.
Dan... bukankah dia telah berkata “untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.”
Apa yang diharapkan dari sang Mesias oleh orang-orang Yahudi
kuno di era Yesus sebetulnya tidak salah, sebab bukankah kitab suci juga
mendukung pengharapan mereka tersebut- sebuah penantian kuno, lama dinantikan! Tetapi
apakah hal itu akan terwujud “saat ini?”
Melalui Yohanes Pembaptis, sebetulnya sedari semula telah
dinyatakan untuk apa Yesus datang saat ini
: “...Lihatlah Anak domba Allah,Yohanes 1:29.” Yesus adalah Anak domba
Allah yang datang ke dalam dunia dan misinya adalah : “menghapus dosa dunia.”
Demikian seruan lantang dari mulut
Yohanes Pembaptis mengenai Yesus.
Orang-orang Yahudi memahami Mesias yang datang saat ini,
SEMESTINYA akan segera menegakkan kerajaan kekal dan dia akan menjadi raja yang
memerintah, bukan malah datang untuk mati. Namun
pengharapan yang tidak keliru itu,
tidak akan terjadi oleh
kedatangan Yesus pada saat ini; sebab saat ini Mesias adalah
Anak domba Allah dengan misi
menghapus dosa dunia.
Jika pun
para pendengarnya mengingat cermat pada seruan Yohanes Pembaptis mengenai Yesus adalah
Anak Domba Allah. Tidakkah Kitab Suci mereka akan menjelaskannya?
Berbicara domba, pasti terkait dengan
kematian dan pengampunan
dosa melalui
anak domba tersebut:
Imamat 4:35 “Tetapi segala lemak haruslah dipisahkannya, seperti juga lemak domba korban keselamatan dipisahkan, lalu imam harus membakar semuanya itu di atas mezbah di atas segala korban api-apian TUHAN. Dengan demikian imam mengadakan pendamaian bagi orang itu karena dosa yang telah diperbuatnya, sehingga ia menerima pengampunan.”
Imamat 16:15 “Lalu ia harus menyembelih domba jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa bagi bangsa itu dan membawa darahnya masuk ke belakang tabir, kemudian haruslah diperbuatnya dengan darah itu seperti yang diperbuatnya dengan darah lembu jantan, yakni ia harus memercikkannya ke atas tutup pendamaian dan ke depan tutup pendamaian itu.”
Dengan demikian, ketika Yohanes berkata mengenai Yesus : “...Lihatlah Anak domba Allah - Yohanes 1:29. Maka sedari awal nabi ini
sedang mendeklarasikan bahwa Yesus, saat ini,
datang untuk disembelih. Yesus dikatakan Anak domba Allah; dia adalah
domba yang berasal dari sorga, dikirimkan ke dunia ini untuk disembelih.
Yesus mengatakan bahwa dia harus dibunuh.
Yesus tahu bahwa dia pasti
akan mati sebagaimana dikehendaki Bapa dan dirinya sendiri.
Surat
kepada Orang Ibrani
bahkan, akan membantu kita, sebab menggambarkan Yesus dan kematiannya
sebagai seorang imam yang mempersembahkan dirinya sendiri; dia adalah Imam dan
sekaligus Anak domba korban:
Ibrani 7:27 “yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban.”
Ibrani 9:22 “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.”
Dengan kata lain, KEMATIAN ADALAH OBYEK KEDAULATAN ALLAH
dalam kematian Yesus! Ketika Ibrani menggambarkan kematian Yesus dengan frasa “mempersembahkan
diri-Nya sendiri sebagai korban,” tidakkah ini SENILAI dengan
perkataan Yesus tadi yang berbunyi: “Inilah tugas
yang Kuterima dari Bapa-Ku” dan “seperti
Bapa... juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam
diri-Nya sendiri?” Sebagaimana telah saya sajikan di atas sebelumnya?
Teks-teks Surat Ibrani diatas tersebut menggambarkan secara tepat “untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini,” sebagaimana yang Yesus nyatakan kepada pendengarnya sebagaimana dicatat dalam injil Yohanes 12.
Hewan-hewan kurban yang tak bersalah itu menjadi korban atas kesalahan yang tidak dilakukan oleh hewan-hewan tersebut; tak bersalah tetapi dibuat menjadi korban (Baca Imamat 16). Dan demikianlah yang terjadi pada Yesus, tak bersalah tetapi dijadikan sebagai bersalah :2 Korintus 5:21 “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”
Bagaimana
dan apa tujuan Yesus “disembelih,” atau
dibunuh atau mengalami kematian? Beginilah dia menggambarkanya “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik
semua orang datang kepada-Ku - Yohanes 12:32." Dia sedang menyingkapkan apa yang harus
terjadi pada dirinya ketika berkata demikian, “Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati
Yohanes 12:33.”
Yesus adalah Anak domba Allah yang akan dibunuh atau dikorbankan atas kesalahan yang tidak dia lakukan, “sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini” -Yohanes 12:27.” Yesus tunduk kepada Bapa sebagaimana Bapa telah menetapkan dia sebagai Anak domba untuk menghapus dosa. Namun Yesus berkata bahwa dalam kematiannya ada terkandung 2 tujuan mulia sekaligus! Pertama, Yesus dimuliakan, dan kedua, Bapa dimuliakan. Dua hal ini tidak akan dapat dilihat oleh manusia sama sekali, kecuali Bapa memperlihatkan kepadanya!
Saudara-saudaraku, ketika Yesus berbicara bahwa
dirinya dimuliakan dalam kematian, tidak sama sekali menyurutkan kekejian
dan keaktualan yang melingkupi peristiwa
kematiannya. Ini bukanlah kematian yang main-main; ini adalah kematian Mesias
yang mengakibatkan MAUT, kelak setelah itu, tidak
lagi memiliki sengat maut, JIKA ANDA ADALAH ORANG-ORANG YANG
DITEBUSNYA.
Perhatikankanlah ini:
1 Korintus 15:55-56 “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.”Dan kita telah mengetahui bahwa KEDAULATAN ALLAH DAN ALLAH SENDIRI ada didalam diri MANUSIA YESUS sebab dia berkata bahwa Dia dan Bapa adalah Satu! Sehingga Maut tidak berkuasa atas “jiwa” Yesus (telah kita ketahui tadi) dan hukum Taurat sendiri tidak berkuasa atas dirinya tetapi dia berkuasa atas hukum Taurat :
Matius 5:17 “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab
para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
”
”
Dengan demikian Yesus adalah MANUSIA
SEMPURNA tanpa CACAT sedikitpun MENURUT HUKUM TUHAN YANG SEMPURNA : HUKUM
TAURAT!
Itulah sebabnya KEMATIAN YESUS pada akhirnya BERUJUNG pada Yesus dimuliakan dan Bapa dimuliakan melalui KEMATIAN YESUS yang tidak terjadi oleh sebuah PENGUASAAN ATAS JIWA YESUS. Karena KEMATIAN YESUS ADALAH KEMATIAN YANG HANYA DAPAT MEMBUNUH TUBUH DAN TIDAK BERKUASA ATAS/MEMBUNUH JIWA YESUS; Karena KEMATIAN YESUS sebagai KEMATIAN MANUSIA YANG MEMILIKI HIDUP (sebagaimana Allah sejatinya PEMILIK HIDUP) maka kematian Yesus memiliki kuasa yang dahsyat atas kematian :
Yohanes 12:31 “Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar.”
Itu sebabnya ketika berbicara
kematian dirinya, Yesus mengatakan hal yang sukar untuk dilihat relasinya;
relasi kematian dan kemuliaan : “telah tiba saatnya Anak Manusia
dimuliakan, ” tetapi juga dengan “Bapa dimuliakan.”
Bahkan Bapa menjawab pemintaan Yesus : “ muliakanlah nama-Mu!” Dalam sebuah relasi yang janggal bagi manusia :”kematian Yesus.”
Yohanes 12:28 “Bapa, muliakanlah nama-Mu!" Maka terdengarlah suara dari sorga: "Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!"
Kedatangan Yesus SAAT
INI memang bukan untuk menegakan
kerajaan abadi dan memerintahnya Mesias sebagai raja kekal, sehingga
kemuliaannya berpendar dalam kemilau yang menyilaukan mata dan mengalahkan
cahaya matahari. Sebab SAAT INI kedatangan Mesias untuk menjadi Anak domba yang
dikorbankan oleh Bapa untuk menghapus dosa manusia, sehingga dalam hal ini Anak
Manusia dimuliakan dan Bapa memuliakan nama-Nya.
Bagaimana kematian Yesus akan memuliakan dirinya sendiri- Anak Manusia?
“dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." – ayat 32NIV : “And I, when I am lifted up from the earth, will draw all people to myself.”
Peristiwa kematian Yesus dikatakannya sebagai akan MENARIK
semua orang datang kepada-Nya. Sangat menarik bahwa peristiwa kematian Yesus di
kayu salib digambarkan oleh Yesus sendiri sebagai peristiwa PENINGGIAN DIRINYA
yang MENYEBABKAN semua orang datang kepada-Nya.
Tidakkah sukar bagi
siapapun bahwa KEMATIANNYA adalah PENINGGIANNYA? Tidakkah sukar bagi siapapun
bahwa PENYALIBANNYA adalah PEMULIAANNYA?
Tidakkah sukar bagi siapapun bahwa
kematian Yesus malah membuat semua
orang datang kepadanya?
Kecuali anda memahami bahwa dalam kematian Yesus, KEMATIAN
MENJADI OBYEK KEDAULATAN ALLAH; KEMATIAN YESUS HANYA DAPAT MEMBUNUH TUBUH
TETAPI TIDAK DAPAT MEMBUNUH JIWA YESUS!
Jelas sukar untuk memahami apalagi untuk melihat bahwa KEMATIANNYA malah membuat orang mendatangi dia. Jelas mustahil, KECUALI mereka DITARIK datang kepadanya oleh Bapa. Ini malah secara luar biasa menjelaskan perkataan Yesus yang kerap dihindari seolah mengindikasikan sebuah fatalisme ( sudah saya jelaskan bahwa dalam penetapan Allah tidak ada sama sekali elemen fatalisme sebagaimana terindikasi dalam bagian10 dan bagian11)
Yohanes 12:24 “Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah”
Biji gandum itu adalah Yesus, dan sebagaimana Yesus
menjelaskan bahwa dia SAAT INI datang
sebagai Anak domba Allah yang dikorbankan sebagaimana
domba kurban untuk mati. Kematiannya
memiliki Kuasa untuk MENGHASILKAN banyak buah. Kematiannya malah membuat
orang mendatangi dia; kematiannya MENARIK banyak orang datang kepadanya.
Perkataan
Yesus ini secara sempurna memberikan
sebuah “pilar” teramat megah bagi perkataan-perkataan Yesus jauh sebelumnya, yang merupakan fondasi
bagaimana keselematan boleh berlangsung pada seorang manusia :
Yohanes 6:44 “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.”
Yohanes 6:65 “Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."NIV :”He went on to say, “This is why I told you that no one can come to me unless the Father has enabled them.” (memampukan)
Kalau Bapa tidak
mengaruniakannya?
Tidakkah ini hendak mengatakan bahwa kecuali Bapa
mengaruniakannya maka tidak ada satupun yang dapat datang dan
percaya kepada Yesus? Mengapa demikian?
Bapa adalah kunci bagi setiap orang untuk datang kepada Yesus; Yesus bahkan mengatakannya dalam bentuk ketetapan yang telah Allah nyatakan jauh sebelum Yesus sendiri datang ke duni saat ini .
Yohanes 12:37-40 “Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan?" Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka.”
Tahukah anda bahwa ini adalah KETETAPAN yang SANGAT SUKAR
atau bahkan MUSTAHIL diterima dengan sepenuh hati dan penuh sukacita, tanpa
sebuah upaya untuk mematahkannya.
Ya...mematahkan kesaksian Yesus sendiri:
Konsekuensi-konsekuensi
minimal atas pernyataan Yesus terkait Yohanes 6: 44 , Yohanes 6:55 dan Yohanes 12:37-40 adalah sebagai berikut :
- Bahwa seseorang dapat datang kepada dan percaya kepada
Yesus, semata akibat penarikan oleh Bapa. Dalam hal ini Bapa
menjadi penyebab utama dan tunggal bagi
seseorang untuk dapat datang dan percaya kepada Yesus.
- Bahwa orang-orang Yahudi tersebut TIDAK PERCAYA KEPADANYA sekalipun Yesus begitu banyak mengadakan banyak mujizat, dikarenakan Allah sendiri telah menetapkan demikian jauh sebelumnya- sebelum Yesus datang ke dunia “Saat ini.” Sebab dikatakan supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya.” Yesus bahkan mengatakan bagaimana itu terjadi : sehingga Aku menyembuhkan mereka.
Tidak ada satupun yang dapat percaya; dapat melihat; dapat lembut hati
KECUALI BAPA MENYEMBUHKANNYA.
Keselamatan manusia SECARA TOTAL BERGANTUNG PADA KEMAUAN BAPA UNTUK MENYEMBUHKAN MANUSIA. Tidakkah kalau dikatakan Allah membutakan, mendegilkan, dan membuat tidak dapat percaya, sama saja dengan mengatakan semua manusia pada dasarnya adalah mati? Jika mati, adakah manusia mati dapat menghidupkan manusia mati selain Allah sendiri? TIDAKKAH INI MENGATAKAN BAHWA JIKA ALLAH TIDAK MELAKUKAN APAPUN PADA SEMUA MANUSIA YANG PADA DASARNYA ADALAH MATI DALAM DOSA MAKA TIDAK ADA YANG DAPAT DIHARAPKAN?
Hanya Kematian Yesus yang diperlukan umat manusia sebagai kebutuhan TERHAKIKI:
Perhatikan
pernyataan Yesus yang luar bisa ini; sebuah perkataan yang sudah menuturkan
bagaimana kematiannya akan berlangsung :
Matius 12:38 “Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: "Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu." Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.”
Tetapi jelas, Yunus bukanlah Anak domba Allah sebagaimana
digambarkan oleh Yohanes Pembaptis, sebab
KEMATIAN YESUS memiliki kuasa untuk menghapus dosa dan MENARIK banyak
orang. Itu sebabnya Yesus berkata
keras kepada mereka :
Matius 12:41 “Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!”
PENETAPAN KEMATIAN YESUS SEBAGAI HAL
TERHAKIKI YANG DIBUTUHKAN MANUSIA BAGI KESELAMATANNYA dan PENARIKAN SESEORANG
OLEH BAPA KEPADA DIRI YESUS MELALUI
KEMATIANNYA, adalah HUKUM SORGAWI yang tak dapat ditawar-tawar sebagaimana juga pada fakta yang tak dapat ditawar-tawar
atau harus terjadi bahwa YESUS HARUS PERGI KE YERUSALEM UNTUK MENANGGUNG BANYAK
PENDERITAAN DAN DIBUNUH.
Bapa menjadi PENENTU segala sesuatu diatas semua ciptaan-Nya. Tak terkecuali dalam keselamatan manusia. Anda harus ditarik oleh Bapa, sebab Bapa telah menyatakan bahwa tidak ada yang dapat datang kepada Yesus dan percaya kepadanya (apalagi mengetahui bahwa dia adalah Mesias yang mengalami kematian?) selain yang ditarik Bapa untuk datang dan percaya kepada Yesus.
Yohanes
12:37-40, juga
menjelaskan kepada kita bahwa TIDAK SATUPUN
PERISTIWA MUJIZAT, PERISTIWA BAHAGIA, PERISTIWA KESEMBUHAN yang
dapat membuat seseorang datang
dan percaya kepada Yesus atau
mengalami kelahiran baru, selain DITARIK OLEH BAPA.
Tidak satupun peristiwa bahagia dan mujizat yang dapat
mendatangkan keselamatan dan kehidupan dari Tuhan bagi banyak orang. HANYA oleh KEMATIAN
KRISTUS di Kayu salib saja akan melahirkan buah
yang banyak, yaitu
orang-orang yang diberikan Bapa kepada Yesus untuk datang kepadanya dan percaya
kepadanya! (bacalah artikel ini, terkait perihal ini)
Untuk inilah dia datang TELAH saat ini; adalah sebuah kemutlakan dari Allah yang tidak dapat ditawar oleh manusia. Untuk inilah Yesus datang saat ini, adalah sebuah misi penyelamatan dari Allah melalui kematian Mesias; bukan sebuah kematian yang tak berdaya, tetapi sebuah kematian yang berkuasa atas kematian itu sendiri sebab ini adalah jenis kematian yang menghasilkan buah!
Adakah anda menjumpai kematian yang menghasilkan buah? Adakah kematian yang menghasilkan buah? Adakah kematian yang menghasilkan kehidupan? Hanya kematian Yesus saja yang menaklukan kematian itu sendiri sebab Yesus sendiri mengatakan bahwa kematiannya menyingkirkan penguasa dunia ini. Itu sebabnya kematiannya memiliki kuasa untuk menarik orang untuk datang kepada Dia.
Bersambung
ke Bagian 13
***
No comments:
Post a Comment