Oleh : Martin Simamora
Tuhan Tidak Dapat Mencegah
Manusia Untuk Berbuat Jahat?
Bacalah lebih dulu Bagian 18
Sekarang, mari kita kembali ke kisah
Yesus sebagaimana Injil mencatat dan
menuturkannya. Yesus Kristus yang sedang menghadapi pengadilan yang dipimpin PontiusPilatus – Gubernur dan sekaligus Hakim bagi Yesus, akan menghasilkan
keputusan penting atas dirinya.
Yohanes 19: “(1)Lalu Pilatus mengambil
Yesus dan menyuruh
orang menyesah Dia...(4) Pilatus keluar lagi dan berkata
kepada mereka: "Lihatlah, aku
membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak
mendapati kesalahan apapun pada-Nya."(5) Lalu Yesus keluar, bermahkota
duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah
manusia itu!"(6) Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat
Dia, berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata
Pilatus kepada mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku
tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."(7) Jawab orang-orang Yahudi
itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati,
sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah."(8) Ketika Pilatus
mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia,(9) lalu ia masuk pula ke dalam
gedung pengadilan dan berkata kepada Yesus: "Dari manakah asal-Mu?"
Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya.(10) Maka kata Pilatus kepada-Nya:
"Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?"(11)
Yesus
menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku,
jikalau
kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku
kepadamu, lebih besar dosanya."
(12) Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi
berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat
Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan
Kaisar."...(14) Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua
belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: "Inilah
rajamu!"(15) Maka berteriaklah mereka: "Enyahkan Dia! Enyahkan Dia!
Salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Haruskah aku menyalibkan rajamu?" Jawab
imam-imam kepala: "Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!"
Kita akan meninggalkan sejenak rangkaian pertanyaan Bung Andy Wicaksono yang masih akan mewarnai sajian saya.
Jawaban saya atas pertanyaannya akan “melebur”
di seluruh badan penjelasan pada bagian ini. Baiklah,
apa yang menarik dari adegan diatas ini?
Banyak bagian dari teks utama kita di atas tersebut,
segera saja memberikan impresi amat kuat yang akan mengatakan Pilatus
adalah pemegang kendali atau berdaulat penuh atas diri Yesus
;kedaulatan
Yesus telah dilucuti oleh Pilatus.
Kalau anda memperhatikan bagian yang
saya beri penekanan dengan garis berwarna pada
teks kitab suci dan huruf tebal,
jelas terlihat Pilatus secara leluasa memperlakukan Yesus sebagai obyek
kekuasaannya : “Pilatus mengambil
Yesus dan menyuruh orang menyesah
Dia” ; Pilatus keluar lagi
dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku
membawa Dia ke luar.
Memperhatikan dan memandang realita
kuat semacam ini saja, maka siapa yang dapat membantahnya sebagai realita
ketakberdayaan Yesus sekaligus Allah tak berdaya untuk menyelamatkan Anak dari peristiwa memalukan dan meremukan
reputasi agung dan mulia Allah yang besar dan perkasa.
Yesus adalah manusia sekaligus Ilahi? Jelas akan ada yang berkata “omong kosong!”
Tak terlihat sama sekali! Lebih tepatnya, Yesus Kristus telah terlihat sebagai
manusia yang cuma bisa mengklaim dirinya
adalah Anak Allah dan Yang berasal dari Allah. Antara firman dari mulut-nya dan
realita yang sedang terjadi, tidak hanya berkontradiksi, tetapi memalukan.
Bukankah demikian “berondongan peluru tajam” yang dilepaskan oleh para
penentang, kala menggugat iman Kristen
yang berjangkar pada diri Yesus Kristus dan segenap karyanya di muka bumi
dalam melakukan karya keselamatan bagi
manusia; dimana mengenai dirinya sendiri, Yesus
telah menggambarkan diri-Nya dalam sebuah kemegahan yang tak bisa
diterima oleh manusia termasuk bangsanya sendiri:
- Yohanes 5: 18 “...Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.”
- Yohanes 10:30-33 “(30) Aku dan Bapa adalah satu."(31) Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus.(32) Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" (33) Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."
- Markus 14:61-62 “(61) Tetapi Ia tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya kepada-Nya sekali lagi, katanya: "Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?" (62) Jawab Yesus: "Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit."
[Jawaban Yesus terhadap
pertanyaan verifikasi itu, secara luar
biasa MELAMPAUI apa yang seperlunya harus dijawab sesuai kebutuhan pertanyaan. Anak
Manusia TETAPI duduk di sebelah kanan yang Mahakuasa? Yesus dalam hal ini
dinilai MELAMPAUI dari sepatutnya seorang nabi, sepatutnya utusan, dan
sepatutnya Mesias. Kesetaraan terhadap Allah, adalah hal yang
tak dapat disentuh oleh iman orang-orang Yahudi kala itu, bahkan demikian juga
masa kini!]
- Markus 14:64-65 “ (64) Kamu sudah mendengar hujat-Nya terhadap Allah. Bagaimana pendapat kamu?" Lalu dengan suara bulat mereka memutuskan, bahwa Dia harus dihukum mati.(65) Lalu mulailah beberapa orang meludahi Dia dan menutupi muka-Nya dan meninju-Nya sambil berkata kepada-Nya: "Hai nabi, cobalah terka!" Malah para pengawalpun memukul Dia.
[Jawaban Yesus
yang melampaui kebutuhan yang dituntut
pertanyaan tersebut telah menjadikan Yesus menjadi penghujat! Seorang
manusia menyatarakan dirinya dengan Allah? Tak ada yang sanggup melihat Yesus sejati,
bahwa dia memang manusia tetapi datang
dari Allah, bukan dari dunia ini. Dia TIDAK sedang MENGKLAIM HAL YANG BARU saat
berkata “duduk di sebelah kanan Allah, sebab memang disitulah posisinya sejak kekalnya! Jika tidak demikian maka Yesus
bukan saja menghujat tetapi sedang berupaya mengkudeta kedudukan Allah yang sangat eksklusif! Hal
ini adalah benar bagi para lawan Yesus Kristus yang hanya mengakui dia HANYA NABI!]
Apa yang hendak saya
tunjukan dengan menyajikan teks-teks diatas tersebut? Sederhana sekali, bahwa
Yesus memang secara berani dan dalam resiko teramat tinggi mendeklarasikan
relasi dirinya dengan Bapa bukan sekedar intim, eksklusif tetapi dalam
sebuah kesetaraan; dalam
sebuah kesatuan yang tanpa gradasi “kualitas” sehingga
terkesan dia dan Bapa seperti dua yang berbeda derajat satu sama lainnya.
Bahkan ini dikatakannya sebagai manusia Yesus Kristus. Sebuah fakta sedang
diperlihatkan oleh Yesus bahwa manusia Yesus tidak kehilangan sedikitpun apa
yang memang dimilikinya sebagai, yang memiliki kemuliaan bersama-sama dengan Allah. Kemuliaan yang dimilikinya
sendiri di Sorga ( Yohanes 17 :5
“Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.”)
TETAPI ketika dihadapan Pilatus, maka sukar sekali bagi manusia dahulu
kala dan kini, untuk melihat dan
mengamini kesaksian Yesus sendiri. Pilatus sedemikian dominannya atas diri
Yesus, nyaris dan memang sama sekali tidak berbekas sedikitpun kemuliaan pada Yesus dalam derajat
bagaimanapun juga. Yesus telah menjelaskan siapa dia pada ayat-ayat di atas. Sekarang terhadap realita
kontradiksi sekaligus MEREMUKAN reputasi dirinya dan Allah, apa penjelasan
Yesus? Mari kita perhatikan ini: “Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku,
jikalau
kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas .“
Apa yang dapat dan hendak dikatakan Yesus terhadap hal situasi yang
begitu meremukan reputasi kemuliaan dirinya dan Allah, adalah, bahwa semua itu
boleh terjadi memang karena Bapa telah
menetapkan untuk terjadi.
Apa
dasarnya untuk dikatakan bahwa peristiwa-peristiwa kelabu dan
meremukan reputasi Allah ini memang tanpa diragukan adalah peristiwa yang TELAH
ditetapkan SEBELUMNYA/dipredestinasikan oleh Allah? PERHATIKAN penjelasan Yesus sendiri :
(1)“Engkau TIDAK
mempunyai kuasa APAPUN terhadap Aku.” Tidakkah ini kontradiksi
dengan kenyataannya? Bagaimana bisa Yesus berkata “tidak mempunyai kuasa
APAPUN,” padahal faktanya Pilatus bisa berbuat apa saja nyaris seperti seorang
otoritarian terhadap benda mainannya! Ini memang
jantung kesukaran bagi manusia untuk tetap percaya ,bahwa “Allah adalah
pemangku kuasa absolut tanpa dapat disubordinasi atau ditaklukan atau
memerlukan kerjasama oleh dan atau dengan free
will manusia, sehingga jika merujuk pada pandangan semacam ini, dapat untuk
dikatakan atau ditudingkan bahwa Allah tidak dapat mencegah manusia dapat
berbuat jahat.”
Inilah penjelasan Yesus atas kontradiksi yang mengguncangkan itu, yang sangat sukar untuk dinetralisasi dalam pandangan mata manusia :
(2)” jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas.” Pilatus dapat berbuat apa saja dan bisa menentukan mati dan hidup Kristus sebagai seorang penguasa politik sebab “kuasa untuk semua itu diberikan kepada dia.” Kuasa untuk apa? Ya...kuasa untuk melakukan apapun juga sebagaimana telah digambarkan oleh teks utama kita pada permulaan bagian ini, dimana Petrus menjadi agensi pelaksana atas kuasa yang diberikan itu (atau ada baiknya, bacalah bagian terdahulu dari serial ini yang mengulas Ayub)?
Allah memberikan kuasa kepada Pilatus untuk menjadi dirigen lapangan yang akan mendemonstrasikan sebuah derita siksa dan derita kematian yang paling memilukan dan menggemparkan se-Yerusalem. Terperangahkah anda bahwa Allah adalah pemberi kuasa bagi Pilatus untuk menyelenggarakan kekejaman yang menggemparkan se-Yerusalem. Dan anda menuding-Nya kejam?
Allah
memang ada didalam segala peristiwa di
dunia ini. Apapun juga. Ya seperti yang dikatakan oleh Yesus sendiri terkait
kuasa Pilatus yang sebetulnya tidak ada
sama sekali atas diri Yesus :” Engkau TIDAK mempunyai kuasa APAPUN terhadap Aku
.“ Jika tidak memiliki KUASA APAPUAN PADA MULANYA maka pasti ada PEMBERI KUASA
sehingga pada faktanya PILATUS memiliki
kuasa APAPUN atas Yesus; termasuk untuk menyalibkan diri Yesus.
Ingat, Yesus berkata demikian untuk MEREMUKAN KEANGKUHAN PILATUS yang
berpikir bahwa dia adalah manusia yang paling berkuasa sampai-sampai Mesias
orang Yahudi – mati hidupnya ada dalam
genggamannya. Perhatikan klaim Pilatus yang diremukan oleh Yesus : “kata
Pilatus kepada-Nya:
"Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?"”
Yesus memang terlihat sebagai yang ditaklukan oleh Pilatus, tetapi bukan sebuah kenyataan aktual bahwa sorga telah dipecundangi oleh Pilatus—seperti disangka banyak orang sehingga meragukan Yesus sebagai yang memiliki kemuliaan tersendiri di Sorga. Sorga telah memutuskan dan menetapkan bahwa “kejahatan harus diberi ruang sedemikian leluasanya untuk beroperasi didalam diri seorang Pilatus sang penguasa dunia, tentu dengan sebuah tujuan yang dimiliki Bapa atas Anak” (Bandingkan dengan Bagian10 dari serial ini)
Hal ini hanya dapat terjadi jika Allah memang memberi kuasa bagi kejahatan untuk beroperasi penuh dalam batasan-batasan skala yang ditetapkan oleh kuasa yang diberikan Allah. Apa dasarnya untuk menyatakan demikian? Kembali pada perkataan Yesus sendiri “jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas.” Dari ATAS, bukan dari DUNIA! Oleh PEMERINTAHAN ALLAH YANG BEKERJA DALAM KEKALAN TERHADAP DUNIA; Kejahatan dalam hal ini hanya dapat beroperasi sejauh kuasa Allah memang memberi kuasa bagi Pilatus, dan dengan demikian dunia tidak pernah menang atas Yesus seolah ada sebuah titik dalam perjalanan Yesus di dunia ini ada terjadi sebuah momentum dimana KEILAHIANNYA lenyap atau stop atau pergi meninggalkan dia agar memberikan peluang bagi dunia untuk memberangusnya.
Faktanya tidak, manusia Yesus tetap sebagaimana dia adanya tanpa terdegradasi sedikitpun Keilahian-Nya dalam peristiwa-peristiwa memilukan. Bahkan karena fakta sorgawi, maka kejahatan tidak bisa menyentuh Yesus; Sorga perlu memberi kuasa kepada kejahatan untuk beroperasi dalam diri Pilatus. Dan kejahatan yang terjadi dengan demikian bekerja dalam sebuah keaktualan yang begitu kuat sehingga menggelorakan kemencekaman yang tak terkirakan bagi siapapun. Petrus dan semua murid melarikan diri, meninggalkan dia seorang diri menjalani fase-fase sengsara yang paling memilukan!
Tidakkah ini sangat identik dengan peristiwa Ayub dan peristiwa Yudas! Dalam hal Allah memberikan kuasa kepada Pilatus untuk dapat menyelenggarakan apapun juga yang dia mau lakukan dalam ketentuan-ketentuan Allah—TERKAIT PERISTIWA JAHAT/ KEJAM/PILU. Tetapi perlu ditegaskan bahwa DALAM HAL INI Allah tidak melakukan pendiktean PERILAKU dan tidak melakukan implantasi benih dan perbuatan jahat.
Allah DALAM HAL INI memberikan kuasa kepada kejahatan untuk beranak pinak dalam diri Pilatus selaras dengan skala kuasa yang diberikan Allah kepada Pilatus! Dalam hal inilah, menjadi kokoh bahwa para pelaku kejahatan tidak dapat lolos dari keadilan Allah. Tidak dapat juga dengan demikian manusia berkata bahwa : “Yudas BERJASA dalam menghantarkan Yesus menggenapi Predestinasi yang dinyatakan Allah dan Yesus; bahkan faktanya dihadapan Pilatus Yesus menyatakannya ! Beginilah Yesus berkata” ; Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.”
Yesus sedang memperlihatkan bahwa Predestinasi-predestinasi yang ditetapkan Allah tidak sama sekali membebaskan manusia dari konsekuensi pelanggaran dan dosa yaitu maut atau keadilan Allah. Pilatus berdosa dan demikian juga dia yang menyerahkannya; hanya saja Yesus menyatakan bahwa yang menyerahkan diri-Nya (Yudas Iskariot), lebih besar dosanya. Ini sebenarnya mengindikasikan bahwa Allah memang menegakkan keadilan-Nya yang kudus dan agung dalam skala yang tidak main-main- Adil.
Yesus memang terlihat sebagai yang ditaklukan oleh Pilatus, tetapi bukan sebuah kenyataan aktual bahwa sorga telah dipecundangi oleh Pilatus—seperti disangka banyak orang sehingga meragukan Yesus sebagai yang memiliki kemuliaan tersendiri di Sorga. Sorga telah memutuskan dan menetapkan bahwa “kejahatan harus diberi ruang sedemikian leluasanya untuk beroperasi didalam diri seorang Pilatus sang penguasa dunia, tentu dengan sebuah tujuan yang dimiliki Bapa atas Anak” (Bandingkan dengan Bagian10 dari serial ini)
Hal ini hanya dapat terjadi jika Allah memang memberi kuasa bagi kejahatan untuk beroperasi penuh dalam batasan-batasan skala yang ditetapkan oleh kuasa yang diberikan Allah. Apa dasarnya untuk menyatakan demikian? Kembali pada perkataan Yesus sendiri “jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas.” Dari ATAS, bukan dari DUNIA! Oleh PEMERINTAHAN ALLAH YANG BEKERJA DALAM KEKALAN TERHADAP DUNIA; Kejahatan dalam hal ini hanya dapat beroperasi sejauh kuasa Allah memang memberi kuasa bagi Pilatus, dan dengan demikian dunia tidak pernah menang atas Yesus seolah ada sebuah titik dalam perjalanan Yesus di dunia ini ada terjadi sebuah momentum dimana KEILAHIANNYA lenyap atau stop atau pergi meninggalkan dia agar memberikan peluang bagi dunia untuk memberangusnya.
Faktanya tidak, manusia Yesus tetap sebagaimana dia adanya tanpa terdegradasi sedikitpun Keilahian-Nya dalam peristiwa-peristiwa memilukan. Bahkan karena fakta sorgawi, maka kejahatan tidak bisa menyentuh Yesus; Sorga perlu memberi kuasa kepada kejahatan untuk beroperasi dalam diri Pilatus. Dan kejahatan yang terjadi dengan demikian bekerja dalam sebuah keaktualan yang begitu kuat sehingga menggelorakan kemencekaman yang tak terkirakan bagi siapapun. Petrus dan semua murid melarikan diri, meninggalkan dia seorang diri menjalani fase-fase sengsara yang paling memilukan!
Tidakkah ini sangat identik dengan peristiwa Ayub dan peristiwa Yudas! Dalam hal Allah memberikan kuasa kepada Pilatus untuk dapat menyelenggarakan apapun juga yang dia mau lakukan dalam ketentuan-ketentuan Allah—TERKAIT PERISTIWA JAHAT/ KEJAM/PILU. Tetapi perlu ditegaskan bahwa DALAM HAL INI Allah tidak melakukan pendiktean PERILAKU dan tidak melakukan implantasi benih dan perbuatan jahat.
Allah DALAM HAL INI memberikan kuasa kepada kejahatan untuk beranak pinak dalam diri Pilatus selaras dengan skala kuasa yang diberikan Allah kepada Pilatus! Dalam hal inilah, menjadi kokoh bahwa para pelaku kejahatan tidak dapat lolos dari keadilan Allah. Tidak dapat juga dengan demikian manusia berkata bahwa : “Yudas BERJASA dalam menghantarkan Yesus menggenapi Predestinasi yang dinyatakan Allah dan Yesus; bahkan faktanya dihadapan Pilatus Yesus menyatakannya ! Beginilah Yesus berkata” ; Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.”
Yesus sedang memperlihatkan bahwa Predestinasi-predestinasi yang ditetapkan Allah tidak sama sekali membebaskan manusia dari konsekuensi pelanggaran dan dosa yaitu maut atau keadilan Allah. Pilatus berdosa dan demikian juga dia yang menyerahkannya; hanya saja Yesus menyatakan bahwa yang menyerahkan diri-Nya (Yudas Iskariot), lebih besar dosanya. Ini sebenarnya mengindikasikan bahwa Allah memang menegakkan keadilan-Nya yang kudus dan agung dalam skala yang tidak main-main- Adil.
Dan karena Yesus berkata bahwa “Pilatus tidak dapat berbuat apapun, selain yang DIAKIBATKAN oleh Allah yang
memberikan kuasa,” maka dengan demikian
MAKSUD ATAU KEPENTINGAN ALLAH
yang harus berdaulat, TIDAK dapat
dicegah dan disimpangkan. Dalam peristiwa jahat ini Allah sudah memberikan kuasa
kepada Pilatus agar dapat melakukan semua kejahatan atas diri Yesus
termasuk menyalibkan. Karena Allah adalah
pemberi kuasa kepada Pilatus, sehingga Pilatus dalam kehendak bebasnya
dapat mengekspresikan kekuasaan
politiknya, maka kekuasaan politik yang dimiliki oleh Pilatus dengan demikian “mengabdi”
kepada KEHENDAK YANG ADA DARI “ATAS” bukan kepada dunia.
Kapan kuasa yang dimiliki Paulus dapat bekerja? Jika itu memang dikehendak Allah. Kapan kuasa yang dimiliki Paulus tidak dapat bekerja? Jika itu memang BUKAN kehendak Allah. Sehingga
kita dapat melihat sebuah fakta mencengangkan bahwa sekalipun Pilatus dapat
berkuasa atas Yesus, namun Pilatus tidak
dapat menguasai atau memiliki kuasa atas rakyatnya : “Sejak itu Pilatus
berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak:
"Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap
orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar."”
Pilatus JUSTRU didikte oleh rakyat atau massa besar itu! Kekuasaannya
LUMPUH ketika berhadapan dengan rakyat; padahal demikian berkuasa atas Yesus!
Mengapa? Sebab Allah tidak memberikan
kuasa kepada Pilatus untuk menguasai hati massa besar itu dengan kebijakan yang
diinginkan oleh Pilatus.
Kuasa dari ATAS telah menaklukan kuasa dunia ini sehingga Pilatus yang jahat dan rakyat yang dikuasai nafsu yang menginginkan Yesus mati disalib, dalam hal ini “MELAYANI” apa yang menjadi KEHENDAK ALLAH—dalam sebuah cara yang sungguh luar biasa ALAMI yang mana manusia bergerak sesuai dengan nurani dan hawa nafsu perlawanannya terhadap kebenaran Allah, sebuah “naluri alamiah”. Manusia berpikir bahwa mereka memiliki kuasa atas Yesus, tetapi faktanya, Allah sendiri yang memberi kuasa kepada kejahatan untuk melakukan penyaliban. Kita tahu rakyat menginginkan Yesus Barabas yang dibebaskan dan bukan Yesus Kristus.
Mengapa Allah perlu memberi kuasa kepada Pilatus sehingga dia dapat berbuat apapun juga? Sederhana jawabnya. Manusia adalah ciptaan dan manusia adalah mahkluk terbatas sekalipun memiliki “free will”! Itu sebabnya, sekaliber Pilatus saja, Allah sampai perlu memberikan kuasa kepadanya, untuk menyalibkan Yesus.
Sejauh ini, kita telah melihat dua aspek
Predestinasi. Predestinasi atas peristiwa jahat atau kelam dan Predestinasi atas peristiwa baik
atau bahagia.
Tentu saja , sebagaimana di bagian sebelumnya, ketika Allah
terlihat MEMBERIKAN KUASA KEPADA PILATUS UNTUK DAPAT MELAKUKAN HAL-HAL JAHAT
atas YESUS tidaklah sama sekali Allah
MENIKMATI KEJAHATAN ITU sebagai sebuah hal YANG BERKENAN DAN HARUM
DIHADAPANNYA! Darimana kita dapat mengetahui
secara pasti hal ini? Yesus sendiri menyatakannya : “Sebab itu:
dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.”
Bagaimana
bisa Allah memberi kuasa untuk melakukan hal jahat, tetapi juga menghukum? Sebab kala Allah memberi kuasa maka
yang dilakukan Allah bukan memberikan seperangkat gagasan dan cara melakukan
eksekusi kejahatan kepada Yudas dan Pilatus. Allah memberikan KUASA untuk melakukan apapun yang baik atau dipandang perlu menurut
Pilatus, tetapi tentu dalam
KETENTUAN-KETENTUAN ALLAH yang kerjanya tidak nyata dan diketahui oleh
manusia. Ingat, baik Yudas dan Pilatus tetap terlihat MEMILIKI FREE WILL untuk
melakukan pertimbangan dan pilihan; kita melihat keduanya dalam kesadaran penuh
telah memutuskan untuk melakukan kejahatan atas Yesus. Lihat saja,
Pilatus terlihat berupaya keras untuk menggagalkan kematian Yesus. Sayang
kekuasaannya tidak sanggup menjangkau hasrat atau jiwa massa besar
itu. Upaya diplomatisnya mentah begitu saja oleh bersatupadunya keinginan massa
agar Yesus mati!
Fakta bahwa Yesus tidak dapat dibunuh oleh kuasa dunia tetapi
oleh kuasa yang diberikan oleh Allah, itulah yang mendasari untuk melihat bahwa
Allah sendiri yang memberikan kuasa dan ruang
bagi kemanusiaan mereka untuk bertindak. Sayangnya yang meluap dari
diri mereka adalah kecenderungan-kecenderungan dosa atau jahat. Dalam
Allah memberi kuasa yang TIDAK memberangus free will, pun manusia lebih memilih
hal jahat. Allah memutuskan membiarkan hal itu terjadi sekalipun dia
berkuasa untuk menggalkannya. Ya..sebagaimana Yesus telah indikasikan di Taman
Getsemani kala dia ditangkap. (jika lupa, bacalah kembali bagian-bagian
terdahulu – mulai dari bagian 10)
Fakta bahwa Yesus tidak dapat dibunuh oleh kuasa dunia dan
Allah memberi kuasa kepada Yudas dan Pilatus untuk lakukan apa saja- untuk
berotoritas atas Yesus, Justru mendemonstrasikan bahwa memang
manusia adalah budak dari
keinginan-keinginan dosa; rasio dan nurani yang memang dapat membimbing manusia
untuk memilih dan melakukan
tindakan yang benar, sayangnya
terlampau lemah dan terlampau tak
berdaya untuk mengalahkan
keinginan-keinginan jahat yang bercokol atau bekerja
secara dalam – dalam pada diri
manusia.
Manusia dalam hal ini, nyata memang memerlukan Yesus jika ingin memiliki kuasa untuk melakukan pertarungan melawan keinginan-keinginan dunia ini; dia harus pertama-tama milik dan dalam Yesus Kristus agar dapat melakukan pertarungan yang pantas. MENGAPA? Di dunia ini tidak ada yang dapat berbuat apapun tanpa diberikan kuasa oleh Allah. Orang percaya, pertama-tama harus DIMILIKI OLEH Yesus yang memiliki kuasa menaklukan dunia dengan segala kejahatannya jika dia ingin melakukan pertarungan sebagai seorang yang pantas atau memiliki kualifikasi sebagai petarung untuk melawan keinginan dosa pada dirinya ( baca Galatia 5:13-15, Galatia 5:16-18, Yohanes 15:4-5, Galatia 5:24, Galatia 2:20, Roma 8:3-4, Galatia 3:23); dia boleh jadi jatuh dan bangun, namun bukan sebagai seorang yang BERADA DILUAR Yesus – sebagai seorang yang dimiliki oleh Yesus sehingga dapat memiliki Yesus dan menghidupi kehidupan manusia baru untuk bergerak dalam sebuah pertumbuhan yang diberikan oleh Yesus Kristus, sekalipun itu harus dijalani dalam dunia yang tidak bersahabat selalu dengan orang-orang percaya. Dunia memang dipenuhi dan dikuasai kejahatan namun operasi mereka di dalam dunia, bukan seolah sebagai yang sedemikian merdekanya sampai-sampai Allah bukan sebagai satu-satunya yang MAHA dalam segala kemuliaannya yang teramat kompleks. Sebagaimana Yesus yang memiliki kemuliaan tersendiri di Sorga namun terlihat tak memiliki kemuliaan kala di dunia ini. Itu pun karena Allah memberi kuasa kepada dunia untuk memperlakukan Yesus secara demikian.
Manusia dalam hal ini, nyata memang memerlukan Yesus jika ingin memiliki kuasa untuk melakukan pertarungan melawan keinginan-keinginan dunia ini; dia harus pertama-tama milik dan dalam Yesus Kristus agar dapat melakukan pertarungan yang pantas. MENGAPA? Di dunia ini tidak ada yang dapat berbuat apapun tanpa diberikan kuasa oleh Allah. Orang percaya, pertama-tama harus DIMILIKI OLEH Yesus yang memiliki kuasa menaklukan dunia dengan segala kejahatannya jika dia ingin melakukan pertarungan sebagai seorang yang pantas atau memiliki kualifikasi sebagai petarung untuk melawan keinginan dosa pada dirinya ( baca Galatia 5:13-15, Galatia 5:16-18, Yohanes 15:4-5, Galatia 5:24, Galatia 2:20, Roma 8:3-4, Galatia 3:23); dia boleh jadi jatuh dan bangun, namun bukan sebagai seorang yang BERADA DILUAR Yesus – sebagai seorang yang dimiliki oleh Yesus sehingga dapat memiliki Yesus dan menghidupi kehidupan manusia baru untuk bergerak dalam sebuah pertumbuhan yang diberikan oleh Yesus Kristus, sekalipun itu harus dijalani dalam dunia yang tidak bersahabat selalu dengan orang-orang percaya. Dunia memang dipenuhi dan dikuasai kejahatan namun operasi mereka di dalam dunia, bukan seolah sebagai yang sedemikian merdekanya sampai-sampai Allah bukan sebagai satu-satunya yang MAHA dalam segala kemuliaannya yang teramat kompleks. Sebagaimana Yesus yang memiliki kemuliaan tersendiri di Sorga namun terlihat tak memiliki kemuliaan kala di dunia ini. Itu pun karena Allah memberi kuasa kepada dunia untuk memperlakukan Yesus secara demikian.
Ketika anda mempelajari Predestinasi sebagaimana yang didemonstrasikan oleh Yesus, maka memang berbagai paradoks atau
keadaan yang mengesankan sebuah penentangan satu sama lainnya. Yesus sendiri
memperlihatkan paradoksal yang kelewat megah bagi manusia sebagai konsekuensi
bahwa dia adalah sosok yang memiliki kemuliaan di sorga sedari kekekalan :
- Yohanes 17: 5 “Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.”
- Yohaness 8:58 “Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada."
- Yohanes 17:24 “Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.
- Yohanes 3:13 “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.”
[Anak Manusia, tetapi
yang turun dari sorga. Tidak ada paradoksal
yang lebih megah dari realitas satu ini. Meremukan semua kemampuan rasio
dan nurani manusia, selain manusia yang diberi kuasa untuk “memeluk”
realitas yang “alien” ini ]
- Yohanes 1:12-13 “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;(13) orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
[Tidak ada sesuatu
apapun yang paling mulia dan luhur dari dunia ini yang dapat membantu siapapun
manusia untuk dapat “memeluk” realitas
paradoks nan megah pada Yesus;
mengimani Yesus yang demikian dalam sebuah keimanan sejati mustahil terjadi tanpa orang tersebut diberi-Nya kuasa
supaya menjadi anak-anak Allah (= yang percaya dalam nama-Nya); mustahil itu terjadi oleh elemen-elemen dagingniah
pertama-tama dan seterusnya. Semua “mata” jasmani pasti gagal melihat realita
yang gemilang ini; buta sebab mata manusia bukan untuk melihat kemuliaan
Allah sejati yang berdiam sepenuhnya
dalam Yesus Kristus]
“Free will” Manusia dan Manusia Bukan MAHKOTA Predestinasi
Sedari tadi dan pada
keseluruhan serial ini, saya ada banyak sekali menuliskan atau memasukan elemen“free will” atau
“kebebasan manusia untuk bertindak” atau
“kebebasan manusia untuk berasio dan melakukan pilihan-pilihan” kala membicarakan
Predestinasi.
Lantas,
dimana keselarasan Predestinasi atau
penentuan sebelumnya atau Allah telah
menetapkan sebelumnya? Keselarasannya terletak pada fakta bahwa Allah dalam MEM-Predestinasi
tidak melakukan kendali-kendali yang bersifat “robotik” pada manusia. Mari saya permudah.
Baru saja kita melakukan pengulasan pada teks utama pada
bagian ini; bagaimana Pontius Pilatus sebagai hakim sedemikian bebasnya
melakukan apapun juga yang berada dalam kewenangannya. Coba sekali lagi
luangkan sebentar saja waktu untuk mengamatinya kembali.
Begitu bebas dan leluasanya Pilatus dalam
mengekspresikan keinginan dan otoritasnya. Dan kebebasan Pilatus ini bukan sekedar
“interpretasi” belaka dari diri saya! Pilatus bahkan mengemukakan sebuah deklarasi
yang memperlihatkan bahwa dia sebagai hakim sedang berada dalam posisi memegang
kendali dalam persidangan tersebut. Perhatikan juga, bahwa saya secara
sungguh-sungguh menggunakan kata “memegang
kendali” sebab dia- Pilatus memang berdiri dihadapan Yesus sebagai hakim
negara yang berdaulat untuk menjatuhkan vonis apapun, bahkan menerima
mandat penuh dari para imam dan rakyat
Israel.
Dan inilah perkataan Pilatus itu : “kata
Pilatus kepada-Nya:
"...Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku
berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa
juga untuk menyalibkan Engkau?" “
Sangat
jelas, mustahil untuk dibantah bahwa Pilatus sedemikian bebasnya berkuasa atas
Yesus. Pada titik ini, hampir-hampir susah untuk tetap berpegang pada perkataan
Yesus sendiri terkait Predestinasi atas
dirinya dan peristiwa-peristiwa yang harus terjadi. Ini terutama terjadi sebab
kala diperhadapkan dengan kata “Predestinasi” maka asumsinya adalah luruhnya semua elemen kehendak bebas manusia
atau meredupnya semua kealamian yang sewajarnya terjadi (misal seorang hakim
sewajarnya berkuasa atas terdakwa untuk menanyai, menanyai, memeriksa dan
menentukan vonis). Kalau demikian yang
ada dibenak pembaca ketika terkait Predestinasi, maka ya kita tidak menemukan
satu dasarpun untuk memercayai Predestinasi yang dinyatakan Yesus sebanyak 3
kali menurut Injil Matius : Matius 16:21, Matius 17:22-23 dan Lukas 21:5-36.
Nah, apakah kita mesti tetap bertahan bahwa Predestinasi yang dikemukakan oleh Yesus
sendiri mengenai dirinya dengan demikian
gugur, sebab melihat Pilatus yang sedemikian leluasanya bahkan terlihat nyata bahwa nasib Yesus ada di tangan Pilatus!
Maka saya akan menjawab bahwa Predestinasi tidaklah menguap
oleh karena Pilatus sedemikian leluasanya mengekspresikan dirinya sebagai
manusia dalam bertindak, menimbang, memutuskan bahkan menawarkan sebuah peluang
“keselamatan” bagi Yesus. Pilatus bahkan
terlihat memosisikan dirinya sebagai orang yang dapat menyelamatkan Yesus dari
malapetaka maut ini : “aku berkuasa untuk membebaskan Engkau.” Dalam
hal ini pun, Predestinasi tidak menguap.
Dasar yang kita miliki bahkan luar biasa kokoh. Jika Pilatus mengutarakan sebuah informasi yang
memperlihatkan bahwa dia tidak kehilangan “free wiil”-nya, maka demikian juga
dengan Yesus Kristus, mengutarakan sebuah informasi yang memperlihatkan bahwa Predestinasi
berlangsung secara kuat selagi Pilatus berkata demikian, sebagaimana Yesus
tegaskan : ““Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku,
jikalau
kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas .“
Luar biasa bukan? Bahwa dua kutub berlawanan yang dalam
pandangan mata manusia tidak dapat bekerja dalam sebuah keselarasan; ternyata mengalami sebuah persenyawaan yang faktual
dan bukan sekedar konseptual, ternyata sama sekali terjadi dalam sebuah harmoni
yang sangat sempurna. Sedemikian sempurnanya sampai-sampai “kedaulatan Allah”
tidak terlihat sebab mata manusia tertuju kepada “free will Paulus,” atau
dengan kata lain mata manusia ketika melihat kejahatan atau ketidakadilan, atau
musibah, atau tragedi, maka segera saja manusia memahaminya bahwa Allah pergi,
tidak adil, tidak berdaya. Coba sekali lagi renungkan kisah ASAF yang telah
saya ulas pada bagian-bagian terdahulu dalam serial ini.
Yesus berkata : “Engkau tidak
mempunyai kuasa apapun terhadap Aku.” Sekarang, percaya atau
selaraskah pernyataan Yesus ini dengan realitasnya? Kalau mau jujur, saya akan
katakan tidak sebab semua persepsi inderawi saya akan mengatakan bahwa : “Pilatus mempunyai kuasa apapun terhadap
Aku.”
Perhatikan,
Yesus sedang MENJAWAB apa yang menjadi peertanyaan begitu banyak orang yang
memandang diri-Nya; ya...dirinya yang tak berdaya, sebuah fakta yang dapat
dipahami bahwa kemudian dia demikian dicemooh tak kepalang tanggung. Omongan
Yesus terlihat bagaikan bualan seorang yang tak waras.
Seorang
raja yang malang penuh derita dan mati hidupnya ada di tangan Pilatus sedang
berkata hal yang paling menggelikan
di mata siapapun. Predestinasinya
dengan demikian akan menjadi hal yang
paling menyedihkan bagi para murid dan
bagi para pengelunya.
Yesus berkata : “jikalau kuasa
itu tidak diberikan kepadamu dari atas.” Inilah jantung
dari Predestinasi dapat bersenyawa atau
selaras dengan “free wiil” manusia-
tetapi bukan dalam sebuah hubungan bahwa “free wiil” manusia dibutuhkan agar
Predestinasi genap tetapi dalam benak tidak ada kontradiksi atau kebingungan
kala dikatakan kedua yang bertentangan ini bersenyawa sebagai dua entitas yang
berbeda secara sempurna. Pilatus dapat mengekspresikan segala
keberadaannya atas diri Yesus, bahwa dia dapat memegang kendali persidangan dan
bahwa dia adalah hakim yang memegang kendali atas mati atau hidup Yesus, adalah
karena “Allah memberikan kuasa itu!”
Predestinasi oleh Yesus atas dirinya sendiri yang dituturkan
sebanyak 3 kali, dimana yang ketiga dalam detail yang luar biasa. Tidak perlu
memberangus Pilatus. Jika ingin dikatakan sebagai sebuah misteri, maka hal
semcam ini adalah salah satu elemen kecil dari kompleksitas misteri
predestinasi yang terlampau agung untuk diselami manusia secara bulat dan
sempurna.
Kuasa yang diberikan Allah kepada Pilatus itu telah memberikan sebuah
ruang-ruang terbuka bagi Pilatus sekaligus ruang-ruang itu tidak akan membuat Pilatus memberikan kejutan- kejuatan bagi
Allah, seolah-olah dalam Allah memberi kuasa itu, Pilatus lantas memiliki
perilaku-perilaku independen.
Allah tak perlu sama sekali mengendalikan Pilatus, seperti sebuah boneka yang dikendali seorang “puppet master” dengan sebuah tali temali pada kaki-kaki dan tangan-tangan. Sebab apa saja dan apa pun juga yang menjadi dinamika pikiran, pertimbangan, keputusan dan keinginan telah menjadi OBYEK kedaulatan Allah. Memikirkan bagaimana hal itu terjadi akan menjadi hal yang diluar jangkauan siapapun manusia. Tetapi yang paling indah untuk diketahui oleh manusia, bahwa di dunia ini tiada ruang dan relung yang tak dapat dimasuki oleh Allah; tiada satu pun yang tidak menjadi Obyek Kedaulatan Allah.
Allah tak perlu sama sekali mengendalikan Pilatus, seperti sebuah boneka yang dikendali seorang “puppet master” dengan sebuah tali temali pada kaki-kaki dan tangan-tangan. Sebab apa saja dan apa pun juga yang menjadi dinamika pikiran, pertimbangan, keputusan dan keinginan telah menjadi OBYEK kedaulatan Allah. Memikirkan bagaimana hal itu terjadi akan menjadi hal yang diluar jangkauan siapapun manusia. Tetapi yang paling indah untuk diketahui oleh manusia, bahwa di dunia ini tiada ruang dan relung yang tak dapat dimasuki oleh Allah; tiada satu pun yang tidak menjadi Obyek Kedaulatan Allah.
Seperti
halnya Allah menciptakan dan menyediakan
hewan-hewan buruan bagi Singa penguasa
daratan; bagi rajawali penguasa udara; dan bagi Hiu salah satu pemburu
mematikan di lautan, dimana Allah memegang kendali keseimbangan kehidupan
tersebut sebagai sebuah harmoni yang sempurna. Maka demikian juga ketika berbicara bagaimana bisa keberadaan “free
will” dan keberadaan “Predestinasi” sebagai sebuah harmoni dan bukan hal
janggal atau lelucon.
Predestinasi Yesus
adalah penggenapan rencana agung Allah untuk
menyelamatkan manusia-manusia dari segala bangsa yang Dia pilih didalam
Kristus oleh Kasih Allah sendiri (Coba juga
baca artikel
ini). Predestinasi Yesus adalah dua hal
yang sekaligus bekerja dalam diri Yesus, bahwa dia adalah Obyek Predestinasi
dan Subyek Predestinasi itu sendiri. Ketika Yesus menyatakan Predestinasi
sebanyak 3 kali maka Yesus saat itu adalah Obyek dan Subyek Predestinasi itu
sendiri, sebab dia sendiri datang ke dunia sebagai sebuah ketentuan atau
ketetapan yang telah lama diprediksi oleh para nabi-nabi, sekaligus dia sendiri
adalah Penentu atas berlangsungnya penggenapan
Predestinasi itu sendiri.
Nah, tentu sekarang pertanyaannya
adalah pada kita sendiri.
Apakah Predestinasi berguna bagi iman kita atau bernilai bagi
kita. Menjawab ini, maka fondasinya
harus kembali kepada Yesus Kristus.
Apakah Dia adalah Tuhan atas dirimu;
apakaah Dia adalah pemilik hidupmu; apakah Dia engkau andalkan dalam hidupmu
sebagaimana tercermin dalam relasimu dengannya tidak hanya dalam jam-jam
interaksi/ibadah/doamu dengan Tuhan, dan gerak hidupmu di dunia ini kala
engkau bekerja; kala engkau sebagai seorang karyawan; kala engkau sebagai
seorang ayah; kala engkau sebagai seorang tentara, kala engkau sebagai seorang
politisi, kala engkau sebagai seorang
pegawai negeri sipil atau seorang pejabat publik/ negara.
JIKALAU anda memahami Predestinasi sebagai sebuah KEPASRAHAN atau KEPASIFAN atau MATI TERHADAP
TANTANGAN ATAU BAHAYA, maka jelas sekali keliru. Yesus sendiri tidak mengindikasikan demikian, kala dia anda
lihat pasrah maka yang terjadi adalah dia sedang melakukan pekerjaan yang
diberikan Bapa kepadanya, yaitu untuk menggenapi apapun juga yang telah menjadi
keputusan Bapa.
Kalau kita beralih kepada
orang-orang percaya masa kini, maka memang konteksnya berbeda. Predestinasi
kita kini BERLANGSUNG DALAM GENAPNYA KARYA KESELAMATAN YESUS DAN BERDAULATNYA
YESUS SEBAGAI GEMBALA ATAS DOMBA-DOMBA
PILIHAN (baca : “Dirimu atau Yesus Kristus PenjaminKeselamatanmu?”).
Predestinasi atas orang percaya masa kini atau Pasca rampungnya karya
keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus, adalah Predestinasi yang kerjanya
berlandas pada Predestinasi atas Yesus Kristus yang telah genap dalam hal karya
keselamatan di atas Salib untuk menebus manusia dari belenggu dosa- Maut telah
dikalahkan! Atas dasar inilah, kita tahu bahwa tidak perlu ada sedikit saja
kekuatiran bahwa Allah dengan demikian dapat mengikhtiarkan hal-hal jahat atau
buruk. Hal ini termasuk kala anda mengalami
penderitaan, sakit, kegagalan. Anda memang boleh dan perlu melakukan introspeksi atas
kehidupan anda untuk kebaikan anda dan
atau keluarga. Tetapi menjadikan realisasi baik atas hidupmu sebagai barang
bukti hadirnya dan sayangnya Allah padamu akan menuntunmu pada sebuah persepsi
keliru pada Bapa. Dalam segala hal, sebagai orang yang percaya kepada-Nya
sebagai penebus dan Tuhan yang memimpin hidupmu, maka percaya dan
pengharapan sudah lebih dari memadai
untuk tetap damai dalam berbagai gelombang atau badai yang mungkin menyusup kedalam bahagia dan
tenangnya kehidupan anda dan saya.
Apa yang hendak saya katakan? Saya
percaya bahwa kehidupan seorang Kristen
sejati pasti ada dalam DUNIA
Predestinasi Allah yang memiliki rancangan-rancangan baik, sebab dia dimiliki
Allah bukan lagi milik dunia ini! Bukankah anda percaya bahwa Allah memiliki
rancangan yang jauh lebih baik daripada rancanganmu ,dan bukankah anda merindu itu yang terjadi?
Bukankah anda percaya bahwa Allah tidak memiliki rencana buruk atas hidupmu,
tidak akan Dia menghianati kepercayaanmu yang begitu tinggi! Anda percaya akan
hal ini bahwa ada yang lebih besar dan lebih tahu daripada diri anda sendiri terntang segenap dirimu, akan
bagaimana perjalanan hidupmu dan bahkan anda MENYERAHKAN DIRIMU KEDALAM DIA
kala anda bekerja,membangun keluarga, melakukan pengobatan, melakukan
perjalanan bisnis, merancang bisnis, membangun traget-target bisni dan
kehidupan?
Jika demikian adanya, maka anda hidup dalam DUNIA PREDESTINASI. Dan sebetulnya terkait hal ini, sekalipun anda secara mati-matian menyangkali kedaulatan Allah atas dirimu, pun tak menguburkan apa yang sesungguhnya, sebab kenyataannya segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah Obyek kedaulatan Allah yang berada dalam kendali-Nya!
Kala anda berdoa
demikian, maka ketika kejahatan berencana mendobrak hidupmu maka Allah berada lebih dulu dalam dunia kejahatan itu untuk menetapkan apa
yang boleh terjadi dan tidak boleh terjadi pada orang-orang kepunyaan-Nya,
dengan maksud agar kejahatan tak pernah memiliki kuasa penentu atas kehidupanmu.
Kasih Allah yang agung adalah dasar kokoh bagi kita bahwa apa yang
dipredestinasikan Bapa bagi kita adalah baik; adalah rancangan baik bukan
rancangan kejahatan—sekalipun berangkali ada yang menyangka Bapa begitu lamanya
menjawab doa dan mewujudkan pengharapan dan kerinduan dalam hati atau
berangkali sekalipun anda berdoa bahaya
tak jua menjauh.
Renungkanlah Roma 8:35-37
"Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."
Renungkanlah Roma 8:35-37
"Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."
Ketika anda berdoa, kala melakukan perjalanan jauh untuk
keamanan dan keselamatan anda, maka
sebetulnya anda sedang memercayai bahwa Allah memiliki kedaulatan dalam dunia
kejahatan. Kalau anda percaya demikian, memang masalahnya adalah realita
kontradiksi yang dapat terjadi—tak selaras dengan permintaan dalam doa-doa anda.
Ingat kembali akan kisah Ayub dan bagaimana isterinya dalam kecewa dan
frustrasi meminta Ayub mengutuki Allah; atau ingatlah Yesus yang berada dalam
sebuah situasi sangat kontradiktif bagi siapapun juga.
Apakah
memang sedemikian luasnya kuasa Allah
untuk dapat diandalkan? Apakah Allah berkuasa atas Harimau ganas di hutan?
Apakah Allah berkuasa atas hiu ganas di samudera? Apakah Allah berkuasa atas
burung –burung pemakan bangkai, semisal Vulture seperti gambar dibawah ini?
-
-
Mazmur 50:11 “Aku kenal segala burung
di udara, dan apa yang bergerak di padang adalah dalam kuasa-Ku.”
Asaf seorang pemuji dan pelihat ini menyatakan : “Ya, Allah
berkuasa!” Kalau demikian adanya maka dapatlah kita dengan kokoh dan yakin
berdoa agar Tuhan menyertai kita dan meluputkan kita dari malapetaka terkait
hewan-hewan buas, bilamana medan tugas
atau pekerjaan anda di hutan belantara.
Sebab Allah kenal dan berkuasa! Tak aneh jika Ayam pun melayani kepetingan
Allah terkait peristiwa Petrus akan menyangkali Yesus sebanyak 3 kali sebelum
ayam berkokok 3 kali.
Predestinasi BUKAN
bicara tentang fatalisme dan kepasifan manusia sehingga tidak berusaha. Petrus,
kalau anda baca seri-seri sebelumnya,
akan ditemukan bahwa dia ketika
mendengarkan predestinasi pun melawan
dengan memperlihatkan sebuah kesungguhan
untuk tidak seperti dipredestinasikan Yesus.
TETAPI SEKALI LAGI HARUS DIINGATKAN bukan ini isu utamanya; ketika Yesus
berkata tentang Predestinasi terkait
dirinya, itu bukan soal fatalisme, tetapi bicara KEMAHATAHUAN ALLAH SEBELUMNYA dalam sebuah derajat kepastian dan
dalam rangka menggenapi apa yang menjadi kehendak Bapa-Nya .
Apakah kita mengalami Predestinasi yang sifatnya aktual sebagaimana Petrus? Saya menjawab : Ya! Tetapi juga
berbeda, bahwa saya tidak mengetahui apa yang dipredestinasi Allah secara
rinci, namun yang saya tahu Predestinasi Allah bagi saya berisikan rancangan baik bukan
kecelakaan SEKALIPUN ada titik dimana dalam perjalanan hidupku ada kujumpai
bahaya-bahaya dan ancaman-ancaman (bandingkan Mazmur 23 dan Mazmur 73). Dan bahwa
pada Petrus sejatinya bukan diri Petrus yang menjadi MAHKOTA PREDESTINASI
TERSEBUT, BAHKAN sekalipun itu tentang penyangkalan Petrus terhadap Yesus.
Namun Yesus sendiri yang menjadi MAHKOTA dalam Predestinas tersebut. Maka
demikian juga, saat kita membicarakan Predestinasi diri saya dan anda, maka
MAHKOTANYA bukan diri saya dan anda- bukan apakah saya bahagia atau tidak-
bukan bagaimana saya dipenuhi segala keperluan saya sehingga Bapa menjadi Bapa
semestinya.
MAHKOTANYA adalah BAPA yang telah menyerahkan kita kepada Yesus Kristus sebagai miliknya dan menjadikan kita sebagai domba-domba milik-Nya dan asuhan-Nya. Dengan Bapa sebagai Mahkota Predestinasi maka justru kita memiliki dasar kokoh untuk memiliki pengharapan-pengharapan baik dan malahan dapat yakin teguh bahwa setiap peristiwa yang telah, sedang dan akan saya hadapi tidak akan saya lalui sendirian tetapi saya dan anda hadapi sebagai domba-domba gembalaan Yesus Kristus. Apakah anda dalam bahaya; dalam kesukaran; dalam tantangan hebat, saya PERCAYA bahwa Gembala Agung itu ada bersama saya sehingga KOKOH pengharapan saya dan anda untuk menantikan hal baik datang dari-Nya.
Adalah sebuah bukti kokoh bagi orang percaya, jika mulut kita dapat berkata seperti ini :
MAHKOTANYA adalah BAPA yang telah menyerahkan kita kepada Yesus Kristus sebagai miliknya dan menjadikan kita sebagai domba-domba milik-Nya dan asuhan-Nya. Dengan Bapa sebagai Mahkota Predestinasi maka justru kita memiliki dasar kokoh untuk memiliki pengharapan-pengharapan baik dan malahan dapat yakin teguh bahwa setiap peristiwa yang telah, sedang dan akan saya hadapi tidak akan saya lalui sendirian tetapi saya dan anda hadapi sebagai domba-domba gembalaan Yesus Kristus. Apakah anda dalam bahaya; dalam kesukaran; dalam tantangan hebat, saya PERCAYA bahwa Gembala Agung itu ada bersama saya sehingga KOKOH pengharapan saya dan anda untuk menantikan hal baik datang dari-Nya.
Adalah sebuah bukti kokoh bagi orang percaya, jika mulut kita dapat berkata seperti ini :
Sekalipun aku berjalan
dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau
besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.-Mazmur 23:4
Saya tidak tahu predestinasi-predestinasi spesifik saya. YANG
SAYA TAHU PASTI bahwa Tuhan memiliki rancangan atas diri saya, yang jelas-jelas jauh lebih
baik daripada milikku!
DENGAN KATA LAIN,
Predestinasi terkait saya adalah sebuah Predestinasi dimana BAPA adalah MAHKOTA
DALAM PENYELENGGARAAN DAN PERJALANAN KEHIDUPANKU DIDALAM TANGAN-NYA.
Seperti halnya pada Petrus dan memang sebagaimana
Predestinasi yang didemonstrasikan oleh Yesus Kristus; sekalipun anda tahu bahwa Allah memiliki
predestinasi indah bagimu, maka tidak berarti anda bergaya hidup malas-malasan,
tidak menjaga kesehatan, tidak membangun pola hidup sehat, tidak setia kepada
isteri, tidak mengasihi anak dan isteri secara tulus dan terus-menerus belajar
mengasihi isteri SEBAGAI SUAMI ( bukan berarti anda tidak memiliki kasih dan bahwa status anda sebagai suami akan hilang kala
anda gagal satu waktu dalam mengasihinya;
misal marah, kesal. Dalam marah dan kesal anda tetap suaminya dan belajar
kembali mengasihinya), tidak bekerja secara maksimal penuh disiplin dan
dedikasi; dan jika memungkinkan anda menjadi teladan bagi bawahan jika anda
adalah seorang pemimpin.
Bahwa saya
dipredestinasi oleh Bapa
(bahwa Bapa memiliki rancangan-rancangan atas diriku- yang baik)-- bahwa rancangan-rancanganku
pasti tak tersandingkan kebaikannya dibandingkan dengan rancangan Allah bagiku;
bahwa apa yang menjadi kehendak Allah
pasti lebih kuat untuk terjadi daripada apa yang menjadi kehendakku; tidak sama
sekali menuntun saya menjadi seorang manusia lemah, manusia tidak
bertanggungjawab, tidak memiliki daya juang yang trengginas. Sebaliknya
memilikinya, bahkan menjadi lebih indah bagi saya, sebab didalam segala upaya
saya di dunia yang memiliki ragam
tantangan, maka saya tahu apakah saya gagal apakah saya berhasil, saya tidak
sendirian. Tuhan dapat saya andalkan dalam sepanjang waktu hidup saya
bersama keluarga. Tidak ada keraguan yang boleh menyusup dalam
relung hati kala sedang melintasi
lembah-lembah kekelaman, sebab Gembala Agungku akan menyertai dan melindungiku
dari segala mara bahaya. Dengan demikian saya menjadi anak-anak Tuhan yang
tangguh dalam iman-dalam pengharapan sebab selagi dipimpin-Nya, aku melihat Dia
entah di dalam badai- entah di dalam hari yang cerah nan tentram.
Renungkanlah Roma 8:29-30 :
"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya."
Renungkanlah Roma 8:29-30 :
"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya."
- Predestinasi, berarti saya dan anda menjadi Obyek kasih Allah yang agung; Predestinasi berarti saya menjadi Obyek rancangan Allah yang sempurna; Predestinasi berarti kehidupan saya ada dalam kendali Allah bukan dunia dalam sebuah totalitas yang tidak perlu saya takuti; sehingga pada diri andapun, bukan bos anda yang memegang kendali atas keuangan anda walau memang dia adalah pemberi upah bagimu; bukan lawan anda yang menentukan kelangsungan hidupmu walau berangkali dia dapat mengusik hidup anda! Seperti diperlihatkan Yesus kala Pilatus memegang kendali dirinya dalam sebuah persidangan!
- Predestinasi adalah Allah yang sedang menuntun dan memelihara kehidupan kita sebagai orang percaya; sebuah penyelenggaraan Ilahi atas diri setiap orang percaya. Predestinasi bukan pembudakan manusia dan perendahan martabat manusia sebagai mahkluk yang memiliki daya aktualisasi diri yang baik.
Pokok soal atau sentral Predestinasi, kala dibicarakan, bukan
free will; bukan manusia; bukan manusia yang dapat berpikir dan bekerja.
Bukan! TETAPI Allah yang memiliki
kehendak, memiliki maksud, memiliki rancangan, memiliki kasih, memiliki
keadilan, dan semua kemahaan-Nya DALAM KEKEKALAN sejak dunia belum ada- manusia
belum ada. Itu sebabnya kita dipilih Bapa bukan memilih Bapa pertama-tama, sebab Dia yang bekerja dan mendatangkan kebaikan- bukan saya dan anda!
- Predestinasi
semata-mata mengenai Allah yang berdaulat dan tetap memberikan sebuah ruang bagi para manusia
untuk berbuat sesuai dengan “free will”nya sebagai manusia yang terbatas. Sebuah ‘free wiil” yang dapat didayagunakan sesuai keinginannya,
NAMUN memiliki keterbatasan oleh sebab manusia itu sendiri adalah mahkluk
ciptaan dan pasti terbatas. Apa yang terbatas, sama sekali tidak membahayakan
Predestinasi- itu sebabnya Predestinasi sebetulnya saat dibicarakan tanpa sama
sekali menyinggung “free wiil” memang rasional. Rasional Sebab Predestinasi
adalah keputusan dan ketetapan Allah di Sorga yang dikeluarkan dalam kekekalan
bukan setelah di dunia manusia. Sehingga, kehendak bebas manusia tidak akan terganggu sama sekali seperti sebuah perobotan, sebab Predestinasi tidak dapat dikondisikan oleh
Free Will manusia sekalipun leluasa ( sekali lagi bandingkan dengan Yesus
dihadapan Pilatus); pasti tidak ada satu pun yang TIDAK PADA POSISI sebagai Obyek
Kedaulatan Allah.
Percayakah anda bahwa Allah yang berkuasa dan berdaulat itu juga
Allah yang adil sekaligus kasih,
sekaligus kudus? Jika demikian, perlukah anda kuatir bahwa Dia akan menjadi
sedemikian otoriternya kala merancangkan hal-hal apapun dalam kehidupanmu?
Kalau anda bertanya,
apakah SEKARANG INI, ALLAH MEMILIKI PREDESTINASI ATAS DIRI KITA
MASING-MASING? Maka saya menjawab ada. Pengecualian khusus, bagi anda, yang berpikir bahwa Predestinasi adalah hal
PURBA atau KUNO yang tidak mungkin lagi dilakukan Allah bagi kita? Mari kita
pertimbangkan beberapa teks suci dibawah
ini:
- Yeremia 29:11 “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
[Apakah menurut anda, Allah telah berubah dalam hal
merancangkan hal-hal baik bagi
orang-orang yang dikasihi dan mengasihinya? Saya yakin anda masih
percaya, sebab jika tidak maka doa permohonan kepadanya adalah hal yang menjadi
harus kita pertanyakan secara serius]
- Mazmur 40:5 (BIS) “TUHAN, betapa banyaknya karya-Mu bagi kami, ya TUHAN Allahku, Engkau tak ada taranya! Banyaklah rencana-Mu yang menakjubkan bagi kami, tak mungkin diceritakan semuanya.”
[Allah tidak pernah
tidur terhadap manusia; Dia punya BANYAK
rencana MENAKJUBKAN bagi orang yang PERCAYA KEPADANYA; YANG MEMILIKI RELASI DENGAN DIRINYA. Tidak ada sedikitpun rancangan jahat! Coba
anda renungkan semua kejahatan yang dialami Yesus, apakah bagimu itu adalah
sebuah rancangan jahat atau rancangan baik oleh Bapa? Coba lihat dirimu, apakah
anda memandang diri anda saat ini dalam
rancangan Allah- bahwa tidak pernah ada dalam diri Allah niatan buruk untuk
mengakhiri masa depan gemilangmu- sekalipun mungkin/ berangkali saat ini anda
dalam sebuah situasi yang tidak mengenakan/ menyiksa/ menyengsarakan? Apakah
anda mulai meragukan-Nya? Mulai tidak mengandalkannya? Mulai berhenti
memanjatkan permohonan dan ucapan syukur baik dalam doa dan keseharian dirimu?
Masihkah ada sebuah sukacita yang berkualitas istimewa dalam dirimu sekalipun
tekanan hidup tidak jua berhenti? Kalau anda memiliki maka itu adalah sumber
kekuatan bagimu untuk terus berjuang
dalam hidupmu entah berjuang dalam pekerjaan
atau dalam membina bahterah rumah tangga yang Tuhan sudah berkati]
- Efesus 2: 10 “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. ”
[Kalau anda bertanya, apakah
kita, orang percaya moderen pun masih dipredestinasi oleh Allah? Ya, dan
Efesus adalah salah satu informasi indah apa dan bagaimana Predestinasi kita.
SEKALI LAGI, berhati-hatilah dalam memahami Predestinasi; ingat predestinasi
dan kehendak bebas manusia bekerja dalam sebuah senyawa atau harmoni yang
sempurna. Jadi sekalipun anda dipredestinasi tetapi hal itu terselenggara tanpa memberangus
kehendak bebas manusia. Manusia-manusia YANG TELAH MENJADI BIDIKAN atau OBYEK KASIH ALLAH akan bergerak
menuju kasih Allah yang besar itu; tak
ada apapun juga yang sanggup membendung
dan menahan KEMILAU GEMILANG Kasih Allah yang besar itu, saat menerangi hati
dan pikiran manusia yang diselimuti kegelapan amat pekat]
- Mazmur 92:6-8 “Betapa besarnya pekerjaan-pekerjaan-Mu, ya TUHAN, dan sangat dalamnya rancangan-rancangan-Mu. Orang bodoh tidak akan mengetahui, dan orang bebal tidak akan mengerti hal itu. Apabila orang-orang fasik bertunas seperti tumbuh-tumbuhan, dan orang-orang yang melakukan kejahatan berkembang, ialah supaya mereka dipunahkan untuk selama-lamanya.”
[Allah bukan tidak berkuasa kala kejahatan berkembang biak; kala orang
Kristen ditimpa musibah tidak segera
berarti ada masalah serius pada diri orang tersebut atau juga ada masalah pada
Allah; Kala anda sekalipun berdoa namun musibah datang, tidak berarti Allah
tidak berdaya. Allah bahkan menyatakan orang-orang fasik BERTUNAS. Ini bukan
sekedar pembiaran tetapi pertumbuhan.
Terjadi dan terus terjadi hingga kini, bukankah demikian-bahwa saat ini pun
rasa tak adil terhadap realita KLASIK TAK PERNAH USAI? Tetapi jelas dikatakan
bahwa akhir mereka adalah dipunahkan
selama-lamanya! Kalau Allah membiarkan kejahatan maka memang bukan sekedar
“ada,” tetapi bertunas. Kalau hingga kini dunia anda tetap “terjaga” itupun
karena Allah memegang kendali dunia kejahatan di sekitar anda, sekalipun tumbuh
bertunas!]
- Mazmur 139:2,4-6 “Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh… Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN. Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku. Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.”
[Predestinasi terkait
kemahatahuan Allah jauh sebelum itu terjadi; kemahatahuan sebelumnya ini
terkait sesuatu yang PASTI TERJADI,
sebab memang dibiarkan dan dikehendaki oleh Allah untuk terjadi. Sekali lagi kita melihat adanya elemen “free
will” manusia yang boleh bekerja tetapi
bukan seperti sesuatu yang bebas bekerja seolah-olah Tuhan tidak berdaya. “Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku.”
Tidak ada hal yang tidak diketahui oleh Allah. Kesudahan hidup kita, Tuhan
sudah tahu. Kita? Tidak tahu
sama sekali. Kalau Allah, PASTI tahu dan memegang kendali total ( “dari
belakang dan dari depaan Engkau mengurung aku) atas diri kita dalam
Predestinasi, maka ini adalah dasar yang sangat sempurna mengapa Predestinasi
adalah hal yang memberikan dasar kokoh
bagi kita untuk tenang, percaya dan bagaikan mata air kekal yang memberi
hidup kehidupan iman dan doa kita masing-masing kala kita mengarungi
dunia yang tak sepenuhnya hijau tetapi terkadang stepa dan sabana atau bahkan gurun pasir-
atau bahkan daerah bersalju dengan suhu ekstrim]
Predestinasi tidak
berbicara tentang sebuah pengimplanan atau penanaman runtut hidup/kehidupan seseorang, rangkaian aktifitas
kehidupan seseorang. Dalam pengertian seperti ini sebagaimana
lazimnya dipahami demikian-keliru besar : “bangun tidur jam 5 pagi, kemudian mandi,
pergi kerja, ketemu bos di kantor lalu dimaki-maki, tetapi kemudian naik
pangkat, atau kemudian dipecat.” Lalu dikatakan atau dipahamilah bahwa
predestinasi adalah sebuah PEROBOTAN. Atau bahkan mungkin anda akan terpancing untuk bertanya,
apakah kalau saya menguap sekarang adalah hal predestinasi.
Sekali lagi, Predestinasi bukan bicara manusia, free wiil, aktifitas manusia sebagai sebuah MAHKOTA kala bicara Predestinasi. Saat anda bicara Predestinasi, maka Bapa yang menjadi MAHKOTA PREDESTINASI oleh sebuah sebab yang telah saya utarakan sebelumnya.
Kalau anda bisa bangun tidur jam 5 pagi, kemudian mandi, pergi kerja, ketemu bos di kantor lalu dimaki-maki, tetapi kemudian naik pangkat, atau kemudian di pecat. Maka semua itu terjadi dalam sepengetahuan Allah untuk boleh/dapat terjadi sebab ditentukan untuk terjad; Penentuan oleh Allah tidak bisa diartikan penetapan yang bersifat pemasukan atau inputting data tindak-tanduk perilakumu. Bukan demikian, sebab andalah yang bertindak namun semua tindakan anda secara ABSOLUT menjadi OBYEK KEDAULATAN ALLAH. Namun juga ketika elemen “free will” dibicarakan, maka bukan sebagai komplementer atau pasangan atau harus ada agar Predestinasi beroperasi sehingga ada sebuah kebutuhan bagi Allah dari sisi manusia agar Predestinasinya berjalan. Jika demikian, maka SEKALI LAGI, “free will” manusia menjadi MAHKOTA didalam apa yang kita sebut sebagai rancangan-rancangan Allah atas diri kita.
Cobalah sekali lagi baca Mazmur 139:2,4,6. Kehidupan anda di dunia yang berdosa ini, sepenuhnya didalam “cangkang” kedaulatan Allah...dalam cangkang yang sungguh luar biasa besar itu sangat mungkin anda kehilangan “tanda atau jejak” kehadiran Allah yang anda dambakan –bandingkan kembali dengan Asaf, Ayub dan bahkan Yesus Kristus. Namun sekalipun begitu, Pemazmur berkata “Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku,” dan perhatikanlah bahwa kala si Pemazmur berkata bahwa dirinya dikurung oleh Allah bukan dalam makna kehendak bebasnya diberangus, tetapi dalam pengertian semacam ini “Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh… Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN.” Bahwa Allah mengetahui lebih dahulu semuanya dan mengerti pikirannya sebelum lidah manusia itu berujar.
Sekali lagi, Predestinasi bukan bicara manusia, free wiil, aktifitas manusia sebagai sebuah MAHKOTA kala bicara Predestinasi. Saat anda bicara Predestinasi, maka Bapa yang menjadi MAHKOTA PREDESTINASI oleh sebuah sebab yang telah saya utarakan sebelumnya.
Kalau anda bisa bangun tidur jam 5 pagi, kemudian mandi, pergi kerja, ketemu bos di kantor lalu dimaki-maki, tetapi kemudian naik pangkat, atau kemudian di pecat. Maka semua itu terjadi dalam sepengetahuan Allah untuk boleh/dapat terjadi sebab ditentukan untuk terjad; Penentuan oleh Allah tidak bisa diartikan penetapan yang bersifat pemasukan atau inputting data tindak-tanduk perilakumu. Bukan demikian, sebab andalah yang bertindak namun semua tindakan anda secara ABSOLUT menjadi OBYEK KEDAULATAN ALLAH. Namun juga ketika elemen “free will” dibicarakan, maka bukan sebagai komplementer atau pasangan atau harus ada agar Predestinasi beroperasi sehingga ada sebuah kebutuhan bagi Allah dari sisi manusia agar Predestinasinya berjalan. Jika demikian, maka SEKALI LAGI, “free will” manusia menjadi MAHKOTA didalam apa yang kita sebut sebagai rancangan-rancangan Allah atas diri kita.
Cobalah sekali lagi baca Mazmur 139:2,4,6. Kehidupan anda di dunia yang berdosa ini, sepenuhnya didalam “cangkang” kedaulatan Allah...dalam cangkang yang sungguh luar biasa besar itu sangat mungkin anda kehilangan “tanda atau jejak” kehadiran Allah yang anda dambakan –bandingkan kembali dengan Asaf, Ayub dan bahkan Yesus Kristus. Namun sekalipun begitu, Pemazmur berkata “Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku,” dan perhatikanlah bahwa kala si Pemazmur berkata bahwa dirinya dikurung oleh Allah bukan dalam makna kehendak bebasnya diberangus, tetapi dalam pengertian semacam ini “Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh… Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN.” Bahwa Allah mengetahui lebih dahulu semuanya dan mengerti pikirannya sebelum lidah manusia itu berujar.
- Predestinasi Allah melahirkan dinamika dunia yang dialami semua manusia dan terjadi di dalam dunia yang penuh dosa dimana bahagia tidak akan pernah kekal; bahwa Allah dapat memberikan senyum pada wajah dunia yang dikuasai dosa; bahwa Allah masih memberikan bunga Mawar yang mekar sembari mengeluarkan wewangian, sementara itu di belahan dunia lain mayat dan darah bergelimangan akibat peluru yang dimuntahkan oleh manusia-manusia yang sedang berperang/ berkonflik, atau sebagai akibat perebutan kekuasaan; akibat kudeta; akibat penghianatan berdarah. Dalam dunia semacam inilah Predestinasi Allah beroperasi.
Apa yang dilahirkan oleh predestinasi Allah pada akhirnya
dapat saja kadang kala terlihat sedemikian memilukannya. Kala Allah menjawab
sebuah doa dengan Ya atau Tidak, padahal
Dia memiliki pengetahuan sebelumnya, maka akan melahirkan jerit getir : ‘ENGKAU
TIDAK ADIL! ENGKAU KEJAM!” Tentu saja
tudingan ini bukan terkait Predestinasi
sebetulnya, tetapi kala pengharapan tak berjumpa dengan realita dalam derajat
yang meremukan hati dan jiwa!
Seperti Asaf (yang telah saya
kisahkan dibagian terdahulu), kalau kita memimpikan “sorga” terwujud di
dunia yang penuh dosa; dimana Allah akan
berususan secara keras dengan dosa dan juga dengan kasih melalui Anak-Nya Yesus
Kristus. Maka kita sangat telanjang untuk tergoncang dan kemudian menolak fakta
bahwa Allah mengetahui lebih dulu untuk setiap apapaun juga dan Dia bebas untuk melakukan intervensi dalam
bentuk bagaimanapun juga atau tidak melakukan intervensi sebagai wujud
kedaulatan dia atas dunia kejahatan. Tidakkah anda dapat berpikir bahwa Allah
tidak berdaulat sejak mulai di taman Getsemani?
- Predestinasi memang dapat terlihat menjadi kejam bagi manusia sebab Predestinasi adalah Allah bertindak dalam kekekalannya dan manusia tidak tahu sama sekali. Dengan demikian, kita dapat katakan, saat berbicara tentang Predestinasi maka ini soal ALLAH MENGETAHUI LEBIH DAHULU atas MANUSIA DAN PERISTIWA APAPUN JUGA YANG MANA PADA FAKTANYA, TAK DIKETAHUI MANUSIA SAMA SEKALI.
Apa yang
diketahui oleh orang percaya adalah : Allah memiliki rancangan-rancangan yang
baik dan dalam dunia yang dikuasai dosa dan dimana kebahagian tidak pernah
berlangsung dalam durasi panjang dan kesusahan bukan hal yang langka, maka kita
dapat mengalami kekecewaan demi kekecewaan sebagaimana digambarkan oleh Asaf dalam Mazmur 73.
Sehingga, kalau ditanya apakah Allah
MEMPREDESTINASI PERISTIWA POLITIK APAPUN DAN DIMANAPUN JUGA? Maka jawabnya :
ya. SEBAB Allah telah mengetahui sebelumnya dan Allah mengurung semua manusia
dan peristiwa dalam cangkang kedaulatannya- tidak ada satu hal yang bukan OBYEK
kedaulatan-Nya.
Tetapi kalau ditanyakan, apa atau siapakah yang akan dipredestinasi untuk
menjadi Presiden oleh Tuhan? Maka tidak ada manusia yang tahu! MENGAPA?
Sebab memang Alkitab menyatakan bahwa MAHKOTA PREDESTINASI
adalah Allah MENGETAHUI
SEBELUMNYA, bukan manusia yang mengetahui sebelumnya! Dalam hal ini
manusia tidak dilibatkan Allah dalam
melakukan Predestinasi seolah pandangan manusia dibutuhkan. Dalam hal inilah
memang Predestinasi yang belum terjadi
adalah misteri, namun tak terbantahkan tak ada penguasa dunia ini yang tidak
datang dari Allah :
Roma 13:1 “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.”
Daniel 2:21 “Dia mengubah saat dan waktu, Dia memecat raja dan mengangkat raja, Dia memberi hikmat kepada orang bijaksana dan pengetahuan kepada orang yang berpengertian; Dialah yang menyingkapkan hal-hal yang tidak terduga dan yang tersembunyi, Dia tahu apa yang ada di dalam gelap, dan terang ada pada-Nya.”
Daniel 4:17 “Titah ini adalah menurut putusan para penjaga dan hal ini menurut perkataan orang-orang kudus, supaya orang-orang yang hidup tahu, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, bahkan orang yang paling kecil sekalipun dapat diangkat-Nya untuk kedudukan itu.”
Roma 13 : 2 “ Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya”
Titus 3:1 “Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik.”
1 Petrus 2:13 “Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi,”
Roma 13:1 “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.”
Daniel 2:21 “Dia mengubah saat dan waktu, Dia memecat raja dan mengangkat raja, Dia memberi hikmat kepada orang bijaksana dan pengetahuan kepada orang yang berpengertian; Dialah yang menyingkapkan hal-hal yang tidak terduga dan yang tersembunyi, Dia tahu apa yang ada di dalam gelap, dan terang ada pada-Nya.”
Daniel 4:17 “Titah ini adalah menurut putusan para penjaga dan hal ini menurut perkataan orang-orang kudus, supaya orang-orang yang hidup tahu, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, bahkan orang yang paling kecil sekalipun dapat diangkat-Nya untuk kedudukan itu.”
Roma 13 : 2 “ Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya”
Titus 3:1 “Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik.”
1 Petrus 2:13 “Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi,”
Kalau,
misalnya, anda menyangkali bahwa ALLAH MAHA TAHU atau MENGETAHUI APAPUN JAUH
SEBELUMNYA, maka memang dan wajar
membicarakan PREDESTINASI ADALAH HAL YANG TERAMAT KONYOL. Sama konyolnya dengan
anda masih berdoa agar anda dilindungi
dari kejahatan saat anda berkata bahwa Allah tidak dapat
mencegah manusia untuk berbuat jahat.
Dengan menjelaskan perihal ini, saya sudah
memberikan jawaban terhadap pertanyaan
dari Bung Andy Wicaksono pada pertanyaan
lanjutan :
“Taruhlah Predestinasi adl merupakan Penggenapan dari apa yg telah ter
nubuat dahulu.....bgmnkah dgn masa sekarang ? apakah sgl sesuatu itu sudah
dirancang dari semula ? khususnya u/ masing-2 individu”
Sebuah pertanyaan
kritis dan lahir dari hati dan
pikirannya secara tulus dan apa adanya.
Mengenal Allah yang memegang kendali hidupmu secara total,
itu adalah hal yang membahagiakan; Percaya bahwa apapun yang menjadi
rancangan-rancangan Allah sekalipun anda tidak mengetahuinya secara terang
dalam sebuah detailisasi yang rinci, adalah rancangan-rancangan baik-bahagia,
bukan kecelakaan.
Allah yang totalitas dalam mengasihi, melindungi dan
merencanakan dan berdaulat pada setiap aspek dan masa-masa dalam hidupmu yang
bagaimanapun senangnya dan sukarnya, seharusnyalah dirindukan atau didambakan. Sebab dalam hal inilah, Dia memang layak untuk
disebut Tuhan yang berdaulat sebab Dia penentu bagi dirimu; bukan kesukaran,
bukan krisis, bukan tekanan politik, bukan persekongkolan jahat yang menjadi
tuan atas hidup dan masa depanmu. Tetapi Dia.
Selamat berbahagia di dalam tangan Bapa yang melingkupi hidupmu sebagai Gembala Agungmu. AMIN
Bersambung
ke Bagian 20
***
No comments:
Post a Comment