F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 19

Oleh : Martin Simamora


Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat? 



Bacalah lebih dulu Bagian 18

Sekarang, mari kita kembali ke kisah Yesus sebagaimana  Injil mencatat dan menuturkannya. Yesus Kristus yang sedang menghadapi pengadilan yang dipimpin PontiusPilatus – Gubernur dan sekaligus Hakim bagi Yesus, akan menghasilkan keputusan penting atas dirinya.

Yohanes 19: “(1)Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia...(4) Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."(5) Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia itu!"(6) Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."(7) Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah."(8) Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia,(9) lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan dan berkata kepada Yesus: "Dari manakah asal-Mu?" Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya.(10) Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?"(11) Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya."

(12) Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar."...(14) Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: "Inilah rajamu!"(15) Maka berteriaklah mereka: "Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Haruskah aku menyalibkan rajamu?" Jawab imam-imam kepala: "Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!"    



Kita akan meninggalkan sejenak rangkaian  pertanyaan Bung Andy Wicaksono yang masih akan mewarnai sajian saya. Jawaban  saya atas pertanyaannya akan “melebur” di seluruh badan penjelasan pada bagian ini. Baiklah, apa yang menarik dari adegan diatas ini?



Banyak   bagian dari teks utama kita di atas tersebut, segera saja memberikan impresi amat kuat yang akan mengatakan  Pilatus adalah pemegang kendali atau berdaulat penuh atas diri Yesus ;kedaulatan Yesus telah dilucuti oleh Pilatus


Kalau anda memperhatikan bagian yang saya beri penekanan dengan garis berwarna pada  teks kitab suci  dan huruf tebal, jelas terlihat Pilatus secara leluasa memperlakukan Yesus sebagai obyek kekuasaannya : “Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia” ; Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar. 


Memperhatikan dan memandang realita kuat semacam ini saja, maka siapa yang dapat membantahnya sebagai realita ketakberdayaan Yesus sekaligus Allah tak berdaya untuk menyelamatkan  Anak dari peristiwa memalukan dan meremukan reputasi agung dan mulia Allah yang besar dan perkasa. 


Yesus adalah manusia  sekaligus Ilahi? Jelas akan ada yang berkata “omong kosong!” Tak terlihat sama sekali! Lebih tepatnya, Yesus Kristus telah terlihat sebagai manusia yang cuma bisa mengklaim dirinya adalah Anak Allah dan Yang berasal dari Allah. Antara firman dari mulut-nya dan realita yang sedang terjadi, tidak hanya berkontradiksi, tetapi memalukan. 



Bukankah demikian “berondongan peluru tajam” yang dilepaskan oleh para penentang, kala menggugat iman Kristen yang berjangkar pada diri Yesus Kristus dan segenap karyanya di muka bumi dalam  melakukan karya keselamatan bagi manusia; dimana mengenai dirinya sendiri, Yesus  telah menggambarkan diri-Nya dalam sebuah kemegahan yang tak bisa diterima oleh manusia termasuk bangsanya sendiri:



  • Yohanes 5: 18 “...Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.”



  • Yohanes 10:30-33 “(30) Aku dan Bapa adalah satu."(31) Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus.(32) Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" (33) Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."



  • Markus 14:61-62 “(61) Tetapi Ia tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya kepada-Nya sekali lagi, katanya: "Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?" (62) Jawab Yesus: "Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit."

[Jawaban Yesus terhadap pertanyaan  verifikasi itu, secara luar biasa MELAMPAUI apa yang seperlunya harus dijawab sesuai kebutuhan pertanyaan. Anak Manusia TETAPI duduk di sebelah kanan yang Mahakuasa? Yesus dalam hal ini dinilai MELAMPAUI dari sepatutnya seorang nabi, sepatutnya utusan, dan sepatutnya  Mesias.  Kesetaraan terhadap Allah, adalah hal yang tak dapat disentuh oleh iman orang-orang Yahudi kala itu, bahkan demikian juga masa kini!]     



  • Markus 14:64-65 “ (64) Kamu sudah mendengar hujat-Nya terhadap Allah. Bagaimana pendapat kamu?" Lalu dengan suara bulat mereka memutuskan, bahwa Dia harus dihukum mati.(65) Lalu mulailah beberapa orang meludahi Dia dan menutupi muka-Nya dan meninju-Nya sambil berkata kepada-Nya: "Hai nabi, cobalah terka!" Malah para pengawalpun memukul Dia.

[Jawaban Yesus yang  melampaui kebutuhan yang dituntut pertanyaan tersebut telah menjadikan Yesus menjadi penghujat! Seorang manusia menyatarakan dirinya dengan Allah? Tak ada yang sanggup melihat Yesus sejati, bahwa dia memang manusia  tetapi datang dari Allah, bukan dari dunia ini. Dia TIDAK sedang MENGKLAIM HAL YANG BARU saat berkata “duduk di sebelah kanan Allah, sebab memang  disitulah posisinya sejak  kekalnya! Jika tidak demikian maka Yesus bukan saja menghujat tetapi sedang berupaya mengkudeta  kedudukan Allah yang sangat eksklusif! Hal ini adalah benar bagi para lawan Yesus Kristus yang hanya mengakui dia HANYA NABI!]


Apa  yang hendak saya tunjukan dengan menyajikan teks-teks  diatas tersebut? Sederhana sekali, bahwa Yesus memang secara berani dan dalam resiko teramat tinggi mendeklarasikan relasi dirinya dengan Bapa bukan sekedar intim, eksklusif tetapi dalam sebuah kesetaraan; dalam sebuah kesatuan yang tanpa gradasi “kualitas” sehingga terkesan dia dan Bapa seperti dua yang berbeda derajat satu sama lainnya. Bahkan ini dikatakannya sebagai manusia Yesus Kristus. Sebuah fakta sedang diperlihatkan oleh Yesus bahwa manusia Yesus tidak kehilangan sedikitpun apa yang memang dimilikinya sebagai, yang memiliki kemuliaan bersama-sama dengan Allah. Kemuliaan yang dimilikinya sendiri di Sorga ( Yohanes 17 :5 “Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.”)



TETAPI ketika dihadapan Pilatus, maka sukar sekali bagi manusia dahulu kala dan  kini, untuk melihat dan mengamini kesaksian Yesus sendiri. Pilatus sedemikian dominannya atas diri Yesus, nyaris dan memang sama sekali tidak berbekas sedikitpun  kemuliaan pada Yesus dalam derajat bagaimanapun juga. Yesus telah menjelaskan siapa dia pada ayat-ayat di atas. Sekarang terhadap realita kontradiksi sekaligus MEREMUKAN reputasi dirinya dan Allah, apa penjelasan Yesus? Mari kita perhatikan ini: “Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas .“
Apa yang dapat dan hendak dikatakan Yesus terhadap hal situasi yang begitu meremukan reputasi kemuliaan dirinya dan Allah, adalah, bahwa semua itu boleh terjadi memang  karena Bapa telah menetapkan untuk  terjadi.
 

Apa dasarnya untuk dikatakan bahwa peristiwa-peristiwa kelabu dan meremukan reputasi Allah ini memang tanpa diragukan adalah peristiwa yang TELAH ditetapkan SEBELUMNYA/dipredestinasikan oleh Allah? PERHATIKAN penjelasan Yesus sendiri : 


(1)Engkau TIDAK mempunyai kuasa APAPUN terhadap Aku.” Tidakkah ini kontradiksi dengan kenyataannya? Bagaimana bisa Yesus berkata “tidak mempunyai kuasa APAPUN,” padahal faktanya Pilatus bisa berbuat apa saja nyaris seperti seorang otoritarian terhadap benda mainannya! Ini memang jantung kesukaran bagi manusia untuk tetap percaya  ,bahwa “Allah adalah pemangku kuasa absolut tanpa dapat disubordinasi atau ditaklukan atau memerlukan kerjasama oleh dan atau dengan free will manusia, sehingga jika merujuk pada pandangan semacam ini, dapat untuk dikatakan atau ditudingkan bahwa Allah tidak dapat mencegah manusia dapat berbuat jahat.” 


Inilah penjelasan Yesus atas kontradiksi yang mengguncangkan itu, yang sangat sukar untuk dinetralisasi dalam pandangan mata manusia :


(2)
jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas.” Pilatus dapat berbuat apa saja dan bisa menentukan mati dan hidup Kristus sebagai seorang penguasa politik sebab  kuasa untuk semua itu diberikan kepada dia.Kuasa untuk apa? Ya...kuasa untuk melakukan apapun juga sebagaimana  telah digambarkan oleh teks utama kita  pada permulaan bagian ini, dimana Petrus menjadi agensi pelaksana atas kuasa yang diberikan itu (atau ada baiknya, bacalah bagian terdahulu dari serial ini yang mengulas Ayub)?


Allah memberikan kuasa kepada Pilatus untuk menjadi dirigen lapangan yang akan mendemonstrasikan sebuah derita siksa dan derita kematian yang paling memilukan dan menggemparkan se-Yerusalem. Terperangahkah anda bahwa Allah adalah pemberi kuasa bagi Pilatus untuk menyelenggarakan kekejaman yang menggemparkan se-Yerusalem. Dan anda menuding-Nya kejam?




Allah memang  ada didalam segala peristiwa di dunia ini. Apapun juga. Ya seperti yang dikatakan oleh Yesus sendiri terkait kuasa  Pilatus yang sebetulnya tidak ada sama sekali atas diri Yesus  :” Engkau TIDAK mempunyai kuasa APAPUN terhadap Aku .“ Jika tidak memiliki KUASA APAPUAN PADA MULANYA maka pasti ada PEMBERI KUASA sehingga pada faktanya  PILATUS memiliki kuasa APAPUN atas Yesus; termasuk untuk menyalibkan diri Yesus.


Ingat, Yesus berkata demikian untuk MEREMUKAN KEANGKUHAN PILATUS yang berpikir bahwa dia adalah manusia yang paling berkuasa sampai-sampai Mesias orang  Yahudi – mati hidupnya ada dalam genggamannya. Perhatikan klaim Pilatus yang diremukan oleh Yesus : “kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?"


Yesus memang terlihat sebagai yang ditaklukan oleh Pilatus, tetapi bukan sebuah kenyataan aktual bahwa sorga telah dipecundangi  oleh Pilatus—seperti disangka banyak orang sehingga meragukan Yesus sebagai yang memiliki kemuliaan tersendiri di Sorga. Sorga telah memutuskan dan menetapkan bahwa  kejahatan harus diberi ruang sedemikian leluasanya untuk beroperasi didalam diri seorang Pilatus sang penguasa dunia, tentu dengan sebuah tujuan yang dimiliki Bapa atas Anak  (Bandingkan dengan Bagian10 dari serial ini)


Hal ini hanya dapat terjadi  jika Allah memang memberi kuasa bagi kejahatan untuk beroperasi penuh  dalam batasan-batasan  skala yang ditetapkan oleh  kuasa yang diberikan Allah. Apa dasarnya untuk menyatakan demikian? Kembali pada perkataan  Yesus sendiri “jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas.Dari ATAS, bukan dari DUNIA!  Oleh  PEMERINTAHAN ALLAH YANG BEKERJA DALAM KEKALAN TERHADAP DUNIA;  Kejahatan dalam hal ini hanya dapat beroperasi sejauh kuasa Allah memang memberi kuasa bagi Pilatus, dan dengan demikian dunia tidak pernah menang atas Yesus seolah ada sebuah titik dalam perjalanan Yesus di dunia ini  ada terjadi sebuah momentum dimana KEILAHIANNYA lenyap atau stop atau pergi meninggalkan dia agar memberikan peluang bagi dunia untuk memberangusnya.


Faktanya tidak,  manusia Yesus tetap sebagaimana dia adanya tanpa terdegradasi sedikitpun Keilahian-Nya dalam peristiwa-peristiwa memilukan. Bahkan karena fakta sorgawi, maka kejahatan tidak bisa menyentuh Yesus; Sorga  perlu  memberi kuasa kepada kejahatan untuk beroperasi dalam diri Pilatus. Dan  kejahatan yang terjadi dengan demikian bekerja dalam sebuah keaktualan yang begitu kuat sehingga menggelorakan kemencekaman yang tak terkirakan bagi siapapun. Petrus dan semua murid melarikan diri, meninggalkan dia seorang diri menjalani fase-fase sengsara yang paling memilukan!


Tidakkah ini sangat identik dengan peristiwa Ayub dan peristiwa Yudas! Dalam hal Allah memberikan kuasa kepada Pilatus untuk dapat menyelenggarakan apapun juga yang dia mau lakukan dalam ketentuan-ketentuan Allah—TERKAIT PERISTIWA JAHAT/ KEJAM/PILU. Tetapi perlu ditegaskan bahwa DALAM HAL INI  Allah tidak melakukan pendiktean PERILAKU dan tidak melakukan implantasi benih dan perbuatan jahat.



Allah DALAM HAL INI memberikan kuasa kepada
kejahatan untuk beranak pinak dalam diri Pilatus selaras dengan skala kuasa yang diberikan Allah kepada Pilatus! Dalam hal inilah, menjadi kokoh bahwa para pelaku kejahatan tidak dapat lolos dari keadilan Allah. Tidak dapat juga dengan demikian manusia berkata bahwa : “Yudas BERJASA dalam menghantarkan Yesus menggenapi Predestinasi yang dinyatakan Allah dan Yesus; bahkan faktanya dihadapan Pilatus Yesus menyatakannya ! Beginilah Yesus berkata” ; Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.”


Yesus sedang memperlihatkan bahwa Predestinasi-predestinasi yang ditetapkan Allah tidak sama sekali membebaskan  manusia dari konsekuensi pelanggaran dan dosa yaitu maut atau keadilan Allah. Pilatus berdosa dan demikian juga dia yang menyerahkannya; hanya saja Yesus menyatakan bahwa yang menyerahkan diri-Nya (Yudas Iskariot), lebih besar dosanya. Ini sebenarnya mengindikasikan bahwa Allah  memang menegakkan keadilan-Nya yang kudus dan agung dalam skala yang  tidak main-main- Adil.



Dan karena Yesus berkata bahwa “Pilatus  tidak dapat berbuat  apapun, selain  yang  DIAKIBATKAN oleh Allah yang memberikan kuasa,” maka dengan demikian  MAKSUD ATAU  KEPENTINGAN ALLAH yang harus berdaulat, TIDAK  dapat dicegah dan disimpangkan. Dalam peristiwa jahat ini Allah sudah memberikan kuasa kepada Pilatus agar dapat melakukan semua kejahatan atas diri Yesus termasuk menyalibkan. Karena Allah adalah  pemberi kuasa kepada Pilatus, sehingga Pilatus dalam kehendak bebasnya dapat  mengekspresikan kekuasaan politiknya, maka kekuasaan politik yang dimiliki oleh Pilatus dengan demikian “mengabdi” kepada KEHENDAK YANG ADA DARI “ATAS” bukan kepada dunia.

Kapan kuasa yang dimiliki Paulus dapat bekerja? Jika itu memang dikehendak Allah. Kapan kuasa yang dimiliki Paulus tidak dapat bekerja? Jika  itu memang BUKAN kehendak Allah. Sehingga kita dapat melihat sebuah fakta mencengangkan bahwa sekalipun Pilatus dapat berkuasa atas  Yesus, namun Pilatus tidak dapat menguasai atau memiliki kuasa atas rakyatnya :  Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar."


Pilatus JUSTRU didikte oleh rakyat atau massa besar itu! Kekuasaannya LUMPUH ketika berhadapan dengan rakyat; padahal demikian berkuasa atas Yesus! Mengapa? Sebab Allah tidak  memberikan kuasa kepada Pilatus untuk menguasai hati massa besar itu dengan kebijakan yang diinginkan oleh Pilatus.


Kuasa dari ATAS telah menaklukan kuasa dunia ini sehingga Pilatus yang jahat dan rakyat yang dikuasai nafsu  yang menginginkan Yesus mati disalib, dalam hal ini “MELAYANI”  apa yang menjadi KEHENDAK ALLAH—dalam sebuah cara yang sungguh luar biasa ALAMI yang mana manusia  bergerak sesuai dengan nurani dan hawa nafsu perlawanannya terhadap kebenaran Allah, sebuah “naluri alamiah”. Manusia berpikir bahwa  mereka memiliki kuasa atas Yesus, tetapi faktanya, Allah sendiri yang memberi kuasa kepada kejahatan untuk melakukan  penyaliban. Kita tahu rakyat menginginkan  Yesus Barabas yang dibebaskan dan bukan Yesus Kristus.



Mengapa Allah perlu memberi kuasa kepada Pilatus sehingga dia dapat berbuat apapun juga? Sederhana jawabnya. Manusia adalah ciptaan dan manusia adalah mahkluk terbatas sekalipun memiliki “free will”! Itu sebabnya, sekaliber Pilatus saja, Allah sampai perlu memberikan kuasa kepadanya, untuk menyalibkan Yesus.





Sejauh ini, kita telah melihat dua aspek Predestinasi. Predestinasi atas peristiwa jahat  atau  kelam dan Predestinasi atas peristiwa baik atau bahagia.
Tentu saja , sebagaimana di bagian sebelumnya, ketika Allah terlihat MEMBERIKAN KUASA KEPADA PILATUS UNTUK DAPAT MELAKUKAN HAL-HAL JAHAT atas YESUS tidaklah sama sekali  Allah MENIKMATI KEJAHATAN ITU sebagai sebuah hal YANG BERKENAN DAN HARUM DIHADAPANNYA! Darimana kita dapat mengetahui secara pasti hal ini? Yesus sendiri menyatakannya : “Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.  


Bagaimana bisa Allah memberi kuasa untuk melakukan hal jahat, tetapi  juga menghukum? Sebab kala Allah memberi kuasa maka yang dilakukan Allah bukan memberikan seperangkat gagasan dan cara melakukan eksekusi kejahatan kepada Yudas dan Pilatus. Allah memberikan KUASA untuk melakukan apapun yang baik atau dipandang perlu menurut Pilatus, tetapi tentu dalam KETENTUAN-KETENTUAN ALLAH yang kerjanya tidak nyata dan diketahui oleh manusia. Ingat, baik Yudas dan Pilatus tetap terlihat MEMILIKI FREE WILL untuk melakukan pertimbangan dan pilihan; kita melihat keduanya dalam kesadaran penuh telah memutuskan untuk melakukan kejahatan atas Yesus.  Lihat saja, Pilatus terlihat berupaya keras untuk menggagalkan kematian Yesus. Sayang kekuasaannya tidak sanggup menjangkau hasrat atau jiwa massa besar itu. Upaya diplomatisnya mentah begitu saja oleh bersatupadunya keinginan massa agar Yesus mati! 


Fakta bahwa Yesus tidak dapat dibunuh oleh kuasa dunia tetapi oleh kuasa yang diberikan oleh Allah, itulah yang mendasari untuk melihat bahwa Allah sendiri yang memberikan kuasa dan ruang  bagi kemanusiaan mereka untuk bertindak. Sayangnya yang meluap dari diri mereka adalah kecenderungan-kecenderungan dosa atau jahat. Dalam Allah memberi kuasa yang TIDAK memberangus free will, pun manusia lebih memilih hal jahat. Allah memutuskan membiarkan hal itu terjadi sekalipun dia berkuasa untuk menggalkannya. Ya..sebagaimana Yesus telah indikasikan di Taman Getsemani kala dia ditangkap. (jika lupa, bacalah kembali bagian-bagian terdahulu – mulai dari bagian 10)


Fakta bahwa Yesus tidak dapat dibunuh oleh kuasa dunia dan Allah memberi kuasa kepada Yudas dan Pilatus untuk lakukan apa saja- untuk berotoritas atas Yesus, Justru mendemonstrasikan bahwa memang manusia adalah  budak dari keinginan-keinginan dosa; rasio dan nurani yang memang dapat membimbing manusia untuk memilih dan melakukan  tindakan  yang benar, sayangnya terlampau lemah dan terlampau  tak berdaya  untuk mengalahkan keinginan-keinginan jahat yang  bercokol  atau bekerja  secara dalam – dalam  pada diri manusia. 


Manusia dalam hal ini, nyata memang memerlukan Yesus jika ingin memiliki kuasa untuk melakukan pertarungan melawan keinginan-keinginan dunia ini; dia harus pertama-tama milik dan dalam Yesus Kristus agar dapat melakukan pertarungan yang pantas. MENGAPA? Di dunia ini tidak ada yang dapat berbuat apapun tanpa diberikan kuasa oleh Allah. Orang percaya, pertama-tama harus DIMILIKI OLEH Yesus yang memiliki kuasa menaklukan dunia dengan segala kejahatannya jika dia ingin melakukan pertarungan sebagai seorang yang pantas atau memiliki kualifikasi sebagai petarung untuk melawan keinginan dosa pada dirinya ( baca Galatia 5:13-15, Galatia 5:16-18, Yohanes 15:4-5, Galatia 5:24, Galatia 2:20, Roma 8:3-4, Galatia 3:23); dia boleh jadi jatuh dan bangun, namun bukan sebagai seorang yang  BERADA DILUAR  Yesus – sebagai seorang yang dimiliki oleh Yesus sehingga dapat memiliki Yesus dan  menghidupi kehidupan manusia baru untuk  bergerak dalam sebuah pertumbuhan yang diberikan oleh Yesus Kristus, sekalipun itu harus dijalani dalam dunia yang tidak bersahabat selalu dengan orang-orang percayaDunia memang dipenuhi dan dikuasai kejahatan namun operasi mereka di dalam dunia, bukan seolah sebagai yang sedemikian merdekanya sampai-sampai Allah bukan sebagai satu-satunya yang MAHA dalam segala kemuliaannya yang teramat kompleks.  Sebagaimana  Yesus yang memiliki kemuliaan  tersendiri di Sorga namun terlihat tak memiliki kemuliaan kala di dunia ini. Itu pun karena Allah memberi kuasa kepada dunia untuk memperlakukan Yesus secara demikian.


Ketika anda mempelajari Predestinasi sebagaimana  yang didemonstrasikan oleh  Yesus, maka memang berbagai paradoks atau keadaan yang mengesankan sebuah penentangan satu sama lainnya. Yesus sendiri memperlihatkan paradoksal yang kelewat megah bagi manusia sebagai konsekuensi bahwa dia adalah sosok yang memiliki kemuliaan di sorga sedari kekekalan :


  • Yohanes 17: 5 “Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.”

  • Yohaness 8:58 “Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada."

  • Yohanes 17:24 “Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.

  • Yohanes 3:13 “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.”
[Anak Manusia, tetapi yang turun dari sorga. Tidak ada paradoksal  yang lebih megah dari realitas satu ini. Meremukan semua kemampuan rasio dan nurani manusia, selain manusia yang diberi kuasa untuk “memeluk” realitas  yang “alien” ini ]


  • Yohanes 1:12-13 “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;(13) orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
[Tidak ada sesuatu apapun yang paling mulia dan luhur dari dunia ini yang dapat membantu siapapun manusia untuk dapat “memeluk” realitas  paradoks nan megah  pada Yesus; mengimani Yesus yang demikian dalam sebuah keimanan sejati mustahil  terjadi tanpa orang tersebut diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah (= yang percaya dalam nama-Nya); mustahil itu  terjadi oleh elemen-elemen dagingniah pertama-tama dan seterusnya. Semua “mata” jasmani pasti gagal melihat realita yang gemilang ini; buta  sebab  mata manusia bukan untuk melihat kemuliaan Allah sejati  yang berdiam sepenuhnya dalam Yesus Kristus]



“Free will” Manusia dan Manusia Bukan MAHKOTA Predestinasi
Sedari tadi dan  pada keseluruhan serial ini, saya ada banyak sekali menuliskan  atau memasukan elemen“free will” atau “kebebasan manusia  untuk bertindak” atau “kebebasan manusia untuk berasio dan melakukan pilihan-pilihan” kala membicarakan Predestinasi.

Lantas, dimana  keselarasan Predestinasi atau penentuan sebelumnya atau  Allah telah menetapkan sebelumnya? Keselarasannya terletak pada fakta bahwa Allah dalam MEM-Predestinasi tidak melakukan kendali-kendali yang bersifat “robotik” pada manusia.  Mari saya permudah.


Baru saja kita melakukan pengulasan pada teks utama pada bagian ini; bagaimana Pontius Pilatus sebagai hakim sedemikian bebasnya melakukan apapun juga yang berada dalam kewenangannya. Coba sekali lagi luangkan sebentar saja waktu untuk mengamatinya kembali.


Begitu bebas dan leluasanya Pilatus dalam mengekspresikan keinginan dan otoritasnya. Dan kebebasan Pilatus ini bukan sekedar “interpretasi” belaka dari diri saya! Pilatus bahkan mengemukakan sebuah deklarasi yang memperlihatkan bahwa dia sebagai hakim sedang berada dalam posisi memegang kendali dalam persidangan tersebut. Perhatikan juga, bahwa saya secara sungguh-sungguh menggunakan kata “memegang kendali” sebab dia- Pilatus memang berdiri dihadapan Yesus sebagai hakim negara yang berdaulat untuk menjatuhkan vonis apapun, bahkan menerima mandat  penuh dari para imam dan rakyat Israel. 


Dan inilah perkataan Pilatus itu : “kata Pilatus kepada-Nya: "...Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?"


Sangat jelas, mustahil untuk dibantah bahwa Pilatus sedemikian bebasnya berkuasa atas Yesus. Pada titik ini, hampir-hampir susah untuk tetap berpegang pada perkataan Yesus sendiri  terkait Predestinasi atas dirinya dan peristiwa-peristiwa yang harus terjadi. Ini terutama terjadi sebab kala diperhadapkan dengan kata “Predestinasi” maka  asumsinya adalah  luruhnya semua elemen kehendak bebas manusia atau meredupnya semua kealamian yang sewajarnya terjadi (misal seorang hakim sewajarnya berkuasa atas terdakwa untuk menanyai, menanyai, memeriksa dan menentukan vonis).  Kalau demikian yang ada dibenak pembaca ketika terkait Predestinasi, maka ya kita tidak menemukan satu dasarpun untuk memercayai Predestinasi yang dinyatakan Yesus sebanyak 3 kali menurut Injil Matius : Matius 16:21, Matius 17:22-23 dan Lukas 21:5-36.


Nah, apakah kita mesti tetap bertahan bahwa  Predestinasi yang dikemukakan oleh Yesus sendiri  mengenai dirinya dengan demikian gugur, sebab melihat Pilatus yang sedemikian leluasanya bahkan  terlihat nyata  bahwa nasib Yesus ada di tangan Pilatus!


Maka saya akan menjawab bahwa Predestinasi tidaklah menguap oleh karena Pilatus sedemikian leluasanya mengekspresikan dirinya sebagai manusia dalam bertindak, menimbang, memutuskan bahkan menawarkan sebuah peluang “keselamatan” bagi  Yesus. Pilatus bahkan terlihat memosisikan dirinya sebagai orang yang dapat menyelamatkan Yesus dari malapetaka maut ini : “aku berkuasa untuk membebaskan Engkau.Dalam hal ini pun, Predestinasi tidak menguap.


Dasar yang  kita miliki bahkan  luar biasa kokoh. Jika  Pilatus mengutarakan sebuah informasi yang memperlihatkan bahwa dia tidak kehilangan “free wiil”-nya, maka demikian juga dengan Yesus Kristus, mengutarakan sebuah informasi  yang memperlihatkan bahwa Predestinasi berlangsung secara kuat selagi Pilatus berkata demikian, sebagaimana Yesus tegaskan : ““Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas .“


Luar biasa bukan? Bahwa dua kutub berlawanan yang dalam pandangan mata manusia tidak dapat bekerja dalam sebuah keselarasan; ternyata  mengalami sebuah persenyawaan yang faktual dan bukan sekedar konseptual, ternyata sama sekali terjadi dalam sebuah harmoni yang sangat sempurna. Sedemikian sempurnanya sampai-sampai “kedaulatan Allah” tidak terlihat sebab mata manusia tertuju kepada “free will Paulus,” atau dengan kata lain mata manusia ketika melihat kejahatan atau ketidakadilan, atau musibah, atau tragedi, maka segera saja manusia memahaminya bahwa Allah pergi, tidak adil, tidak berdaya. Coba sekali lagi renungkan kisah ASAF yang telah saya ulas pada bagian-bagian terdahulu dalam serial ini.


Yesus berkata  : “Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku.” Sekarang, percaya atau selaraskah pernyataan Yesus ini dengan realitasnya? Kalau mau jujur, saya akan katakan tidak sebab semua persepsi inderawi saya akan mengatakan bahwa  : “Pilatus mempunyai kuasa apapun terhadap Aku.”

Perhatikan, Yesus sedang MENJAWAB apa yang menjadi peertanyaan begitu banyak orang yang memandang diri-Nya; ya...dirinya yang tak berdaya, sebuah fakta yang dapat dipahami bahwa kemudian dia demikian dicemooh tak kepalang tanggung. Omongan Yesus terlihat bagaikan bualan seorang yang tak waras. 


Seorang raja yang malang penuh derita dan mati hidupnya ada di tangan Pilatus sedang berkata hal yang paling menggelikan  di  mata siapapun. Predestinasinya dengan demikian  akan menjadi hal yang paling menyedihkan bagi para murid dan  bagi para pengelunya.


Yesus berkata : “jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas.Inilah jantung dari Predestinasi dapat bersenyawa  atau selaras dengan  “free wiil” manusia- tetapi bukan dalam sebuah hubungan bahwa “free wiil” manusia dibutuhkan agar Predestinasi genap tetapi dalam benak tidak ada kontradiksi atau kebingungan kala dikatakan kedua yang bertentangan ini bersenyawa sebagai dua entitas yang berbeda secara sempurna. Pilatus dapat mengekspresikan segala keberadaannya atas diri Yesus, bahwa dia dapat memegang kendali persidangan dan bahwa dia adalah hakim yang memegang kendali atas mati atau hidup Yesus, adalah karena “Allah memberikan kuasa itu! 


Predestinasi oleh Yesus atas dirinya sendiri yang dituturkan sebanyak 3 kali, dimana yang ketiga dalam detail yang luar biasa. Tidak perlu memberangus Pilatus. Jika ingin dikatakan sebagai sebuah misteri, maka hal semcam ini adalah salah satu elemen kecil dari kompleksitas misteri predestinasi yang terlampau agung untuk diselami manusia secara bulat dan sempurna.



Kuasa yang diberikan Allah kepada Pilatus itu telah memberikan sebuah ruang-ruang terbuka bagi Pilatus sekaligus ruang-ruang itu tidak akan membuat Pilatus memberikan kejutan- kejuatan bagi Allah, seolah-olah dalam Allah memberi kuasa itu, Pilatus lantas memiliki perilaku-perilaku independen.


Allah  tak perlu sama sekali mengendalikan  Pilatus, seperti sebuah boneka yang dikendali seorang “puppet  master” dengan sebuah tali temali pada kaki-kaki dan tangan-tangan. Sebab apa saja dan apa pun juga yang menjadi dinamika pikiran, pertimbangan, keputusan  dan keinginan  telah menjadi OBYEK kedaulatan Allah.   Memikirkan bagaimana hal itu terjadi akan menjadi hal yang diluar jangkauan siapapun manusia.
Tetapi yang paling indah untuk diketahui oleh manusia, bahwa di dunia ini tiada ruang  dan relung yang tak dapat dimasuki oleh Allah; tiada satu pun yang tidak menjadi Obyek  Kedaulatan Allah.


Seperti halnya Allah menciptakan  dan menyediakan hewan-hewan buruan bagi Singa  penguasa daratan; bagi rajawali penguasa udara; dan bagi Hiu salah satu pemburu mematikan di lautan, dimana Allah memegang kendali keseimbangan kehidupan tersebut sebagai sebuah harmoni yang sempurna. Maka demikian juga ketika  berbicara bagaimana bisa keberadaan “free will” dan keberadaan “Predestinasi” sebagai sebuah harmoni dan bukan hal janggal atau lelucon.


Predestinasi Yesus adalah  penggenapan rencana agung Allah untuk menyelamatkan manusia-manusia dari segala bangsa yang Dia pilih didalam Kristus oleh Kasih Allah sendiri (Coba juga baca artikel ini). Predestinasi Yesus adalah  dua hal yang sekaligus bekerja dalam diri Yesus, bahwa dia adalah Obyek Predestinasi dan Subyek Predestinasi itu sendiri. Ketika Yesus menyatakan Predestinasi sebanyak 3 kali maka Yesus saat itu adalah Obyek dan Subyek Predestinasi itu sendiri, sebab dia sendiri datang ke dunia sebagai sebuah ketentuan atau ketetapan yang telah lama diprediksi oleh para nabi-nabi, sekaligus dia sendiri adalah Penentu atas berlangsungnya penggenapan  Predestinasi itu sendiri.



Nah, tentu sekarang pertanyaannya adalah pada kita  sendiri.
Apakah Predestinasi berguna bagi iman kita atau bernilai bagi kita. Menjawab ini, maka  fondasinya harus kembali kepada Yesus Kristus.


Apakah Dia adalah Tuhan atas dirimu; apakaah Dia adalah pemilik hidupmu; apakah Dia engkau andalkan dalam hidupmu sebagaimana tercermin dalam relasimu dengannya tidak hanya dalam  jam-jam  interaksi/ibadah/doamu dengan Tuhan, dan gerak hidupmu di dunia ini kala engkau bekerja; kala engkau sebagai seorang karyawan; kala engkau sebagai seorang ayah; kala engkau sebagai seorang tentara, kala engkau sebagai seorang politisi, kala engkau sebagai seorang  pegawai negeri sipil atau seorang pejabat publik/ negara.

JIKALAU anda memahami Predestinasi sebagai sebuah  KEPASRAHAN atau KEPASIFAN atau MATI TERHADAP TANTANGAN ATAU BAHAYA, maka jelas sekali keliru. Yesus sendiri  tidak mengindikasikan demikian, kala dia anda lihat pasrah maka yang terjadi adalah dia sedang melakukan pekerjaan yang diberikan Bapa kepadanya, yaitu untuk menggenapi apapun juga yang telah menjadi keputusan Bapa.


Kalau kita beralih kepada  orang-orang percaya masa kini, maka memang konteksnya berbeda. Predestinasi kita kini BERLANGSUNG DALAM GENAPNYA KARYA KESELAMATAN YESUS DAN BERDAULATNYA YESUS SEBAGAI  GEMBALA ATAS DOMBA-DOMBA PILIHAN  (baca : “Dirimu atau Yesus Kristus PenjaminKeselamatanmu?”). 



Predestinasi atas orang percaya masa kini atau Pasca rampungnya karya keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus, adalah Predestinasi yang kerjanya berlandas pada Predestinasi atas Yesus Kristus yang telah genap dalam hal karya keselamatan di atas Salib untuk menebus manusia dari belenggu dosa- Maut telah dikalahkan! Atas dasar inilah, kita tahu bahwa tidak perlu ada sedikit saja kekuatiran bahwa Allah dengan demikian dapat mengikhtiarkan hal-hal jahat atau buruk. Hal ini termasuk kala anda mengalami  penderitaan, sakit, kegagalan. Anda memang  boleh dan perlu melakukan introspeksi atas kehidupan anda untuk  kebaikan anda dan atau keluarga. Tetapi menjadikan realisasi baik atas hidupmu sebagai barang bukti hadirnya dan sayangnya Allah padamu akan menuntunmu pada sebuah persepsi keliru pada Bapa. Dalam segala hal, sebagai orang yang percaya kepada-Nya sebagai penebus dan Tuhan yang memimpin hidupmu, maka percaya dan pengharapan  sudah lebih dari memadai untuk tetap damai dalam berbagai gelombang atau badai  yang mungkin menyusup kedalam bahagia dan tenangnya kehidupan anda dan saya.



Apa yang hendak saya  katakan? Saya percaya bahwa kehidupan  seorang Kristen sejati pasti ada dalam DUNIA Predestinasi Allah yang memiliki rancangan-rancangan baik, sebab dia dimiliki Allah bukan lagi milik dunia ini! Bukankah anda percaya bahwa Allah memiliki rancangan yang jauh lebih baik daripada rancanganmu ,dan  bukankah anda merindu itu yang terjadi? Bukankah anda percaya bahwa Allah tidak memiliki rencana buruk atas hidupmu, tidak akan Dia menghianati kepercayaanmu yang begitu tinggi! Anda percaya akan hal ini bahwa ada yang lebih besar dan lebih tahu daripada diri anda  sendiri terntang segenap dirimu, akan bagaimana perjalanan hidupmu dan bahkan anda MENYERAHKAN DIRIMU KEDALAM DIA kala anda bekerja,membangun keluarga, melakukan pengobatan, melakukan perjalanan bisnis, merancang bisnis, membangun traget-target bisni dan kehidupan?

Jika demikian adanya, maka anda hidup dalam  DUNIA PREDESTINASI. Dan sebetulnya terkait hal ini, sekalipun anda secara mati-matian menyangkali kedaulatan Allah atas dirimu, pun tak menguburkan apa yang sesungguhnya, sebab kenyataannya segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah Obyek kedaulatan Allah yang  berada dalam kendali-Nya!



Kala anda berdoa demikian, maka ketika kejahatan berencana mendobrak hidupmu maka Allah  berada lebih dulu  dalam dunia kejahatan itu untuk menetapkan apa yang boleh terjadi dan tidak boleh terjadi pada orang-orang kepunyaan-Nya, dengan maksud agar kejahatan tak pernah memiliki kuasa penentu atas kehidupanmu. Kasih Allah yang agung adalah dasar kokoh bagi kita bahwa apa yang dipredestinasikan Bapa bagi kita adalah baik; adalah rancangan baik bukan rancangan kejahatan—sekalipun berangkali ada yang menyangka Bapa begitu lamanya menjawab doa dan mewujudkan pengharapan dan kerinduan dalam hati atau berangkali sekalipun anda berdoa  bahaya tak jua menjauh.


Renungkanlah
Roma 8:35-37


"
Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."


Ketika anda berdoa,  kala melakukan perjalanan jauh untuk keamanan  dan keselamatan anda, maka sebetulnya anda sedang memercayai bahwa Allah memiliki kedaulatan dalam dunia kejahatan. Kalau anda percaya demikian, memang masalahnya adalah realita kontradiksi yang dapat terjadi—tak selaras dengan permintaan dalam doa-doa anda. Ingat kembali akan kisah Ayub dan bagaimana isterinya dalam kecewa dan frustrasi meminta Ayub mengutuki Allah; atau ingatlah Yesus yang berada dalam sebuah situasi sangat kontradiktif bagi siapapun juga. 



Apakah memang  sedemikian luasnya kuasa Allah untuk dapat diandalkan? Apakah Allah berkuasa atas Harimau ganas di hutan? Apakah Allah berkuasa atas hiu ganas di samudera? Apakah Allah berkuasa atas burung –burung  pemakan bangkai, semisal Vulture seperti gambar dibawah ini?
-

Mazmur 50:11 “Aku kenal segala burung di udara, dan apa yang bergerak di padang adalah dalam kuasa-Ku.”


Asaf seorang pemuji dan pelihat ini menyatakan : “Ya, Allah berkuasa!” Kalau demikian adanya maka dapatlah kita dengan kokoh dan yakin berdoa agar Tuhan menyertai kita dan meluputkan kita dari malapetaka terkait hewan-hewan buas, bilamana  medan tugas atau pekerjaan anda di  hutan belantara. Sebab Allah kenal dan berkuasa! Tak aneh jika Ayam pun melayani kepetingan Allah terkait peristiwa Petrus akan menyangkali Yesus sebanyak 3 kali sebelum ayam berkokok 3 kali.


Predestinasi BUKAN bicara tentang fatalisme dan kepasifan manusia sehingga tidak berusaha. Petrus, kalau anda baca  seri-seri sebelumnya, akan ditemukan bahwa dia  ketika mendengarkan predestinasi  pun melawan dengan memperlihatkan sebuah  kesungguhan untuk tidak seperti dipredestinasikan Yesus. 

TETAPI SEKALI LAGI HARUS DIINGATKAN bukan ini isu utamanya; ketika Yesus berkata tentang Predestinasi terkait  dirinya, itu bukan soal fatalisme, tetapi bicara KEMAHATAHUAN ALLAH  SEBELUMNYA dalam sebuah derajat kepastian dan dalam rangka menggenapi apa yang menjadi kehendak Bapa-Nya .



Apakah kita mengalami Predestinasi yang sifatnya aktual  sebagaimana Petrus? Saya menjawab : Ya! Tetapi juga berbeda, bahwa saya tidak mengetahui apa yang dipredestinasi Allah secara rinci, namun yang saya tahu Predestinasi Allah bagi saya berisikan rancangan baik bukan kecelakaan SEKALIPUN ada titik dimana dalam perjalanan hidupku ada kujumpai bahaya-bahaya dan ancaman-ancaman (bandingkan Mazmur 23 dan Mazmur 73). Dan bahwa pada Petrus sejatinya bukan diri Petrus yang menjadi MAHKOTA PREDESTINASI TERSEBUT, BAHKAN sekalipun itu tentang penyangkalan Petrus terhadap Yesus. Namun Yesus sendiri yang menjadi MAHKOTA dalam Predestinas tersebut. Maka demikian juga, saat kita membicarakan Predestinasi diri saya dan anda, maka MAHKOTANYA bukan diri saya dan anda- bukan apakah saya bahagia atau tidak- bukan bagaimana saya dipenuhi segala keperluan saya sehingga Bapa menjadi Bapa semestinya.


MAHKOTANYA adalah BAPA yang telah menyerahkan kita kepada Yesus Kristus sebagai miliknya dan menjadikan kita sebagai domba-domba milik-Nya dan asuhan-Nya. Dengan Bapa sebagai Mahkota Predestinasi maka justru kita memiliki dasar kokoh untuk memiliki pengharapan-pengharapan baik dan malahan dapat yakin teguh bahwa setiap peristiwa yang telah, sedang dan akan saya hadapi tidak akan saya lalui sendirian tetapi saya dan anda hadapi sebagai domba-domba gembalaan Yesus Kristus. Apakah anda dalam bahaya; dalam kesukaran; dalam tantangan hebat, saya  PERCAYA bahwa Gembala Agung itu ada bersama saya sehingga KOKOH pengharapan saya dan anda untuk menantikan hal baik datang dari-Nya.



Adalah sebuah  bukti kokoh bagi orang percaya, jika mulut kita dapat berkata seperti ini :
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.-Mazmur 23:4       




Saya tidak tahu predestinasi-predestinasi spesifik saya. YANG SAYA TAHU PASTI  bahwa Tuhan  memiliki rancangan  atas diri saya, yang jelas-jelas jauh lebih baik daripada milikku!  
DENGAN KATA LAIN, Predestinasi terkait saya adalah sebuah Predestinasi dimana BAPA adalah MAHKOTA DALAM PENYELENGGARAAN DAN PERJALANAN KEHIDUPANKU DIDALAM TANGAN-NYA.

Seperti  halnya pada Petrus dan memang sebagaimana Predestinasi yang didemonstrasikan oleh Yesus Kristus;  sekalipun anda tahu bahwa Allah memiliki predestinasi indah bagimu, maka tidak berarti anda bergaya hidup malas-malasan, tidak menjaga kesehatan, tidak membangun pola hidup sehat, tidak setia kepada isteri, tidak mengasihi anak dan isteri secara tulus dan terus-menerus belajar mengasihi isteri SEBAGAI SUAMI ( bukan berarti anda tidak memiliki kasih dan bahwa  status anda sebagai suami akan hilang kala anda gagal satu waktu  dalam mengasihinya; misal marah, kesal. Dalam marah dan kesal anda tetap suaminya dan belajar kembali mengasihinya), tidak bekerja secara maksimal penuh disiplin dan dedikasi; dan jika memungkinkan anda menjadi teladan bagi bawahan jika anda adalah seorang pemimpin.



Bahwa saya dipredestinasi oleh Bapa (bahwa Bapa memiliki rancangan-rancangan atas diriku- yang baik)-- bahwa rancangan-rancanganku pasti tak tersandingkan kebaikannya dibandingkan dengan rancangan Allah bagiku;  bahwa apa yang menjadi kehendak Allah pasti lebih kuat untuk terjadi daripada apa yang menjadi kehendakku; tidak sama sekali menuntun saya menjadi seorang manusia lemah, manusia tidak bertanggungjawab, tidak memiliki daya juang yang trengginas. Sebaliknya memilikinya, bahkan menjadi lebih indah bagi saya, sebab didalam segala upaya saya di dunia yang  memiliki ragam tantangan, maka saya tahu apakah saya gagal apakah saya berhasil, saya tidak sendirian. Tuhan dapat saya andalkan dalam sepanjang waktu hidup saya bersama  keluarga.  Tidak ada keraguan yang boleh menyusup dalam relung  hati kala sedang melintasi lembah-lembah kekelaman, sebab Gembala Agungku akan menyertai dan melindungiku dari segala mara bahaya. Dengan demikian saya menjadi anak-anak Tuhan yang tangguh dalam iman-dalam pengharapan sebab selagi dipimpin-Nya, aku melihat Dia entah di dalam badai- entah di dalam hari yang cerah nan tentram.

Renungkanlah Roma 8:29-30 :

"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya."

  • Predestinasi, berarti saya dan anda menjadi Obyek kasih Allah yang agung; Predestinasi berarti saya menjadi  Obyek  rancangan Allah yang sempurna; Predestinasi berarti kehidupan saya ada dalam kendali Allah bukan dunia dalam sebuah totalitas yang  tidak perlu saya takuti; sehingga pada diri andapun,  bukan bos anda yang memegang kendali atas keuangan anda walau memang dia adalah pemberi upah bagimu; bukan lawan anda yang menentukan kelangsungan hidupmu walau berangkali dia dapat mengusik hidup anda! Seperti diperlihatkan Yesus kala Pilatus memegang kendali dirinya dalam sebuah persidangan!

  • Predestinasi adalah Allah yang  sedang menuntun dan memelihara kehidupan kita sebagai orang percaya; sebuah penyelenggaraan Ilahi atas diri  setiap orang percaya. Predestinasi bukan pembudakan manusia dan perendahan martabat manusia sebagai mahkluk yang memiliki daya aktualisasi diri yang baik. 


Pokok soal atau sentral Predestinasi, kala dibicarakan, bukan free will; bukan manusia; bukan manusia yang dapat berpikir dan bekerja. Bukan!  TETAPI Allah yang memiliki kehendak, memiliki maksud, memiliki rancangan, memiliki kasih, memiliki keadilan, dan semua kemahaan-Nya DALAM KEKEKALAN sejak dunia belum ada- manusia belum ada. Itu sebabnya kita dipilih  Bapa  bukan memilih Bapa pertama-tama, sebab Dia yang bekerja  dan mendatangkan kebaikan- bukan saya dan anda!

  • Predestinasi semata-mata mengenai Allah yang berdaulat dan tetap memberikan sebuah ruang bagi para manusia untuk berbuat sesuai dengan “free will”nya sebagai manusia yang terbatas. Sebuah  ‘free wiil” yang  dapat didayagunakan sesuai keinginannya, NAMUN memiliki keterbatasan oleh sebab manusia itu sendiri adalah mahkluk ciptaan dan pasti terbatas. Apa yang terbatas, sama sekali tidak membahayakan Predestinasi- itu sebabnya Predestinasi sebetulnya saat dibicarakan tanpa sama sekali menyinggung “free wiil” memang rasional. Rasional Sebab Predestinasi adalah keputusan dan ketetapan Allah di Sorga yang dikeluarkan dalam kekekalan bukan setelah di dunia manusia. Sehingga, kehendak bebas manusia  tidak akan terganggu sama sekali  seperti sebuah perobotan, sebab  Predestinasi tidak dapat dikondisikan oleh Free Will manusia sekalipun leluasa ( sekali lagi bandingkan dengan Yesus dihadapan Pilatus); pasti tidak ada satu pun yang TIDAK PADA POSISI sebagai Obyek Kedaulatan Allah.
Percayakah anda bahwa  Allah yang berkuasa dan berdaulat itu juga Allah yang adil  sekaligus kasih, sekaligus kudus? Jika demikian, perlukah anda kuatir bahwa Dia akan menjadi sedemikian otoriternya kala merancangkan hal-hal apapun dalam kehidupanmu?


Kalau anda bertanya,  apakah SEKARANG INI, ALLAH MEMILIKI PREDESTINASI ATAS DIRI KITA MASING-MASING? Maka saya menjawab ada. Pengecualian khusus, bagi anda,  yang berpikir bahwa Predestinasi adalah hal PURBA atau KUNO yang tidak mungkin lagi dilakukan Allah bagi kita? Mari kita pertimbangkan beberapa teks  suci dibawah ini:

  • Yeremia 29:11 “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”

[Apakah menurut  anda, Allah telah berubah dalam hal merancangkan hal-hal baik bagi  orang-orang yang dikasihi dan mengasihinya? Saya yakin anda masih percaya, sebab jika tidak maka doa permohonan kepadanya adalah hal yang menjadi harus kita pertanyakan secara serius]


  • Mazmur 40:5 (BIS) “TUHAN, betapa banyaknya karya-Mu bagi kami, ya TUHAN Allahku, Engkau tak ada taranya! Banyaklah rencana-Mu yang menakjubkan bagi kami, tak mungkin diceritakan semuanya.”
[Allah tidak pernah tidur terhadap manusia; Dia punya BANYAK  rencana MENAKJUBKAN bagi orang yang PERCAYA KEPADANYA;  YANG MEMILIKI RELASI DENGAN DIRINYA.  Tidak ada sedikitpun rancangan jahat! Coba anda renungkan semua kejahatan yang dialami Yesus, apakah bagimu itu adalah sebuah rancangan jahat atau rancangan baik oleh Bapa? Coba lihat dirimu, apakah anda  memandang diri anda saat ini dalam rancangan Allah- bahwa tidak pernah ada dalam diri Allah niatan buruk untuk mengakhiri masa depan gemilangmu- sekalipun mungkin/ berangkali saat ini anda dalam sebuah situasi yang tidak mengenakan/ menyiksa/ menyengsarakan? Apakah anda mulai meragukan-Nya? Mulai tidak mengandalkannya? Mulai berhenti memanjatkan permohonan dan ucapan syukur baik dalam doa dan keseharian dirimu? Masihkah ada sebuah sukacita yang berkualitas istimewa dalam dirimu sekalipun tekanan hidup tidak jua berhenti? Kalau anda memiliki maka itu adalah sumber kekuatan bagimu untuk  terus berjuang dalam hidupmu entah berjuang dalam pekerjaan  atau dalam membina bahterah rumah tangga yang Tuhan sudah berkati]

  • Efesus 2: 10Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. ”
[Kalau anda bertanya, apakah  kita, orang percaya moderen pun masih dipredestinasi oleh Allah? Ya, dan Efesus adalah salah satu informasi indah apa dan bagaimana Predestinasi kita. SEKALI LAGI, berhati-hatilah dalam memahami Predestinasi; ingat predestinasi dan kehendak bebas manusia bekerja dalam sebuah senyawa atau harmoni yang sempurna. Jadi sekalipun anda dipredestinasi tetapi  hal itu terselenggara tanpa memberangus kehendak bebas manusia. Manusia-manusia YANG TELAH MENJADI BIDIKAN atau OBYEK KASIH ALLAH akan bergerak menuju kasih  Allah yang besar itu; tak ada  apapun juga yang sanggup membendung dan menahan KEMILAU GEMILANG Kasih Allah yang besar itu, saat menerangi hati dan pikiran manusia yang diselimuti kegelapan amat pekat]


  • Mazmur 92:6-8Betapa besarnya pekerjaan-pekerjaan-Mu, ya TUHAN, dan sangat dalamnya rancangan-rancangan-Mu. Orang bodoh tidak akan mengetahui, dan orang bebal tidak akan mengerti hal itu. Apabila orang-orang fasik bertunas seperti tumbuh-tumbuhan, dan orang-orang yang melakukan kejahatan berkembang, ialah supaya mereka dipunahkan untuk selama-lamanya.”

[Allah bukan tidak berkuasa  kala kejahatan berkembang biak; kala orang Kristen ditimpa musibah tidak  segera berarti ada masalah serius pada diri orang tersebut atau juga ada masalah pada Allah; Kala anda sekalipun berdoa namun musibah datang, tidak berarti Allah tidak berdaya. Allah bahkan menyatakan orang-orang fasik BERTUNAS. Ini bukan sekedar  pembiaran tetapi pertumbuhan. Terjadi dan terus terjadi hingga kini, bukankah demikian-bahwa saat ini pun rasa tak adil terhadap realita KLASIK TAK PERNAH USAI? Tetapi jelas dikatakan bahwa akhir  mereka adalah dipunahkan selama-lamanya! Kalau Allah membiarkan kejahatan maka memang bukan sekedar “ada,” tetapi bertunas. Kalau hingga kini dunia anda tetap “terjaga” itupun karena Allah memegang kendali dunia kejahatan di sekitar anda, sekalipun tumbuh bertunas!]



  • Mazmur 139:2,4-6  Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh… Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN. Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku. Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.”
  •  
[Predestinasi terkait kemahatahuan Allah jauh sebelum itu terjadi; kemahatahuan sebelumnya ini terkait  sesuatu yang PASTI TERJADI, sebab memang dibiarkan dan dikehendaki oleh Allah untuk terjadi.  Sekali lagi kita melihat adanya elemen “free will” manusia yang boleh bekerja  tetapi bukan seperti sesuatu yang bebas bekerja seolah-olah Tuhan tidak berdaya. “Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku.” Tidak ada hal yang tidak diketahui oleh Allah. Kesudahan hidup kita, Tuhan sudah tahu. Kita? Tidak tahu sama sekali. Kalau Allah, PASTI tahu dan memegang kendali total ( “dari belakang dan dari depaan Engkau mengurung aku) atas diri kita dalam Predestinasi, maka ini adalah dasar yang sangat sempurna mengapa Predestinasi adalah hal yang   memberikan dasar kokoh bagi kita untuk tenang, percaya dan  bagaikan mata air kekal  yang memberi  hidup kehidupan iman dan doa kita masing-masing kala kita mengarungi dunia yang tak sepenuhnya hijau tetapi terkadang  stepa dan sabana atau bahkan gurun pasir- atau bahkan daerah bersalju dengan suhu ekstrim]


Predestinasi tidak berbicara tentang sebuah  pengimplanan atau penanaman  runtut hidup/kehidupan seseorang, rangkaian aktifitas kehidupan seseorang. Dalam pengertian seperti ini sebagaimana lazimnya dipahami demikian-keliru besar  : “bangun tidur jam 5 pagi, kemudian mandi, pergi kerja, ketemu bos di kantor lalu dimaki-maki, tetapi kemudian naik pangkat, atau kemudian dipecat.” Lalu dikatakan atau dipahamilah bahwa predestinasi adalah sebuah PEROBOTAN. Atau bahkan  mungkin anda akan terpancing untuk bertanya, apakah kalau saya menguap sekarang adalah hal predestinasi. 


Sekali lagi
, Predestinasi bukan bicara manusia, free wiil, aktifitas manusia sebagai sebuah MAHKOTA kala bicara Predestinasi. Saat anda bicara Predestinasi, maka Bapa yang menjadi MAHKOTA PREDESTINASI oleh sebuah sebab yang telah saya utarakan sebelumnya.


Kalau anda bisa bangun tidur jam 5 pagi, kemudian mandi, pergi kerja, ketemu bos di kantor lalu dimaki-maki, tetapi kemudian naik pangkat, atau kemudian di pecat. Maka semua itu  terjadi dalam sepengetahuan Allah untuk boleh/dapat terjadi sebab ditentukan untuk terjad; Penentuan oleh Allah tidak bisa diartikan penetapan yang bersifat pemasukan atau inputting  data tindak-tanduk perilakumu.  Bukan demikian, sebab andalah yang bertindak namun semua tindakan anda secara ABSOLUT menjadi OBYEK KEDAULATAN ALLAH. Namun  juga ketika elemen “free will” dibicarakan, maka  bukan sebagai komplementer atau pasangan atau harus ada agar Predestinasi beroperasi sehingga ada sebuah kebutuhan bagi Allah dari sisi manusia agar Predestinasinya berjalan.  Jika demikian, maka SEKALI LAGI, “free will” manusia menjadi MAHKOTA didalam apa yang kita sebut sebagai rancangan-rancangan Allah atas diri kita.



Cobalah sekali lagi baca  Mazmur 139:2,4,6. Kehidupan anda di dunia yang  berdosa ini, sepenuhnya didalam “cangkang” kedaulatan Allah...dalam cangkang yang sungguh luar biasa besar itu sangat mungkin anda kehilangan “tanda atau jejak” kehadiran Allah yang anda dambakan –bandingkan kembali dengan Asaf, Ayub dan bahkan Yesus Kristus. Namun sekalipun begitu, Pemazmur berkata “Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku,” dan perhatikanlah bahwa kala si Pemazmur berkata  bahwa dirinya  dikurung oleh Allah bukan dalam makna kehendak bebasnya diberangus, tetapi dalam pengertian semacam ini “Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh… Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN.” Bahwa Allah mengetahui lebih dahulu  semuanya dan mengerti pikirannya sebelum lidah manusia itu berujar.


  • Predestinasi Allah melahirkan dinamika dunia yang  dialami semua manusia dan terjadi di dalam dunia yang penuh dosa  dimana  bahagia tidak akan pernah kekal; bahwa Allah dapat memberikan senyum pada wajah dunia yang dikuasai dosa; bahwa Allah masih memberikan  bunga Mawar yang mekar  sembari mengeluarkan wewangian, sementara itu di belahan dunia lain  mayat dan darah bergelimangan akibat peluru  yang dimuntahkan oleh manusia-manusia yang sedang berperang/ berkonflik,  atau sebagai akibat perebutan kekuasaan; akibat kudeta; akibat penghianatan berdarah. Dalam dunia semacam inilah Predestinasi  Allah beroperasi.

Apa yang dilahirkan oleh predestinasi Allah pada akhirnya dapat saja kadang kala terlihat sedemikian memilukannya. Kala Allah menjawab sebuah doa dengan Ya atau  Tidak, padahal Dia memiliki pengetahuan sebelumnya, maka akan melahirkan jerit getir : ‘ENGKAU TIDAK ADIL! ENGKAU KEJAM!”  Tentu saja tudingan ini  bukan terkait Predestinasi sebetulnya, tetapi kala pengharapan tak berjumpa dengan realita dalam derajat yang meremukan hati dan jiwa!


Seperti Asaf (yang telah saya kisahkan dibagian terdahulu), kalau kita memimpikan “sorga” terwujud di dunia yang  penuh dosa; dimana Allah akan berususan secara keras dengan dosa dan juga dengan kasih melalui Anak-Nya Yesus Kristus. Maka kita sangat telanjang untuk tergoncang dan kemudian menolak fakta bahwa Allah mengetahui lebih dulu untuk setiap apapaun juga dan  Dia bebas untuk melakukan intervensi dalam bentuk bagaimanapun juga atau tidak melakukan intervensi sebagai wujud kedaulatan dia atas dunia kejahatan. Tidakkah anda dapat berpikir bahwa Allah tidak berdaulat sejak mulai di taman Getsemani?



  • Predestinasi memang dapat terlihat  menjadi kejam bagi manusia sebab Predestinasi adalah Allah bertindak dalam kekekalannya dan manusia tidak tahu sama sekali. Dengan demikian, kita dapat katakan, saat berbicara tentang Predestinasi maka ini soal ALLAH MENGETAHUI LEBIH DAHULU atas MANUSIA DAN PERISTIWA APAPUN JUGA YANG MANA PADA FAKTANYA, TAK DIKETAHUI MANUSIA SAMA SEKALI.
Apa yang diketahui oleh orang percaya adalah : Allah memiliki rancangan-rancangan yang baik dan dalam dunia yang dikuasai dosa dan dimana kebahagian tidak pernah berlangsung dalam durasi panjang dan kesusahan bukan hal yang langka, maka kita dapat mengalami kekecewaan demi kekecewaan sebagaimana digambarkan oleh  Asaf dalam Mazmur 73.



Sehingga, kalau ditanya apakah Allah MEMPREDESTINASI PERISTIWA POLITIK APAPUN DAN DIMANAPUN JUGA? Maka jawabnya : ya. SEBAB Allah telah mengetahui sebelumnya dan Allah mengurung semua manusia dan peristiwa dalam cangkang kedaulatannya- tidak ada satu hal yang bukan OBYEK kedaulatan-Nya.


Tetapi kalau ditanyakan, apa atau siapakah yang akan dipredestinasi untuk menjadi Presiden oleh Tuhan? Maka tidak ada manusia yang tahu! MENGAPA? Sebab  memang Alkitab menyatakan bahwa MAHKOTA PREDESTINASI adalah Allah MENGETAHUI SEBELUMNYA, bukan manusia yang mengetahui sebelumnya!  Dalam hal ini manusia  tidak dilibatkan Allah dalam melakukan Predestinasi seolah pandangan manusia dibutuhkan. Dalam hal inilah memang  Predestinasi yang belum terjadi adalah misteri, namun tak terbantahkan tak ada penguasa dunia ini yang tidak datang dari Allah :


Roma 13:1 “Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.”



Daniel 2:21 “Dia mengubah saat dan waktu, Dia memecat raja dan mengangkat raja, Dia memberi hikmat kepada orang bijaksana dan pengetahuan kepada orang yang berpengertian; Dialah yang menyingkapkan hal-hal yang tidak terduga dan yang tersembunyi, Dia tahu apa yang ada di dalam gelap, dan terang ada pada-Nya.”


Daniel 4:17 “Titah ini adalah menurut putusan para penjaga dan hal ini menurut perkataan orang-orang kudus, supaya orang-orang yang hidup tahu, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, bahkan orang yang paling kecil sekalipun dapat diangkat-Nya untuk kedudukan itu.”

Roma 13 : 2 “ Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya”


Titus 3:1 “Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik.”


1 Petrus 2:13 “Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi,”



Kalau, misalnya, anda menyangkali bahwa ALLAH MAHA TAHU atau MENGETAHUI APAPUN JAUH SEBELUMNYA, maka  memang dan wajar membicarakan PREDESTINASI ADALAH HAL YANG TERAMAT KONYOL. Sama konyolnya dengan anda masih berdoa  agar anda dilindungi dari  kejahatan  saat anda berkata bahwa Allah tidak dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat. 
  

Dengan  menjelaskan perihal ini, saya sudah memberikan  jawaban terhadap pertanyaan dari Bung Andy Wicaksono pada pertanyaan  lanjutan :

Taruhlah Predestinasi adl merupakan Penggenapan dari apa yg telah ter nubuat dahulu.....bgmnkah dgn masa sekarang ? apakah sgl sesuatu itu sudah dirancang dari semula ? khususnya u/ masing-2 individu 

Sebuah pertanyaan kritis dan lahir dari  hati dan pikirannya secara tulus dan apa adanya.  



Mengenal Allah yang memegang kendali hidupmu secara total, itu adalah hal yang membahagiakan; Percaya bahwa apapun yang menjadi rancangan-rancangan Allah sekalipun anda tidak mengetahuinya secara terang dalam sebuah detailisasi yang rinci, adalah rancangan-rancangan baik-bahagia, bukan  kecelakaan. 


Allah yang totalitas dalam mengasihi, melindungi dan merencanakan dan berdaulat pada setiap aspek dan masa-masa dalam hidupmu yang bagaimanapun senangnya dan sukarnya, seharusnyalah dirindukan atau didambakan.  Sebab  dalam hal inilah, Dia memang layak untuk disebut Tuhan yang berdaulat sebab Dia penentu bagi dirimu; bukan kesukaran, bukan krisis, bukan tekanan politik, bukan persekongkolan jahat yang menjadi tuan atas hidup dan masa depanmu. Tetapi Dia.


Selamat berbahagia di dalam  tangan Bapa yang melingkupi hidupmu sebagai Gembala Agungmu.  AMIN



Bersambung ke Bagian 20

***


No comments:

Post a Comment

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9