Rabu,
tgl 11 Juni 2014, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
kristologi (2)
PELAJARAN II
CHRIST: THE GOD-MAN
Bacalah lebih dulu bagian1
I) Kristus adalah sungguh-sungguh Allah.
1) Yesus menyebut diriNya sendiri ‘Anak Allah’.
Saksi-Saksi Yehuwa
maupun para Unitarian berpendapat bahwa karena Yesus adalah Anak Allah,
maka Ia bukan Allah. Mereka juga berulangkali mengatakan bahwa Yesus tidak
pernah mengclaim diriNya sebagai Allah, tetapi selalu sebagai Anak
Allah.
Jawaban:
a) Yesus memang tidak pernah
menyatakan diri sebagai ‘Allah’; Ia
selalu menyatakan diri sebagai ‘Anak Allah’.
Tetapi perlu dipertanyakan pertanyaan ini: apakah kita harus membentuk
pemikiran / kepercayaan / ajaran tentang Yesus hanya berdasarkan kata-kata
Yesus sendiri saja, atau juga dari bagian-bagian Kitab Suci yang lain? Yang
dianggap sebagai Firman Tuhan itu hanya kata-kata Yesus sendiri saja, atau juga
bagian-bagian lain dari Kitab Suci? Sekalipun Yesus sendiri tidak pernah
menyatakan diri sebagai ‘Allah’,
tetapi banyak ayat-ayat Kitab Suci yang menyatakan demikian, tetapi ini akan
saya bahas belakangan.
b) Ingat bahwa suatu istilah
dalam Kitab Suci harus diartikan sesuai dengan pengertian penulisnya / orang
jaman itu tentang istilah tersebut, bukan dengan pengertian orang jaman
sekarang tentang istilah tersebut.
Tentang
istilah ‘Anak Allah’ yang digunakan
oleh Yesus terhadap diriNya sendiri ini, banyak orang menyalah-artikan istilah
ini, dengan mengatakan bahwa istilah ‘Anak
Allah’ menunjukkan bahwa dulu hanya ada Allah saja, yang lalu beranak, dsb.
Karena itu jelas bahwa Yesus tidak setua / sekekal BapaNya. Tetapi ini adalah
penafsiran yang menggunakan pengertian orang jaman sekarang tentang istilah ‘Anak
Allah’ itu. Padahal istilah itu digunakan sekitar 2000 tahun yang lalu di
Palestina, dan karena itu harus diartikan menurut pengertian orang-orang di
sana pada jaman itu.
Kalau
begitu apa artinya? Tentang istilah / gelar ‘Anak
Allah’ bagi Yesus, W. E. Vine memberikan komentar sebagai berikut: “absolute
Godhead, not Godhead in a secondary or derived sense, is intended in the title”
(= keAllahan yang mutlak, bukan keAllahan dalam arti sekunder atau yang
didapatkan, yang dimaksudkan dalam gelar tersebut) - ‘An Expository Dictionary of New Testament Words’, hal 1061.
Tetapi,
apa dasarnya pandangan seperti ini?
1. Kita bisa mendapat jawabannya
dengan membandingkan istilah ‘Anak Allah’ dengan
istilah ‘Anak
Manusia’, yang sama-sama merupakan gelar / sebutan yang
sangat sering digunakan oleh Yesus untuk diriNya sendiri. Kalau istilah ‘Anak Manusia’ diartikan bahwa
Yesus ‘betul-betul manusia’, maka istilah ‘Anak
Allah’ harus diartikan bahwa Yesus ‘betul-betul
Allah’.
Maz 8:5 -
“apakah manusia, sehingga Engkau
mengingatnya? Apakah anak
manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?”.
Dalam ayat
ini jelas ada dua kalimat paralel, yang artinya sama, tetapi menggunakan
kata-kata yang berbeda. Jadi, ‘anak manusia’ sama dengan ‘manusia’!
2. Bandingkan dengan Mat 14:33 - “Dan
orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: ‘Sesungguhnya Engkau
Anak Allah.’”.
Pikirkan ayat ini! Mereka menganggap Yesus betul-betul adalah Anak Allah, dan karena itu mereka lalu menyembah Dia. Kalau mereka menganggap bahwa ‘Anak Allah’ itu ‘bukan Allah’, atau ‘lebih rendah dari Allah’, maka mungkinkah mereka, yang adalah orang-orang Yahudi (bangsa monotheist, yang hanya menyembah Allah saja), lalu menyembah Dia? Dari ayat ini jelas bahwa mereka menganggap istilah ‘Anak Allah’ berarti ‘Allah sendiri’.
3. Bandingkan dengan Yoh 5:17-18
- “(17)
Tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun
bekerja juga.’ (18) Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk
membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia
mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan
diriNya dengan Allah.”.
NIV/NASB:
‘making himself equal with God’ (= membuat diriNya sendiri setara dengan
Allah).
Di sini
terlihat dengan jelas bahwa pada waktu Yesus menyebut diriNya sebagai ‘Anak
Allah’, orang-orang Yahudi pada saat itu mengerti bahwa kata-kata itu berarti
bahwa Yesus menganggap diri sehakekat dengan Allah, atau menyamakan diri dengan
Allah, atau menganggap diri setara dengan Allah. Ini mereka anggap sebagai
penghujatan terhadap Allah, dan karena itu mereka mau merajam Yesus.
Saksi-Saksi Yehuwa
maupun para Unitarian menganggap bahwa penyetaraan Yesus dengan Allah itu hanya
merupakan anggapan / penafsiran yang salah dari orang-orang Yahudi
tentang pengakuan Yesus sebagai Anak Allah.
Jawaban:
Kalau
itu memang merupakan pemikiran yang salah dari orang-orang Yahudi tentang
kata-kata Yesus itu, mengapa Yesus tidak mengoreksi pemikiran yang salah itu?
4. Yoh 19:7 - “Jawab
orang-orang Yahudi itu kepadanya: ‘Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu
Ia harus mati, sebab Ia menganggap diriNya sebagai Anak Allah.’”.
Catatan: terjemahan sebenarnya dari kata-kata ‘Ia menganggap diriNya sebagai Anak Allah’ adalah ‘Ia membuat diriNya sendiri Anak Allah’.
Bdk.
Mark 14:61-64 - “(61) Tetapi Ia
tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya kepadaNya sekali
lagi, katanya: ‘Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?’ (62)
Jawab Yesus: ‘Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di
sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit.’
(63) Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: ‘Untuk apa kita
perlu saksi lagi? (64) Kamu sudah mendengar hujatNya terhadap Allah.
Bagaimana pendapat kamu?’ Lalu dengan suara bulat mereka memutuskan, bahwa
Dia harus dihukum mati.”.
Pengakuan Yesus bahwa diriNya
adalah Anak Allah membuat orang-orang Yahudi itu menganggapNya menghujat Allah,
sehingga mereka menganggap bahwa Ia harus dihukum mati. Dan lagi-lagi, tidak
ada bantahan / pengkoreksian dari Yesus terhadap tuduhan tersebut.
2) Ada
banyak ayat Kitab Suci yang secara explicit
mengatakan bahwa Yesus adalah Allah.
a) Maz 45:7-8 - “(7)
Takhtamu kepunyaan
(ya) Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat
kerajaanmu adalah tongkat kebenaran. (8) Engkau mencintai keadilan dan membenci
kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak
sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu.”.
Alkitab
Indonesia
salah terjemahan; entah dari mana muncul kata ‘kepunyaan’ itu.
KJV:
‘Thy throne, O God’ (= TakhtaMu, ya Allah).
Juga
ayat ini dikutip dalam Ibr 1:8-9.
Ibr 1:8-9
- “(8) Tetapi tentang (kepada) Anak
Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan
tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9) Engkau mencintai keadilan dan
membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan
minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’”.
Catatan: anehnya di sini Alkitab Indonesia bisa
menerjemahkan dengan benar.
b) Yes 9:5 - “Sebab
seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita;
lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang:
Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa,
Bapa yang Kekal, Raja Damai.”
Istilah ‘Allah yang perkasa’ ini muncul lagi
dalam Yes 10:21.
Yes 10:20-21 - “(20) Tetapi pada waktu itu sisa
orang Israel dan orang yang terluput di antara kaum keturunan Yakub, tidak akan
bersandar lagi kepada yang mengalahkannya, tetapi akan bersandar kepada TUHAN,
Yang Mahakudus, Allah
Israel, dan tetap setia. (21) Suatu sisa akan kembali, sisa Yakub
akan bertobat di hadapan Allah yang perkasa.”.
Di sini istilah ini diterapkan
kepada Yahweh / Allah Israel
(ay 20)!
c) Yoh 1:1 - “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah
dan Firman itu adalah Allah.”.
Kata ‘Firman’ (bahasa Yunani: LOGOS) di sini jelas menunjuk kepada Yesus. Ini terlihat dari Yoh 1:14a yang mengatakan bahwa ‘Firman itu telah menjadi manusia’ dan dari Yoh 1:14b yang menyebutNya sebagai ‘Anak Tunggal Allah’.
Dan Yoh 1:1 ini secara explicit mengatakan bahwa Firman / Yesus
itu adalah Allah.
d) Yoh 1:18 - “Tidak
seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak
Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakanNya.”.
Perhatikan istilah ‘Anak
Tunggal Allah’
yang saya garis bawahi itu.
NWT: ‘the only begotten god’
(= satu-satunya allah yang diperanakkan).
TDB: “satu-satunya allah yang
diperanakkan”.
Catatan: NWT (New World Translation) dan TDB
(Terjemahan Dunia Baru) adalah Kitab Suci Saksi Yehuwa.
NASB:
‘the only begotten God’ (= satu-satunya Allah yang diperanakkan).
Dalam istilah / bagian ini
terdapat textual problem (= problem
text, dimana ada perbedaan antara manuscript yang satu dengan manuscript yang
lain). Ada 4
golongan manuscript:
1. ‘the only begotten’ (= satu-satunya yang
diperanakkan).
2. ‘the only begotten Son’ (= satu-satunya Anak yang diperanakkan).
3. ‘the only begotten Son of God’ (= satu-satunya Anak Allah yang
diperanakkan).
4. ‘(the) only begotten God’ (= satu-satunya Allah yang diperanakkan).
Catatan: untuk yang ke 4 ini ada yang
mengatakan bahwa ada definite article / kata sandang tertentu (‘the
only begotten God’), tetapi kebanyakan mengatakan bahwa di sini tidak
digunakan definite article / kata sandang tertentu (‘only begotten
God’).
Kebanyakan penafsir menganggap
bahwa manuscript yang keempatlah yang benar, dengan alasan:
1. Ini
didukung oleh manuscript yang paling kuno.
Makin kuno suatu manuscript, makin
dekat manuscript itu dengan autograph / naskah aslinya, sehingga makin
dipercaya. Makin baru suatu manuscript, makin jauh manuscript itu dari naskah
aslinya sehingga makin tidak dipercaya.
Catatan: autograph adalah naskah asli, yang ditulis langsung oleh para penulis Kitab Suci, dan ini saja yang dianggap sebagai infallible dan inerrant (sama sekali tidak ada salahnya). Tetapi autograph ini sudah tidak ada lagi / musnah. Yang ada hanyalah salinan-salinan atau manuscript-manuscript, yang sudah mengandung kesalahan.
2. Ini merupakan ‘bacaan
yang lebih sukar’
(‘more difficult reading’).
Memang kalau ada perbedaan
manuscript, biasanya bacaan yang lebih sukar / ‘lebih tidak masuk akal’ yang
diterima, berdasarkan suatu anggapan bahwa penyalin manuscript itu lebih
mungkin untuk mengubah dari ‘yang tidak masuk akal’ menjadi ‘yang
masuk akal’, dari
pada mengubah dari ‘yang masuk akal’ menjadi ‘yang
tidak masuk akal’.
Dengan kata lain, penyalin manuscript itu mungkin sekali mempermudah bacaan,
tetapi tidak mungkin mempersukar bacaan.
Dalam peristiwa ini, kalau yang
benar adalah yang no 1, maka tidak mungkin ada penyalin yang mengubahnya
menjadi no 2 atau no 3, dan lebih-lebih tidak mungkin ada penyalin yang
mengubah menjadi yang no 4, yang ‘begitu tidak masuk akal’.
Demikian juga kalau yang benar adalah
no 2 atau no 3.
Sebaliknya, kalau no 4 yang benar,
mungkin sekali penyalin menganggap bacaan itu tidak masuk akal, dan ia
menganggapnya sebagai pasti salah, sehingga ia mengubahnya menjadi no 1 atau no
2 atau no 3.
Pada waktu Yesus disebut dengan
istilah ‘only begotten God’ (=
satu-satunya Allah yang diperanakkan), maka:
a. Secara implicit
ini menunjukkan bahwa ada semacam kejamakan dalam diri Allah (karena ada Allah
yang diperanakkan, dan ada yang tidak) sehingga juga bisa digunakan sebagai
dasar dari Allah Tritunggal.
b. Ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul
diperanakkan oleh Bapa. Karena itu ayat ini juga menjadi dasar dari doktrin ‘the eternal generation of the Son’,
yang mengajarkan bahwa Anak diperanakkan secara kekal oleh Bapa.
c. Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah.
Bapa dan Roh Kudus adalah Allah, tetapi Mereka tidak pernah diperanakkan; Yesus
adalah Allah, dan Ia diperanakkan. Jadi,
Ia adalah satu-satunya Allah
yang diperanakkan.
e) Yoh 20:28 - “Tomas
menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan Allahku!’”.
Saksi-Saksi Yehuwa mengatakan
bahwa Tomas mengatakan demikian hanya sebagai seruan keheranan / karena kaget.
Tetapi ini sama sekali tidak mungkin, karena:
1. Tomas mengucapkan kata-kata itu kepada
Yesus.
NASB
(Literal / hurufiah): “Thomas answered and said to Him, ‘My Lord and
my God!’” (= Tomas menjawab dan berkata kepadaNya:
‘Tuhanku dan Allahku!’).
Perhatikan
bahwa dalam terjemahan NASB, yang memang menerjemahkan secara hurufiah ini,
dikatakan bahwa ‘Tomas
menjawab dan berkata kepadaNya’. Kalau
seseorang mengucapkan kata-kata seperti ‘Ya Allah’, karena
kaget, ia sebetulnya tidak menujukan kata-kata itu kepada siapapun.
Jadi, ini bukan sekedar ucapan orang, yang karena kaget, lalu berkata: ‘Tuhanku dan Allahku’.
Tidak, ia betul-betul mengucapkan kalimat itu kepada Yesus. Jelas bahwa
Tomas mengakui Yesus sebagai Tuhan dan sebagai Allah.
2. A. H. Strong
mengatakan bahwa kebiasaan menyebut nama Allah pada saat kaget seperti itu
tidak ada dalam kalangan Yahudi, karena adanya larangan untuk menggunakan nama
Allah dengan sembarangan / sia-sia (‘Systematic Theology’, hal 306).
Satu hal lain yang perlu diperhatikan
berkenaan dengan ayat ini adalah bahwa Yesus bukan saja tidak menegur /
memarahi / menyalahkan Tomas atas kata-katanya itu, tetapi Yesus bahkan lalu
mengucapkan kata-kata dalam Yoh 20:29 - “Karena engkau telah melihat Aku, maka
engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya”.
Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus menerima,
dan membenarkan, penyebutan ‘Tuhan’ dan ‘Allah’ oleh Tomas terhadap diriNya itu.
No comments:
Post a Comment