Golgotha School of Ministry
Rungkut Megah Raya
Blok D No 16
Rabu,
4 Juni 2014, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
Kristologi
CREDO YANG BENAR &AJARAN-AJARAN SESAT
TENTANG DIRI KRISTUS
I) Credo yang benar tentang diri Kristus.
Pada tahun 325 Masehi ada sidang
gereja di kota
Nicea yang melahirkan Nicene Creed (=
Pengakuan Iman Nicea), yang meneguhkan doktrin tentang Allah
Tritunggal. Pengakuan iman ini direvisi dalam Sidang Gereja di Constantinople
pada tahun 381 Masehi, dan lalu disebut dengan nama Pengakuan
Iman Nicea-Constantinople, yang bunyinya adalah sebagai berikut:
“Aku percaya kepada satu Allah Bapa yang mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, dan segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.Dan kepada satu Tuhan Yesus Kristus, satu-satunya Anak Allah yang diperanakkan, diperanakkan dari Bapa sebelum alam semesta, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah yang sejati dari Allah yang sejati, diperanakkan, bukan dicipta, sehakekat dengan Sang Bapa, oleh siapa segala sesuatu dicipta; Yang untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita telah turun dari sorga, dan diinkarnasikan oleh Roh Kudus dari anak dara Maria, dan dijadikan manusia; Ia telah disalibkan, juga bagi kita, di bawah pemerintahan Pontius Pilatus. Ia menderita dan dikuburkan; dan pada hari ketiga Ia bangkit kembali, sesuai dengan Kitab Suci, dan naik ke sorga; dan duduk di sebelah kanan Bapa. dan Ia akan datang kembali dengan kemuliaan untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati; yang kerajaanNya takkan berakhir.Dan aku percaya kepada Roh Kudus, Tuhan dan Pemberi kehidupan, yang keluar dari Bapa dan Anak, yang bersama-sama dengan Bapa dan Anak disembah dan dimuliakan, yang telah berfirman dengan perantaraan para nabi.Dan aku percaya satu gereja yang am dan rasuli, aku mengakui satu baptisan untuk pengampunan dosa, dan aku menantikan kebangkitan orang mati, dan kehidupan di dunia yang akan datang.Amin”.
Sekalipun dalam Pengakuan Iman ini
juga ditegaskan akan keilahian Kristus, dan
bahwa Ia telah menjadi manusia, tetapi Pengakuan
Iman ini tidak menyatakan apa-apa tentang hubungan antara keilahian dan
kemanusiaan Kristus, sehingga akhirnya muncul banyak ajaran sesat
dalam Kristologi.
Credo (= pengakuan iman) yang
paling penting dalam Kristologi, khususnya dalam persoalan hubungan antara
keilahian dan kemanusiaan Yesus, adalah Chalcedonian Creed
(= Pengakuan Iman Chalcedon), yang diciptakan dalam sidang gereja di kota Chalcedon
pada tahun 451 Masehi.
Chalcedonian Creed / Pengakuan
Iman Chalcedon:
“We
all with one accord teach men to acknowledge one and the same Son, our Lord
Jesus Christ, at once complete in Godhead and complete in manhood, truly God
and truly man ... one and the same Christ, Son, Lord, only begotten, recognized
in two natures, without
confusion, without change, without division,
without separation ... the characteristics
of each nature being preserved and coming together to form one person ...”
(= Kami semua, dengan suara bulat, mengajar manusia untuk mengakui Anak yang
satu dan yang sama, Tuhan kita Yesus Kristus, pada saat yang sama sempurna /
lengkap dalam keilahian dan sempurna / lengkap dalam kemanusiaan,
sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia ... Kristus, Anak, Tuhan yang
satu dan yang sama, satu-satunya yang diperanakkan, dikenali dalam 2 hakekat, tanpa
kekacauan / percampuran, tanpa perubahan, tanpa
perpecahan, tanpa perpisahan ... sifat-sifat
setiap hakekat dipertahankan dan bersatu membentuk 1 pribadi ...).
Ada 2 hal yang perlu disoroti dari
Pengakuan Iman Chalcedon ini:
1) Without confusion / without change (= tanpa kekacauan / percampuran / tanpa perubahan).
Ini menunjukkan bahwa:
a) Human
nature (= hakekat manusia) dan divine
nature (= hakekat ilahi) tetap berbeda, dan mempunyai / mempertahankan sifat-sifatnya
sendiri-sendiri.
b) Human
nature (hakekat manusia) tidak menjadi divine
(= ilahi), dan sebaliknya divine nature
(= hakekat ilahi) tidak menjadi human
(= manusia).
c) Human
nature (= hakekat manusia) dan divine
nature (= hakekat ilahi) tidak bercampur dan membentuk nature (= hakekat) yang ke 3.
2) Without division / without separation (= tanpa perpecahan / tanpa perpisahan).
Ini menunjukkan bahwa LOGOS tidak
pernah terpisah dari human nature (=
hakekat manusia).
Catatan: LOGOS menunjuk pada keilahian
Yesus.
Catatan: kata ‘nature’ oleh banyak orang
diterjemahkan ‘sifat’, sehingga mereka lalu
merumuskan Kristus sebagai 1 pribadi dengan 2 sifat! Tetapi ini jelas merupakan
terjemahan yang salah, dan mengarah pada perumusan yang salah juga!
Menurut ‘Webster’s New World Dictionary of the
American Language’ (College Edition) kata ‘nature’ mempunyai 10 arti dan yang nomer 1 adalah: “The
essential character of a thing; quality or qualities that make something what it is; essence”
(= Sifat-sifat yang hakiki dari suatu benda; kwalitas yang membuat sesuatu itu
dirinya; hakekat).
Dalam Kristologi, istilah ‘nature’
itu harus diterjemahkan ‘hakekat’, bukan ‘sifat’!
William G. T. Shedd, seorang ahli
Theologia Reformed pada abad 19, mengatakan: “When
we speak of a human nature, a real substance having physical, rational,
moral and spiritual properties is meant”
(= Pada waktu kita berbicara tentang human
nature, maka yang dimaksud adalah suatu zat
yang nyata yang memiliki sifat-sifat fisik, rasio, moral dan rohani) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 289.
1.
“By ‘nature’, in this connection
is meant substance. In Greek the
corresponding words are PHUSIS and OUSIA; in Latin, NATURA and SUBSTANTIA” (= Yang dimaksud dengan ‘nature’ dalam persoalan ini adalah zat / bahan / hakekat. Dalam bahasa Yunani
kata yang cocok / sama ialah PHUSIS dan OUSIA; dalam Latin NATURA dan
SUBSTANTIA) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 387.
2.
“... we are taught that the
elements combined in the constitution of his person, namely, humanity and
divinity, are two distinct natures, or
substances”
(= ... kita diajar bahwa elemen-elemen yang disatukan / digabungkan dalam
pembentukan pribadiNya, yaitu kemanusiaan dan keilahian, adalah dua hakekat, atau zat / bahan yang
berbeda) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 388.
3.
“... the elements united or
combined in his person are two distinct substances,
humanity and divinity; that He has in his constitution the same essence or substance which constitutes us
men, and the same substance which
makes God infinite, eternal, and immutable in all his perfections” (= elemen-elemen yang disatukan
atau digabungkan dalam pribadiNya adalah dua zat
/ bahan / hakekat yang berbeda, kemanusiaan dan keilahian; sehingga
dalam pembentukanNya Ia mempunyai hakekat atau
zat / bahan yang sama yang membentuk kita menjadi manusia, dan zat / bahan yang sama yang membuat Allah itu
tidak terbatas, kekal, dan tetap / tidak berubah dalam semua kesempurnaanNya) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 389.
4. “That
in his person two natures, the divine and the human, are inseparably united;
and the word nature in this connection
means substance” (= Bahwa dalam pribadiNya dua natures, ilahi dan manusiawi,
dipersatukan secara tak terpisahkan; dan dalam hal ini kata nature
berarti zat / bahan) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 391.
II) Ajaran-ajaran sesat tentang diri Kristus.
1) Adoptionism.
Dalam buku-buku sejarah maupun
Theologia, biasanya Adoptionism ini tidak dimasukkan dalam perdebatan
Kristologi / ajaran-ajaran sesat tentang diri Kristus, mungkin karena ajaran
ini ada pada abad 3 Masehi, yaitu sebelum ‘musim’ perdebatan / kesesatan
tentang Kristologi itu muncul (abad 4-7 Masehi).
Tetapi kalau dilihat ajarannya,
maka ini jelas juga termasuk ajaran sesat dalam Kristologi.
Tokohnya yang paling terkenal
bernama Paul of Samosata, yang adalah
seorang bishop (= uskup) dari Antiokhia.
Ajaran ini mengatakan bahwa Kristus adalah manusia biasa, yang pada saat baptisan
(Catatan: ada yang mengatakan bukan pada saat baptisan, tetapi setelah
kebangkitan Kristus) menerima kuasa ilahi dan diangkat ke suatu posisi ilahi. Jadi, ada perkembangan dalam diri
Kristus, dari manusia biasa menjadi semacam
Allah (bukan betul-betul Allah, tetapi lebih rendah dari Allah).
2) Apollinarianism.
Ajaran ini mendapatkan namanya
dari tokohnya yang bernama Apollinarius /
Apollinaris, yang adalah seorang bishop (= uskup) di kota Laodicea, Syria.
Apollinarius ini mempunyai
kepercayaan yang disebut Psychological
Trichotomy yang mempercayai bahwa manusia itu terdiri dari tubuh (Yunani:
SOMA), jiwa (Yunani: PSUCHE), dan rational
spirit / mind (= roh yang rasionil / pikiran; Yunani: PNEUMA atau NOUS).
Dan tentang diri Yesus Kristus, ia
berpendapat bahwa Yesus mempunyai tubuh (SOMA) dan
jiwa (PSUCHE), tetapi tidak punya rational
spirit / roh yang rasionil atau mind
/ pikiran (PNEUMA atau NOUS), karena pikiranNya adalah dari Logos dan bersifat
ilahi. Jadi, Kristus bukan manusia sepenuhnya, karena Ia tidak mempunyai
pikiran manusia.
Ajaran ini terlalu menekankan keilahian
Kristus sehingga mengorbankan kemanusiaanNya.
Dasar Kitab Suci yang ia pakai
adalah Yoh 1:14 yang secara hurufiah
berbunyi ‘And
the Word became flesh’ (= Dan Firman itu
telah menjadi daging).
Catatan: anehnya, kalau ia memang
menekankan kata ‘daging’ dalam Yoh 1:14 ini, mengapa
ia tidak berpendapat bahwa Kristus hanya mempunyai tubuh manusia saja? Mengapa
ada jiwa?
Ajaran ini ditentang oleh Gregory Nazianzus yang mengatakan bahwa Kristus harus mempunyai semua elemen manusia, karena
kalau tidak, Ia tidak bisa menebus elemen tersebut dalam diri kita. Ia
juga mengatakan bahwa ‘daging’ dalam Yoh 1:14 itu merupakan
suatu synecdoche
(= gaya bahasa
dimana yang sebagian mewakili seluruhnya) dan menunjuk pada seluruh hakekat
manusia (termasuk jiwa / rohnya).
Pada tahun 362 Masehi Sidang
gereja di kota Alexandria sudah menentang
ajaran ini (tanpa menyatakan siapa pengajarnya) dan menyatakan bahwa
Kristus mempunyai reasonable soul (=
jiwa yang bisa berpikir).
Apolinarius tidak melepaskan diri
dari gereja, dan ia membentuk sebuah sekte, sampai tahun 375 Masehi.
Pada tahun 381 Masehi sidang
gereja di Constantinople kembali mengecam ajaran ini beserta pengajarnya.
3) Nestorianism.
Ajaran ini mendapatkan namanya
dari nama tokohnya yaitu Nestorius, yang
pada tahun 428 Masehi menjadi bishop di kota Constantinople.
Ajaran ini mengatakan bahwa Kristus terdiri dari 2 pribadi (yaitu pribadi Allah dan
pribadi manusia), tetapi LOGOS menguasai manusia Yesus sepenuhnya sehingga
Yesus menginginkan, menghendaki dan berbicara seperti Allah. Kristus disembah
bukan karena Dia adalah Allah, tetapi karena Allah ada di dalam Dia.
Nestorius menentang istilah
THEOTOKOS (= Bunda Allah), dan mengusulkan istilah CHRISTOTOKOS (= Bunda
Kristus) untuk Maria, karena ia berpendapat bahwa Maria tidak melahirkan Allah,
tetapi hanya melahirkan ‘tempat’ dimana Allah diam / tinggal.
Ajaran ini dikecam oleh Sidang
gereja di kota Efesus pada tahun 431 Masehi, yang sekaligus mempertahankan
istilah ‘Bunda Allah’ untuk Maria.
Catatan: Perlu ditekankan
bahwa istilah ‘bunda Allah’ itu dipertahankan oleh sidang gereja di Efesus itu,
bukan untuk meninggikan / memuliakan
Maria, tetapi untuk menunjukkan
persatuan yang tidak terpisahkan antara hakekat ilahi dan hakekat manusia dalam
diri Kristus.
Jadi kalau setelah itu gereja
Roma Katolik menggunakan istilah ‘bunda Allah’ itu untuk meninggikan /
memuliakan Maria, maka itu adalah sesuatu yang salah, yang sama sekali tidak
dimaksudkan oleh sidang gereja di Efesus itu.
4) Eutychianism.
Ajaran ini mendapat namanya dari
tokohnya yang bernama Eutyches [artinya
adalah the
Fortunate (= si untung / mujur). Para penentangnya mengatakan bahwa ia seharusnya
dinamakan Atyches yang berarti the Unfortunate (= si sial)].
Ajaran ini mengatakan bahwa pada saat inkarnasi, divine
nature / hakekat ilahi menghisap / menyerap (absorb) human nature /
hakekat manusia, sehingga Kristus hanya mempunyai 1 nature / hakekat saja, yaitu divine
nature / hakekat ilahi.
Eutyches ini mempunyai teman-teman
yang berkuasa sehingga akhirnya dalam Sidang gereja di kota Efesus pada tahun 449 Masehi ada ancaman
dan siksaan terhadap para penentangnya, sehingga para penentangnya tidak berani
berkata apa-apa. Akhirnya Sidang gereja ini justru membela ajaran sesat ini,
dan sidang ini dikenal dengan nama The Council of Robbers
(= Sidang gereja perampok).
Baru pada tahun 451 Masehi Sidang gereja di kota Chalcedon mengecam ajaran
ini, dan sekaligus menciptakan Chalcedonian Creed
(= Pengakuan Iman Chalcedon).
5) Monophysitism.
Istilah Monophysitism berasal dari
kata bahasa Yunani MONO, yang berarti ‘alone’
(= sendiri) atau ‘one’ (= satu),
dan PHUSIS yang berarti ‘nature /
essence’ (= hakekat).
Mereka beranggapan bahwa ajaran tentang
adanya 2 natures / hakekat (seperti
yang dinyatakan oleh Chalcedonian Creed)
dalam diri Kristus tidak bisa tidak akan menyebabkan adanya 2 pribadi dalam
diri Kristus, seperti yang diajarkan Nestorianism. Karena itu maka mereka mengajar
bahwa Kristus hanya mempunyai 1 nature / hakekat saja, yang bukan divine / ilahi maupun human / manusia, tetapi kedua-duanya (both divine and human).
Ajaran ini dikecam oleh Sidang
gereja di Constantinople pada tahun 553
Masehi.
6) Monothelitism.
Ajaran ini mengatakan bahwa Kristus mempunyai 2 natures
/ hakekat, yaitu divine / ilahi dan human / manusia, tetapi hanya 1 kehendak (Yunani: THELEMA) yang adalah divine - human / ilahi - manusia
(campuran).
Ajaran ini dikecam oleh Sidang
gereja di kota Constantinople
pada tahun 680 / 681 Masehi.
Bahwa dalam Kristologi ada begitu banyak ajaran sesat yang
muncul, menunjukkan betapa pentingnya pengertian tentang Kristologi ini. Kalau
ini bukan sesuatu yang penting untuk iman kita, setan tidak akan menyerangnya
dengan menggunakan begitu banyak ajaran sesat.
Kalau kita melihat dalam scope
/ ruang lingkup yang lebih luas, maka kita bisa melihat bahwa dalam dunia ini agama
yang mempunyai paling banyak aliran (baik yang termasuk aliran yang benar
maupun yang sesat), adalah agama kristen. Semua agama yang lain hanya
mempunyai sedikit / beberapa aliran saja, tetapi kristen mempunyai puluhan atau
mungkin ratusan aliran. Orang sering meninjau hal ini secara negatif dengan
menganggap ini sebagai hal yang jelek. Tetapi sebetulnya hal ini bisa
ditinjau secara positif, yaitu dengan menyadari bahwa setan tentu paling senang
untuk menyerang ajaran yang benar / membawa keselamatan. Kalau suatu ajaran
/ agama adalah salah / tidak membawa keselamatan, untuk apa setan menyerangnya
lagi?
Karena itu, adanya banyak aliran dan penyesatan dalam
kekristenan seharusnya justru membuat kita makin sungguh-sungguh dalam
mengikut Kristus, dan adanya banyak ajaran sesat dalam Kristologi seharusnya
membuat kita makin sungguh-sungguh dalam belajar Kristologi!
Bersambung ke Bagian 2
-o0o-
No comments:
Post a Comment