Oleh: Martin Simamora
Ketika
Allah Melakukan Perhitungan-Perhitungan Di Muka Bumi Sekarang Ini: Akankah Ia
Akan Mengutarakan-Nya Secara Terus Terang?
Allah
Melakukan Perhitungan-Perhitungan Di Muka Bumi
Sebagai
Allah yang berdaulat, Ia melaksanakan kebenaran, kekudusan dan keadilan-Nya
memerintah secara sempurna tak bercela. Secara sempurna dan tak bercela di
sini, maksudnya, bahkan Ia tak memerlukan pertimbangan makhluk-makhluk ciptaan
dimanapun juga untuk mendasarkan keputusan-keputusan-Nya apapun juga, walau
dalam indra-indra manusia sangat mungkin janggal dan menggelikan. Ketika Ia
mengadakan perhitungan-perhitungan dalam kaitan memerintahnya kebenaran,
kekudusan dan keadilan-Nya maka memang satu-satunya pertimbangan adalah IA
sendiri dan hanya bagi diri-Nya sendiri. Sehingga tak mengherankan kalau
eksekusi perhitungan-perhitungan Allah melawan beragam wujud dosa/penyimpangan
bisa menjadi keterkejutan bagi manusia bahkan sekalipun Ia memutuskan untuk
mengungkapkan maksud-Nya untuk melaksanakan atau mengeksekusi
perhitungan-perhitungan di muka bumi ini. Dalam beberapa kasus, Allah memang
menyingkapkan maksud-Nya dalam melakukan perhitungan-perhitungan-Nya perhatikan
sejumlah peristiwa berikut ini:
▬Kepada
Abraham: Berpikirlah TUHAN: "Apakah
Aku akan menyembunyikan kepada Abraham apa yang hendak Kulakukan ini?- Kej
18:17
▬Kepada
Nuh: Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan.
Allah
menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan
hidup yang rusak di bumi. Berfirmanlah Allah kepada Nuh: "Aku
telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah
penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka
bersama-sama dengan bumi.
▬Kepada
Musa: Dan TUHAN berfirman: "Tetapi Aku
tahu, bahwa raja Mesir tidak akan membiarkan kamu pergi, kecuali dipaksa
oleh tangan yang kuat. Tetapi Aku akan mengacungkan tangan-Ku dan memukul Mesir
dengan segala perbuatan yang ajaib, yang akan Kulakukan di tengah-tengahnya;
sesudah itu ia akan membiarkan kamu pergi.-Keluaran 3:19-20
▬Kepada
Yesaya: Turunlah dan duduklah di atas debu, hai anak dara, puteri Babel!
Duduklah di tanah dengan tidak bertakhta, hai puteri Kasdim! Sebab engkau tidak
akan disebutkan lagi manis dan genit. Ambillah batu kilangan dan gilinglah
tepung, bukalah kerudungmu; angkatlah sarungmu, singkapkanlah paha,
seberangilah sungai-sungai! Biarlah auratmu tersingkap dan aibmu kelihatan! Aku akan mengadakan pembalasan dan tidak
menyayangkan seorangpun, kata Penebus kami,
TUHAN semesta alam nama-Nya, Yang Mahakudus, Allah Israel.- Yesaya 47:1-4
Dan
seterusnya anda akan menemukan pola-pola semacam ini dalam Alkitab, bahwa Allah
melakukan perhitungan-perhitungan di muka bumi ini.
Pada
hakekatnya, sebagaimana telah saya kemukakan, bahwa secara umum (Karena ada
pengecualian bagi Ayub dan Yesus pada ketiadaan relasi penderitaan terhadap dosa sebagai
konsekuensi ) penderitaan atau kesengsaraan manusia sebagai individu hingga
sebagai bangsa, berakar dari dosa. Celakanya lagi, dalam kemajuan zaman,
dosa-dosa pun merevolusi jiwa manusia sedemikian rupa sehingga telah menakarnya
bukan dosa, tetapi setidak-tidaknya tidak baik atau kurang baik dan setingginya
kurang bermoral atau tak bermoral, tetapi bukan dosa. Karena dosa pada gagasan katanya
lebih tinggi dari sekedar soal benar dan salah atau soal bermoral dan tak
bermoral, tetapi apakah benar atau apakah selaras dengan kehendak dan kekudusan
Allah di hadapan mata Tuhan!