Oleh : Martin Simamora
Tuhan Tidak Dapat Mencegah
Manusia Untuk Berbuat Jahat?
Bacalah lebih dulu bagian16
Apakah sedemikian pentingnya perihal “Allah telah menetapkan sebelumnya,” untuk dibicarakan
sebagai salah satu fondasi iman Kristen? Atau terlampau dibesar-besarkan
sebagai teramat penting? Jika ya, apakah yang menjadi dasar terkokoh? Mengulangi
kembali apa yang telah saya nyatakan sebelumnya: baik Allah dan Yesus Kristus
sendiri melontarkannya. Bahkan Yesus Kristus berkata bahwa Perjanjian Lama pada dasarnya berbicara
tentang dirinya yang belum dan akan
digenapi secara pasti. Mari kita lihat salah satu pernyataan Yesus tentang hal
ini, dalam sebuah cara yang keras terhadap ketakpercayaan para pendengar
“istimewanya” :
Lukas 24:25-27 “Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. [Yohanes 5:39-40, 1 Korintus 15:3, Matius 26:54, Markus 9:12, Lukas 24:46,]
Yesus secara terus terang, tegas dan keras menyatakan betapa segala sesuatu terkait dirinya telah dituliskan jauh sebelumnya didalam kitab suci sebagaimana telah dikatakan para nabi. Yesus mengklaim bahwa segala sesuatu yang dia telah, sedang dan akan lakukan telah dikatakan para nabi. Yesus mengatakan sebuah fakta “Allah telah menetapkan sebelumnya” dalam sebuah cara yang teramat keras bagi manusia bahwa dia harus menderita untuk kemuliaan-Nya? (saya sudah mengulas perihal ini pada seri sebelumnya). Kepada mereka yang TIDAK PERCAYA akan hal ini, Yesus mengatakan : “hai kamu orang bodoh.” Inilah sebuah jawaban dari Yesus terkait dirinya dalam bingkai “Allah telah menetapkan sebelumnya.” Coba juga bandingkan dengan PENJELASAN YESUS bagaimana tanggung jawab manusia dan betapa manusia dalam hal ini TIDAK terberangus KEHENDAK BEBASNYA [bacalah bagian 11 dari serial ini] dalam injil Matius 18:7; 26:24; 26:31-35; 26:56; Injil Markus 14:21.
Bahkan kita dapat melihat bagaimana ketika berbicara “Allah telah
menetapkan sebelumnya,” maka secara strategis, pasti akan terkait dengan diri Yesus Kristus
(sekali lagi dengan catatan bahwa anda mengakui catatan-catatan Injil adalah
hal yang bukan omong kosong), seperti yang ditunjukan oleh Injil Lukas:
Lukas 1:32-33 “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." [bandingkan dengan “Ketetapan Allah sebelumnya” dalam Perjanjian Lama : Yesaya 9:6, Hosea 3:5, Yesaya 9:7, Daniel 2:44,Daniel 7:14].
Mari
sejenak kita melihat penjelasan Rasul
Paulus terkait “Allah telah menetapkan sebelumnya” :
- 1 Korintus 15:3 “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, (4) bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya.”
Pernyataan Paulus adalah perihal hal “yang sangat penting.” Mengenai
peristiwa-peristiwa yang dikatakannya sebagai “sesuai
dengan kitab suci.” Dua kali setidaknya kita menemukan dalam
Alkitab LAI pernyataan “sesuai dengan kitab suci,” untuk menunjukan secara
jernih dan tegas bahwa peristiwa-peristiwa
; kematian Kristus, kebangkitan Kristus pada hari yang ketiga, Yesus telah
memperlihatkan dirinya kepada Kefas (Petrus) dan kemudian kepada kedua belas
muridnya adalah SELARAS ATAU SESUAI DENGAN APA YANG DINYATAKAN OLEH KITAB SUCI. Tentu saja kitab Suci di sini bukanlah
Perjanjian Baru sebagaimana kita kenal saat ini; tetapi sebagaimana yang
dinyatakan oleh Yesus Kristus dalam Injil Lukas 24:25-27.
Perihal “Allah telah menetapkan sebelumnya” atau “segala sesuatu
yang ditulis oleh para nabi adalah mengenal
dia” bukanlah “ide atau pemikiran” yang berasal dari manusia
siapapun, namun Yesus sendiri. Jikapun
Paulus sangat dikenal sebagai rasul yang
banyak menuliskan perihal yang dikenal sebagai Predestinasi, terutama
dalam Epistel Roma, maka “akar” doktrin
bukan berasal dari pemikiran teologia Paulus tetapi secara terang kita telah
melihat bahwa Yesus sendiri yang mengutarakan hal ini. Paulus bahkan kala mengatakan “yang sangat penting telah kusampaikan,
“ menuliskan “sesuai
dengan kitab suci” sebagai bingkai atas apa yang dia sebut sebagai
yang sangat penting; menunjukan bahwa peristiwa-peristiwa tersebut telah
ditetapkan sebelumnya bahkan jauh sebelum segala sesuatunya ada agar sebuah
peristiwa dapat terjadi.
Dengan demikian, kala anda turut serta “menyudutkan” perihal “Allah telah menetapkan sebelumnya,” atau “predestinasi” sebagai semata “produk” teologia tokoh-tokoh tertentu seperti, misalkan saja, Martin Luther atau Calvin (dan memang doktrin ini lebih tersohor sebagai doktrin Calvin) adalah keliru besar. Menyudutkan perihal ini sebagai semata produk teologia sama saja hendak mengatakan bahwa sama sekali sebuah dusta jika saya mengatakan bahwa “Allah telah menetapkan sebelumnya” atau “predestinasi” merupakan hal yang diajarkan oleh Yesus Kristus sendiri! Tentu saja, saya secara sangat berhati-hati, sejak bagian 9 telah berupaya memperlihatkan bahwa Yesus sendiri secara demonstratif dan keras kepada para murid-Nya dan juga orang banyak; telah memperlihatkan bahwa KESELURUHAN KEHIDUPANNYA adalah SESUAI DENGAN APA YANG TELAH DITULISKAN DALAM KITAB SUCI!
Ini, hanya segelintir hal saja tetang “Allah telah menetapkan sebelumnya,”sebagaimana dicatat dalam Perjanjian Lama, yang oleh Yesus
dikatakan bahwa kesemuanya bertutur
tentang dia; apa yang kita lihat saat ini adalah hal-hal yang “membesarkan hati,”
“pengharapan-pengharapan membahagiakan,” kontras dari hal-hal kelam yang juga telah Yesus utarakan. Dua hal yang bertolak belakang satu sama lain , dalam
bingkai “Allah telah menetapkan sebelumnya,” melekat tanpa bisa dipisahkan dari
diri Yesus.
Menolak, menertawakan, menganggap sebagai
hal tidak penting, telah membuat anda sebagai orang Kriten; jemaat apalagi
hamba Tuhan atau pendeta berada satu grup dengan mereka yang ateis; yang secara
gigih dan penuh dedikasi yang patut dihargai berupaya mengatakan bahwa semua
hal “Allah telah menetapkan sebelumnya” dalam
Perjanjian Lama yang dikaitkan dengan Yesus Kristus adalah omong kosong.
Perhatikan baik-baik! Ketika anda menyangka dengan
mengeliminasi perihal “Allah telah menetapkan sebelumnya” atas SETIAP peristiwa
di dunia ini, baik hal-hal membahagiakan dan hal-hal menyedihkan, maka itu akan
“menyelamatkan muka” Allah dan “menyelamatkan harga diri manusia,” maka yang
sesungguhnya terjadi adalah anda sedang memperlihatkan bahwa sebetulnya anda tidak tahu apapun juga
yang sedang anda lakukan. Ateisme, terutama yang dipunggawai oleh “Unholy
Trinity” : Sam Harris, Christopher Hitchens dan Richard Dawkins pun MELAKUKAN
HAL YANG SAMA dalam menilai “Allah telah
menetapkan sebelumnya” sesuai dengan Kitab suci; hanya saja “Tritunggal Unholy”
jauh lebih unggul daripada saudara dalam menggunakan “senjata” pembunuh
INTEGERITAS ALKITAB INI untuk secara langsung MEMBUNUH kredibilitas Yesus dan
kesaksian PL beserta kesaksian para rasul. “Tritunggal Unholy” secara jitu membunuh “Allah telah menetapkan
sebelumnya” pun pada akhirnya telah sukses membuat para penulis Injil sebagai
penipu dan Yesus tidak pernah seperti yang digambarkan oleh para penulis injil.
Memang anda, apakah jemaat ataukah pendeta, tidak sedikitpun
berniat sekeji “unholy trinity.” Jika kebanyakan anda menyerang “Allah telah
menetapkan sebelumnya” atau “predestinasi” sebagai perlawanan keras terhadap
sebuah doktrin tertentu, maka “unholy trinity” MENEMUKAN “Allah telah
menetapkan sebelumnya” memang secara gamblang “terumbar” dalam Alkitab. Itu
sebabnya semua bentuk DEKONSTRUKSI yang dilakukan oleh “unholy trinity” akan
berpangkal dari teks-teks kitab suci yang berpangkal dalam Perjanjian Lama untuk
kemudian dikontrakan pada Yesus.
Tahukah
anda, jemaat dan atau pendeta atau hamba Tuhan atau penginjil atau guru jemaat,
kala anda menolak perihal Allah telah menetapkan sebelumnya baik peristiwa
kelam dan peristiwa bahagia maka sesungguhnya anda sedang menolak Yesus yang
sejati dan sedang beriman kepada Yesus fiktif;
dalam bahasa lain yang sangat rasional, dengan demikian YESUS TIDAK
PERNAH ADA!
Saya tidak akan menyajikan pandangan-pandangan dari salah satu “unholy trinity” dalam keutuhannya namun hanya menyajikannya secara terbatas dengan maksud untuk memperlihatkan kepada anda bahwa serangan paling frontal pada diri Yesus oleh ateisme, menyasar pada “Allah telah menetapkan sebelumnya.” Gelombang “serangan” dibangun sedemikian rupa sehingga tidak hanya “menghancurkan”Yesus yang telah dinubuatkan JAUH SEBELUMNYA, namun juga para penulis Injil dan tentu saja teks-teks injil itu sendiri. Mengapa? Sebab para penulis injil percaya akan “Allah telah menetapkan sebelumnya” baik itu terkait peristiwa kelam dan peristiwa membahagiakan!
Fatalisme dan kebebasan manusia diberangus atau manusia
dengan demikian telah menjadi robot,
telah saya sanggah, setidaknya sejak bagian 9 dari artikel berseri ini.
Mari kita
lihat sejumlah pandangaan ateisme, salah
seorang dari “unholy trinity” berikut ini :
“Most of what the four canonical gospels share is derived from a common source, either Mark's gospel or a lost work of which Mark is the earliest extant descendant. Nobody knows who the four evangelists were, but they almost certainly never met Jesus personally. Much of what they wrote was in no sense an honest attempt at history but was simply rehashed from the Old Testament, because the gospel-makers were devoutly convinced that the life of Jesus must fulfil Old Testament prophecies [God Delusion, Richard Dawkins,hal 96-97].
[Hampir semua dari apa yang disajikan empat injil berasal dari sebuah sumber bersama,baik injil Markus atau sebuah karya yang hilang yang mana merupakan turunan paling awal yang masih ada. Tak seorangpun mengetahui siapakah dari keempat penginjil tersebut, tetapi mereka hampir pasti tidak pernah berjumpa dengan Yesus secara personal. Banyak dari apa yang mereka tulis bukan dalam sebuah pemahaman sejarah yang jujur tetapi pada dasarnya merupakan penggunaan ulang material lama dari Perjanjian Lama, karena para pembuat injil tersebut secara sepenuh hati dan pikiran meyakini bahwa kehidupan Yesus harus memenuhi nubuat-nubuat Perjanjian Lama]
Perlu diketahui, seperti halnya Christopher Hitchens, pun Dawkins
mengatakan bahwa Perjanjian Baru tidak lebih baik
daripada Perjanjian Lama; dengan kata lain Yesus tidak lebih daripada
Perjanjian Lama. Selain kita juga akan melihat secara nyata bagaimana Yesus dipisahkan dari keterkaitan ketat
dengan Perjanjian Lama atau “Allah
telah menetapkan sebelumnya.” Mereka
telah menilai bahwa Yesus lebih buruk daripada Perjanjian Lama dan
Yesus dinilai sebagai tak berupaya mengaitkan dirinya dengan apapun yang telah
ditetapkan sebelumnya atas dirinya dalam Perjanjian Lama. Mari kita simak
penjelasan Dawkins yang menarik ini:
“Is THE NEW TESTAMENT ANY BETTER?Well, there's no denying that, from a moral point of view, Jesus is a huge improvement over the cruel ogre of the Old Testament. Indeed Jesus, if he existed (or whoever wrote his script if he didn't) was surely one of the great ethical innovators of history. The Sermon on the Mount is way ahead of its time. His 'turn the other cheek' anticipated Gandhi and Martin Luther King by two thousand years.
[“apakah PERJANJIAN BARU MEMANG LEBIH BAIK? Baiklah, tidak ada sanggahan untuk itu, dari titik pandang moral, Yesus adalah sebuah perbaikah yang sangat besar atas kebengisan sadis Perjanjian Lama. Memang benar, jika Yesus memang eksis --(atau siapapun yang menuliskan skrip jika bukan dia yang mengatakannya)-- memang secara nyata salah seorang dari para inovator etika dalam sejarah. Khotbah di bukit jauh melampaui eranya. ‘Berilah pipi yang lain”-nya telah mengantisipasi Gandhi dan Matin Luther King 2000 tahun mendatang]
Selanjutnya, Dawkins menuliskan demikian:
... But the moral superiority of Jesus precisely bears out my point. Jesus was not content to derive his ethics from the scriptures of his upbringing. He explicitly departed from them, for example when he deflated the dire warnings about breaking the sabbath. 'The sabbath was made for man, not man for the sabbath' has been generalized into a wise proverb. Since a principal thesis of this chapter is that we do not, and should not, derive our morals from scripture, Jesus has to be honoured as a model for that very thesis.
[...Tetapi superioritas moral Yesus secara presesi mengonfirmasi atau mengukuhkan poin yang saya unjuk. Yesus tidak sepenuhnya berkeinginan untuk mengembangkan etika-etikanya bersumber dari nas-nas kitab suci yang mengisahkan pembentukan/pemunculan dirinya. Dia secara eksplisit melepaskan dari nas-nas kitab suci yang demikian (maksudnya apa yang dikira sebagai teks PL yang mengisahkan dirinya yang belum datang ke dunia ini—red Anchor), sebagai contohnya ketika dia melemahkan peringatan-peringatan berkonsekuensi keras tentang melanggar sabat. “Sabat telah dibuat untuk manusia, bukan manusia untuk sabat’ telah digeneralisasi menjadi sebuah amsal bijak. Karena sebuah tesis prinsipal pada bab ini adalah bahwa kita tidak, dan tidak seharusnya, mengembangkan moral-moral kita dari kitab suci, Yesus harus dihormati sebagai model bagi tesis utama ini]
Dawkins,
terkait Yesus lebih buruk daripada Perjanjian Lama, dapat dilihat dari
pendapatnya berikut ini:
Jesus' family values, it has to be admitted, were not such as one might wish to focus on. He was short, to the point of brusqueness, with his own mother, and he encouraged his disciples to abandon their families to follow him. 'If any man come to me and hate not his father, and mother, and wife, and children, and brethren, and sisters, yea and his own life also, he cannot be my disciple.'
[ Nilai-nilai keluarga yang dianut Yesus, harus diakui, bukan sesuatu yang berangkali diinginkan untuk diperhatikan. Dia kasar, pada titik tak terduga dan lancang, dengan ibunya sendiri, dan dia mendorong murid-muridnya untuk meninggalkan keluarga mereka untuk mengikut dia. ‘Jika siapapun datang kepadaku dan tidak membenci ayahnya, dan ibunya, dan isterinya, dan anak-anak, dan saudara-saudaranya, dan saudari-saudarinya, memang benar demikian dan juga hidupnya sendiri, dia tidak dapat menjadi muridku. God Delusion, Richard Dawkins, hal 245]
Dan,
tentu saja ini adalah bagian yang perlu anda perhatikan, bagaimana “Allah telah
menetapkan sebelumnya” dinilai sebagai hal teramat konyol untuk diterima, sebagaimana
terlihat nyata :
“but there are other teachings in the New Testament that no good person should support. I refer especially to the central doctrine of Christianity: that of 'atonement' for 'original sin'. This teaching, which lies at the heart of New Testament theology, is almost as morally obnoxious as the story of Abraham setting out to barbecue Isaac, which it resembles - and that is no accident, as Geza Vermes makes clear in The Changing Faces of Jesus. Original sin itself comes straight from the Old Testament myth of Adam and Eve.
[“tetapi ada pengajaran-pengajaran lain dalam Perjanjian Baru yang mana tidak ada orang baik berkewajiban mendukungnya. Saya secara khusus merujuk pada doktrin sentral Kekristenan : yaitu ‘penebusan” untuk ‘dosa asal.’ Pengajaran ini, yang terletak di jantung teologia Perjanjian Baru, secara moral pada dasarnya sangat berbahaya/jahat seperti kisah Abraham yang diharuskan memanggang Ishak, yang mana hal ini menyerupai—dan itu bukan kebetulan, sebagaimana Geza Vermas menjelaskan dalam The Changing Faces of Jesus. Dosa asal itu sendiri bersumber langsung dari mitos Perjanjian Lama tentang Adam dan Hawa. God Delusion, Richard Dawkins, hal 246]
Kemudian
selanjutnya :
“In the latter half of Hartung's paper, he moves on to the New Testament. To give a brief summary of his thesis, Jesus was a devotee of the same in-group morality - coupled with out-group hostility - that was taken for granted in the Old Testament.”
[Dalam setengah bagian selanjutnya pada paper Hartung, dia bergerak ke Perjanjian Baru. Untuk memberikan sebuah rangkuman singkat dari tesisnya ini, Yesus adalah seorang yang sangat antusias atau berminat pada kelompok dengan kesamaan moralitas—diiringi dengan kelompok luar yang bermusuhan —hal itu diterima sebagai hal yang memang demikianlah harus terjadi sebagaimana dinyatakan dalam Perjanjian Lama.” (God Delusion, Richard Dawkins,hal.252)]
Sekarang, mari
kita lihat bagaimana Injil menggambarkan
peristiwa-peristiwa yang dipandang oleh “unholy trinity” sebagai hal “omong
kosong.” Hal sama yang diutarakan oleh para penentang “Allah telah menetapkan
sebelumnya” atau “predestinasi” sekalipun dalam cara yang TERKESAN sopan dan menyelamatkan “muka atau
reputasi Allah’ menjadi kejam dan “muka atau reputasi manusia” sebagai robot
atau kehendak bebasnya yang diberangus akibat doktrin “Allah telah menetapkan
sebelumnya.”
Kita telah melihat bagaimana para serdadu Romawi telah menghempaskan kemanusiaan dan kebangsawanan Yesus dari sebuah ketinggian yang tak terpikirkan ke sebuah kerendahan yang tak berdasar. Kita telah melihat sebuah kontras yang ekstrim; kita sudah melihat bahwa tidak sama sekali Allah melakukan improvisasi agar dengan demikian apa yang telah ditetapkan Allah sebelumnya tidak meleset; seolah Allah kejam dan manusia pada dasarnya sangat mulia tak memiliki benih-benih kejahatan!
Apa
yang akan saya sajikan akan menggambarkan bagaimana PENGGENAPAN segala sesuatu
yang telah ALLAH TETAPKAN SEBELUMNYA telah tergenapi dalam sebuah kealamian
yang luar biasa natural dalam dunia dan manusia yang dikuasai keinginan dosa!
Pernahkah anda
dapat memikirkan sebuah massa dalam jumlah besar yang dikenal sebagai para
pengelu Yesus Kristus dapat secara
seketika dalam durasi yang singkat berubah menjadi para “pembunuh” atas orang
yang sebelumnya telah dilambungkan
setinggi ketinggian yang sangat megah dan sangat personal oleh
pengelunya. Sekalipun pemerintah telah menyatakan tidak ada kesalahan yang
dapat membenarkan bagi negara untuk mengeksekusi Yesus! Negara bahkan
untuk memiliki landasan LEGAL untuk mengeksekusi yang tidak bersalah
menggunakan sebuah “tradisi” untuk membebaskan seorang pejahat.
Siapakah yang
hendak kalian bebaskan wahai rakyat ? Apakah Yesus ini yang tidak dijumpai
kesalahannya oleh negara namun kalian bersikukuh untuk menjadikannya yang
bersalah ATAUKAH Yesus Barabas yang telah dijumpai kesalahannya oleh negara dan
memiliki landasan Legal!
Siapakah yang
dipilih?
Matius 27:11- 26
- "(11)Lalu Yesus dihadapkan kepada wali negeri. Dan wali negeri bertanya kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya."(12) Tetapi atas tuduhan yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua terhadap Dia, Ia tidak memberi jawab apapun.(13) Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?"
- (14) Tetapi Ia tidak menjawab suatu katapun, sehingga wali negeri itu sangat heran.(15) Telah menjadi kebiasaan bagi wali negeri untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya itu atas pilihan orang banyak.(16) Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabas.(17) Karena mereka sudah berkumpul di sana, Pilatus berkata kepada mereka: "Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?"(18) Ia memang mengetahui, bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki.(19) Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya mengirim pesan kepadanya: "Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam."
- (20) Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak bertekad untuk meminta
supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati.(21) Wali negeri
menjawab dan berkata kepada mereka: "Siapa di
antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?" Kata
mereka: "Barabas." (22) Kata
Pilatus kepada mereka: "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?"
Mereka semua berseru: "Ia harus
disalibkan!"
- (23) Katanya: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Ia harus disalibkan!"(24) Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!"(25) Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!"(26) Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.
Pada bagian sebelumnya yang mengulas YESUS SAAT
DIPERIKSA OLEH MAHKAMAH AGAMA sebagaimana digambarkan Injil Matius 26:57-68,
saya telah menyorot bagaimana Yesus secara legal tidak dapat dibuktikan sama
sekali apakah kesalahan atau kejahatan yang telah dia perbuat sehingga layak
untuk ditangkap dan dihukum. Bahkan SEKALIPUN telah dihadirkan BANYAK SAKSI
DUSTA, pun TIDAK BISA MEMBUAT YESUS MENJADI BERSALAH (ayat 60). Dapatkah anda membayangkan seseorang tetap
tidak dapat ditemukan kesalahannya sekalipun dihadirkan BANYAK SAKSI DUSTA.
Kita dapat katakan bahwa ditempat-tempat “tersembunyi” sekalipun Yesus tidak
setitikpun melakukan tindakan YANG DAPAT DIPELINTIR dan dapat digunakan sebagai
sebuah bukti legal.
Saya pastikan tidak ada manusia FANA yang sanggup secara sempurna NIR DOSA; NIR KESALAHAN; NIR KELENGAHAN; NIR CELA; NIR KECENDERUNGAN SELALU BERDOSA. Sehingga MUSTAHIL untuk MEREKAYASA sebuah kisah yang dapat membuat dia menjadi MANUSIA YESUS yang bersalah dalam ketidaksalahannya. BANYAKNYA SAKSI DUSTA, PUN TELAH TUMPUL untuk menyudutkan Yesus! Dalam hal ini Yesus haruslah dikatakan bukan SEMATA manusia mengingat kondisi kehidupan sehari-harinya SUPER SEMPURNA dalam kemanusiaanya sekalipun; kita tahu hanya ALLAH yang TIADA CELA dalam KESEMPURNAAN SEMULIA ini!
Saya juga telah menampilkan bahwa dalam hal ini
(kehadiran para saksi palsu YANG GAGAL karena ketidakbersalahan Yesus secara
sempurna), kita melihat hal ini menjadi momentum KRITIKAL bagi penggenapan “ketetapan Allah sebelumnya”
bahwa dia harus mati disalibkan dan dikuburkan dan bangkit pada hari yang ketiga. Kita juga telah melihat
bahwa tidak sedikitpun terlihat Allah lalu mengeluarkan sebuah aksi darurat
untuk menyelamatkan kondisi “berbaya” bagi penggenapan “ketetapan” Allah.
Justru para manusialah yang mati-matian memastikan
agar yang tidak salah itu dengan cara bagaimanapun harus salah. Saya sudah
menjelaskan perihal ini pada bagian sebelumnya.
Dan, untuk kali kedua hal yang sama terjadi, hanya saja
kali ini kebrutalan dan nafsu dosa yang menjiwai jiwa-jiwa manusia tampil dalam
kepenuhanan yang seliar-liarnya! Bahkan keliaran itu memampukan para manusia
untuk MEMBUNUH masa depan cerah keturunan-keturunan mereka demi sebuah obsesi: MEMBUNUH YESUS!
(1)
Ketika seorang Raja, dalam penghinaan yang tragis, menolak menanggapi tudingan
saksi-saksi PALSU :
(11) Lalu Yesus dihadapkan kepada wali negeri. Dan wali negeri bertanya kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya."(12) Tetapi atas tuduhan yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua terhadap Dia, Ia tidak memberi jawab apapun.(13) Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?"
Sang wali negeri mengajukan jawaban yang maha penting
bagi dirinya sebagai seorang penguasa politis, terkait “kebangsawanan” Yesus;
hal yang pasti tidak asing sebab sebelumnya massa dalam jumlah sangat banyak
menyambut dia sebagai raja. Sang wali negeri bertanya ‘Engkaukah raja orang
Yahudi?” Dan Yesus memberikan jawaban yang memastikan kebenaran kabar penting
di tangan sang wali dengan berkata “Engkau sendiri mengatakannya.”
Ini merupakan “tuduhan” yang TIDAK
disangkali oleh Yesus bahwa dia memang
benar seorang raja!
Kini yang
berdiri dihadapan sang wali negeri adalah seorang raja; dia yang diperiksa
adalah seorang raja. Dengan kata lain,
kita sedang menyaksikan sebuah pemeriksaan yang istimewa sebab seorang raja
sedang diperiksa secara terbuka, tanpa perlakuan khusus, tanpa penghormatan
sepatutnya, tanpa disediakan seorang pembela, tanpa barang bukti atau
temuan-temuan awal yang kuat selain saksi-saksi palsu yang sukses membuat Yesus
yang tidak bersalah. (sebab dia sama
sekali tidak pernah menghancurkan bangunan bait suci sebagaimana yang
DISANGKAKAN oleh para saksi palsu; saksi palsu melakukan interpretasi yang
tidak rasional terhadap perkataan Yesus tersebut, sebab sebagaimana mereka akui
sendiri bagaimana mungkin seseorang menghancurkannya dan kemudian membangunnya
dalam waktu singkat. Mereka tahu sekali
itu adalah sebuah niat kejahatan yang mustahil, jikapun hendak dipahami
sebagai kejahatan).
Sang wali negeri pun kemudian melanjutkan
pemeriksaannya atas Yesus dengan menanyakan padanya perihal tudingan para saksi
palsu. Dalam hal ini sang raja DIAM
menolak untuk menjawab!
Sang raja MENOLAK untuk berurusan dengan kepalsuan.
Dengan kata lain, kepada sang wali negeri, Yesus seolah hendak memberitahu
bahwa hanya terhadap FAKTA dia akan
menjawab. Segala sesuatu yang bukan fakta
tidaklah layak untuk dimasukan dalam daftar tanya pemeriksaan pengadilan
“terhormat.” Yesus dapat dikatakan sedang mendemonstrasikan kepada para manusia
bahwa bagi Allah, dusta dan atau kepalsuan tidak memiliki nilai sama sekali
untuk diapresiasi sedemikian tingginya, sampai-sampai perlu dijawab dalam
sebuah pemeriksaan pengadilan di dunia ini sekalipun!
(2)
Ketika sang raja MENOLAK untuk menggunakan hak membela diri
(14) Tetapi Ia tidak menjawab suatu katapun, sehingga wali negeri itu sangat heran.(15) Telah menjadi kebiasaan bagi wali negeri untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya itu atas pilihan orang banyak.(16) Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabas.(17) Karena mereka sudah berkumpul di sana, Pilatus berkata kepada mereka: "Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?"(18) Ia memang mengetahui, bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki.(19) Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya mengirim pesan kepadanya: "Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam."
Tahukah anda bahwa dalam pengadilan ini, Yesus
memiliki peluang untuk membela dirinya. Di mata sang wali negeri ini adalah
“kemurahan hati” yang dapat dia tawarkan kepada seorang raja yang menjadi
pesakitan bukan karena kejahatan tetapi akibat KEDENGKIAN! Tetapi SUNGGUH MENGHERANKAN, Yesus tidak menggunakan kesempatan ini sebagai momentum emas dan paling
menentukan bagi hidup matinya! Tidak ada
keterangan mengapa Yesus menolak untuk menjawab tudingan para saksi palsu
itu, sebab Yesus tidak menjawab suatu
katapun. Padahal tentu saja jawaban atau
sanggahan Yesus diharapkan akan memberikan angin keberuntungan ketika dia
menggunakan hak istimewa yang melekat
pada dirinya yang memimpin persidangan itu.
Lantas, apakah penjelasan paling rasional dan paling sahih terkait penolakan Yesus untuk membela dan menyelamatkan dirinya dari “jebakan” ini? Penjelasan yang tak mungkin salah terkait mengapa Yesus tidak menggunakan momentum untuk MEMBELA DIRINYA adalah :
Matius 26:53-54 “Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?"
Sebab Yesus datang ke dunia ini SEBAGAIMANA YANG TELAH
DITULISKAN DALAM KITAB SUCI! Dalam hal ini, semua berlangsung DITENGAH-TENGAH
kealamian manusia dan dunia yang dikuasai oleh dosa; Yesus hanya perlu MEMILIH
apa dan bagaimana dia harus bertindak dalam dunia dimana manusia dan sejarahnya
sejak semula adalah OBYEK KEDAULATAN ALLAH. Ciptaan-ciptaan yang tidak pernah
akan bisa melarikan dirinya menjauhi kemahaan Allah atas setiap
ciptaan-ciptaannya. Tentu saja sang wali negeri
tidak mengetahui bahwa Yesus sedang menggenapi apa yang harus terjadi
sebagaimana tertulis didalam kitab suci.
Keheranan wali negeri yang sedemikian kuat, sekaligus
merefleksikan secara cemerlang bahwa dalam
hal “ALLAH TELAH MENETAPKAN SEGALA SESUATUNYA”tidak membuat sang wali
negeri kehilangan kepenuhan dirinya sebagai pribadi yang dapat
berpikir, menganalisa dan menimbang situasi yang sedang terjadi. Sang wali
negeri tidaklah menjadi robot; ada keheranan; ada sebuah konflik dalam benaknya menilai Yesus yang tidak
merespon tuduhan-tuduhan itu. Sebab itu sama saja membuat dirinya tidak dapat
berbuat lebih banyak lagi untuk meluputkan Yesus.
Bahkan dalam
ALLAH TELAH MENETAPKAN SEBELUMNYA baik itu peristiwa kelam dan peristiwa
menyenangkan, sang wali negeri nyata berjuang keras dengan segala daya dan
kapasitasnya untuk menciptakan peluang yang berangkali akan berpihak kepada
Yesus.
Mari kita lihat upaya penuh dari sang wali
negeri untuk menghadirkan keadilan bagi Yesus; atau setidak-tidaknya memberikan
peluang positif bagi Yesus (berarti manusia dapat memahaminya sebagai
membahayakan ketetapan Allah untuk dapat gagal). Telah menjadi kebiasaan bagi wali negeri untuk
membebaskan
satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya itu atas pilihan orang banyak.(16)
Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya yang
bernama Yesus Barabas.(17)
Karena mereka sudah berkumpul
di sana, Pilatus berkata kepada mereka: "Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan
bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?"
Sang wali negeri sedang menggunakan hak istimewanya sebagai seorang penguasa melalui mekanisme OPSI dimana ditawarkan seorang penjahat untuk disandingkan dengan Yesus. Ini memang sebuah langkah yang menjadi sangat strategis sebab sang wali negeri tahu bahwa pengadilan atas diri Yesus ini pada dasarnya dilatari oleh kedengkian. Dengan kata lain, Yesus secara legal dan aktual memang tidak bersalah. Sangat wajar andai sang wali berharap Yesus kemungkinan besar akan dilepaskan sebab mata orang banyak tidak akan bisa menyangkali bahwa Yesus Kristus lebih layak dibebaskan ketimbang Yesus Barabas.
Logika yang sehat adalah: massa akan bulat memilih
Yesus yang dibebaskan ketimbang membebaskan penjahat untuk kemudian hadir kembali sebagai yang
diinginkan oleh masyarakat! Kita bahkan
melihat bahwa tak hanya tidak ada bukti-bukti sahih untuk menjerumuskan Yesus
kedalam sebuah penghukuman; tetapi isterinya pun menyatakan bahwa Yesus
adalah ORANG BENAR! “isterinya
mengirim pesan kepadanya: "Jangan engkau mencampuri perkara orang
benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi
malam."
(3)
Ketika sang raja kalah mulia dibandingkan dengan sang penjahat, di mata rakyat
kebanyakan
(20) Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati.(21) Wali negeri menjawab dan berkata kepada mereka: "Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?" Kata mereka: "Barabas." (22) Kata Pilatus kepada mereka: "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?" Mereka semua berseru: "Ia harus disalibkan!"
Apakah mekanisme yang melekat pada diri sang wali
negeri dapat “meringankan” tekanan pada diri Yesus? Apakah penolakan Yesus
terhadap kesempatan membela diri telah menunjukan bahwa Allah telah melakukan
IMPROVISASI agar apa yang telah tertulis dalam kitab suci menjadi tergenapi?
Dan apakah Yesus berupaya keras untuk menyelaraskan dirinya dengan situasi yang
telah dituliskan oleh kitab suci? Dan apakah Yesus perlu berseru kepada Bapa
agar dia sukses menggenapi apa yang telah tertulis dalam kitab suci?
Tidak sama sekali, sebab dalam
dunia dan segenap manusia yang telah terbingkai oleh “Allah telah
menetapkan sebelumnya,” telah menjadikan
dunia dan segenap manusia menjadi OBYEK
KEDAULATAN ALLAH. Tiada peristiwa apapun
juga yang tidak sujud pada kepentingan dan maksud Allah; terefleksi secara sempurna dalam berbagai
peristiwa yang alamiah tanpa perlu Allah melakukan improvisasi seolah semua
yang ditetapkan Allah itu berpotensi menyimpang dalam derajat yang
membahayakan!
Tidak sama sekali, sebab :
- Imam-imam MENGHASUT
- orang banyak BERTEKAD
- Wali negeri menyakan APA yang menjadi KEHENDAK orang banyak itu agar DIPERBUAT oleh sang wali negeri
- Orang banyak MEMBUAT PILIHAN, nama Yesus Barabas adalah PILIHAN orang banyak
- sang wali negeri kembali menanyakan apa yang harus dia PERBUAT terhadap Yesus Kristus.
- Orang banyak BERSEPAKAT untuk BERSERU bahwa Yesus HARUS DISALIBKAN.
Tidakkah ini sebuah hal yang secara luar biasa bahwa kala
dunia, manusia serta sejarahnya yang
memang adalah OBYEK KEDAULATAN ALLAH,
tetap memiliki kepenuhan sebagai manusia yang sanggup secara mandiri
dalam sadar penuh untuk membuat keputusan, untuk membuat pilihannya sendiri.
Terlepas dari fakta bahwa mereka dalam pengaruh hasutan pihak lain dan fakta
bahwa mereka sedang melawan Allah yang menjadi manusia, sang Firman!
Mengatakan bahwa Allah melakukan improvisasi, Yesus berjuang
keras untuk menyelaraskan semua nubuat PL pada dirinya, pada dasarnya tidak dapat diterima sebagai sebuah simpulan
rasional mana kala kita
menjumpai “menghasut,” “bertekad,” “kehendak,” “pilihan” pada orang banyak.
Kita menemukan kata-kata Aktif pada manusia; sebuah kontra untuk improvisasi,
perobotan manusia, kehendak bebas yang diberangus dan para penulis Injil yang
berupaya sedemikian rupa agar Yesus terbukti menggenapi semua nubuat PL. Sebaliknya, banyak ditemukan
momen-momen yang membahayakan Yesus untuk menggenapi apa yang harus dia genapi
untuk terjadi, bahkan Petrus sendiri
dalam berkali kesempatan secara frontal berupaya MENGHADANG Yesus untuk
melakukan apa yang tertulis dalam kitab suci!
(4)
Ketika sang raja disalibkan oleh orang banyak sebab TIDAK BERSALAH
(23) Katanya: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Ia harus disalibkan!"(24) Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!"(25) Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!"(26) Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.
Dunia dan segenap manusia memang secara nyata telah menjadi OBYEK KEDAULATAN ALLAH. Ini berarti hati dan pikiran manusia pun adalah OBYEK KEDAULATAN ALLAH; niat atau kehendak manusia pun adalah OBYEK KEDAULATAN ALLAH; amarah massa dan kedengkian hati manusia pun adalah OBYEK KEDAULATAN ALLAH. Tetapi tidak sama sekali manusia menjadi robot; kehilangan kehendak bebas; Allah berimprovisasi! Dalam dunia yang berdosa Allah tidak perlu untuk melakukan improvisasi baik pada peristiwa jahat dan peristiwa baik. Mengapa? Sebab pada dasarnya manusia menyukai kejahatan dalam level yang tidak terpikirkan; sebab pada dasarnya manusia merindukan peristiwa-peristiwa membahagiakan. Atas keduanya, Kedaulatan Allah telah berdiri sebagai SUBYEK atas semuanya itu; kedua hal tersebut adalah Obyek Kedaulatan Allah. Allah ada dalam peristiwa suka; Allah ada dalam peristiwa duka; Allah ada dalam peristiwa kematian Yesus; Allah ada dalam peristiwa kebangkitan Yesus; Allah ada dalam peristiwa penghianatan Yudas, dan Yudas melakukan penghianatan itu dalam kemerdekaan dia sebagai manusia yang diberi ruang untuk mengeksekusi keinginannya; Allah ada dalam peristiwa penyangkalan Petrus bahkan memberikan sebuah “tanda kehadiran-Nya” melalui kokok seekor ayam. Anda MUSTAHIL tidak menemukan Bapa dalam setiap peristiwa (sebab segala sesuatu DILUAR DIRINYA adalah OBYEK KEDAULATANNYA!), bagaimana mungkin kokok seekor ayam harus masuk dalam peristiwa yang telah ditetapkan Allah sebelumnya? Apakah ayam perlu dipaksa untuk berkokok sebanyak tiga kali; tidakkah mungkin ayam akan berbahagia untuk melayani Penciptanya dalam peristiwa dimana ayam tersebut dilibatkan; tidakkah matahari dan bulan juga berbahagia melayani penciptanya dalam pergantian hari sehingga sang ayam berkokok sesuai dengan waktu dan ketetapan sang Pecipta, Bapa yang kekal dan perkasa?
Renungkanlah,
apakah Bapa sebesar itu bagi dirimu?
Sehingga tidaklah aneh, kita akan selalu MELIHAT KEALAMIAN
dan bukannya IMPROVISASI apalagi FATALISME. “Allah telah menetapkan sebelumnya”
lahir dari Bapa dan dieksekusi oleh Anak.
Baik Bapa dan Anak adalah empunya
semesta dan empunya segala ketetapan atas semua peristiwa di dunia ini. Baik
Bapa dan Anak adalah empunya segala ciptaan termasuk manusia dan tidaklah perlu
kaget jika sang Pencipta adalah PENGUASA ATAS SETIAP PERISTIWA DAN SEJARAH!
Baca dan
perhatikan secara cermat, sejumlah hal
di bawah ini :
- "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?
- mereka makin keras berteriak: "Ia harus disalibkan!
- Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!"
- Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!"
- Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.
Apa yang dapat anda
lihat dan katakan? Tidakkah betapa merdeka yang semerdeka-merdekanya manusia
itu dalam mendemontrasikan KEBEJATAN TOTALNYA dalam derajat yang menggidikan
siapapun? Dari mana asalnya keberingasan karakter massal itu? Tidakkah banyak
diantara mereka adalah mereka yang melepaskan baju dan menghamparkan baju di
jalan ketika Yesus masuk ke Yerusalaem; tidakkah kebanyakan mereka adalah orang
yang mematahkan ranting dan menghamparkannya di jalan untuk menyambut Yesus
memasuki Yerusalem; tidakkah banyak diantara mereka yang berteriak nyaring
bahwa dia adalah seorang raja?
Yesus disalibkan adalah sebuah ketetapan Allah; Yesus
disalibkan terjadi dalam peristiwa-peristiwa alamiah sebab KEDAULATAN ALLAH
terlampau agung dan dahsyat untuk sampai memerlukan sebuah improvisasi murahan
dan naif. Seolah Tuhan bukan Tuhan!
Bersambung
ke Bagian 18
***
No comments:
Post a Comment