Oleh : Martin Simamora
Selamat Menyambut dan
Memasuki Tahun 2015
"Ketika Kristus Berdoa Bagi
Masa Depanmu"
Sebentar lagi, dalam
hitungan jam, jika Tuhan berkenan maka saya dan anda akan memasuki tahun
baru entah dalam keadaan sehat atau
sakit dan entah apapun juga keadaanmu. Saya katakan demikian sebab juga ada
mereka yang memasuki tahun baru dalam
keadaan perang, dalam pelarian atau pengungsian akibat perang atau kelaparan,
atau dalam kesedihan dan duka yang mendalam. Pada kesempatan ini saya ingin menyatakan turut bersimpati dan
berduka kepada setiap keluarga yang berduka karena anggota keluarganya mengalami musibah dalam jatuhnya pesawat AirAsia, penerbangan Surabaya-Singapura, biarlah kasih Tuhan kiranya mendekap setiap hati yang berduka. Dan bagi setiap orang Kristen atau keluarga Kristen hendaklah setiap dari kita memandang ke belakang- apa yang telah terjadi untuk tetap mengucap syukur dalam
segala hal, ya dalam segala hal termasuk
keadaan yang menyedihkan bukan saja menggembirakan dan termasuk keadaan sukar
bukan saja keadaan mudah atau menyenangkan (renungkanlah 1 Tesalonika
5:18, Efesus 5:20), dan juga hendaklah setiap kita memandang masa depan dengan
senantiasa melibatkan Tuhan dalam segala yang direncanakan sebab kita tak tahu
sama sekali apa yang akan terjadi pada esok hari dan pada diri kita sendiri;
kita sama sekali tak berkuasa atau tak memiliki kendali apapun akan masa depan
bahkan pada hidup diri sendiri (bandingkan dengan Yakobus 4:13-15, Amsal 20:24,
Amsal 37:23, Yeremia 10:23).
Masa lalu dan masa depan,
dalam kedua hal tersebut kita tidak memiliki kuasa dan kendali apapun itu
sebabnya kepada masa lalu yang telah
dilalui atas apapun juga kita diperintahkan untuk mengucap syukur dan kepada
masa depan yang belum dilalui kita
diperintahkan untuk melibatkan Tuhan. Jika kita tidak melibatkan Tuhan dalam setiap hal yang hendak kita lakukan
maka kita adalah manusia-manusia sombong atau congkak (Yakobus 4:16, Amsal 27:1),
dan itu adalah sebuah dosa (Yakobus 4:17).
Maka demikianlah setiap dari
kita yang percaya kepadaNya seharusnya, merendahkan diri dihadapanNya dengan
sebuah pengucapan syukur walau itu harus
berupa deraian air mata kesedihan dengan tetap memadang kepadaNya, demikian
juga dengan hati kokoh dan penuh keyakinan menyongsong masa depan sebab Dia
telah ada di sana bagi kita untuk menyediakan segala jawaban terbaik dan
pemeliharaan terbaik sesuai dengan hikmatNya.
It is well with my soul - lirik dan kisah dibalik lagu ini
Pilihan
dan Perencanaan Yang Seturut Dengan Kehendak Tuhan
Mari
sebentar kita membaca Yakobus 4:13-15:
(13) Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung",(14) sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu?Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.(15) Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."
Nas
ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari setiap manusia. Manusia adalah
mahluk yang bekerja; manusia bahkan mahluk yang dapat membuat perencanaan akan
masa depannya tak hanya untuk esok hari atau minggu depan atau bulan depan atau
tahun depan. Bahkan ada manusia-manusia yang sanggup membuat perencanaan bagi
anak cucunya. Begitulah manusia sebagai mahluk yang diciptakan dengan kemampuan bekerja atau berkarya dan
merencanakan atau merancang sebagaimana Tuhan memang merajutkan pada manusia
(bandingkan dengan Kejadian 1:27). Hal ini kerap disebut sebagai “free will”
atau kehendak bebas, padahal manusia mustahil seperti Tuhan sebagaimana Dia adalah divine atau ilahi yang bebas dan tidak
perlu menundukkan dirinya pada siapapun atau apapun juga di luar diriNya, seolah
dia membutuhkan nasihat atau izin untuk
bertindak.
Yakobus
4 memperlihatkan poin ini, bahkan dengan
mengambil sebuah representasi dalam sebuah kehidupan sehari-hari manusia “Hari ini atau besok kami berangkat ke kota
anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung"
yang menggambarkan aktivitas manusia dalam mencari nafkah atau dalam berdagang
atau dalam berbisnis demi kehidupan atau
masa depan yang baik.
Yakobus
4 dalam hal ini secara gamblang dan lugas mengingatkan siapakah manusia itu
sesungguhnya dan bagaimanakah seharusnya manusia itu terhadap Tuhan. Manusia
tidak mungkin memperlakukan rencana atau
perencanaannya yang matang sekalipun sebagai sebuah kepemilikan pasti yang telah
berada di dalam genggaman tangannya. Berbeda dengan Tuhan yang merencanakan dan
memiliki apa yang direncanakan itu sebagai sebuah hal pasti yang telah berada di dalam genggaman tanganNya :
Mazmur
33:6-9
(6)
Oleh
firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari
mulut-Nya segala tentaranya.(7) Ia mengumpulkan air laut
seperti dalam bendungan, Ia menaruh samudera raya ke dalam wadah.(8) Biarlah
segenap bumi takut kepada TUHAN, biarlah semua penduduk dunia gentar terhadap
Dia!(9) Sebab
Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada.
Manusia
tidak bisa dan mustahil seperti Tuhan yang berencana dan berkehendak maka
semuanya menjadi ada atau terwujud! Jika Tuhan berkata atau berencana maka semuanya terjadi sebagaimana yang dimaksudkannya,
maka tidak pada manusia. Begitulah
Mazmur 33 menyingkapkan realita ini “Dia
berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada.”
Mazmur 33 menyingkapkan bagaimana Kehendak Tuhan tidak hanya bebas dalam
gagasan atau bebas dalam merancang namun juga bebas merdeka dalam
mewujudkannya oleh sebab dia
memiliki kuasa dan otoritas yang membuat
segenap elemen alam semesta dan segenap elemen kekekalan tunduk melayani
perkataanNya. Hal semacam ini hanya ada pada Tuhan, pada Yesus:
Lukas
28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala
kuasa di sorga dan di bumi.
Kuasa
yang mencakup otoritas di sorga dan di bumi inilah yang membuat perkataan atau perencanaan Yesus sukses berjalan secara
sempurna sejak mulanya hingga saat ini
dan akan terus demikian sampai Dia datang kembali. Perhatikan ayat 19:
“Karena
itu pergilah, jadikanlah
semua
bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus,”
pada
teks ini –ayat 19- kita melihat akibat ultimat dari “diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” Sambil mengingat bahwa sangatlah
sukar untuk menyelami dan menduga makna segala kuasa dalam dua dunia yang
sangat berbeda: sorga dan bumi. Tetapi jelas apa yang diterima Yesus
dari Bapa adalah sebuah kuasa bersama
otoritas yang membuat Dia dapat memberikan perintah yang bahkan
dimandatkan untuk dilakukan oleh si
penerima atau para penerima dalam sebuah kenyataan yang menakjubkan bahwa perkataan atau kehendak atau rencana
Yesus tersebut dapat dieksekusi melalui
para penerima mandat. Dan kita tahu
pemandatan ini tetap bergaung dalam kuasa dan otoritas yang sama dalam
sebuah spektrum pewujudan yang melampaui dan menghancurkan tembok-tembok
pembatas yang bagaimanapun juga agar
kata-kata atau kehendak atau rencana Yesus bisa menyentuh dan berdampak
pada setiap orang pendengar Injil dari segala bangsa yang ada di dunia ini.
Itu
Tuhan dan itulah Yesus, bahwa dia berencana dan apapun juga akan terjadi oleh
sebab dalam berencana Dia adalah pemilik kuasa dan otoritas di sorga dan di
bumi. Sementara pada manusia, sekalipun memiliki kemampuan berencana dan
kemampuan untuk mewujudkannya namun tidak dalam sebuah rupa yang pasti bahkan
dapat gagal sama sekali. Dua aspek yang disingkapkan oleh Yakobus adalah bahwa
manusia pada kenyataannya: (1) Tidak tahu akan hari esok dan (2) kehendaknya
belum tentu disetujui oleh kehendak Tuhan.
Manusia
memiliki kehendak adalah sebuah keniscayaan dan itu nyata dalam aktifitas manusia sehari-hari:
berencana, melakukan rencana itu, mengoreksi rencana bila ditemukan kekurangan
selama pelaksanannya, dan menyempurnakan bahkan dapat melakukan pembatalan dan
penundaan berdasarkan pertimbangan yang ketat. Juga adalah keniscayaan bahwa
manusia dalam beraktifitas dan berencana melakukan kalkuklasi atau perhitungan
terkait keinginan dan kemampuan untuk mewujudkannya
dibatasi oleh daya tanggap dan pengetahuan pada dirinya sendiri. Namun apa yang
lebih besar daripada dirinya, yang membuat kehendaknya menjadi demikian tidak
bebas untuk bergerak dan mewujudkannya
adalah: hari atau waktu yang diperlukan untuk
mewujudkannya. Manusia tidak memiliki informasi apapun terkait “kualitas dan
kepantasan” waktu yang belum dia masuki agar dia dapat mewujudkannya; apakah
yang akan terjadi pada esok atau pada saat manusia melakukannya adalah
menguntungkan atau merugikan untuk pelaksanaan rencananya; apakah pada waktunya
saya pasti dapat melakukannya atau pada waktunya semua pihak yang berelasi
dengan kepentingan dengan saya juga merupakan waktu yang memungkinkan bagi
mereka. Pada Tuhan hal-hal semacam ini tidak terjadi sama sekali. Inilah yang membedakan Tuhan yang
berkehendak dan manusia yang berkehendak. Pada Tuhan, Dia mengatasi apapun dan
siapapun juga sementara pada manusia sangat bergantung pada apapun dan siapapun
juga di sekitar kehidupannya.
Kehendak
manusia sebaik apapun dan sematang apapun menurutnya, pun harus memperhitungkan
keberkenanan Tuhan sehingga Yakobus 4 berkata seperti ini: “Sebenarnya kamu harus berkata:"Jika
Tuhan menghendakinya.” Terkait apapun juga yang menjadi kehendak
atau keinginan atau rencana hidupmu! Jika Tuhan tak menghendakinya maka itu tak
akan diperkenannya dan jika tidak diperkenannya maka itu adalah dosa. Jadi sangat mungkin dalam perencanaan yang tak
Tuhan perkenan itu memang dapat diwujudkan dan dilaksanakan namun rencana atau kehendak yang demikian
telah menjadi sebuah tindakan
dosa oleh sebab ketidakmauannya untuk melibatkan Tuhan. Perhatikan, melibatkan
Tuhan di sini bukan menjadikan Tuhan sebagai mitra setaramu sehingga anda dapat
menyetujui atau menolak apa yang menjadi kehendakNya, namun pelibatanNya adalah
Dia sebagai Tuhanmu. Saya
berharap “Tuhan” masih memiliki
makna bahwa anda adalah ciptaanNya yang
melayani kehendakNya. Dengan kata lain ketika anda melibatkan Tuhan maka
Tuhanlah yang menjadi pemilik rencanamu. Bukankah hal ini adalah sebuah
kenormalan sebab masa depan hidupmu ada di dalam tanganNya (bandingkan dengan Yeremia 29:11,
Amsal 3:5-6, Amsal 16:9, Maz 37:23, 1 Kor 2:9, Efesus 3:20, Maz 32:8, Yohanes
15:1-27, Amsal 23:18, Efesus 2:10, Amsal 19:21, Ma 119: 105, Kisah 17:28,31) -
mati hidup dan keberakhiran manusia ada di tanganNya. Lalu mengapa harus heran
jika Tuhan meminta kita untuk mengetahui dan melakukan bahwa kehendak kita
harus tunduk pada kehendakNya.
Manusia
memang bisa memenuhi hidupnya dengan hasratnya yang muda dan penuh hasrat menggebu,
namun ingatlah bahwa buah-buah hidup semacam ini juga adalah mematikan dan tidak memberikan
pengharapan. Manusia memang tidak dapat benar-benar merdeka sebagaimana
dipahami dalam hikmat manusia moderen bahwa tidak ada pemerintahan atau pihak
asing yang dapat menghakimi keputusan dan perbuatanmu atas nama kemerdekaan
individual. Di dalam Tuhan hal semacam ini tidak terjadi, perhatikan ini:
Pengkhotbah
11:8-10
(8)
oleh
sebab itu jikalau orang panjang umurnya, biarlah ia bersukacita di dalamnya, tetapi hendaklah ia ingat akan
hari-hari yang gelap, karena banyak jumlahnya. Segala sesuatu yang datang
adalah kesia-siaan.(9) Bersukarialah, hai pemuda, dalam
kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu,
dan turutilah
keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa
engkau ke pengadilan!(10) Buanglah kesedihan dari
hatimu dan jauhkanlah penderitaan dari tubuhmu, karena kemudaan dan fajar hidup
adalah kesia-siaan.
Jika
ini yang dimaksud sebagai kehendak bebas atau free will maka sebetulnya tidak tepat untuk dikatakan bahwa kehendak manusia itu bebas (tepat untuk dikatakan bahwa manusia itu memiliki kehendak atau keinginan atau kemauan yang bahkan bisa melawan Tuhan) sebab
manusia tidak pernah lepas dari belenggu konsekuensinya. Manusia dikurung oleh
konsekuensi-konsekuensi dan hanya manusia bebal dan tidak memiliki perhitungan
yang menerobos lampu merah karena berpikir bahwa menerobos lampu merah adalah
wujud kehendak bebas atau free will ku. Sangat sulit untuk mendapatkan manusia dengan kehendaknya sendiri sanggup untuk tunduk kepada Tuhan tanpa sebuah pergumulan bahkan bergumul dengan pikiran-pikirannya sendiri yang tak tahan untuk senantiasa tunduk. Manusia tersandera oleh keinginan-keinginan yang bahkan tak dia inginkan misal keinginan untuk berbuat jahat atau dosa. Namun manusia selalu saja condong untuk menyerah pada keinginan yang tak dia inginkan. Itu sebabnya Tuhan datang, datang dalam rupa manusia dengan tubuh kemanusiaan kita yang disandera oleh keinginan-keinginan dosa. Perhatikan ini:
Ibrani 4:15
Sebab
Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut
merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah
dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
Ibrani menunjukan satu realita yang tak dapat disanggah bahwa kehendak manusia adalah budak dosa, kehendak manusia akan senantiasa melayani keinginan dosa hingga berbuah. Hanya Yesus yang kehendaknya benar-benar merdeka dari dosa dan dalam kemerdekaan penuh melayani Tuhan. Hanya manusia Yesus yang kehendaknya merdeka dalam kebenaran sehingga dia pasti menjauhi dan menang melawan dosa. Tidak pada manusia!
Belenggu-belenggu
konsekuensi pemberontakan terhadap kehendak Tuhan semacam ini justru membuat manusia harus bertanggungjawab
pertama-tama pada dirinya sendiri dan lingkungannya, dan terutama dari semuanya
adalah kepada Tuhan. Jika anda merasa bahwa saat ini anda bebas berbuat apapun
tanpa ada yang dapat mencegah anda dalam melawan hukum dan menindas keadilan
maka ingatlah bahwa karena hal ini Allah akan membawamu ke pengadilan.
Yakobus
memberikan sebuah gambaran yang seksama dalam bahasa yang puitis namun ini adalah sebuah kebenaran yang
kudus. Bahwa sekalipun manusia
itu dapat berencana atau berkehendak atau melakukan apapun juga namun
sebetulnya manusia itu tak memiliki nilai apapun di dalam hidup ini jika
terlepas dari atau tak berada di dalam pengenalan Tuhan. Jika anda
terlepas dari Tuhan dalam hal apapun maka anda menjadi lawan Tuhan. Ini adalah
sebuah posisi yang mematikan. Perhatikan bagaimana Yakobus 4 menggambarkan
situasi ini: “Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama
seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap,” Mengapa?
Sebab di dalam engkau berkehendak dan didalam engkau berencana faktanya engkau “buta
dan tuli” akan hari esokmu. Tidakkah seperti sebuah kebodohan yang
paling menakutkan merencanakan sesuatu namun engkau tidak memiliki atau
menguasai dan memiliki hari, jam, menit dan detik dimana itu adalah ruang waktu bagimu untuk bekerja dan mewujudkan rencanamu? Dan dalam
hal ini anda tak memandang penting melibatkan sang pencipta waktu? Hari atau
waktu ada di dalam tangan Tuhan atau lebih tepatnya hari dan waktu esok, satu jam
mendatang bahkan satu detik mendatang mengalir dari haribaan Tuhan pencipta langit
dan bumi. Saya dan anda begitu
bergantung padaNya terkait waktu, dan di dalam waktu yang bergulir di muka bumi dan membaluti
dirimu, anda bernafas, anda berpikir dan anda bekerja dan bahkan anda hidup di
dalam waktu itu. Dan baik hari esok, jam
mendatang dan detik mendatang sangat ditentukan oleh Tuhan apakah masih
berlanjut atau berakhir baik dalam makna global atau anda secara pribadi –meninggal
dunia.
Terkait
Tuhan dan terkait kehendakNya yang penuh
kuasa dan otoritas, jika pada pemandatan kepada para murid dan segenap umat Kristen di segala zaman dapat
dipandang sebagai Tuhan yang memegang kendali kerajaanNya di muka bumi ini maka kalau saya melanjutkan Mazmur 33
pada ayat 10 maka kita akan melihat kehendakNya yang penuh kuasa dan otoritas
untuk membengkokkan kehendak manusia-manusia siapapun dan sehebat apapun dia :
Mazmur 33:10 TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa; (11) tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun.
Apa
yang kita lihat pada Maz 33:10? Bukan
hendak mengatakan sebuah fatalisme.
Tidak sama sekali! Bahkan tepat pada Yakobus
4 adalah
mengenai manusia yang bekerja dan manusia yang penuh dengan semangat kerja dan
membangun sebuah masa depan yang baik- dalam hal ini bukan sebuah kesalahan
atau sebuah pemberontakan terhadap kehendak Tuhan! Tetapi memang tak
dapat disangkali bahwa sekalipun manusia demikian adanya, haruslah manusia-manusia itu
sadar bahwa dirinya sangat bergantung pada Tuhan dalam sebuah makna yang
sesungguh-sungguhnya. Saya
pribadi, sangat terpana ketika Yesus
mengangkat seorang raja yang sangat hebat yang penuh dengan semangat kerja dan penuh dengan perencanaan hebat
sebab dia dipenuhi dengan hikmat Tuhan. Begini Yesus berkata:
Lukas 12:27 Perhatikanlah bunga bakung, yang tidak memintal dan tidak menenun, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
Perhatikan
bahwa Salomo adalah manusia yang bekerja dan dia tidak suka dengan orang-orang pemalas. Pada
Lukas 12 ketika Yesus berbicara tentang
jangan kuatir dengan komparasi pada benda-benda yang tak dapat bekerja dalam
pengertian dunia manusia, Yesus tidak sedang melarang manusia untuk bekerja dan
berkreasi dan berencana. Lihat saja pada Salomo:
Amsal 6:6 Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak:
Yesus
tidak sedang mengecam Salomo yang bekerja atau manusia yang bekerja bagi
dirinya untuk sebuah penghidupan bertanggungjawab. Tetapi Yesus
memperbandingkannya dengan bunga bakung yang jelas tidak dapat bekerja dalam
makna seorang manusia! Bagi Yesus, sekalipun Salomo adalah seorang yang megah
dan seorang pekerja hebat namun bagi Yesus, Salomo bukanlah apa-apa, tidak lebih indah dari bunga bakung! Apa maksud
Yesus atau apa sebenarnya yang hendak dibidik Yesus? Yesus bukan benci dan
menentang manusia-manusia pekerja, perencana dan memiliki kehendak untuk lebih baik, namun Yesus sedang menggunakan Salomo dan
bunga sebagai sebuah ekspresi tajam bahwa apa yang menjadi kunci sukses bagi
bunga bakung untuk indah dan kunci
sukses bagi Salomo untuk megah dan kaya
raya adalah TUHAN! Sehingga dalam hal
itu dalam kekuatiranmu janganlah sampai
engkau menilai dirimu lebih tinggi daripada Tuhan sehingga hidupmu habis untuk memenuhi pengejaran-pengejaran
hidup sukses oleh sebuah motivasi keliru: ingin menjadi kaya sebab kaya adalah jaminan bebas dari penderitaan. Takut atau kuatir seolah Tuhan tak
sanggup memeliharamu. Anda menyingkirkan Tuhan dalam keseharian atau bisnismu
sehari-hari maka awaslah sebab Tuhan tidak menyukai itu! Ketika Tuhan bukan Tuhan namun uang dan kekayaan menjadi pemelihara masa depanmu maka tragedi hidup sedang dimulai.
Jika Yakobus 4:14 berkata bahwa “Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap,” maka Yesus sebetulnya terlebih dahulu telah memberikan sebuah penekanan yang amat tajam Lukas 12:27: “Jadi, jika rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api demikian didandani Allah, terlebih lagi kamu, hai orang yang kurang percaya!” Perhatikan bahwa apa yang dikatakan sebagai lebih indah daripada Salomo ditakari sebuah rentang waktu yang singkat di dunia ini oleh Tuhan, bahwa hari esok bunga yang lebih indah daripada Salomo sangatlah singkat durasi hidupnya. Sangat singkat namun lebih indah dan megah dibandingkan Salomo yang ditakari waktu lebih panjang oleh Tuhan. Nilai hidup ada pada Tuhan yang hidup didalammu atau Tuhan yang mendandani hidupmu sebagaimana Tuhan mendandani bunga. Bunga memang tidak punya tangan dan kaki bahkan suara untuk menentang kehendak Tuhan. Bunga tidak dapat melakukan protes akan apapun juga yang Tuhan kenakan pada dirinya. Tetapi lihatlah pada manusia! Manusia dapat melakukan berbagai kejahatan keji yang tak dapat dilakukan oleh bunga, Itulah sebabnya bunga itu terpuji di mata Yesus, melebihi Salomo. Manusia mengejar keindahan dan kemegahan Salomo sebagai target yang harus dimiliki atau diakuisisi, dan tak tertarik dengan keindahan bunga sebab keindahan bunga adalah hasil dari keberserahan total kepada Tuhan sementara pada Salomo ada terdapat keindahan yang berasal dari ambisi-ambisi manusia yang tak disukai Tuhan dan membuat Tuhan menimpakan tragedi atas raja yang sangat berhikmat ini (bacalah 1 Raja 11:1-40).
Jika
Yakobus 4:14 berbicara manusia yang bekerja dan merencanakan hari esok maka Lukas 12:27-28 berbicara
manusia yang dirasuki rasa kuatir sehingga manusia mencondongkan dirinya kepada kekayaan atau
dunia ini, bacalah Lukas 12:1-21 dan bacalah juga “Ketika Salomo Tak Seindah Bunga.”
Walau memang ini adalah 2 kasus yang berbeda namun saya berpendapat pada kedua kasus ini
ada satu benang merah yang sama yaitu: manusia
yang penuh dengan pemikiran egosentris atau berpusat pada diri sendiri dan
mengabaikan Tuhan. Pada Lukas 12: manusia tak percaya akan pemeliharaan
Tuhan, sementara pada Yakobus 4: manusia
yang tak melibatkan Tuhan untuk memimpin hidupnya menuju masa depan. Pada
kedua-duanya manusia sama-sama berpikir: “aku bisa menjaminkan diriku menurut
pikiranku dan penilaianku dan kehendakku.” Yesus secara telak
menunjukan bahwa kekuatiran yang demikian adalah sia-sia sebab waktumu dan masa
depanmu ada dalam takaranNya bukan manusia. Sehingga menguatirkan hidup
dan masa depan adalah sia-sia dan
demikian juga mengupayakan jaminan oleh
kekuatan sendiri dan mengabaikan Tuhan adalah sebuah kesia-siaan
yang mengerikan:
Lukas 12:18-19 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
Tetapi apakah berbahagia,
apakah ada sebuah kepastian bahwa dia akan memiliki waktu untuk menikmatinya
sebagaimana RENCANANYA? Bagaimana Jika Tuhan tidak berkenan dan memutuskan
untuk mengakhiri hidupnya yang pongah itu? Pernahkan manusia dengan kerendahan
hati menundukan kehendaknya kepada kehendak Tuhan dengan memperhitungkanNya sebagai sumber kehidupan sejatimu?
Lukas 12:20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."
Maka itulah kebodohan yang
mengerikan dan hasilnya sungguh fatal: hidupnya berakhir sebelum dapat
dinikmati dan apa yang dihasilkan dari jerih payahnya entah siapa yang akan
menikmatinya.
Tidak kaya di hadapan Allah
adalah sesuatu yang mengerikan dan kita
sudah melihat bahwa kaya di hadapan
Allah sama sekali tidak berhubungan dengan kaya dalam kekayaan dunia ini!
Tuhan harus dilibatkan oleh
sebab kealamian relasi dan posisi Tuhan terhadap manusia dan sebaliknya, yaitu:
Tuhan terhadap ciptaan. Apakah mungkin
ciptaan mengabaikan Tuhan penciptanya tanpa sebuah konsekuensi atau, apakah
mungkin manusia melarikan diri dari konsekuensi atau menyembunyikan dirinya
dari Tuhan? Perhatikan hal berikut ini:
- Yeremia 23:24 Sekiranya ada seseorang menyembunyikan diri dalam tempat persembunyian, masakan Aku tidak melihat dia? demikianlah firman TUHAN. Tidakkah Aku memenuhi langit dan bumi? demikianlah firman TUHAN.
- Ibrani 4:13 Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.
- Mazmur 139:7 Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?
Anda, siapapun anda,
mustahil “menyepikan” Tuhan dan mustahil untuk sekedar berpikir bahwa aku bebas
untuk berbuat apapun dan tidak ada yang bisa menghukumku atau mengganjarku untuk apapun yang kubuat entah Tuhan suka
atau Tuhan tidak suka.
Yakobus 4 secara gamblang meminta kita menyadari satu hal bahwa sebagai manusia yang kreatif dan memiliki kehendak dan memiliki kemampuan untuk mendambakan dan menginginkan dan mewujudkannya, maka camkanlah dan ingatlah seksama bahwa Tuhan adalah penentu atas segala sesuatunya. Bahwa eksistensimu itu, kemanusiaanmu itu dan kreatifitasmu itu haruslah pertama-tama sujud menyembah kepada Tuhan dan sujud menyerahkan kehendakmu terhadap kehendak Tuhan agar dirimu menjadi sekutu Tuhan dan bukan seteru Tuhan.
Mengapa?
Apakah itu lebih baik? Apakah Tuhan memegang kendali bahkan hingga ke
wilayah yang tak mengenal Tuhan?
Mari saya sodorkan secara
sederhana sebuah peristiwa yang terkenal :
Daniel 5:17-20(17) Kemudian Daniel menjawab raja: "Tahanlah hadiah tuanku, berikanlah pemberian tuanku kepada orang lain! Namun demikian, aku akan membaca tulisan itu bagi raja dan memberitahukan maknanya kepada tuanku. (18) Ya tuanku raja! Allah, Yang Mahatinggi, telah memberikan kekuasaan sebagai raja, kebesaran, kemuliaan dan keluhuran kepada Nebukadnezar, ayah tuanku.(19) Dan oleh karena kebesaran yang telah diberikan-Nya kepadanya itu, maka takut dan gentarlah terhadap dia orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa; dibunuhnya siapa yang dikehendakinya dan dibiarkannya hidup siapa yang dikehendakinya, ditinggikannya siapa yang dikehendakinya dan direndahkannya siapa yang dikehendakinya.(20) Tetapi ketika ia menjadi tinggi hati dan keras kepala, sehingga berlaku terlalu angkuh, maka ia dijatuhkan dari takhta kerajaannya dan kemuliaannya diambil dari padanya.
Mengapa
manusia senang sekali bertindak melangkahi Tuhan? Saya yakin hal terbesar
mengapa manusia sangat jarang secara tulus dan total melibatkan Tuhan dan
menyerahkan pada Tuhan keputusan total atas dirinya adalah ketidakpercayaan
bahwa Tuhan memiliki kuasa dan jangkauan
penjagaan dan pemeliharaan yang tak dapat dibatasi oleh apapun juga termasuk
dunia kejahatan dan kelicikan manusia. Namun pada nas Daniel kita melihat tidak ada alasan untuk
tidak mengandalkan Tuhan bahkan didalam zona terberbahaya sekalipun, sebab Tuhan sendiri tidak jauh dari bahaya yang
sedang terjadi. Ingat Daniel sendiri adalah “tawanan” sebagai akibat hancurnya kerajaan Yehuda
yang diserahkan Tuhan kepada bangsa asing:
Daniel 1:1-2(1)Pada tahun yang ketiga pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda, datanglah Nebukadnezar, raja Babel, ke Yerusalem, lalu mengepung kota itu.(2) Tuhan menyerahkan Yoyakim, raja Yehuda, dan sebagian dari perkakas-perkakas di rumah Allah ke dalam tangannya. Semuanya itu dibawanya ke tanah Sinear, ke dalam rumah dewanya; perkakas-perkakas itu dibawanya ke dalam perbendaharaan dewanya.
Daniel
adalah “korban” dalam sebuah sejarah tragedi Israel, namun sejarah ini lahir
dalam sebuah kendali Tuhan yang tak terpahamkan secara sempurna oleh pikiran
dan hati manusia: “Tuhan menyerahkan Yoyakim, raja Yehuda.”
Namun
dalam hal itu, dalam dunia yang penuh tragedi dan kemalangan, Tuhan ada dan
bekerja di dalamnya tanpa ada yang dapat mencegahnya bahkan mendemonstrasikan
kebesaranNya terhadap bangsa dan raja
Babel yang tak mengenal TUHAN.
Sekarang
begitupun manusia moderen kini. Pebisnis pergi berbisnis dengan segudang rencana bisnis dan prospektus, dan dalam
melakukannya senantiasa cenderung melupakan atau mengabaikan Tuhan dalam permulaan
segala hal yang hendak dikerjakan sebab
berpikir bisnis adalah keahlianku dan hikmatku jauh lebih mumpuni daripada
Tuhan sehingga terlampau janggal untuk melibatkan Tuhan. Apalagi saya kan diberi kecerdasan dan intuisi yang baik, “dan dari Tuhan.” Begitulah
manusia, berpikir bahwa ada satu ruang yang vakum dari Tuhan, bahwa Tuhan tidak
mungkin diandalkan dalam dunia bisnis yang licik dan penuh dengan intrik-intrik.
Dalam peristiwa yang melibatkan Daniel, Tuhan jauh lebih canggih dalam
menghadapi intrik-intrik politik kerajaan
Babel untuk mendatangkan kebaikan bagi yang dikasihinya (Roma 8:28). Manusia lupa bahwa setiap detik dan apapun juga yang menghampiri kehidupannya
tak mungkin tiba tanpa memang harus
melewati titah Tuhan atas sejarah dirimu dan dunia. Dan lupa bahwa Tuhan bisa
saja mengakhiri detik-detik manusia-manusia terhebat dan penjahat-penjahat
terkeji atau terlicik manapun juga.
Daniel
yang kita baca adalah demonstrasi kokoh bahwa
Tuhan beroperasi dalam dinamika
dan otoritas dan kuasa yang tak dapat dicegah oleh raja yang sedang menjajah Israel, yang hebat dan
sekuat apapun.
Perhatikan
ini: “Ya tuanku raja! Allah, Yang Mahatinggi, telah memberikan
kekuasaan sebagai raja, kebesaran, kemuliaan dan keluhuran kepada Nebukadnezar,
ayah tuanku.”
Ini
adalah penjelasan mengapa kekuasaan dan kebesaran dan kemuliaan dan keluhuran
Nebukadnezar sedemikian hebat? Semua itu dari Tuhan
Dan
lihatlah apa jadinya raja yang menerima pemberian semacam ini dari Tuhan:
Ayat 19 “Dan oleh karena kebesaran yang telah diberikan-Nya kepadanya itu, maka takut dan gentarlah terhadap dia orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa; dibunuhnya siapa yang dikehendakinya dan dibiarkannya hidup siapa yang dikehendakinya, ditinggikannya siapa yang dikehendakinya dan direndahkannya siapa yang dikehendakinya.”
Dapatkah
anda membayangkan bahwa kerajaan Babel yang memperbudak Daniel adalah raja yang
diberi kuasa oleh Tuhan untuk memperbudak Daniel? Bahkan diberikan kuasa atas mati hidup orang atau bangsa lain? Anda
sedang melihat Tuhan yang beroperasi penuh dalam sebuah kedaulatan total yang
siap menekuk kehendak manusia yang manapun juga.
lihatlah
ini:
Ayat 20-21 Tetapi ketika ia menjadi tinggi hati dan keras kepala, sehingga berlaku terlalu angkuh, maka ia dijatuhkan dari takhta kerajaannya dan kemuliaannya diambil dari padanya. Ia dihalau dari antara manusia dan hatinya menjadi sama seperti hati binatang, dan tempat tinggalnya ada di antara keledai hutan; kepadanya diberikan makanan rumput seperti kepada lembu, dan tubuhnya basah oleh embun dari langit, sampai ia mengakui, bahwa Allah, Yang Mahatinggi, berkuasa atas kerajaan manusia dan mengangkat siapa yang dikehendaki-Nya untuk kedudukan itu.
Semua
kedahsyatan raja Babel ini, ada secara mutlak di dalam tangan Tuhan. Begitu
sang penguasa melakukan hal yang tak lagi selaras dengan kehendak Tuhan atau
usai sudah takaran waktu baginya, maka Tuhan akan memperlakukannya bagaikan
barang tak berguna bagaikan binatang : “hatinya
menjadi sama seperti hati binatang, dan tempat tinggalnya ada di antara keledai
hutan; kepadanya diberikan makanan rumput seperti kepada lembu, dan tubuhnya
basah oleh embun dari langit.”
Apa tujuan Tuhan dalam hal
ini atau apa yang sedang atau mau didemonstrasikan Tuhan
dalam hal ini?
Masih pada ayat 22 “sampai ia mengakui, bahwa Allah, Yang Mahatinggi, berkuasa atas kerajaan manusia dan mengangkat siapa yang dikehendaki-Nya untuk kedudukan itu.”
Agar siapapun manusia dengan kekuasaan yang seperti apapun juga sadar bahwa dia tidak bisa mengabaikan Tuhan bahwa dia harus hidup gentar di hadapan Tuhan. Bahwa sumber kekuasaan dan kegentaran semua raja atau penguasa atau pemimpin dunia ini datang dari Tuhan. Tuhan sangat berdaulat bahkan atas raja dan kerajaan baik yang mendatangkan kesejahteraan atau yang mendatangkan penderitaan atas dirimu atau bangsamu dan negerimu (bandingkan dengan Roma 13:1, Daniel 2:21, Daniel 4:17, Yohanes 19:11).
Bahkan terkait perihal ini,
Yesus menyingkapkan hal yang sejenis ketika dihadapan pengadilan Pilatus berkata begini:
Yohanes 19:10-11(10) Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?"(11) Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya."
Yesus sudah memperlihatkan
hal yang sama pada pembandingan raja Salomo dengan bunga bakung, dan pada
Yakobus 4 kita diperingatkan akan hal yang sama agar sadar diri untuk
menempatkan Tuhan sebagai Tuhan dalam
seluruh kehendak dan rencana hidupmu, Dia bukan mitra setaramu, namun Dia adalah
Tuhanmu. Dia adalah Bapamu dan engkau adalah anak, Dia bukan teman
sepermainanmu yang bisa engkau suruh-suruh untuk melayani apapun maumu seturut
kehendakmu sendiri, dan engkau tak dapat “memusuhiNya” kalau engkau tak suka.
Yesus
Berdoa Bagimu dan Anda Dapat Berdoa pada Yesus
Tetapi pada kesempatan indah
ini, di penghujung tahun dan jelang memasuki
tahun 2015. Saya hendak memberitahu bahwa dasar terkokoh bagi kita untuk tidak meragukan Tuhan dalam memasuki
tahun 2015 dan dapat menyerahkan diri padaNya secara nyaman padaNya untuk menjadi
Tuhanmu dan bukan sekedar mitra bisnis hidupmu adalah ini: bahwa Yesus berdoa bagimu sebagai Yesus yang
berkuasa dan berdaulat total:
Yohanes 17:9 Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu
Yesus berdoa untuk mereka
yang telah Bapa berikan kepada diri Yesus. Yesus berdoa untuk para murid.
Ini hal yang megah sebab di sini kita
melihat Yesus sendiri berdoa untuk masa depan para murid.
Murid-murid ini bukanlah orang-orang
tanpa pemilik! Mereka dimiliki Bapa sendiri.
Safe in the arm of Jesus- Kidung Jemaat no 388 S'lamat Di Tangan Yesus
Bahkan sebetulnya dan
sesungguhnya Yesus berdoa bagi mereka atau orang-orang percaya yang AKAN DATANG
atau yang akan dihasilkan dari pemberitaan injil setelah Yesus menuntaskan karya penebusannya di kayu salib. Mari perhatikan ini:
Yohanes 17:20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;
Yesus tak hanya berdoa akan
masa depan kerajaanNya namun juga berdoa bagi masa depan para muridNya atau
orang-orang percaya baik di eraNya dan pada era paska Yesus tidak lagi berada
di bumi sebagai buah-buah penginjilan gereja di masa mendatang.
Namun camkan baik-baik bahwa
Yesus juga memanjatkan sebuah doa yang kini menjadi realita kita sehari-hari,
realita yang tak terlalu kita sukai dan kerap membuat kita berpikir bahwa Tuhan
tak berkuasa untuk mencegah manusia berbuat jahat. Tuhan kerap disangka tak
berdaya atas kegilaan dunia yang jahat ini. Faktanya tidak demikian jika kita
mencermati salah satu bagian dari doa Yesus ini:
Ayat 15 Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.
Orang percaya dilindungi Bapa namun tetap hidup berdampingan dengan resiko, kesedihan dan malapetaka Dunia ini. Dunia ini sendiri akan semakin dipenuhi dengan kehancuran dan malapetaka. Bukankah Yesus sendiri sudah mengatakannya kepada para murid? Bacalah Yohanes 15:18-27 dan 16:1-3 untuk memahaminya.
Jika demikian bagaimana saya bisa mengandalkan Dia di dunia yang penuh dengan marabahaya, kemalangan, kedukaan dan hal jahat dan dipenuhi dengan orang-orang yang jahat. Secara sederhana namun sangat benar maka saya berkata, sebagaimana TUHAN berdaulat atas kerajaan Babel yang memperbudak Daniel dan Daniel hidup dalam keamanan yang “unik” maka saya dan anda dapat berkata secara kokoh tanpa ragu,-maka sebagaimana Tuhan terhadap Daniel dan sebagaimana Pilatus terhadap Yesus,-demikianlah TUHAN bertindak atas kita yang hidup didalam dunia yang dijejali ketidakpastian, resiko-resiko dan dikuasai oleh banyak kerajaan-kerajaan Babel yang mengancam keselamatan dan masa depan orang-orang percaya didalam Yesus Kristus.
Dan hal ini menjadi bukan
sebuah impian belaka tetapi memiliki
landasan kokoh sebab di saat Yesus berdoa agar kita tidak diambil dari dunia
yang jahat ini, Yesus mendoakan sesuatu yang dahsyat untuk terjadi atas setiap
domba-domba peliharaanNya yang dikasihiNya:
- Ayat 21: supaya
mereka semua menjadi satu, sama
seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau
- Ayat 23 : Aku
di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu,
agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka,
sama seperti Engkau mengasihi Aku.
- Ayat 24 : Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.
Doa ini memiliki alasan kuat
dan mengapa doa ini sangat menekankan kesatuan Yesus dengan setiap orang
percaya? Sebab tidak ada satupun yang dapat hidup dalam pengharapan dan
ketahanan untuk berhadap-hadapan dengan dunia yang jahat ini sendirian! Tidak
ada yang bisa sendirian selain harus bersama-sama dengan Yesus. Yesus tahu
sekali realita yang tak gampang di dunia ini, sebuah realita yang dapat
berujung pada bahaya (ayat 14-15). Dan lebih dari itu semua, tak ada satu
manusiapun yang dapat lepas dari kasih Bapa. Kita memiliki kasih Bapa di dalam
dunia yang kerap membuat kita mengucurkan air mata.
Namun juga saya hendak
mengatakan bahwa apapun juga kekuatiran maka anda dapat berdoa kepada Yesus dan
mengajukan permintaan kepadaNya sebagai kekasihNYa atau orang yang memang
mengasihiNya. Ini adalah poin penting untuk mengetahui bahwa kita memang
sungguh mengasihi Tuhan.
Mari
kita perhatikan hal-hal berikut ini:
Yohanes 16:23- 24, 26(23) Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku.(24) Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.(26) Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku. Dan tidak Aku katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa,(27) sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah.
Ayat
26 ini luar biasa sebab ketika anda meminta kepada Yesus maka Yesus tidak perlu
memintakan apa yang kita minta kepada Bapa. Yesus secara mandiri menjawab
kebutuhan kita tanpa perlu meminta kepada Bapa. Itu sebabnya berdoa kepada
Yesus harus menjadi sebuah jaminan pasti untuk menerima hal yang terbaik dari
Tuhan.
Bapa
mengasihi kita sebab kita mengasihi Yesus. Perhatikan bahwa inilah pilar berdoa
dan meminta dalam doa: mengasihi Tuhan atau kasih kepada Tuhan. Sama sekali
tidak ada agenda mengasihi diri sendiri. Bahkan ini tidak perlu sebab kala kita
mengasihi Yesus maka Bapa mengasihi kita. Bahkan yang terakhir ini pun menjadi
tak penting untuk dipikirkan atau dijadikan dasar untuk menuntut Tuhan agar memberi
sebab dalam mengasihi memang anda hanya akan memikirkan kekasihmu, apa yang akan menyenangkan hatinya
atau membuatnya berbahagia. Bukankah demikian jika anda (pernah) jatuh cinta
dan semoga tetap dalam cinta itu kalau anda adalah suami atau isteri atau juga
seorang anak kepada orang tuanya.
Mengapa?
Sebab anda dan saya jika benar orang percaya sejati pasti MENGASIHI Yesus. Perhatikan bahwa ketika anda mengasihi Yesus maka sebetulnya anda sedang
“menggugurkan” segala hal yang berpusat pada diri sendiri dan sedang melayani
Tuhan dan sedang hidup dalam kedahsyatan kasih kepada Tuhan yang membawa kepada
sebuah penundukan total kepada Tuhan.
Ya...sebagaimana Yesus yang mengasihi Bapa sehingga Dia tunduk total pada Bapa
kala Dia harus melakukan apa yang menjadi ketetapan Bapa bagi Yesus dalam misi penebusan dosa. Yesus sanggup
berkata : “jadilah kehendakmu ya Bapa” (Matius 6:10 dan bandingkan dengan
Matius 26:39).
Ayat
26 membicarakan doa meminta yang sama
sekali membuat dirimu tak ada sebagai yang terutama dan terpenting, sebab dalam
mencintai maka anda akan memperhatikan apa-apa yang menjadi kesukaan kekasihmu.
Tinggal sekarang, benarkah Yesus adalah kekasih hatimu sebab engkau memang
mengasihinya? Ya tepat sebagaimana Yesus telah memberikan teladan mencintai
BapaNya ketika Dia berada di Getsemani?
Yesus
jelas mengasihi anda sebagai orang percaya sejati sehingga dia berdoa bagi
anda, bahkan dia memastikan keamanan kekasih hatinya, yaitu anda jemaatNya yang
telah dikasihi dan dikuduskan bagi diriNya sendiri.
Yakobus 4 bukan sekedar tentang kehendak Tuhan yang lebih tinggi daripada kehendak saya dan anda, namun sebetulnya mengenai cinta anda pada Tuhan. Hanya jika anda mencintai Tuhan sebagai kekasih anda maka anda tidak akan sanggup mengedepankan kehendak sendiri sehingga melukai hati sang kekasih. Yakobus 4 juga bicara bagaimana anda seharusnya menjadi kekasih yang benar bagi Tuhan, anda tidak bisa menjadi kekasih yang sayang dan sekaligus juga berbuat suka-sukanya untuk memenankan kehendak dirimu. Dan ingat, Dia bukanlah kekasih yang dapat anda permainkan cintanya, sebab sebetulnya Dia adalah Tuhan- siapa yang berani berpikir bahwa dia dapat mengadali Tuhan? Hanya karena kasihNya yang besar saja melalui kelahiran Yesus yang baru saja kita kenangkan maka anda dan saya dapat berkata bahwa saya dan anda sebagai orang percaya adalah kekasihNya.
Marilah kita berjalan memasuki tahun 2015 sebagai kekasih Tuhan yang memang mencintaiNya dimana
kehendakNya jadi atas dirimu bahwa kehendakmu siap melayani kehendakNya yag
mulia dan penuh kasih bagimu. Maka dalam hal ini kita tidak perlu melangkah dalam kebimbangan, kecemasan, dan kekuatiran akan apa yang tak bisa kita lihat dan ketahui, yaitu waktu yang belum kita lalui. Memang masih misterius bagi kita, namun tidak bagi Tuhan yang telah ada di sana terlebih dahulu bagi orang yang dikasihiNya.
1 Petrus 5:6-7
Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah
tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah
segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.
Amin
Kredit Foto ilustrasi: "Dawn on summit day: Greg Annandale looks out across the cloud sea towards the emerging summit of Mawenzi and a technicolour sky. The morning of our summit bid was accompanied by spectacular pre-dawn lightning from distant electrical storms - the remaining evidence of which is clearly visible beyond Greg in the left of the photograph." - planetfear.com
No comments:
Post a Comment