Oleh: Pastor Dr Kim Riddlebarger
Lihat, Engkau Akan Mengandung dan Melahirkan
Seorang Putera
Teks:
Hakim-Hakim 13:1-14:20; Lukas 1:26-38
Banyak dari kita telah
dibesarkan pada “kisah-kisah Alkitab.” Salah satu yang paling terkenal adalah
kisah Simson berambut panjang, dan kekasihnya yang jahat, Delilah. Sebagaimana telah kita lihat
seluruh era kita dalam Hakim-Hakim, berbagai
macam pria (dan satu perempuan-Deborah) yang kita kenal sebagai “Hakim Hakim”
dibangkitkan oleh Tuhan untuk menyelamatkan umatnya dari situasi sulit setiap
kali Israel jatuh ke dalam dosa, dan nyaris ditaklukan oleh musuh-musuh sekelilingnya.
Sementara banyak kisah Alkitab menghadirkan orang-orang ini sebagai model-model panutan bagi orang-orang
Kristen untuk diimitasi bahkan dalam kualitas yang lebih baik, fakta terkait
soal ini adalah: orang-orang ini bukanlah model-model panutan. Sebaliknya, mereka adalah ilustrasi-ilustrasi aktual
bagi kita terkait bagaimana dalamnya dosa itu berakar di dalam hati manusia,
termasuk hati kita sendiri. Gideon tidak disajikan dalam Hakim-Hakim sebagai
contoh sehingga kita dapat menjadi seorang “Gideon.” Gideon adalah seorang yang
lemah iman, yang membutuhkan jaminan
konstan, dan yang menggunakan suksesnya dalam perang sebagai dasar untuk
mendirikan kerajaan dirinya. Gideon bukanlah sebuah contoh bagiku untuk
diikuti. Sebaliknya Gideon adalah sebuah
gambar bagiku akan ...... diriku.
Hakim-hakim yang jumpai di dalam kitab ini adalah orang-orang berdosa,
semuanya digunakan oleh Tuhan untuk
menyelamatkan Israel. Tetapi fakta gelapnya adalah, hakim-hakim ini tidak dapat berbuat apapun terkait dengan masalah
terdalam Israel-dosa manusia. Karena itu, hakim-hakim ini adalah seorang
pengingat yang konstan, sementara
Tuhan dapat dan memang menggunakan para pria dan perempuan berdosa untuk
menyelesaikan maksud-maksudnya. Itu akan membutuhkan seorang Mesias, yang adalah Tuhan dan manusia, untuk
menyelamatkan kita dari dakwaan dan kuasa dosa.
Sekarang kita telah
menjalani hampir setengah perjalanan menuju
kesudahan kitab Hakim-Hakim, jelas bahwa Hakim-Hakim yang telah kita temui-Ehud, Deborah dan Barak, Gideon dan Yefta- akan menciptakan
karakter-karakter hebat di dalam sebuah novel, filem, atau bahkan sebuah opera sabun. Walaupun Tuhan menggunakan
mereka untuk merampungkan maksud-maksud
Tuhan, perilaku berdosa mereka, dan sisi lemah pribadi mereka, mengejutkan
kita. Namun demikian, realitanya, adalah, bahwa orang-orang ini tak ada bedanya
dengan kita. Dugaanku, alasan bahwa kita mengingat karakter-karakter ini, ada pada diri mereka, kita lihat di dalam masa muda
kita dan secara tajam karakter-karakter semacam itu masuk ke dalam masa dewasa
kita, begitu tepatnya karena mereka
adalah orang-orang tak terhormat. Cara
terbaik untuk membuktikan thesisku ini adalah dengan sebuah pertanyaan sederhana.
“Hakim-Hakim Israel yang manakah paling
setia dan paling berhasil?”
Itu adalah Otniel, mengapa
kita melupakan tentang dia? Karena Otniel setia, dia menikah dengan seorang
Israel, dan dia telah melakukan tepat seperti apa yang TUHAN telah perintahkan
untuk dilakukan. Jadi, kita melupakan satu Hakim yang menjadi model panutan
terbaik, dan dia inilah, merupakan sosok yang sangat berlawanan dengan Simson
yang lebih dramatis-subyek bagian selanjutnya Hakim Hakim. Simson-seorang yang
kita semua ingat-adalah seorang yang kelihatannya terjebak diantara iman kepada
TUHAN, dan nafsu-nafsu daging. Dalam hal ini, Simson tak beda dengan kita,
berjuang melawan keinginan – keinginan dosanya. Dia adalah seorang pahlawan yang
hebat, bahkan semacam juru selamat, namun demikian Simson adalah seorang
yang pemarah dan seorang yang sangat
terkenal dengan keburukannya, gemar
berganti pasangan. Dia diberikan Roh
Kudus, namun dia melanggar sumpahnya, dan jatuh di sepanjang hidup, melawan kehendak
Tuhan, dan menderita konsekuensi-konsekuensinya, kita kembali melihat, bahwa
tak satupun manusia berdosa dapat
menyelamatkan ras kita yang telah jatuh dari salah dan kuasa dosa.
Kisah Simson dibuka dalam
ayat 1 bab 13, dengan sebuah versi ringkas yang kini merupakan bagian yang kerap diulang-ulang dan sangat
dikenal bagi pembaca Hakim Hakim.
“Orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN; sebab itu
TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Filistin empat puluh tahun
lamanya.” Kembali ke Hakim Hakim 10:7, penulis membuat gamblang bahwa dua
ancaman terbesar Israel akan datang dari orang-orang Amon dan Filistin. Dalam
kisah Yefta, kita membaca kelepasan Israel dari orang-orang Amon. Sekarang
penulis kembali menggambarkan sebuah penindasan 40 tahun oleh orang Filistin atas Israel. Ketika Israel memasuki
Kanaan dan berdiam di tanah perjanjian, orang-orang Filistin (dikenal sebagai
Orang-Orang Laut, karena mereka pada dasarnya berasal dari pulau Kreta - editor anchor: para pembaca dapat membaca hal ini di Ensiklopedia Britannica pada topik Philistine people), telah
berdiam di tempat apa yang sekarang dikenal sebagai Gaza Strip atau Jalur Gaza.
Ini bermakna bahwa orang-orang Palestina dan Israel yang anda lihat sedang
berperang satu sama lain setiap malam dan pada berita-berita malam, adalah,
dalam makna tertentu meneruskan sebuah perang yang sudah berlangsung sejak 3000
tahun lampau. Seperti bab 13 Hakim-Hakim pada pembukanya kita membaca bahwa
orang-orang Israel terus menolak TUHAN dan hukumnya. Dan sekali lagi TUHAN
telah memberikan mereka 40 tahun
penindasan di tangan salah satu musuh
yang paling ditakuti Israel- Filistin.
Adalah Penting bahwa kita
memperhatikan sebuah perubahan nyata namun tak kasat mata telah berlangsung ketika kita tiba pada kisah
Simson, hakim ke enam dan terakhir. Sebelumnya, polanya adalah: kala Israel
jatuh ke dalam ketakpercayaan dan TUHAN mengirimkan seorang penindas, umat
Israel berteriak kepada TUHAN meminta kelepasan. Tetapi kali ini kita membaca
bahwa tak ada orang Israel yang berteriak kepada Tuhan. Faktanya mereka
yang tinggal di bagian selatan bangsa itu tinggal berdampingan dengan
orang-orang Filistin, dan kelihatannya memang begitu nyaman kehidupannya
seperti halnya para pagan, bahwa Tuhan
sendiri harus mengambil inisiatif untuk menciptakan sebuah situasi yang menyebabkan sebuah celah besar antara
Israel dan Filistin yang pagan[1]. Banyak hal telah mengalami kemunduran
curam yang menciptakan sebuah masalah besar sejak era pagan Shamgar (disebut sebagai seorang
Hakim-Hakim kecil, 3:31) yang telah menyelamatkan Israel dengan membunuh 600
orang Filistin dengan sebuah tongkat lembu. Pada era Simson, orang-orang
Filistin menduduki banyak wilayah selatan Israel dan tak satu orang Israel pun
yang kelihatannya peduli. Tetapi setelah
era Simson, Israel akan tinggal dalam sebuah kondisi ketegangan besar dengan
orang-orang Filistin, setegang pada era Samuel, orang berteriak meminta seorang
raja yang akan memimpin mereka masuk ke
dalam perang melawan mereka yang sekali lagi mereka perhitungkan menjadi
musuh-musuh.
Memang kelihatannya di
tengah-tengah Israel hadir kehidupan saling berdampingan yang sangat damai
dengan orang-orang Filistin (yang kerap
dirujuk sebagai “orang-orang tak bersunat”- sebuah pemaknaan bagi kehidupan
mereka yang tak bertuhan), bahwa TUHAN merusak damai tersebut. Tuhan
mengirim seorang utusan kepada seorang mandul, wanita tak bernama, dari suku
Dan. Utusan TUHAN memberitahukan dia dan suaminya (Manoah) bahwa Tuhan akan
memberikan mereka seorang anak laki-laki yang akan menjadi yang ke enam dalam
serangkaian hakim-hakim Israel ( para pembebas). Israel bisa jadi hidup nyaman
di antara orang-orang yang tak mengenal TUHAN, tetapi TUHAN tidak akan membiarkan hal itu berlangsung.
Dalam Hakim-Hakim 13:2,
kisah Simson mulai dengan pengenalan
orang yang akan menjadi tokoh yang menyolok dalam apa yang akan
berlangsung. “Pada waktu itu ada seorang
dari Zora, dari keturunan orang Dan, namanya Manoah; isterinya mandul, tidak
beranak.” Zora adalah sebuah desa kecil diantara teritori Yehuda dan Dan,
14 mil dari Yerusalem- jantung utama
Israel. Sementara isteri Manoah tidak disebutkan namanya, dia memainkan sebuah
peran sentral dalam kisah ini, sebagaimana kita lihat dalam ayat 3-5,
Dan Malaikat TUHAN menampakkan diri kepada perempuan itu dan berfirman kepadanya, demikian: "Memang engkau mandul, tidak beranak, tetapi engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Oleh sebab itu, peliharalah dirimu, jangan minum anggur atau minuman yang memabukkan dan jangan makan sesuatu yang haram. Sebab engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki; kepalanya takkan kena pisau cukur, sebab sejak dari kandungan ibunya anak itu akan menjadi seorang nazir Allah dan dengan dia akan mulai penyelamatan orang Israel dari tangan orang Filistin."
Fakta bahwa Tuhan memilih untuk melakukan apa yang kelihatannya mustahil-menggunakan seorang perempuan mandul untuk menyelesaikan maksud-maksudnya—tentu saja menggugah kita untuk mengingat kasus-kasus serupa dalam sejarah penebusan dan pembebasan manusia dari kuasa dosa. Kita tak berlama-lama berpikir mengenai perempuan-perempuan seperti Sarah, Hana, dan Elizabeth, dan dengan 2 dari para perempuan ini, malaikat Tuhan juga telah lebih dahulu mengatakan sebuah kelahiran yang tak diduga. Selama sejarah penebusan manusia, para perempuan mandul Israel telah dinilai sebagai orang-orang yang dikutuk, sehingga pengumuman semacam ini tak hanya mengatakan pada kita bahwa sesuatu yang dramatis sedang akan berlangsung, tetapi lebih jauh lagi : malaikat membawa sebuah kata anugerah bagi wanita yang namanya tak disebutkan itu.
Setelah kunjungan dari malaikat
Tuhan, kita telah diberitahukan dalam ayat 6-7 bahwa
Kemudian perempuan itu datang kepada suaminya dan berkata: "Telah datang kepadaku seorang abdi Allah, yang rupanya sebagai rupa malaikat Allah, amat menakutkan. Tidak kutanyakan dari mana datangnya, dan tidak juga diberitahukannya namanya kepadaku. Tetapi ia berkata kepadaku: Engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki; oleh sebab itu janganlah minum anggur atau minuman yang memabukkan dan janganlah makan sesuatu yang haram, sebab sejak dari kandungan ibunya sampai pada hari matinya, anak itu akan menjadi seorang nazir Allah."
Sementara perempuan itu dipesonakan
oleh penampakan utusan, dia
sangat mengerti akan apa yang telah dijanjikan (dia akan memiliki seorang
putera), dan dia akan membesarkannya sebagai seorang nazir—hal spesifik terkait
ini diungkapkan dalam kitab Bilangan bab 6. Biasanya seorang nazir bersumpah
secara sukarela dan akan berlangusng untuk periode terbatas. Tetapi dalam kasus
ini, Simson harus hidup selaras dengan sumpahnya, sepanjang hidupnya[2],
sesuatu yang gagal untuk dilakukannya.
Dikejutkan dan dibingungkan
oleh fakta bahwa malaikat tersebut telah
menampakan dirinya pada isterinya, bukan pada dirinya, Manoah berupaya
mendengar pesan yang sama bagi dirinya sendiri. Seperti kita baca dalam ayat
8-14,
Lalu Manoah memohon kepada TUHAN, katanya: "Ya Tuhan, berilah kiranya abdi Allah, yang Kauutus itu, datang pula kepada kami dan mengajar kami, apa yang harus kami perbuat kepada anak yang akan lahir itu." Maka Allah mendengarkan permohonan Manoah, sehingga Malaikat Allah datang pula kepada perempuan itu, ketika ia duduk di padang dan ketika Manoah, suaminya itu, tidak ada bersama-sama dengan dia. Kemudian perempuan itu segera berlari memberitahukan kepada suaminya, katanya kepadanya: "Orang yang datang kepadaku baru-baru ini menampakkan diri pula kepadaku." Lalu bangunlah Manoah dan mengikuti isterinya. Setelah sampai kepada orang itu, berkatalah ia kepadanya: "Engkaukah orang yang telah berbicara kepada perempuan ini?" Jawabnya: "Benar!" Lalu kata Manoah: "Dan apabila terjadi yang Kaukatakan itu, bagaimanakah nanti cara hidup anak itu dan tingkah lakunya?" Jawab Malaikat TUHAN itu kepada Manoah: "Perempuan itu harus memelihara diri terhadap semua yang Kukatakan kepadanya. Janganlah ia makan sesuatu yang berasal dari pohon anggur; anggur atau minuman yang memabukkan tidak boleh diminumnya dan sesuatu yang haram tidak boleh dimakannya. Ia harus berpegang pada segala yang Kuperintahkan kepadanya."
Perhatikan bahwa terhadap
mendengarkan laporan isterinya,
Manoah berbicara kepada Tuhan secara langsung, dan memohon kepadanya agar utusan
itu kembali. Dia ingin mendengar sendiri apa yang malaikat telah katakan pada
isterinya. Dapat dimengerti, Manoah ingin mengetahui apa yang akan terjadi pada
puteranya. TUHAN memenuhi, tetapi tidak
akan dimanipulasi, dan sekali lagi mengirimkan utusan itu kepada isteri Manoah,
yang, penuh dedikasi melaporkan semua hal kepada suaminya.
Dari ayat 15-16 jelas bahwa
tanggapan Manoah terhadap malaikat merupakan tanggapan penuh rasa syukur dalam
bentuk sebuah undagan untuk sebuah jamuan makan persekutuan
Kata Manoah kepada Malaikat TUHAN itu: "Perkenankanlah kami menahan Engkau di sini, supaya kami mengolah anak kambing bagi-Mu." Tetapi jawab Malaikat TUHAN itu kepada Manoah: "Sekalipun engkau menahan Aku di sini, hidanganmu itu tidak akan Kumakan. Tetapi jika engkau hendak mengolahnya menjadi korban bakaran, persembahkanlah itu kepada TUHAN." Sebab Manoah tidak mengetahui, bahwa Dia itu Malaikat TUHAN.
Disepanjang sejarah
penebusan atau penyelamatan manusia, Tuhan kerap berkomunikasi melalui Malaknya
(utusan atau pembawa berita), atau malaikat Tuhan, dalam kasus ini malaikat mengambil rupa berwujud
jasmani, dan Manoah menawarkannya sebuah jamuan makan, yang ditolak malaikat
itu secara kokoh.
Meski malaikat itu bersedia
untuk ditahan, dia tidak bersedia untuk makan. Dibingungkan oleh hal ini,
Manoah meminta malaikat itu untuk menyingkapkan namanya. Orang pada era itu
percaya bahwa nama seseorang menyingkapkan karakternya. Manoah kelihatannya
memancing untuk melihat apakah malaikat itu sedang mengatakan padanya kebenaran
tentang kelahiran puteranya. Dan demikianlah “berkatalah Manoah kepada Malaikat TUHAN itu: "Siapakah nama-Mu,
sebab apabila terjadi yang Kaukatakan itu, maka kami hendak memuliakan Engkau."
Malaikat itu menolak makanannya, sekarang malaikat itu menolak permohonan
Manoah untuk mengetahui namanya. “Tetapi
jawab malaikat TUHAN itu kepadanya: "Mengapa engkau juga menanyakan
nama-Ku? Bukankah nama itu ajaib?" Ini adalah cara malaikat itu (secara sopan)
mengatakan pada Manoah untuk menerima perkataan janjinya. Karya dan pribadi
malaikat tersebut akan sepenuhnya tak terpahami bagi Manoah. Manoah tak
memiliki sebuah petunjuka mengenai apa yang baru saja terjadi. Ini adalah
sebuah tindakan lain anugerah ketika
malaikat itu menyelubungi jdentitas sejatinya pada Manoah.
Tanggapan Manoah untuk
membuat sebuah persembahan kepada Tuhan, tepat seperti yang telah diperintahkan malaikat.
Sesudah itu Manoah mengambil seekor anak kambing dan korban sajian, lalu mempersembahkannya kepada TUHAN di atas batu. Lalu diperbuat-Nya keajaiban, sementara Manoah dan isterinya memandanginya. Sedang nyala api itu naik ke langit dari mezbah, maka naiklah Malaikat TUHAN dalam nyala api mezbah itu. Ketika Manoah dan isterinya melihat hal ini, sujudlah mereka dengan mukanya sampai ke tanah. (19-20)
Sebagaimana
sekonyong-konyong malaikat itu telah
menampilkan dirinya, malaikat itu telah pergi. Telah berada di dalam hadirat Dia yang Kudus, kita membaca dalam
ayat 21-22
Sejak itu Malaikat TUHAN tidak lagi menampakkan diri kepada Manoah dan isterinya. Maka tahulah Manoah, bahwa Dia itu Malaikat TUHAN. Berkatalah Manoah kepada isterinya: "Kita pasti mati, sebab kita telah melihat Allah."
Tuhan telah memilih
perempuan ini untuk melahirkan hakim selanjutnya bagi Israel-pembebas Israel.
Tetapi pasangan ini masih takut. Sejauh ini sehingga episode ini berakhir di
ayat 23 dengan isteri Manoah mempersembahkan kata-kata bijak penenang bagi
suaminya. “Tetapi jawab isterinya kepadanya: "Seandainya TUHAN hendak membunuh kita, maka tidaklah Ia menerima
korban bakaran dan korban sajian dari tangan kita dan tidaklah Ia
memperlihatkan semuanya itu kepada kita dan tidaklah Ia memperdengarkan hal-hal
yang demikian kepada kita pada waktu sekarang ini."
Dalam ayat-ayat penutup pada
Hakim-Hakim 13 dan seluruh penyeimbang
bab 14, kita sampai pada kisah Simson, anak yang telah dijanjikan, dan hakim selanjutnya (penebus) Israel.
Dalam Hakim-Hakim 13:24-25,
kelahiran anak yang dijanjikan diumumkan dalam
cara-cara yang sangat gamblang. “Lalu
perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki dan memberi nama Simson
kepadanya. Anak itu menjadi besar dan TUHAN memberkati dia. Mulailah hatinya
digerakkan oleh Roh TUHAN di Mahane-Dan yang terletak di antara Zora dan
Esytaol.” Cukup menarik, nama Simson sangat umum digunakanileh orang-orang
Kanaan sebelum Israel berdiam di sana—itu adalah sebuah nama pagan. Di sini,
dalam kata-kata yang menstimulasi
ingatan tahun-tahun awal Yohanes
pembaptis dan Yesus, kita telah diberitahu bahwa Tuhan memberkati Simson, dan
bahwa Roh TUHAN ada di atasnya, sebuah
indikasi bahwa dia digunakan bagi maksud-maksud Tuhan dalam membebaskan umatnya
dari orang-orang Filistin.
Derajat kanaanisasi Israel
dapat dilihat dalam 3 ayat pada bab 14
Simson pergi ke Timna dan di situ ia melihat seorang gadis Filistin. Ia pulang dan memberitahukan kepada ayahnya dan ibunya: "Di Timna aku melihat seorang gadis Filistin. Tolong, ambillah dia menjadi isteriku." Tetapi ayahnya dan ibunya berkata kepadanya: "Tidak adakah di antara anak-anak perempuan sanak saudaramu atau di antara seluruh bangsa kita seorang perempuan, sehingga engkau pergi mengambil isteri dari orang Filistin, orang-orang yang tidak bersunat itu?" Tetapi jawab Simson kepada ayahnya: "Ambillah dia bagiku, sebab dia kusukai."
Manoah dan isterinya tahu
itu adalah sebuah pelanggaran atas hukum Tuhan bagi Simson untuk mengambil seorang Filistin bagi isterinya (misal
Keluaran 34:16), namun walau demikian dia mengambil isteri seorang Filistine
bagaimanapun juga.
Bahwa hal semacam itu
dikatakan, ayat 4 menginformasikan kita akan fakta bahwa TUHAN sedang bekerja
melalui Simson, sekalipun hasratnya penuh dengan dosa untuk memiliki seorang
isteri non Israel. “Tetapi ayahnya dan
ibunya tidak tahu bahwa hal itu dari pada TUHAN asalnya: sebab memang
Simson harus mencari gara-gara terhadap orang Filistin. Karena pada masa itu
orang Filistin menguasai orang Israel.” Ini mengatakan pada kita bahwa
TUHAN akan menggunakan Simson untuk merampungkan maksud-maksudnya dan merusak
kenyamanan hubungan antara Israel dan Filistin. Seperti satu ini yang penulis
tunjukan,”Jika orang-orang Israel tidak memiliki hati untuk mengambil tindakan
melawan Filistin, Tuhan akan menyebabkan orang-orang Filitin bertindak melawan
mereka.”[3].
Itulah persisnya apa yang sedang berlangsung di sini-Tuhan tidak akan
membiarkan Israel kehilangan identitas kovenannya sebagai umatnya. Dia akan
mengintervensi. Dalam kasus ini, dengan cara-cara yang paling mencengangkan, melalui pria-pria yang
nyaris luar biasa.
Menekan keluarganya untuk mengatur sebuah pernikahan dengan
seorang perempuan Filistin, Simson meninggalkan kotanya untuk pernikahan
tersebut. Tetapi sebagai pembaca Hakim-Hakim
yang sudah menduga apa yang pasti akan berlangsung, kisah ini mengalami
sebuah perubahan sekejab dan sangat tak diharapkan. Seperti kita baca dalam
ayat 5-8,
Lalu pergilah Simson beserta ayahnya dan ibunya ke Timna. Ketika mereka sampai ke kebun-kebun anggur di Timna, maka seekor singa muda mendatangi Simson dengan mengaum. Pada waktu itu berkuasalah Roh TUHAN atas dia, sehingga singa itu dicabiknya seperti orang mencabik anak kambing--tanpa apa-apa di tangannya. Tetapi tidak diceriterakannya kepada ayahnya atau ibunya apa yang dilakukannya itu. Maka pergilah ia ke sana, lalu bercakap-cakap dengan perempuan itu, sebab Simson suka kepadanya.
Serangan singa itu terlihat
kebetulan saja, tetapi itu vital bagi kisah ini. Jelas bahwa Roh TUHAN
memberikan Simson kekuatan untuk membunuh Singa, tetapi kita tidak pasti jika Simson
sendiri memahami apa yang sedang berlangsung, atau jikalau dia melihat tangan
Tuhan. Simson jauh lebih tertarik pada perempuan itu yang adalah “baik menurut pandangannya.”
Dalam ayat 8-9 kita
mengetahui bahwa,
Setelah beberapa waktu kembalilah ia ke sana untuk kawin dengan perempuan itu; dan ketika ia menyimpang dari jalan untuk melihat bangkai singa itu, tampaklah ada kawanan lebah pada kerangka singa itu dan juga madu. Dikeruknya madu itu ke dalam tangannya dan sambil memakannya ia berjalan terus, kemudian pergilah ia kepada ayahnya dan ibunya, dan memberikannya juga kepada mereka, lalu mereka memakannya. Tetapi tidak diceriterakannya kepada mereka, bahwa madu itu dikeruknya dari kerangka singa.
Jelas bahwa ini bukan sebuah
kejadian yang wajar. Menurut syarat dan ketentuan sumpah nazirnya dalam kitab
Bilangan fasal 6, Simson tidak
dibolehkan untuk datang mendekati sebuah jasad. Ketika dia mengambil madu
dari jasad singa tersebut (diawetkan
secara supernatural), dia telah melanggar sumpahnya, yang mana ini menjelaskan
mengapa dia tidak memberitahukannya kepada orang tuanya asal madu tersebut.
Bahkan lebih buruk, dia secara sadar
telah memberikan kepad mereka sebagian madu itu untuk di makan, yang
secara jelas diketahuinya secara seremonial nazis , membuat orang tuanya juga nazis.
Pada ayat 10, kita membaca
bahwa “Setelah ayahnya pergi kepada perempuan itu, Simson mengadakan perjamuan
di sana, sebab demikianlah biasanya dilakukan orang-orang muda.” Dalam sebuah
tindakan yang sepenuh hati membangkan
terhadap sumpah nazirnya, Simson menghadiri pesta pernikahan—sebuah
pesta minum-minum selama 7 hari di rumah orang tua pengantin perempuan—sebuah
acara yang menyebabkan aparat berwenang setempat mengirimkan aparat keamanan
sebagaimana dinarasikan dalam ayat 11. “Ketika mereka melihat dia, dipilihlah
tiga puluh orang kawan untuk menemani dia.”
Rujukan bagi “30 orang kawan”
sepertinya mengindikasikan bahwa orang-orang Filistin menilai bahwa kehadiran
Samson adalah sebuah ancaman. Dan karena itu mereka menempatkan 30 orang
laki-laki-seperti petugas keamanan masa kini- di tempat untuk memastikan setiap
hal dari keadaan tak terkendali.
Simson tak tergantung oleh
hal ini, dan bahkan meremehkan, menanyakan pada orang-orang tersebut
sebuah teka-teki untuk dijawab. Seperti
kita baca dalam ayat 12-14
Kata Simson kepada mereka: "Aku mau mengatakan suatu teka-teki kepada kamu. Jika kamu dapat memberi jawabnya yang tepat kepadaku dalam tujuh hari selama perjamuan ini berlangsung dan menebaknya, maka aku akan memberikan kepadamu tiga puluh pakaian lenan dan tiga puluh pakaian kebesaran. Tetapi jika kamu tidak dapat memberi jawabnya kepadaku, maka kamulah yang harus memberikan tiga puluh pakaian dalam dan tiga puluh pakaian kebesaran kepadaku." Kata mereka kepadanya: "Katakanlah teka-tekimu itu, supaya kami dengar." Lalu katanya kepada mereka: "Dari yang makan keluar makanan, dari yang kuat keluar manisan." Ada tiga hari lamanya mereka tidak dapat memberi jawab teka-teki itu.
Simson tentu saja merujuk
pada jasad singa dan madu.
Para penjaga Simson
disukarkan untuk menjawab teka-teki tersebut dan mulai membuat ancaman-ancaman
terhadap pengantin perempuannya. “Pada
hari keempat berkatalah mereka kepada isteri Simson: "Bujuklah suamimu,
supaya diberitahukannya kepada kami jawab teka-teki itu; kalau tidak, kami akan
membakar engkau beserta seisi rumah ayahmu. Apakah engkau mengundang kami untuk
membuat kami menjadi miskin? Tidak, bukan?" Ini menempatkan isteri
baru Simson dalam sebuah posisi yang sangat sukar dengan bangsanya. “Lalu menangislah isteri Simson itu sambil
memeluk Simson, katanya: "Engkau benci saja kepadaku, dan tidak cinta
kepadaku; suatu teka-teki kaukatakan kepada orang-orang sebangsaku, tetapi
jawabnya tidak kauberitahukan kepadaku." Tanggapan Simson terhadap
isterinya dingin dan datar.” Sahutnya
kepadanya: "Sedangkan kepada ayahku dan ibuku tidak kuberitahukan, masakan
kepada engkau akan kuberitahukan?" Tak mengheran penganti baru wanita itu,” Tetapi isterinya itu menangis di sampingnya selama ketujuh hari mereka
mengadakan perjamuan itu. Pada hari yang ketujuh diberitahukannyala kepadanya,
karena ia merengek-rengek kepadanya.” Isteri Simson, pada gilirannya
“memberitahukan jawab teka-teki itu kepada orang-orang sebangsanya.”
Berdasarkan pada ayat 18,”Lalu pada hari yang ketujuh itu, sebelum
matahari terbenam, berkatalah orang-orang kota itu kepadanya: "Apakah yang
lebih manis dari pada madu? Apakah yang lebih kuat dari pada singa?" Simson segera menyadari bahwa dia kalah
taruhan, dan orang-orang Filistin telah
mengetahui jawaban teka-tekinya. Sekalipun
Simson memiliki kekuatan fisik yang dahsyat, kelemahan pribadinya telah
disingkapkan ketika pembicaraan di tempat tidur dengan isterinya kini
dilemparkan ke mukanya oleh
musuh-musuhnya. Para pria Filistin mencemoohnya
bahkan mungkin menyadari bahwa dia telah melanggar sumpah kenazirannya.
Simson bereaksi dalam murka dan menghina
baik orang-orang Filistin dan isterinya dengan pernyataan sarkastik. “Sahutnya kepada mereka: "Kalau kamu
tidak membajak dengan lembu betinaku, pasti kamu tidak menebak teka-tekiku."
Simson menuduh mereka berlaku curang, dan memanggil isteri barunya seekor (anak) sapi.
Kita kini tiba pada poin
utama kisah ini-tak hanya pernikahan
Simson berumur singkat, tetapi menggunakan murka Simson, TUHAN menghancurkan
masa penuh damai hidup berdampingan antara umatnya dan orang-orang Filistin.
Seperti kita pelajari dalam ayat 19-20,
Maka
berkuasalah Roh TUHAN atas dia, lalu pergilah ia ke Askelon dan dibunuhnya tiga
puluh orang di sana, diambilnya pakaian mereka dan diberikannya pakaian-pakaian
kebesaran itu kepada orang-orang yang dapat memberi jawab teka-teki itu. Tetapi
amarahnya masih juga bernyala-nyala, lalu pulanglah ia ke rumah ayahnya.
Maka diberikanlah isteri
Simson itu kepada kawannya, bekas pengiringnya.
Simson tidak membunuh 30
orang di kota tetangga, tetapi dia mengejek 30 orang yang sedang berjaga-jaga
atas dirinya dengan memberikan mereka pakaian-pakaian orang sebangsa mereka
yang telah mati. Dalam sebuah murka, dia
pulang ke rumah ayahnya dan meninggalkan isterinya ke salah seorang
aparat keamanan.
Sebagaimana kita akan lihat
pada kesempatan berikutnya, Simson akan membunuh 1000 orang Filistin dengan
tulang raha seekor keledai, dia akan berakhir dalam muslihat Delilah, menjadi
obyek tertawaan dan hinaan bagi orang-orang Filistin, namun demikian dia mati
sebagai seorang pahlawan. Seperti itulah Hakim-Hakim Israel. Dan seperti itulah
jalan misterius yang Tuhan gunakan untuk menuntaskan maksud-maksudnya.
Apa, selanjutnya, yang kita
ambil dari teks semacam ini?
Ketika tiba pada merekahnya fajar era mesianik dan
lahirnya seorang Juru selamat seperti dinarasikan dalam Lukas 1:26-38, kita tak
hanya melihat bagaimana Tuhan harus mengutus putera kekalnya untuk
menyelamatkan orang-orang berdosa dari dosa-dosa mereka, kita melihat penebus final Israel telah lahir dalam sebuah cara yang
ajaib, sepenuhnya melampaui keheranan pembuahan Samson yang natural sepenuhnya.
Tidak diragukan lagi, bahasa yang digunakan oleh Malaikat untuk mengumumkan
kelahiran Yesus menggaungkan pengumuman atau pemberitahuan yang ditujukan
kepada isteri Manoah,
"Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."
Ini akan membuat Tuhan
mengambil wujud tubuh daging manusia untuk pada akhirnya menyampaikan
keselamatan bagi umat Tuhan. Anak ini akan menyelamatkan umatnya dari dosa-dosa
mereka. Tidak seperti hakim-hakim Israel, Putera Maria akan menjalani kehidupan
tanpa dosa dan mati sebagai sebuah
korban kematian sehingga kita dapat dibebaskan dari dakwaan dosa dan kuasa
dosa. Tidak seperti hakim-hakim Israel, anak ini akan berurusan dengan problem
fundamental kita-bukan intimidasi dari tetangga atau sesama kita yang tak
mengenal TUHAN atau pagan-tetapi dengan dosa yang telah memperbudak ras manusia
sejak hari-hari bapa pertama kita, Adam.
Dan selagi injil-injil
mengatakan kepada kita, orang yang merindukan era keselamatan dari Tuhan yang
lama dinantikan, fakta menyedihkan adalah bahwa hampir semua orang di Israel
pada era Yesus masih sangat serupa dalam kondisi rohani sebagaimana adanya
mereka dahulu kala di era hakim-hakim. Ya, orang-orang Yahudi di era kelahiran
Yesus dibawah tekanan penguasa Roma. Tetapi meskipun banyak yang merindukan
kedatangan Mesias, mereka telah menantikanya karena dasar-dasar yang salah.
Tepat seperti dalam era hakim-hakim, ketika Israel merindukan seorang raja, dan
mereka ingin kembali menjadi bangsa yang besar. Tetapi banyak orang di Israel
tidak menginginkan seorang Juru selamat yang akan memanggil dan memerintahkan mereka
untuk mati bagi dosa dan diri sendiri.
Sehingga dalam banyak hal,
kelahiran Yesus menuntaskan sebuah skala yang megah, hal sejenis seperti
kelahiran Simson-Tuhan menghancurkan status quo atau kemapanan dosa dan ketakpedulian umat Tuhan, yang
sangat menguasai mereka sehingga memalingkan muka dari Tuhan dan melakukan apa
yang benar menurut pandangannya sendiri, sekalipun dia telah datang kepada
mereka untuk menyelamatkan mereka dari murka yang patut diterima mereka, dan
yang memang pasti akan datang menimpa.
Dan sementara Yesus datang
kepada kita pada hari Tuhan melalui firman dan sakramennya, mengunjungi
kita dengan keselamatannya yang telah
dijanjikan, dia melakukannya dalam sebuah cara sedemikian rupa yang merusak
kesetiaan yang penuh penundukan terhadap dosa dalam diri kita. Persis seperti
era Simson, dan secara khusus dengan kedatangan Mesias, kita, sebagai umat
Tuhan tidak dapat begitu saja melanjutkan kehidupan di dalam dosa kita dan
mengabaikan Juru selamat kita ketika dia datang kepada kita dengan kata-kata berkatnya.
Walaupun belas kasihannya tidak mengenal ikatan-ikatan dan darahnya dan
kebenarannya menutupi setiap satu dari dosa-dosa kita, kekudusannya yang begitu
sempurna mendorong kita untuk bertobat atas dosa-dosa kita, dan mencari
kehendaknya. Dan demikian saat ini kita tinggal pada janji bahwa dosa-dosa kita diampuni tetapi di
saat yang sama kita kembali melihat bahwa anugerah Juru selamat sepenuhnya menjungkalkan dan merusak eksistensi dosa kita.
Saudara-saudari kekasih,
mari kita, saat ini pada jam ini, tinggal berdiam pada jaminan sepenuhnya pada
pengampunan Tuhan bagi kita dalam
Kristus. Juga mari kita tinggal berdiam pada hati yang telah
dipenuhi dengan ucapan syukur bagi semua yang telah Yesus lakukan, berhasrat untuk melakukan kehendak Yesus dan
memberikan kesaksian bagi orang-orang di sekitar kita akan kasih dan belas
kasihan Juru selamat kita. Walaupun Tuhan telah mengirimkan Israel serangkaian
penebus-penebus untuk menyelamatkan mereka dari musuh-musuh mereka, hakim-hakim
ini tidak dapat berbuat apapun terhadap dosa manusia. Tetapi penebus yang Tuhan
telah kirimkan bagi kita-Yesus Kristus—telah selama-lamanya menghancurkan kuasa
dan dakwaan dosa. Itu sebabnya sang
perawan melahirkan anak itu. Penebus kita mengasihi kita dan telah membebaskan
kita dari dosa-dosa melalui darahnya
sendiri yang mahal. Tetapi dia tidak akan membiarkan kita menjadi damau dengan
dosa kita.
Amin
Behold, You Shall Conceive and Bear a
Son The one hundred and third in a series: "I Will Be Your God and You
Will Be My People." | diterjemahkan dan diedit oleh: Martin Simamora
Kredit foto : After Manoah and his wife make an offering to God, the angel of
God ascends to heaven in the flame. The artist’s signature (Jan Goeree,
1670-1731)- Pitts Theology Library
Catatan kaki
1Block,
Judges, Ruth, 392.
2Cundall,
Judges & Ruth, 157.
3Block,
Judges, Ruth, 426.
No comments:
Post a Comment