Oleh: Pastor Dr.J.Ligon Duncan III
Yesus : Pewahyuan Akbar Tuhan
Teks:
Ibrani 1:2-4
Jika anda membawa
Alkitab-Alkitabmu, saya mengundang anda untuk membuka bersamaku Kitab Ibrani
untuk mempelajarinya. Kita telah diberitahu sebelumnya bahwa Kitab Ibrani menuturkan
perihal pemeliharaan atau penjagaan iman (oleh Tuhan). Dan itu
mengingatkan kita akan beragam ancaman-ancaman atau tantangan-tantangan
terhadap iman Kristen dan kitab ini mengarahkan kita pada satu fondasi kokoh dan da sumber kuasa yang vital bagi
Kekristenan dan itu merupakan sebuah
pemahaman akan supremasi dan kecukupan akan Tuhan Yesus Kristus. Selalu dan berulang,
Kitab Ibrani mengarahkan kita kembali
kepada Yesus sebagai jawaban bagi
pertanyaan yang sedang kita pertanyakan, atau Yesus adalah jawaban bagi problem
yang sedang kita hadapi. Dan begitulah Ibrani akan menekankan finalitas
pewahyuan Tuhan di dalam Tuhan Yesus dan seperti kita katakan pada kesempatan terdahulu, Kitab Ibrani ini
dimulai dengan Yesus. Keyakinan diri yang total di dalam diri Yesus harus
menjadi basis hidup baru kita dan identitas kita sebagai orang-orang Kristen.
Memang penting untuk
menyadari bahwa semua hal mengenai
keselamatan hanya ditemukan di dalam
Yesus. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih besar daripada mengenal Yesus.
Tidak ada yang melampaui mengenal Yesus
yang merupakan kunci kepada yang dianggap sebagai sebuah pengalaman spiritual
yang lebih tinggi. Dan demikian juga ayat-ayat pertama Kitab ini
menekankan tema penting ini. Lihat
kembali bersama saya pada Ibrani 1:
dan kita akan melihat pada empat ayat pertama, dan secara khusus
ayat-ayat 2,3 dan 4.
Ibrani
1:2-4
(2)
maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan
Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada.
Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.(3) Ia adalah cahaya kemuliaan
Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya
yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia
duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi,(4) jauh
lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan
kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka.
Bapa,
kami berterima kasih kepadaMu atas firman-Mu dan kami meminta mata Rohmu
membukakan panduan selagi kami mempelajari firmanMu. Semoga kebenaran ini tak
membuat kami tertarik, Tuhan, tak hanya mencengkram perhatian kami, tak hanya
menguasai kami, tetapi dapat mentransformasi kami. Kami meminta agar Engkau mau
bekerja di kedalaman kemanusiaan kami dan memperlihatkan kepada kami penerapan-penerapannya,
Tuhan, dimana kami bahkan bisa melewatkan dan mengurangi kebenaran ini. Kami
meminta semua hal ini di dalam nama Yesus. Amin
Saya ingin kembali ke
tema-tema yang serupa yang telah kita pelajari pada beberapa waktu lalu dan
melihat jikalau kita dapat menjelajahi 7 bagian penggambaran siapakah Yesus,
khususnya dalam ayat 2,3, dan 4. Sementara membandingkan pada jemaat Ibrani,
sebaliknyalah yang sedang terjadi, orang-orang yang menjadi alamat tujuan surat Ibrani, tergoda untuk berpikir bahwa pewahyuan
Perjanjian Baru kurang pasti atau kurang substansial daripada pewahyuan Perjanjian
Lama yang telah mereka miliki dari era Musa. Penulis Ibrani, dan dapat kita
katakan Tuhan, mematahkan
argumen-argumen semacam itu pada empat ayat pertama yang merupakan pewahyuan Perjanjian Baru,
pewahyuan yang kita miliki di dalam Yesus Kristus, yang jauh lebih tinggi daripada pewahyuan Perjanjian Lama.
Perjanjian Baru adalah kulminasi atau titik puncak bagi Perjanjian Lama. Ini bukan Perjanjian
Lama salah dan Perjanjian Baru benar, namun bahwa Perjanjian Lama merupakan
bagian dari (bukan keseluruhan) pewahyuan tersebut, yang hanya dipenuhi atau
digenapi dan dikulminasi ketika kita datang pada Perjanjian Baru. Dan tema ini akan akan menjadi nyata terlihat di
seluruh kitab Ibrani ini. Faktanya, berulang kali, anda akan mendengar kata “lebih
baik” digunakan. Karena itu merupakan sebuah perbandingan. Itu bukan sebuah
perbedaan yang absolut antara pewahyuan Perjanjian Lama Tuhan dan pewahyuan
Perjanjian Baru Tuhan. Itu bukan bahwa Tuhan tidak menyingkapkan diriNya di
dalam Perjanjian Lama, tetapi Dia melakukannya di dalam Perjanjian Baru. Atau
tidak juga semata bahwa Tuhan telah
menyingkapkan hal-hal mengenai
Perjanjian Baru dalam bentuk-bentuk tersembunyi di dalam Perjanjian Lama,
kemudian Dia telah menyingkapkannya dalam bentuk yang jelas dalam Perjanjian
Baru. Tetapi ada di sana sebuah perkembangan atau gerak maju atau progress secara aktual dalam pewahyuan.
Dan demikianlah anda akan mendengar frasa “lebih baik” berulang kali.
I.Orang-orang
Kristen berpegang dan percaya kepada Anak, sebagaimana Dia disajikan di dalam
Injil.
Apa yang kita baca pada ayat 2 dan 3 adalah sebuah penggambaran
Tuhan Yesus Kristus. Kita akan melihat ketika kita tiba pada akhir penggambaran
ini mengapa penulis telah meluangkan banyak waktu dalam menggambarkan Tuhan
Yesus Kristus. Sebelumnya kita tidak mengulas hal ini, bahwa Yesus adalah
pewaris akan segala sesuatu. Dia adalah pewaris alam semesta. Dia adalah
pewaris segala sesuatu di dalam dunia. Minggu ini, kita akan menuju poin ke dua
yang mana kita juga akan melihat dalam ayat 2, Yesus turut serta mengarsiteki alam semesta. Dia
adalah Sosok yang melaluinya Tuhan telah menciptakan dunia. Penulis Ibrani
sedang menekankan fakta bahwa Yesus adalah turut serta menciptakan
dalam penciptaan/co-creator. Sekarang
ada sejumlah nas Perjanjian Baru yang
juga menekankan kebenaran ini. Kita akan meninjau sejumlah contoh
kebenaran ini yang telah ditekankan pada bagian lain dalam Perjanjian Baru
setiap kali kita menjelajahi salah satu
dari bagian-bagian ini.
Bersama saya, buka Kolose
1. Dalam Kolose 1:18 kita diberitahukan bahwa ini mengenai Kristus “karena di dalam Dialah telah diciptakan
segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang
tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun
penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.” Dan demikianlah Paulus menekankan hal yang
sama seperti yang telah dikatakan di sini dalam Ibrani 1:2.
Mundur lebih jauh lagi
kepada injil Yohanes dan epistel Yohanes pertama. Berangkali anda akan ingat
dengan yang satu ini, anda berangkali termasuk salah satu dari mereka yang
telah menghafal 14 ayat pertama pada Yohanes 1 (saya sendiri menilai adalah sangat bernilai jika anda dapat mengingat
secara baik prinsip-prinsip pada 14 ayat pertama dalam Injil Yohnaes ini-editor
Anchor). Itu sangat bagus untuk menghafal atau mengingat nas tersebut. Kita
baca hal ini pada Yohanes 1:3 “Segala
sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi
dari segala yang telah dijadikan.”
Dan demikianlah dengan Ibrani
1:2 dan Kolose 1:16 dan Yohanes 1:3, telah menekankan berulang kali bahwa Tuhan
Yesus turut serta sebagai pencipta. Dia
telah mengadakan segala sesuatu sehingga menjadi ada. Ini adalah sebuah
kesaksian yang jelas bagi ketuhanan Yesus. Segala sesuatu telah diciptakan,
segenap alam semesta, dalam ruang dan waktu, telah diadakan menjadi berwujud oleh dan melalui dan bagi Tuhan
Yesus Kristus.
Sekarang mari saya tunjukan
sesuatu yang sangat menarik perhatian. Perhatikan bahwa hal utama yang penulis
Ibrani katakan pada kita dalam Ibrani 1 adalah bahwa Dia mewarisi segala sesuatu. Dia adalah yang
berhak menerima segala sesuatu. Tetapi hal selanjutnya yang dikatakan si
penulis adalah bahwa Dia adalah Pencipta segala sesuatu. Sekarang, ini menarik.
Biasanya penerima waris menerima sesuatu yang tidak mereka ciptakan atau
hasilkan. Faktanya, itulah satu dari
banyak hal yang memfrustrasikan Salomo. Jika anda mengingat kitab Pengkhotbah,
Salomo berkata bahwa seorang manusia
bekerja di seluruh hidupnya dan kemudian dia memberikan seluruh kepemilikannya kepada seseorang yang
tidak bekerja untuk hal-hal itu.
Tetapi Yesus adalah Kreator atas apa yang menjadi kepemilikannya. Dan dengan
demikian ada sebuah hubungan istimewa antara penerima waris ini karena Dia (si
penerima) adalah sang Pencipta. Dia adalah Kreator dan Pewaris. Dan
begitulah walau memang ada banyak
anak-anak telah menerima sebuah warisan yang bukan merupakan hasil dari kerjanya, namun Dia
telah menciptakan yang kemudian telah Dia terima sebagai warisanNya.Dan Dia-Yesus memang
benar-benar telah menerima warisannya,juga, dalam karya penebusan.
Mengapa,kembali, si penulis
mengatakan kepada kita bahwa Yesus adalah pencipta segala sesuatu? Karena dia ingin mencuatkan martabat Yesus dalam
pandangan jemaatnya. Mereka sedang bergumul. Jemaat ini memiliki penghormatan
tinggi terhadap mahluk-mahluk malaikat. Dalam benak mereka, malaikat-malaikat
tersebut adalah mahluk-mahluk yang
ditinggikan dan sang Mesias tidak terlampau tinggi seperti malaikat-malaikat
tersebut. Penulis Ibrani sedang berkata, “Lihat,
Yesus telah menciptakan malaikat-malaikat. Yesus lebih tinggi daripada
malaikat-malaikat.” Penulis Ibrani sedang berupaya untuk membangkitkan sikap
hormat. Seperti halnya jikalau anda berjumpa dengan penulis buku yang sangat
anda kagumi maka ketika anda berjumpa
dengan pencipta atau penulis buku maka akan meluncur sebuah takjub.
Saya teringat ketika saya
sedang duduk menikmati sarapan pagi di
Universitas Edinburgh pada suatu hari
dan ada seorang yang tak saya kenali di
musim panas tersebut dan saya memutuskan saya ingin bersikap ramah dan saya mendekatinya dan berkata “Apa
kabarmu?” Selamat datang di Universitas Edinburgh.” Dan kami mulai
berbincang-bincang, dan saya tidak dapat mengingat apakah dia telah
memberitahukan namanya kepada saya, namun kami telah bercakap-cakap lama.
Diketahui bahwa dia ada di sini sedang melalukan penelitian terhadap sosok George Whitfield dan saya
tidak tahu banyak mengenai George Whitfield, tetapi saya tahu pustaka itu cukup
baik dan saya memberikan sejumlah petunjuk pada sejumlah hal yang mungkin mau
dipertimbangkannya. Pada akhir percakapan
setengah jam tersebut, saya mengucapkan salam perpisahanku dan demikian juga
dengan dia. Saya berkata, “Sekarang katakan padaku sekali lagi siapa namamu?”
Dia berkata,” saya Harry Stout.” Dan saya
berkata “Senang bertemu dengan anda tuan Stout” dan saya mulai berjalan kembali ke ruanganku. Selagi
saya berjalan, saya mulai berpikir, “Harry Stout, Harry Stout,” dan tiba-tiba
saja saya teringat. “Harry Stout, Dr.Harry Stout dari Yale. Dr. Harry
Stout yang telah menulis buku dan telah menerima Gold Medallion Award yang terkenal
dengan karyanya “TheNew England Soul,” yang sedang melakukan penulisan sebuah biografi mengenai
GeorgeWhitfield. Saya mengejar dia ke pustaka
pada hari itu, saya menunduk memberikan penghormatan dan memberikan sikap
hormat sebaik mungkin. Anda tahu, ketika anda
ada di hadapan seorang penulis, itu semacam hal yang menakjubkan. Hal semacam inilah
persisnya yang sedang dihadirkan penulis Ibrani untuk mengimpresi jemaat ini.
Tuhan Yesus ini adalah seorang author-penulis-pencipta.
Dia telah menuliskan semua itu. Dia telah menciptakan semuanya. Dia sedang
berusaha membangkitkan takjub dan hormat
di dalam jemaat kepada Tuhan Yesus.
Perhatikan pada ayat 3 dia
sedang mengatakan hal ketiga. Yesus bukan hanya pewaris segala sesuatu dan
pencipta segala sesuatu. Dia juga (dan penulis Ibrani menggunakan frasa menarik
ini) adalah cahaya memancarkan kemuliaan Tuhan. Dia adalah sebuah refleksi
esensial akan siapakah Tuhan itu. Jika anda ingin tahu seperti apakah Tuhan
itu, anda perlu memandang Dia, karena Dia memang cahaya memancarkan kemuliaan
Tuhan. Yesus adalah pewahyuan ilahi. Sang Anak adalah pewahyuan kemuliaan
Allah. Dia adalah cahaya yang
membenderangkan atau memancarkan terang dari sumbernya langsung. Itulah apa
yang dimaksudkan dengan kata “effulgence.”
Itu adalah sebuah kata yang luar biasa yang anda jumpai dari waktu ke waktu
dalam sastra dan teologi. Effulgence bermakna
cahaya memancar keluar benderang langsung dari sumbernya. Jika anda ingin tahu
seperti apakah Bapa itu, sejauh penulis Ibrani menuliskannya, anda perlu
melihat pada Anak. Di dalam Tuhan tidak
ada ketidakserupaan seperti Kristus sama sekali, ketika anda melihat
Kristus anda telah melihat seperti apakah Tuhan itu. Dan penulis Ibrani menginginkan kita terimpresikan atau
terkesimakan oleh hal itu. Bahwa Kristus sepenuhnya pewahyuan akan seperti
apakah Tuhan itu. Dia adalah cahaya yang
memancar keluar membenderangkan kemuliaanNya.
"Quem Pastores Laudevere"- "Den die Hirten lobeten sehre"- juga pada Kidung Jemaat no.116 "Yang Dipuji Kaum Gembala" terjemahan Yamuger 1981. Nyanyian Latin abad ke 8- Jerman abad ke 16
Yesus memancarkan secara
benderang kemuliaan Tuhan secara langsung pada sumbernya. Dialah yang yang
menyajikan dan menyingkapkan kemuliaan-Nya. Tetapi penulis Ibrani belum selesai. Dia masih berjalan terus dan
dia mengatakan hal lainnya. Anda akan melihatnya kembali di sana. Dalam ayat 3, “Dia adalah cahaya
yang memancarkan kemuliaanNya dan penggambaran jitu akan naturNya.” Sehingga
tidak hanya bahwa Yesus menyingkapkan Tuhan. Yesus sendiri memiliki natur yang
sama dengan Tuhan. Yesus sendiri Ilahi. Dia tak hanya menyingkapkan Tuhan,
Yesus adalah Ilahi itu sendiri. Anda dapat mengatakan tentang seseorang, anda
mungkin telah berjumpa dengan seseorang yang memiliki kualitas-kualitas kasih
yang telah membuat anda berpikir mengenai Tuhan. Anda tahu ketika anda berpikir
mengenai Daniel dalam Perjanjian Lama, anda dapat berkata,”Luar biasa, anda mempelajari sesuatu mengenai Tuhan ketika anda memandang pada orang ini.”
Ya...itu benar. Tetapi itu tidak lantas
menjadikan Daniel adalah Tuhan.
Penulis Ibrani meneruskan
dengan mengatakan bahwa Yesus tidak sekedar menyingkapkan atau mewahyukan
Tuhan, Yesus secara esensial identik; yaitu, naturnyaNya adalah sama seperti
Tuhan. Dia adalah Ilahi itu sendiri. Ada sebuah korespondensi atau kertehubungan
yang jitu antara Bapa dan Anak. Seperti sebuah segel dan sebuah meterai adalah
gambaran dalam nas ini. Yesus adalah secara telak citra substansi Tuhan. Ini, juga, ditekankan
pada bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Buka kembali Kolose. Anda akan melihat
teologi seperti halnya yang disajikan Paulus, di seluruh kitab Ibrani. Dalam
Kolose 1:15, Paulus berkata hal-hal yang sama dalam kata-kata ini: “Dia adalah citra Allah yang
tak dapat dilihat.” Dan dalam Kolose 2:16,17 ”Karena itu, jangan ada satu pun
yang bertindak sebagai hakimmu terkait
hal makanan atau minuman, atau terkait
dengan sebuah hari raya atau sebuah bulan baru atau Sabat, hal-hal tersebut
semata-mata merupakan bayang-bayang akan apa yang akan datang, tetapi substansinya
milik Kristus.” Jika anda kembali dan melihat Kolose 2 pada ayat 9 dan 10, anda
akan melihat sebuah perluasan yang ideal pada: “karena di dalam Dia segala
kepenuhan ketuhanan berdiam dalam wujud
jasmaniah. Dan di dalam Dia kamu telah menjadi utuh.” Sehingga kembali ini
menekankan bahwa Yesus memiliki substansi yang benar-benar ada seperti pada
Tuhan.
Amin
Jesus: The Great Revelation of God | diterjemahkan dan diedit oleh
:Martin Simamora
Foto ilustrasi: para gembala mengagumi Yesus, 1646-50, the Hemirtage, St Petersburg
Bersambung
No comments:
Post a Comment