Oleh : Pastor Dr.Kim Riddlebarger
Aku Akan Menjadi Tuhanmu dan Kamu Akan Menjadi
Umatku
Teks acuan: Hakim-Hakim 8:4-35; 1 Timotis 6:2-16
Seperti banyak darimu,
saya teringat akan khotbah-khotbah yang tak terhitung banyaknya di sepanjang
tahun-tahun yang pada dasarnya merupakah studi-studi karakter orang-orang kudus
hebat dari sejarah penebusan. Salah satu orang kudus itu adalah Gideon. Andai
semua anda telah membaca Hakim-Hakim 6-7
dan Ibrani11, maka kamu dapat menyimpulkan secara kokoh bahwa Gideon adalah
orang hebat kepunyaan Tuhan, yang telah Tuhan gunakan untuk menyelamatkan
Israel pada salah satu era tergelap
bangsa ini. Itu sebabnya Gideon Society memilih namanya ketika memulai pelayanan mereka sedunia dalam
mendistribusikan alkitab-alkitab. Faktanya, the Gideons memberitahukan pada
kita bahwa “Gideon adalah seorang yang ingin melakukan secara tepat apa yang
Tuhan inginkan dia lakukan, terlepas dari pemikirannya sendiri terkait rencana-rencana dan hasil-hasil. Kerendahan
hati, iman, dan kepatuhan merupakan elemen-elemen hebat karekater. “Tetapi
ketika anda membaca seterusnya kisah Gideon – Hakim-Hakim 8:4-35-menjadi sangat jelas bahwa Gideon adalah seorang
berdosa yang telah menggunakan kuasanya untuk melakukan tindakan balas dendam
atas musuh-musuhnya. Adalah Gideon yang membuat sebuah efod (sebuah pakaian
imam) yang kemudian menjadi sebuah batu
sandungan bagi umat Israel (Hakim-Hakim 8:27). Karena itu, karakter Gideon
seharusnya dipelajari oleh semua kita. Mengapa? Apakah dia sebuah model
teladan? Bukan. Kita mempelajarinya karena kita tepat seperti dirinya. Kita
juga berdosa dari kepala hingga ujung kaki, dan satu-satunya hal-hal baik yang
kita lakukan mengalir keluar dari fakta bahwa Tuhan mengerjakannya di dalam
kita melalui kuasa Roh Kudus. Kala kita menyandarkannya pada diri kita sendiri, kita
akan melakukan tepat seperti yang telah Gideon lakukan—kita akan menggunakan
pemberian-pemberian baik yang Tuhan telah berikan kepada kita untuk keuntungan
dan manfaat diri kita sendiri.
Selagi kita kita meneruskan
studi kita pada Kitab Hakim-Hakim, kita ada di dalam bagian kitab ini yang mengulas bagian ke lima dari seri
hakim-hakim(pembebas-pembebas) yang Tuhan utus untuk menyelamatkan umatnya dari
para penindas bengis. Dalam Hakim-Hakim 6:1-8:3 (bagian pertama dari catatan
Hakim-Hakim mengenai hidup Gideon), kita telah melihat Tuhan mengambil pria yang tak percaya diri ini dan
mengubahnya menjadi seorang pejuang perkasa yang telah menjalankan sebuah
rencana luar biasa berani untuk menaklukan orang-orang Midian, yang telah
secara brutal menindas orang-orang
Israel, hingga titik banyak umat Tuhan
yang dipaksa untuk tinggal di gua-gua atau bersembunyi di gunung-gunung. Kita
telah melihat Gideon yang plin plan berulang kali mencari sebuah tanda dari Tuhan untuk meneguhkan
panggilanya dan menjamin bahwa TUHAN akan berperang bagi pihak Israel. Ketika
Gideon mempelajari dari sebuah pos
jaga Midian bahwa TUHAN akan memberikan Israel sebuah kemengangan gemilang
atas pasukan raksasa Midian, pada
akhirnya, Gideon bersedia melakukan sebagaimana Tuhan telah perintahkan.
Seperti yang telah TUHAN
perintahkan, Gideon telah mengurangi pasukannya dari 32.000 menjadi 300 orang.
Ini dilakukan untuk membuatnya jernih bahwa TUHAN telah memberikan Israel
kemenangan ketika Gideon memimpin prajurit-parjuritnya memasuki kam-kam orang Midian di tengah malam ketika
orang-orang Gideon membunyikan trompet-trompet mereka, telah menghancurkan
kendi-kendi, menyalakan obor-obor, dan meneriakan seruan perang (Hakim-Hakim
7:20). Orang-orang Midian sepenuhnya tidak bersiaga dan telah dipanikan kala
mereka berpikir bahwa sepasukan musuh telah berada di tengah-tengah perkemahan mereka. Selagi orang-orang
Midian dalam jumlah besar melarikan diri menuju timur Sungai
Yordan, tempat asal kedatangan mereka, Gideon memanggil pasukan Israel yang mengejar
orang-orang Midian untuk kembali menuju
Yordan, sementara orang-orang Efraim (suku tetangga) telah dikirim menuju orang-orang pasukan Midian untuk melintasi dan mempertahankan titik-titik di Sungai Yordan. Orang-orang Efraim berupaya untuk
menangkap dua pangeran Midian: Oreb dan Zeeb (Hakim-Hakim 7:25), yang nyata terlihat
telah mengakibatkan orang-orang Israel mengalami penderitaan hebat selama
penindasan Midian. Dua pangeran ini telah dipenggal, kepalanya telah diberikan
kepada Gideon sebagai hadiah perang. Walaupun Midian telah ditaklukan, segera
mereka akan dilenyapkan sebagai sebuah ancaman bagi Israel.
Selagi kita bergerak masuk
ke dalam bagian kedua penulis kisah Hakim-Hakim mengenai Gideon (Hakim-Hakim
8:4-35), kita menemukan sisi lain Gideon
terkait dia menjadi begitu gamblang terlihat bahwa pria yang kurang percaya diri ini telah menjadi seorang
tiran yang bengis sebab Gideon mulai menggunakan kuasanya untuk
melayani tujuan-tujuannya-bukan tujuan-tujuan bangsa.
Dalam ayat 4-5 pada
Hakim-Hakim 8, kita belajat bahwa Gideon dan 300 orang pria telah meneruskan
pengejaran orang-orang Midian “Ketika
Gideon sampai ke sungai Yordan, menyeberanglah ia dan ketiga ratus orang yang
bersama-sama dengan dia, meskipun masih lelah, namun mengejar juga. Dan
berkatalah ia kepada orang-orang Sukot: "Tolong berikan beberapa roti
untuk rakyat yang mengikuti aku ini, sebab mereka telah lelah, dan aku sedang
mengejar Zebah dan Salmuna, raja-raja Midian." Jarak dari medan tempur di Lembah Yisreel ke
Sukot melintasi Sungai Yordan sekitar 40 mil. Orang-orang Gideon telah
melintasi Yordan, dan kemudian mendatangi perkemahan orang Sukot yang letaknya
bagian dari tanah yang telah dialokasikan oleh Musa dan Yosua bagi suku Gad.
Tetapi walaupun tanah ini ada dibawah kendali salah satu dari 12 suku Israel,
para penduduk sangat curiga pada Gideon dan orang-orangnya ketika mereka tiba,
begitu bernafsu mengejar orang-orang Midian yang melarikan diri.
Gideon dan orang-orangnya
telah kelaparan. Gideon meminta pasokan
makanan kepada dewan kota Sukot sehingga dia dan orang-orangnya dapat
melanjutkan pengejaran mereka atas 2 raja Midian: Zebah dan Salmuna (Hakim-Hakim 8:12), yang
sejauh ini, belum mengalami nasib yang sama sebagaimana telah dialami
putera-putera mereka Oreb dan Zeeb.
Bersama dengan penguasa yang lebih rendah (pangeran Oreb dan Zeeb), Zebah dan Salmuna
bertanggungjawab atas komplotan-komplotan Midian dan Amalek yang merampok dan
menyerang orang-orang Israel selama 7 tahun hingga TUHAN pada akhirnya
menaklukan pasukan Midian melalui
manuver berani yang dilakukan
Gideon. Permintaan Gideon pada dewan kota Sukot (orang sebangsanya sendiri)
adalah permintaan yang sah. Gideon dapat saja mengambil apa saja, tetapi dia
tidak melakukannya. Doa mendemonstrasikan sikap hormat yang besar[1].
Sementara bagi para pejabat
Sukot hal sebaliknyalah yang terjadi, yang begitu kokoh menolak permintaan
Gideon “Tetapi jawab para pemuka di Sukot itu: "Sudahkah Zebah dan Salmuna itu ada dalam tanganmu, sehingga kami harus
memberikan roti kepada tentaramu?" (Hakim-Hakim 8:6), ini sukar, kalau
tidak mustahil, untuk mengatakan apakah jawaban mereka itu merupakan sarkastik belaka, atau apakah mereka sebetulnya sedang mempertanyakan
kehormatan pasukan Gideon. Itu juga bisa
jadi bahwa keengganan yang telah
diperlihatkan oleh orang-orang Sukot bersumber dari fakta bahwa mereka hidup di seberang Yordan jauh dari Israel lainnya (relatif
dekat dengan orang-orang Midian dan
mereka memiliki ketakutannya sendiri bahwa jikalau mereka membantu Gideon dan
pasukannya, sesuatu yang buruk
dapat menimpa mereka jika saja Gideon
gagal menangkap Zebah dan Salmuna. Bagaimana
jika Zebah dan Salmuna meloloskan
diri dari Gideon dan mereka kembali ke Sukot dan melakukan pembalasan melawan
mereka karena telah membantu Gideon? Sukar memastikan situasi-situasi persisnya
di sini.
Tetapi kita memang
mengetahui jawaban mereka membuat murka Gideon, yang perilaku diplomatiknya
lenyap seketika dia merespon para pejabat Sukot dalam cara semacam ini “Lalu
kata Gideon: "Kalau begitu, apabila
TUHAN menyerahkan Zebah dan Salmuna ke dalam tanganku, aku akan menggaruk
tubuhmu dengan duri padang gurun dan onak." Akibatnya, Gideon berkata pada para pemimpin
Sukot bahwa dia akan mengambil tindakan hukum pada tangannya sendiri dan
menghukum teman sebangsanya sendiri. Saat Gideon menangkap dua raja Midian, dia mengancam kembali ke Sukot
dan menghukum cambuk orang-orang Sukot dengan dengan cambuk yang
terbuat dari tanaman gurun berduri. Marah atas ketakhormatan yang
diperlihatkan, Gideon bergerak maju ke desa berikutnya untuk mendapatkan
pasokan makanan dan minuman “Maka
berjalanlah ia dari sana ke Pnuel, dan berkata demikian juga kepada orang-orang
Pnuel, tetapi orang-orang inipun menjawabnya seperti orang-orang Sukot”
(Hakim-Hakim 8:12). Dicengangkan oleh penolakan ketaksediaan kedua dari
teman-teman sebangsanya, Gideon membuat ancaman serupa kepada orang-orang
Penuel, yang melakukan penolakan serupa pada Gideon. “Lalu berkatalah ia juga kepada orang-orang Pnuel: "Apabila aku
kembali dengan selamat, maka aku akan merobohkan menara ini"
(Hakim-Hakim 8:9). Gideon memandang hal ini sebagai sebuah penghinaan personal.
Dalam sorot dua insiden ini,
jelas bahwa struktur suku Israel menjadi terpecah pada relasi-relasinya. Satu suku Israel
menolak membantu yang lainnya, karena mereka memiliki konflik
kepentingan-kepentingan. Reaksi orang-orang Israel terhadap timur Yordan (di
Gad) sepenuhnya tak seperti reaksi suku-suku di barat laut (Zebulon, Naftali,
Asher, Manaseh) yang segera bergerak
memenuhi permintaan tolong Gideon. Reaksi dari suku Gad ke permintaan
Gideon terlihat menjadi semacam titik balik dalam narasi. Dari ancaman-ancaman
Gideon melawan orang-orang Sukot dan
Penuel (yang gamblang telah
memperlakukannya secara buruk), memang jelas bahwa Gideon memandang pasukan-pasukan yang dipimpinnya sebagai sebuah pasukan pribadi. Bukannya mencari kehendak Tuhan terkait
bagaimana untuk bertindak—sebagaimana dia telah berulang kali melakukan
sebelumnya—secara mendadak, Gideon membuat ancaman-ancaman melawan
saudara-saudara sebangsanya dan beroperasi dalam hal-hal kepentingan personal. Urapan apapun pada
Gideon yang dimiliki Tuhan, sekarang
seperti telah pergi. 300 orang Gideon
sekarang melakukan kehendak Gideon, bukan melakukan kehendak TUHAN [2].
Mempersingkat, Gideon segera
menangkap 2 targetnya. Seperti kita baca dalam ayat 10-12,
Sementara itu Zebah dan Salmuna ada di Karkor bersama-sama dengan tentara mereka, kira-kira lima belas ribu orang banyaknya, yakni semua orang yang masih tinggal hidup dari seluruh tentara orang-orang dari sebelah timur; banyaknya yang tewas ada seratus dua puluh ribu orang yang bersenjatakan pedang. Gideon maju melalui jalan orang-orang yang diam di dalam kemah di sebelah timur Nobah dan Yogbeha, lalu memukul kalah tentara itu, ketika tentara itu menyangka dirinya aman. Zebah dan Salmuna melarikan diri, tetapi Gideon mengejar mereka dan menawan kedua raja Midian itu, yakni Zebah dan Salmuna, sedang seluruh tentara itu diceraiberaikannya.
Karkor sekitar 100 mil di
sebelah timur Laut Mati, dan di sebelah barat laut negeri orang Midian.
Mengambil rute yang digunakan oleh karavan-karavan perdagangan, Zebah dan
Salmuna telah berupaya melarikan diri beserta dengan 15.000 orang yang tersisa.
Jumlah besar mayoritas
kekuatan Midian (120.000) telah disapu oleh 32.000 pasukan perang Israel ketika
mereka berupaya melintasi kembali
Yordan, atau, sebagaimana juga mungkin dari teks, kombinasi pasukan Midian
(dengan sekutu mereka orang-orang Amalek, dan sejumlah suku-suku tak bernama di
Timur) telah saling berhadap-hadapan selama situasi panik dan saling memerangi satu sama lain.
Bagaimanapun juga, 120.000 pasukan Midian sekarang telah menyusut hingga
sekitar 15.000 orang. Gideon dan orang-orangnya pada akhirnya menangkap Zebah dan Salmuna dan
pasukan mereka tepat di sebelah utara apa yang sekarang di sebut kota Amman,
Ibu kota Yordan. Sekali lagi, Gideon dan orang-orangnya telah mampu membuat orang-orang Midian dalam
keterkejutan penuh, menghempaskan pasukan Midian yang telah mengalami
kemunduran moral ke dalam panik lainnya lagi yang jauh berbeda, sebagaimana juga menangkap dua raja yang
dibenci, Zebah dan Salmuna. Midian tidak
lagi menjadi sebuah ancaman bagi Israel.
Sementara itu, pada
perjalanan kembali ke Ofra dengan 2 tahanan yang ditarik, kita melihat petunjuk perubahan dramatik lainnya yang sungguh
berbeda pada Gideon dalam ayat 13-14. “Kemudian kembalilah Gideon bin Yoas dari
peperangan dengan melalui pendakian Heres; ditangkapnyalah seorang muda dari
penduduk Sukot. Setelah ditanyai, orang itu menuliskan nama para pemuka dan
para tua-tua di Sukot untuk Gideon, tujuh puluh tujuh orang banyaknya. Dalam
perjalanan pulang, Gideon dan orang-orangnya
melewati Sukot, dimana mereka berjumpa dengan seorang pemuda dari kota tersebut yang kemudian dipaksa
untuk menuliskan nama-nama dari 77 orang yang tak diragukan adalah para
pemimpin Sukot. Para pria yang biasanya adalah para pemimpin dari berbagai klan
yang tinggal sekitar kota. Orang-orang ini akan berkumpul di gerbang koya dan
melaksanakan urusan kita, sangat mirip dengan sebuah dewan kota moderen. Dipastikan menggunakan
daftar nama yang Gideon telah dapatkan dari pemuda itu, kita membaca dalam ayat
15:17 bahwa Gideon,
Lalu pergilah Gideon kepada orang-orang Sukot sambil berkata: "Inilah Zebah dan Salmuna yang karenanya kamu telah mencela aku dengan berkata: Sudahkah Zebah dan Salmuna itu ada dalam tanganmu, sehingga kami harus memberikan roti kepada orang-orangmu yang lelah itu?" Lalu ia mengumpulkan para tua-tua kota itu, ia mengambil duri padang gurun dan onak, dan menghajar orang-orang Sukot dengan itu. Juga menara Pnuel dirobohkannya dan dibunuhnya orang-orang kota itu.
Ancaman-ancaman pribadi
Gideon telah dilaksanakan dengan pembalasan dendam yang dahsyat, selagi dia
secara terbuka menghina orang-orang Sukot, memukuli mereka dengan cambuk atau
tongkat sebagaimana ancaman yang sebelumnya telah dilontarkan.
Selanjutnya, Gideon pergi
kePnuel dan menghancurkan menara kota (berangkali bagian utama perimeter
pertahanan kota) dan kemudian memerintahkan kematian atas semua orang di kota
itu. Mengingatkan anda, meski orang-orang Sukot dan Penuel semestinya datang mendapatkan
pertolongan Gideon, orang-orang ini bukan orang-orang Kanaan. Orang-orang
ini adalah saudara-saudara sebangsa
Gideon. Meski beberapa komentator mengatakan bahwa peristiwa ini dalam hal
Gideon memenuhi kata-katanya dan menghukum orang-orang ini karena tindakan melawannya telah merupakan sebuah
tindakan hebat, saya berpendapat teks
ini sedang memperlihatkan bahwa orang yang penuh kebimbangan ini (Gideon) telah
berubah menjadi seorang penguasa perang yang bengis dan haus darah, menuntaskan dendam terhadap
saudara-saudaranya hanya karena tidak memenuhi permintaannya akan makanan dan
minuman[3].
Kisah Gideon ini memang sungguh sebuah titik balik Gideon yang gelap dan
sungguh tidak pantas. Gideon telah mengambil hukum ke dalam tangannya sendiri,
dia telah menggunakan pasukannya untuk menuntaskan pembalasan dendam, dan tidak
ada satu petunjuk bahwa Gideon mencari kehendak Tuhan sebelum melakukan perilaku bengis dan tiranis ini.
Sisi hitam Gideon mengemuka
kembali selagi Gideon sekarang menuntaskan pembalasan dendam terhadap 2 raja
Midian yang telah mendatangkan begitu banyak penderitaan pada Israel. Bahkan di
sini jelas bahwa Gideon tak peduli dengan
penghukuman secara adil, namun
dengan tindakan balas dendam. Kita melihat jal ini dalam pertanyaan yang
diutarakan Gideon kepada tawanan-tawanannya.”Kemudian bertanyalah ia kepada Zebah dan Salmuna: "Di manakah
orang-orang yang telah kamu bunuh di Tabor itu?"(8:18). Tabor tidak
pernah disebut sebelumnya hingga di saat ini. Bahwa sesuatu yang personal
sedang berlangsung dapat dilihat pada jawaban Zebah dan Salmuna. "Mereka itu serupa dengan engkau, sikap
mereka masing-masing seperti anak raja" (8:18). Sesuatu yang tragis telah terjadi di Tabor,
telah dikemukakan oleh 2 raja Midian.
Walau mereka berupaya menyanjung Gideon dengan mengatakan bahwa caranya berlaku
dan penampilannya adalah seperti raja, akibatnya, Zebah dan Salmuna secara tak
langsung mengakui telah menjatuhkan kematian pada orang-orang tersebut. Tidak
ada petunjuk spesifik yang tersedia, tetapi jelas dari percakapan antara Gideon
dan tawanannya tersebut, kedua belah pihak mengetahui secara persis apa yang sudah berlangsung.
Dalam ayat 19 kita pada
akhirnya kita belajar alasan bagi pertanyaan Gideon dan motif dibalik hasrat balas
dendam. “Lalu kata Gideon:
"Saudara-saudarakulah itu, anak-anak ibuku! Demi TUHAN yang hidup,
seandainya kamu membiarkan mereka hidup, aku tidak akan membunuh kamu."
Sekarang
kita melihat mengapa hal ini menjadi begitu pribadi bagi Gideon. Zebah
dan Salmuna telah membunuh saudara-saudaranya. Andai saja mereka tidak
membunuhnya, Gideon akan membiarkan mereka hidup, tetapi karena mereka telah
membunuh saudara-saudaranya, Gideon menyatakan hukuman mati bagi mereka,
menggunakan sebuah sumpah suci- demi
TUHAN yang hidup, kamu akan mati. Tidak lagi ini mengenai keadilan, ini
sekarang tentang balas dendam. Dan Gideon memanggil kuasa yang lebih tinggi,
nama Tuhan untuk melakukannya.
Menolak untuk melakukan niat
dirinya sendiri, Gideon memerintahkan puteranya sendiri untuk menjatuhkan
hukuman mati pada dua raja tersebut. “Katanya
kepada Yeter, anak sulungnya: "Bangunlah, bunuhlah mereka." Tetapi
orang muda itu tidak menghunus pedangnya, karena ia takut, sebab ia masih muda”
(8:20). Menggunakan momen yang memalukan ini untuk memperlihatkan perilaku
nista dihadapan terhukum yang sudah amat dekat dengan kematian, kita membaca
dalam ayat 21 bahwa “Lalu kata Zebah dan Salmuna: "Bangunlah
engkau sendiri dan paranglah kami, sebab seperti orangnya, demikian pula
kekuatannya." Maka bangunlah Gideon, dibunuhnya Zebah dan Salmuna,
kemudian diambilnya bulan-bulanan yang ada pada leher unta mereka.”Jelas ini
teramat personal. Mendengarkan
hinaan dari tawanannya, dalam murka yang
besar Gideon telah membunuh 2 raja Midian itu dengan tangannya sendiri,
mengambil ornamen bulan sabit dari unta-unta raja itu sebagai sebuah tindakan final balas dendam. Seorang bimbang yang yang
menyembunyikan gandumnya dalam sebuah pemerasan anggur, telah menjadi
seorang pahlawan perkasa. Sekarang dia adalah seorang tiran yang bengis, menuntaskan dendam terhadap bangsanya
sendiri sebagai musuh-musuh pribadinya. Transformasi Gideon komplit dan
gambarnya bukan sebuah gambar yang
cantik.[4]
Kala catatan karir
militer Gideon menjelang kesudahan,
dalam ayat 22-35, fokus beralih ke legasi Gideon kepada Israel. Ini juga buka
sebuah gambar yang bagus.
Sementara penulis
Hakim-Hakim sangat tidak diimpresikan denga perilaku Gideon, orang Israel memandang
Gideon sebagai seorang pria yang dapat memimpin bangsa ini. Mengacu pada ayat
22, “Kemudian berkatalah orang Israel
kepada Gideon: "Biarlah engkau memerintah kami, baik engkau baik anakmu
maupun cucumu, sebab engkaulah yang telah menyelamatkan kami dari tangan orang
Midian." Jelas bahwa peran
Gideon dalam penaklukan mencengangkan pasukan Midian oleh Israel, diiringi
dengan kematian mengerikan pangeran Oreb dan Zeeb, dan pangeran Zebah dan Salmuna, telah membuat
bangsa Israel untuk mengagumi Gideon dalam cara yang hebat. Ketakutan bahwa
bangsa tetangga lainnya akan datang dan melakukan apa yang telah dilakukan
Midian, orang-orang Israel ingin Gideon untuk memerintah atas Israel. Ini akan
menyatukan bangsa itu.
Sementara kata “raja” tak
digunakan di sini, jelas bahwa “kerajaan”(pembentukan sebuah monarki) adalah
apa yang ada di dalam benak bangsa
Israel, karena orang-orang Israel memang
memperjelas apa yang mereka kehendaki
atas anak-anak dan cucu Gideon menjadi
penerus-penerusnya. Ironis, Gideon sendiri mungkin telah memicu hal ini ketika
dia telah mengambil ornamen-ornamen bulan sabit (simbol-simbol raja) dari
2 raja Midian. Jika orang-orang Midian
memiliki raja-raja, mengapa tidak orang-orang Israel? Fakta menyedihkan adalah,
bahwa tidak ada indikasi bahwa ini
memang apa yang sedang dilakukan- menjadi yang diinginkan TUHAN, sebaliknya
orang Israel menganugerahkan Gideon karena
dia telah membawa bangsa ini pada sebuah kemenangan besar. Dan mereka
memperhitungkannya pada Gideon, bukan TUHAN untuk membela mereka di masa
mendatang[5]
Tanggapan Gideon terhadap
tawaran ini merupakan indikasi kuat
lainnya pada bagaimana hakim-hakim
Israel adalah sebuah tas yang berisi
macam-macam barang. Dalam kaitan dengan jawabannya terhadap permintaan
bangsanya. Jawaban Gideon (dalam ayat
23) lugas. “Jawab Gideon kepada mereka: "Aku tidak akan memerintah kamu dan juga anakku tidak akan memerintah
kamu tetapi TUHAN yang memerintah kamu." Gideon tahu bahwa TUHAN tidak memberikan hal
ini, dan dia berkata tidak mau menjadi bagian tersebut. TUHAN adalah raja
Israel. Sejauh ini, begitu bagus. Tetapi kembali, itu adalah apa yang Gideon
tak katakan yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan. Dan meskipun Gideon
mematikan dan menolak menjadi raja, dia
tidak menyebutkan peran TUHAN dalam kemenangan Israel. Selagi orang-orang Israel memuji Gideon untuk kemenangan atas Oreb, Zeeb, Zebah dan Salmuna, pembaca telah mengetahui bahwa banyak dari keberanian
Gideon sesungguhnya sebuah hasrat balas dendam. Sementara Gideon kerap dipuji
dalam hal semacam ini dan bahwa Gideon
tidak bersedia menjadi raja, dia telah memfungsikan diri
menjadi raja[6]. Dan fakta menyedihkannya adalah, bangsa Israel
semestinya memuji Tuhan, bukan Gideon, karena kemenangan atas orang-orang
Midian.
Tanggapan Gideon secara
tehnik benar, tetapi apa yang datang kemudian memperlihatkan kepada kita bahwa
tindakan-tindakan Gideon tidak selaras dengan kata-katanya. Sebagaimana kita
baca dalam ayat 24-25, “Selanjutnya kata
Gideon kepada mereka: "Satu hal saja yang kuminta kepadamu: Baiklah kamu
masing-masing memberikan anting-anting dari jarahannya." --Karena musuh
itu beranting-anting mas, sebab mereka orang Ismael. Jawab
mereka: "Kami mau memberikannya dengan suka hati." Dan setelah
dihamparkan sehelai kain, maka masing-masing melemparkan anting-anting dari
jarahannya ke atas kain itu.” Ketika Gideon meminta meminta
rakyatnya atas barang-barang rebutan perang, mereka memenuhi Gideon, tepat
seperti orang tunduk pada seorang raja. Ketika Gideon menerima emas mereka, dia
sedang melakukan apa yang dilakukan setiap raja pada era itu-mengumpulkan harta
kerajaan. “Adapun berat anting-anting
emas yang dimintanya itu ada seribu tujuh ratus syikal emas, belum terhitung
bulan-bulanan, perhiasan telinga dan pakaian kain ungu muda yang dipakai oleh
raja-raja Midian, dan belum terhitung kalung rantai yang ada pada leher unta
mereka” (ayat 26). Semua ini dikemas dalam simbolisme raja. Ya, Gideon telah berkata tidak ingin menjadi raja karena TUHAN adalah
raja Israel. Tetapi demikian di keseluruhan waktu, Gideon bertingkah seperti
raja Israel.
Itu apa yang dilakukan
Gideon dengan mengumpulkan emas dari bangsanya sehingga menyingkapkan kedalaman pementingan dirinya sendiri. Berdasarkan ayat
27, “Kemudian Gideon membuat efod dari
semuanya itu dan menempatkannya di kotanya, di Ofra. Di sanalah orang Israel
berlaku serong dengan menyembah efod itu; inilah yang menjadi jerat bagi Gideon
dan seisi rumahnya.” Sebuah efod adalah
plat dada dan pakain imam besar. Bukan hanya Gideon tak punya hak untuk
menciptakan hal semacam itu—dalam Keluaran
28, Tuhan telah memerintahkan Musa untuk membuat sebuah efod agar
digunakan oleh imam besar saja, dan Gideon bukan Musa, atau juga bukan imam
besar—ini adalah indikasi tersedih kesehatan rohani Israel. Apa yang buruk,
telah dikatakan bahwa semua Israel telah datang menyembah efod Gideon.
Ironi pahitnya adalah bahwa
orang yang sama yang telah diberikan Roh
Tuhan dan telah membebaskan Israel dari Midian yang mengerikan, sekarang sedang
bertingkah seperti seorang raja dan bahkan menciptakan sebuah berhala—sebuah berhala
yang segera menjadi sebuah jerat baik bagi Gideon dan keluarganya. Sebuah jerat
yang pasti bertalian dengan keterlibatan paganisme dan sesuatu yang membawa
umat Tuhan menjauh darinya[7]. Sebagaimana kita baca dalam ayat 29-31,
kemunduran terus berlanjut. “Lalu
Yerubaal bin Yoas pergilah dan diam di rumahnya sendiri. Gideon mempunyai tujuh
puluh anak laki-laki, semuanya anak kandungnya, sebab ia beristeri banyak; juga
gundiknya yang tinggal di Sikhem melahirkan seorang anak laki-laki baginya,
lalu ia memberikan nama Abimelekh kepada anak itu.” Walaupun Gideon telah menolak untuk menjadi
raja, dia menegakkan sebuah dinasti semacam bangsawan di kotanya sendiri, dia
mengambil seorang gundik Kanaan sebagai
tambahan selain isterinya—sebuah pelanggaran langsung terhadap perintah Mosaik
untuk tidak melakukan hal semacam ini. Sedihnya, perempuan Kanaan ini akan
memberikan seorang putera bagi Gideon, Abimelekh (yang memiliki arti “Ayahku
adalah seorang raja”). Sebagaimana kita akan melihatnya ketika kita kembali ke
serial kita, Abimelekh akan melakukan tindakan penghancuran yang meluas
terhadap bangsa dan terhadap seluruh keluarga Gideon.
Dalam ayat 28, kita belajar
bahwa Gideon telah menjaga 40 tahun damai bagi
umat Tuhan-“Demikianlah orang
Midian tunduk kepada orang Israel dan tidak dapat menegakkan kepalanya lagi;
maka amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya pada zaman Gideon.” Namun
ayat –ayat penutup kisah Gideon,
mengatakan kepada kita bawa meskipun Gideon percaya pada janji Tuhan, legasi
atau warisannya pada Israel paling baik
adalah sebuah tas yang berisi macam-macam barang. Mengacu pada ayat 32-35,
“Gideon bin Yoas mati pada waktu rambutnya telah putih, lalu dikuburkan dalam kubur Yoas, ayahnya, di Ofra kota orang Abiezer. Setelah Gideon mati, kembalilah orang Israel berjalan serong dengan mengikuti para Baal dan membuat Baal-Berit menjadi allah mereka; orang Israel tidak ingat kepada TUHAN, Allah mereka, yang telah melepaskan mereka dari tangan semua musuhnya di sekelilingnya, juga tidak menunjukkan terima kasihnya kepada keturunan Yerubaal-Gideon seimbang dengan segala yang baik yang telah dilakukannya kepada orang Israel.”
Karena Gideon telah disebutkan dalam Ibrani 11,
Gideon telah percaya pada janji Tuhan dan membawa Israel ke kemenangan atas
musuh-musuh mereka. Tetapi Gideon juga telah meninggalkan bangsa ini dalam bentuk yang lebih buruk daripada saat dia mendapatkan bangsa
itu. Bangsanya sendiri melawan dia—sebuah pengingat yang sedih bahwa mereka
yang mengeksploitasi kekuasaan mereka tak terelakan dibenci oleh mereka yang
diperintah mereka. Gideon adalah seoran pendosa yang dibenarkan dan meski ia
menyelamatkan bangsa itu dari bahaya namun dosa sendiri menyebabkannya jatuh.
Sekali lagi, kita melihat bahwa ini akan
memerlukan Tuhan dalam rupa manusia
untuk menyelamatkan kita dari dosa-dosa.
Apa kemudian yang dapat kita
ambil dari nas ini?
Dalam 1 Timotius 6, rasul
Paulus memperingatkan kita akan banyak
hal serupa yang Gideon bawa terhadap Israel. Dia berkata tentang orang-orang yang “mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut
perkataan sehat--yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus--dan tidak menurut
ajaran yang sesuai dengan ibadah kita.” Ironisnya, Gideon telah melakukan
hal ini ketika dia membuat sebuah efod dan mengambil seorang isteri Kanaan,
kedua hal ini telah menjadi sebuah hal sandungan bagi Israel dan telah memandu
pada pelanggaran-pelanggaran perintah-perintah Tuhan.
Apa lagi. Gideon secara
pasti tidak memperhatikan prinsip penting dibalik kata-kata Paulus dalam
ayat-ayat 6-10
Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
Gideon mencintai
kekuasaannya, dan dia telah menggunakan posisi otoritasnya untuk melakukan hal yang
sepenuhnya kepentingannya sendiri-seperti menciptakan sebuah efod, memindahkan
pusat kehidupan Israel ke kotanya sendiri, dan berupaya untuk membangun semacam
dinasti bangsawan—walau dia telah menyangkalinya, itulah yang dia sedang
lakukan. Seperti Paulus memperingatkan bahwa kekayaan dapat menjebak kita,
kuasa Gideon telah merupakan jebak baginya. Dalam semua ini, Gideon adalah
sebuah contoh bagi kita, karena dia persis seperti kita!Dia adalah contoh
sempurna bagaimana kekuasaan merusak dan bagaimana berkat-berkat Tuhan telah
menjadi sebuah jebak bagi kita, jika kita melupakan sumber dan tujuan pemberian-pemberian itu. Gideon adalah contoh
sempurna bagi kita bagaimana tidak menerima sepenuhnya kerja atau karya Tuhan
dalam kehidupan-kehidupan kita, dan
menggunakannya bagi kepentingan dan kepentingan diri sendiri. Saya kira kita
tidak akan berakhir dengan sebuah gelang “Apa yang akan dilakukan Gideon?”
dalam waktu dekat ini.
Tak diragukan, Gideon telah
mengakui kebenaran ketika dia telah
menyatakan pada saudara-saudara sebangsanya,”Tuhan akan memerintahmu.” Tetapi
kemudian Gideon bertingkah seperti seorang raja. Seperti hakim-hakim Israel
lainnya, Gideon adalah orang kudus dan orang berdosa. Sangat berbeda dengan
Juru selamat kita Yesus, yang Paulus katakan,dengan penuh rendah hati berdiri
di hadapan Pilatus (seorang birokrat Roma) dan telah memberikan pengakuan
bagus. Yesus dapat memerintahkan selegiun malaikat-malaikat. Dia bisa menghancurkan istana ke atas kepala
Pilatus. Tetapi tidak, Yesus merendahkan
dirinya sendiri untuk menggenapi
perintah-perintah Tuhan, dan telah bersedia untuk bahkan pergi ke salib, dimana
dia telah menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita. Yesus yang sama inilah yang
adalah TUHAN yang telah memerintah atas Israel pada era Gideon. Yesus ini
adalah raja yang sama yang telah menyerahkan hidupnya bagi dosa-dosa kita dan
kemudian telah dibangkitkan dari kematian. Saudara-saudari kekasih, Yesus
adalah Tuhan yang memerintah atas dirimu, dan tak seperti Gideon, Yesus
melakukan pengakuan yang baik dan kemudian memenuhi semua kebenaran melalui kepatuhannya yang sempurna.
Karena itu, bersama Paulus,
mari kita semua mengaku bahwa [Yesus] adalah
Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan yang terberkati
dan satu-satunya yang berdaulat, yang satu-satunya kekal, yang berdiam di dalam
cahaya yang tak dapat didekati, yang tak satupun pernah atau dapat melihat. Bagi dia hormat dan
kekuasaan kekal. Amin.
Amin
The Lord Will Rule Over You The ninety-ninth in a series: "I
Will Be Your God and You Will Be My People."|diterjemahkan dan diedit
oleh: Martin Simamora
Catatan
Kaki
1Block, Judges, Ruth, 289.
2Block, Judges, Ruth, 290.
3Contrast the approaches of Cundall, Judges
& Ruth (118-119) with that of Block, Judges, Ruth, who sees Gideon as an
out of control general, no longer acting according to the rules of civility or
nationality (292-293).
4Block, Judges, Ruth, 295-296.
5Block, Judges, Ruth, 296-298.
6Block, Judges, Ruth, 299.
7Block, Judges, Ruth, 300.
No comments:
Post a Comment