Oleh: Dr. John Frame
Galatia 3:15-29, Sebuah Dialog Tradisi, Taurat Vs
Anugerah
Galatia
3:15-17 Saudara-saudara, baiklah kupergunakan suatu contoh dari hidup
sehari-hari. Suatu wasiat yang telah disahkan, sekalipun ia dari manusia, tidak
dapat dibatalkan atau ditambahi oleh seorangpun. Adapun kepada Abraham
diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan
"kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang,
tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus. Maksudku
ialah: Janji yang sebelumnya telah disahkan Allah, tidak dapat dibatalkan oleh
hukum Taurat, yang baru terbit empat ratus tiga puluh tahun kemudian, sehingga
janji itu hilang kekuatannya.
Ada banyak pengajaran baik
dalam teks ini, tetapi memang sulit untuk mengkomunikasikannya kepada orang
lain. Sebagaimana dilakukan para teolog, kami secara luar biasa tergoda untuk
masuk ke dalam banyak bahasa teknis. Tetapi
biarkan saya untuk sedikit menjauh dari hal semacam itu dengan menggunakan sarana sebuah konstruksi imajinatif, jika anda bersedia
untuk mengikuti saya.
Katakanlah bahwa anda
seorang Yunani yang hidup di abad pertama (saya akan memanggilmu Jason), dan
anda mendengar seorang pengkhotbah
bernama Paulus sedang membicarakan seorang lain bernama Yesus. Yesus ini,
ujarnya, telah melakukan
mujizat-mujizat, telah mati sebagai seorang korban penebus dosa, dan
telah bangkit kembali. Dan Paulus berkata bahwa jika kamu percaya pada Yesus,
Tuhan akan mengampuni seluruh dosa-dosamu, setiap dari mereka. Sesuatu
mencengkram hatimu, dan anda berlari
kepada Paulus: