Kecaman Terhadap Mereka (1:15-16)
1:15 Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis. 1:16 Mereka mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan mereka, mereka menyangkal Dia. Mereka keji dan durhaka dan tidak sanggup berbuat sesuatu yang baik.
Dalam pandangan orang Yahudi dan bahkan berangkali mereka yang dipengaruhi Gnostik, dan dengan disebutkannya
“perintah-perintah dari manusia,”
guru-guru palsu ini dapat dipastikan : mengupayakan untuk
memberikan beban pada manusia (bandingkan dengan Matius 23:4; Lukas 11:46)
dengan peraturan- peraturan agamawi dan asketik ( ritual atau disiplin semisal
melakukan pantangan agar menjadi lebih baik/sempurna/suci-red) yang berkaitan dengan makan dan minum, hal-hal
terkait puasa, bulan yang baru, atau hari-hari Sabbat (Kolose 2:16-23; 1
Timotius 4:1-5). Akibatnya, seperti halnya
orang-orang Farisi, mereka menjadi eksternalis, yaitu orang yang memberikan perhatian yang berlebihan pada tampilan/aspek dan soal-soal
luar/lahiriah, mengejar kesesuaian dengan peraturan-peraturan dan menilai orang lain berdasarkan pada
perbuatan/hal-hal lahiriah mengenai yang boleh
dan tidak boleh, mengacu pada diri mereka
sendiri . Ini merupakan pertumbuhan pengaruh
judaistik dan farisi.
Bacalah terlebih dahulu bagian-bagian sebelumnya :
- Gereja Waspadalah (1) : PARA PENYESAT Tampil Diatas Mimbar Terhormat!
- Gereja Waspadalah (2) : PARA PENYESAT Memanipulasi Jemaat !
- Gereja Waspadalah (3) : PARA PENYESAT adalah PEMBOHONG …
- Gereja Waspadalah (4) : PARA PENYESAT Mengajarkan Agar Melakukan …
…Orang-orang Farisi melipatgandakan/mengembangkan ukuran ketentuan-ketentuan pelaksanaan hukum
dan pembedaan-pembedaan sehingga makin meluas,
demi alasan palsu yaitu untuk
memastikan pelaksanannya tepat, sehingga seluruh kehidupan Israel terjerat didalamnya dan terbebani pada setiap
sisi perintah-perintah yang begitu
banyak dan tidak memiliki nilainya
karena Hukum itu harus dijalankan semuanya, jika tidak, maka seluruh hukum yang dijalankan, maka akan kehilangan
kelayakannya. 76
“Bagi orang suci semuanya suci” adalah
sebuah kebenaran yang amat mendasar yang
memperlihatkan sudut padang
Paulus sebagai seorang rasul Kristus, rasul yang berasal dari Tuhan Yesus.
“Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak
dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang
menajiskannya." (Markus 7:15)
Yesus berkata :” Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar
dari seseorang, itulah yang menajiskannya, 7:21
sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan,
pencurian, pembunuhan, 7:22 perzinahan,
keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan,
kebebalan. 7:23 Semua hal-hal jahat
ini timbul dari dalam dan menajiskan orang." (Markus 7:20-23)
Tetapi tudingan yang menghempaskan terlihat dalam
pernyataan selanjutnya,” tetapi bagi orang
najis dan bagi orang tidak beriman suatupun tidak ada yang suci , karena baik
akal maupun suara hati mereka najis.”
Masalah yang sebenarnya adalah apa yang ada didalam dirinya, ” karena baik akal
(pemikiran mereka, sudut-sudut pandang, dan sikap-sikap) maupun suara hati
(standar-standar dan norma-norma, pandangan atas apa yang benar dan salah) mereka najis.”
Kata najis disini berasal dari kata
dalam bentuk “perfect tense” yaitu
miaino,yang berarti, “menodai, mencemari, mengotori.” Kalimat dalam
bentuk perfect tense berfokus pada sebuah
keadaan yang menetap sebagai sebuah akibat dari pilihan-pilihan di masa lalu.
Ketika seseorang entah menolak kebenaran keselamatan oleh anugerah sebagai
seorang yang tidak percaya atau, karena paksaan-paksaan (tekanan dari para
pelaku Judaisme atau para legalis atau masa lalu seseorang, dan lain
sebagainya), berupaya untuk menambahkan perbuatan-perbuatan manusia kedalam
gambar pengudusan atau upaya untuk mempertahankan keselamatan, benak mereka atau proses pemikiran mereka
juga turut kotor.
Paulus merujuk suara
hati sebanyak enam kali dalam pastoralnya ( 1 Timotius 1:5,19; 3:9; 4:2; 2 Tim
1:3; Titus 1:15). Tetapi apakah sebenarnya suara hati itu? “Suara hati” adalah suneidesis,
“kesadaran, menjadi sadar terhadap” atau
“kesadaran moral, sumber penilaian moral
atau etika, memiliki sumber penilaian
terhadap sesuatu.” Suara hati pada dasarnya, sebuah sidang pengadilan, tempat beradanya standar-standar dan norma-norma, pemahaman kita akan benar dan
salah serta juga pemahaman terhadap doktrin dan perilaku.
Suara hati adalah tempat dimana kesadaran moral berada, tetapi suara hati tidak berguna jika suara hati itu bukan sumber yang baik dan sudah dibersihkan. Jadi, didalam 1 Timotius rasul Paulus mengajarkan kepada kita bahwa tujuan perintah bagi kita ( merujuk pada mengomunikasikan pengajaran yang benar/sehat) adalah kasih yang datang dari hati yang murni/suci, sebuah sumber kesadaran yang baik, dan iman yang tidak munafik.
Suara hati adalah tempat dimana kesadaran moral berada, tetapi suara hati tidak berguna jika suara hati itu bukan sumber yang baik dan sudah dibersihkan. Jadi, didalam 1 Timotius rasul Paulus mengajarkan kepada kita bahwa tujuan perintah bagi kita ( merujuk pada mengomunikasikan pengajaran yang benar/sehat) adalah kasih yang datang dari hati yang murni/suci, sebuah sumber kesadaran yang baik, dan iman yang tidak munafik.
Bersambung ke Bagian 6
Study By: J. Hampton Keathley, III | Martin Simamora
No comments:
Post a Comment