Gereja Kristen Injili Nusantara (GKIN)
“R E V I V A L”
Kebaktian
Minggu : Jam 09.00 di Hotel Sylvia Lt.4; Pemahaman Alkitab : Rabu, Jam 17.00 di
Hotel Dewata
Khotbah Minggu, 22 Juli 2012
Serial Khotbah 7 Jemaat (Part 4a)
TIATIRA : JEMAAT YANG BERKOMPROMI DENGAN KESESATAN
By. Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK
Wah 2:18-29 – (18) "Dan tuliskanlah kepada malaikat
jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api
dan kaki-Nya bagaikan tembaga: (19) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu
maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu
yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama. (20) Tetapi Aku mencela
engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah,
mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan
persembahan-persembahan berhala. (21) Dan Aku telah memberikan dia waktu untuk
bertobat, tetapi ia tidak mau bertobat dari zinahnya. (22) Lihatlah, Aku akan
melemparkan dia ke atas ranjang orang sakit dan mereka yang berbuat zinah
dengan dia akan Kulemparkan ke dalam kesukaran besar, jika mereka tidak
bertobat dari perbuatan-perbuatan perempuan itu. (23) Dan anak-anaknya akan
Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan
hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut
perbuatannya. (24) Tetapi kepada kamu, yaitu orang-orang lain di Tiatira, yang
tidak mengikuti ajaran itu dan yang tidak menyelidiki apa yang mereka sebut
seluk-beluk Iblis, kepada kamu Aku berkata: Aku tidak mau menanggungkan beban
lain kepadamu. (25) Tetapi apa yang ada padamu, peganglah itu sampai Aku
datang. (26) Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai
kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; (27) dan ia
akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti
tembikar tukang periuk -- sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku – (28) dan
kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur. (29) Siapa bertelinga, hendaklah ia
mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."
K
|
ita sudah selesai membahas jemaat
Pergamus ( 3 kali pembahasan), dan sekarang kita akan melanjutkan dengan
membahas jemaat Tiatira. Surat kepada jemaat
Tiatira ini adalah surat yang terpanjang dari
antara surat kepada semua jemaat di Asia Kecil
dan mungkin adalah surat
tersukar untuk dimengerti.
Robert Mounce : Kesukaran dalam menafsirkan surat ini timbul dari
banyaknya hubungan dengan hal-hal terperinci dari kehidupan sehari-hari pada
saat itu, yang telah menjadi kabur dengan berlalunya waktu dan kurang / tidak
adanya bukti arkheologi yang menyingkapkan masa lalu tempat itu. (New
International Commentary of the NT, hal. 101).
Di permulaan surat ini Yesus memperkenalkan diri sebagai
berikut :
Wah 2:18 - "Dan tuliskanlah
kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah
firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan
tembaga
Di sini Yesus memperkenalkan
diri-Nya sebagai Anak Allah. Ini adalah satu-satunya gelar ‘Anak Allah’ muncul
dalam ke 7 surat,
bahkan dalam seluruh kitab Wahyu. Albert Barnes mengatakan bahwa kerasnya
teguran dalam surat
ini menyebabkan otoritas dari si Pembicara dibuat lebih mengesankan dengan
memberi gelar ‘Anak Allah’. Deskripsi tentang Anak Allah ini adalah bahwa mata-Nya
bagaikan nyala api. Ini menunjukkan kemahatahuan. Ia tahu akan dosa-dosa
mereka. Tidak ada yang tersembunyi di mata-Nya. Deskripsi lainnya adalah kaki-Nya
bagaikan tembaga. Ini menunjukkan penghakiman / penghukuman. Ia akan
menginjak-injak mereka yang tidak mau bertobat. Steve Gregg mengatakan bahwa
kaki ini akan menginjak-injak orang jahat dalam kilangan anggur dari murka
Allah. Bandingkan :
Yes 63:3 : "…Aku telah
mengirik bangsa-bangsa dalam murka-Ku, dan Aku
telah menginjak-injak mereka dalam kehangatan amarah-Ku; semburan darah
mereka memercik kepada baju-Ku, dan seluruh pakaian-Ku telah cemar.
Itulah identitas pemberi surat ini yakni Kristus
sendiri. Kita akan mempelajari teks ini dalam beberapa bagian :
I. KOTA DAN JEMAAT
TIATIRA.
Berbeda dengan
3 kota yang sudah kita bahas ( anda dapat membacanya di ; Efesus, Smirna dan
Pergamus), kota Tiatira adalah kota kecil. Bahkan Tiatira adalah kota terkecil dari 7 kota
yang dibahas di dalam Wah 2-3. Kota ini terletak
di sebelah tenggara Pergamus pada jalan menuju kota
Sardis.
Kota Tiatira
ini sekarang adalah kota
Akhisar di Turkey modern. Gambar-gambar berikut adalah gambar reruntuhan dari kota Tiatira kuno.
Dan berikut
ini adalah kota
Akhisar saat ini :
Sebelumnya
sudah saya beritahu bahwa Pergamus adalah ibukota propinsi Asia dan letak
Tiatira yang persis di depan gerbang masuk Pergamus menjadikan Tiatira menjadi kota yang harus dilalui
sebelum orang memasuki ibukota propinsi yakni Pergamus. Pada masa itu jikalau suatu
negara / propinsi diserang oleh musuh, maka yang pertama kali diupayakan untuk
ditaklukan adalah ibukotanya. Dan karena itu maka Pergamus selalu berada dalam
bahaya serangan musuh. Nah untuk menghalangi masuknya musuh secara cepat ke
Pergamus maka Tiatira yang persis di depannya dijadikan sebagai “penghambat”
gerakan musuh ke Pergamus. Dengan demikian Tiatira dianggap sebagai “bempernya”
Pergamus. Karena itu di Tiatira ditempatkanlah beberapa pasukan tentara yang
berpatroli di sana
yang siap bertempur apabila terjadi serangan untuk memperlambat pergerakan
musuh ibukota Pergamus. Tidak ada harapan bahwa peperangan melawan musuh
dimenangkan di Tiatira karena letak Tiatira yang di lembah membuatnya sangat
mudah diserang atau dikalahkan. Satu-satunya yang diharapkan dari Tiatira
adalah memperlambat musuh mencapai Pergamus. Dari sisi agama, sekalipun ada
penyembahan kepada dewa-dewa kafir tetapi Tiatira tidak pernah menjadi pusat
penyembahan berhala yang menyolok seperti kota-kota lainnya. Dan karena itu juga
orang Kristen di Tiatira tidak mempunyai persoalan dengan pengakuan terhadap
kaisar sebagai Tuhan dan dengan demikian mereka hidup tanpa ancaman hukuman
mati. Satu-satunya kuil yang ada di Tiatira adalah penujuman atau pusat ramalan
nasib yang dipimpin oleh seorang ahli nujum perempuan yang disebut “Sambathe”.
Sekalipun
Tiatira bukan kota yang besar dan terkenal, sekalipun hanya dijadikan “bemper”
bagi Pergamus, sekalipun bukan merupakan pusat keagamaan kafir, tetapi Tiatira
terkenal dalam hal perdagangan. Hal ini dipengaruhi oleh letaknya yang ada di
luar ibukota Pergamus di mana orang sering mencari cindera mata sebelum
benar-benar meninggalkan Pergamus.
David Iman Santoso – Betapa pun kota ini kecil namun kota
ini masih merupakan kota
dagang yang penuh dengan kegiatan usaha kerajinan dan usaha dagang lainnya, di
antaranya usaha kain wool, berbagai macam usaha tenun, garmen, usaha kulit dan
sebagainya. (Membaca dan Memahami Kitab Wahyu, hal. 51).
Biarpun ada
banyak usaha perdagangan di Tiatira tetapi yang paling menonjol adalah seni
pewarnaan kain di mana kain yang sangat terkenal dan menjadi produksi utama di
Tiatira adalah kain ungu (baik ungu tua maupun ungu muda)
Agnes Maria
Layantara – Tiatira sesuai dengan arti
namanya disebut kota
ungu. Kota ini
adalah penghasil kain ungu yang bermutu, terutama dalam soal pewarnaan. Kain ungu
dihasilkan dengan cara mencelup kain biasa dengan cairan berwarna ungu yang
merupakan hasil percampuran sejenis akar tumbuh-tumbuhan dengan sejenis kerang
yang hanya ada di Tiatira. Pencampuran ini menghasilkan kain ungu yang sangat
bagus. Karena bagus, harga kain ungu dari Tiatira sangat mahal. Produk kain
ungu menyebabkan Tiatira menjadi kota
yang sangat maju dalam dunia perdagangan. (Wahyu Tuhan Bagi Gereja-Nya, hal. 56).
Kain ungu pada
zaman itu adalah kain yang sangat mahal dan tidak sembarang orang bisa
memakainya. Biasanya hanya raja-raja atau pembesar-pembesar kerajaan atau
imam-imam dan orang-orang kaya yang membeli / memakainya. Perhatikan ayat-ayat
berikut :
Ester 8:15 -
Dan Mordekhai keluar dari hadapan raja dengan memakai pakaian kerajaan dari pada kain ungu tua dan kain
lenan, dengan memakai tajuk emas yang mengagumkan serta jubah dari pada kain
lenan halus dan kain ungu muda.
Dan 5:29 -
Lalu atas titah Belsyazar dikenakanlah
kepada Daniel pakaian dari kain ungu dan pada lehernya dikalungkan
rantai emas, dan dimaklumkanlah tentang dia, bahwa di dalam kerajaan ia akan mempunyai kekuasaan sebagai orang ketiga.
Itulah juga
sebabnya ketika Yesus diolok-olok sebagai raja, Ia dikenakan jubah ungu
layaknya seorang raja lengkap dengan mahkotanya tapi dari duri.
Mark 15:17-18
– (17) Mereka mengenakan jubah ungu
kepada-Nya, menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas
kepala-Nya. (18) Kemudian mereka mulai memberi hormat kepada-Nya, katanya:
"Salam, hai raja orang Yahudi!"
Kel 39:1 - Dari
kain ungu tua, kain ungu muda
dan kain kirmizi dibuat merekalah pakaian
jabatan yang dipakai apabila diselenggarakan kebaktian di tempat kudus;
juga dibuat mereka pakaian-pakaian kudus untuk Harun, seperti yang
diperintahkan TUHAN kepada Musa.
Luk 16:19 -
"Ada seorang kaya yang selalu berpakaian
jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam
kemewahan.
Karena itu ada
banyak pengusaha kain ungu di kota
Tiatira dan rata-rata menjadi orang kaya. Salah satu di antaranya adalah
seorang perempuan yang lalu menjadi percaya kepada Kristus karena penginjilan
Paulus.
Kis 16:14 -
Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang
beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa
yang dikatakan oleh Paulus.
Besar
kemungkinan jemaat di Tiatira ini muncul sebagai akibat dari penginjilan
langsung dari Paulus sebagaimana dikatakan dalam Kis 19:10 :
Kis 19:10 -
Hal ini dilakukannya dua tahun lamanya, sehingga semua penduduk Asia mendengar
firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani.
Atau mungkin
secara tidak langsung melalui Lidia yang sudah percaya kepada Kristus
sebagaimana diceritakan dalam Kis 16:14.
Perlu juga
diketahui bahwa di Tiatira ada banyak serikat kerja. Dan setiap serikat kerja
ini mempunyai dewa pelindung / penjaganya sendiri-sendiri, dan karena itu
setiap serikat kerja berhubungan dengan penyembahan terhadap dewa pelindung /
penjaga tersebut.
William Barclay - Dari tulisan yang ditemukan kita mengetahui bahwa kota itu mempunyai serikat
dagang yang jumlahnya luar biasa banyak. Serikat dagang ini adalah asosiasi
atau perkumpulan untuk saling menguntungkan dan melayani di antara para
pedagang. Ada
serikat kerja di bidang wol, kulit, lenan, dan perunggu, para pengrajin pakaian
luar, para ahli celup, pengrajin tembikar, pembuat roti, dan pedagang budak. (Pemahaman
Alkitab Setiap Hari : Wahyu Kepada Yohanes Pasal 1-5, hal. 151).
Jakob P.D.Groen – Dalam kota
Tiatira terdapat banyak serikat kerja seperti serikat tukang roti, penjahit
pakaian, tukang cat, tukang besi, tukang tenun dan lain sebagainya. Siapa yang
tidak menjadi anggota serikat kerja, hampir pasti tidak akan mendapat
pekerjaan. Tiap-tiap perkumpulan itu mempersembahkan diri kepada dewa atau dewi
tertentu, dengan demikian segala usaha terikat pada persembahan kepada berhala.
(Aku Datang Segera – Tafsiran Kitab Wahyu, hal. 51).
Demikianlah kira-kira
gambaran dan latar belakang kota
Tiatira.
Satu hal yang
bisa ditambahkan adalah bahwa sekalipun kota Tiatira ini adalah yang terkecil
dan paling tidak penting dari 7 kota yang dibicarakan di dalam Wahyu 2-3 tapi
Tuhan memberikan surat yang lebih panjang kepadanya melebihi surat untuk jemaat
di 6 kota yang lain. Ini menunjukkan bahwa penilaian Tuhan tidak selalu sama
dengan penilaian manusia.
Leon Morris : Surat yang terpanjang dari tujuh surat
ditulis kepada gereja di kota
yang paling kecil dan paling tidak penting. Nilai / penilaian dari Allah
bukanlah nilai / penilaian dari manusia. (Tyndale
Bible Commentary : Revelation, hal. 69).
Karena itu
ingatlah bahwa dalam melakukan pelayanan, jangan menganggap gereja besar lebih
penting dari gereja kecil, orang kaya / orang yang mempunyai kedudukan tinggi
lebih penting dari orang miskin / orang yang berkedudukan rendah, orang dewasa
/ jemaat dewasa lebih penting dari anak kecil / sekolah minggu jemaat kebaktian
remaja, dsb.
I. PUJIAN KRISTUS
KEPADA JEMAAT TIATIRA.
Dalam surat ini kita jumpai
adanya pujian Tuhan kepada jemaat Tiatira ini.
Wah 2:19 - Aku
tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun
ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada
yang pertama.
Apa yang
dipuji Tuhan dari jemaat Tiatira ini?
a. Tuhan memuji iman
mereka.
Wah 2:19 - Aku
tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu….”
Di sini jemaat
Tiatira dipuji karena iman mereka. Sangat mungkin iman yang dimaksudkan di sini
adalah kepercayaan mereka kepada Tuhan. Jadi mereka dipuji karena kepercayaan
mereka kepada Tuhan. Bahwa di sini iman dipuji oleh Tuhan menunjukkan bahwa
Tuhan memang memperhatikan iman dari gereja-Nya. Manusia memang tidak bisa
melihat iman, tetapi Tuhan yang mahatahu pasti bisa melihatnya. Bandingkan :
Mark 2:5 -
Ketika Yesus melihat iman mereka,
berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah
diampuni!"
Dan karena itu
Ia tahu apakah di dalam seseorang benar-benar ada iman atau tidak. Persoalannya
adalah ada banyak orang yang beragama tetapi sebenarnya tidak beriman. Ada banyak orang bergereja
tetapi tidak beriman. Ada
banyak orang kelihatannya percaya Yesus tetapi sebenarnya tidak demikian. Ada banyak orang giat di
dalam kegiatan gereja tetapi sebenarnya tidak beriman. Perhatikan contoh
berikut :
Yoh 2:23-25 –
(23) Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya,
karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya. (24) Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan
diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, (25) dan
karena tidak perlu seorang pun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia,
sebab Ia tahu apa yang ada di dalam
hati manusia.
Kata-kata “banyak orang percaya dalam nama-Nya” kelihatannya
menunjukkan bahwa mereka adalah orang percaya. Tetapi kata-kata : “Yesus
sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka
semua, …sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia” menunjukkan bahwa
sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh percaya. Mereka hanya kelihatan beriman
tetapi sebenarnya tidak. Iman mereka adalah iman palsu. Apakah keadaan saudara
seperti ini? Kalau ya, sadarlah bahwa Tuhan tahu semuanya itu. Manusia bisa
terkecoh, rekan-rekan bisa terkecoh, pendeta / hamba Tuhan bisa terkecoh,
seperti 11 rasul yang lain tidak tahu ketidakpercayaan Yudas Iskariot, tetapi
Tuhan tahu dengan persis. Ingat bahwa dipermulaan surat ini dikatakan :
Wah 2:18 –
“…Inilah firman Anak Allah, yang
mata-Nya bagaikan nyala api …”
Jadi memang
ada iman palsu tetapi bahwa di sini jemaat ini dipuji menunjukkan bahwa iman
mereka benar-benar iman yang sejati.
Kata “iman” di
dalam ayat ini menggunakan kata Yunani “PISTIS” yang berasal dari kata “PISTOS”
yang memang bisa berarti iman, bisa juga berarti kesetiaan.
Wah 2:19 (TEV)
- I know what you do. I know your love, your faithfulness (kesetiannmu),
your service, and your patience. I know that you are doing more now than you did
at first.
Jadi ayat ini
bisa juga diartikan bahwa jemaat Tiatira bukan hanya beriman tetapi juga mereka
setia di dalam iman mereka kepada Tuhan itu. Kiranya kita boleh meniru jemaat
Tiatira ini dan mempunyai iman yang sejati, juga kesetiaan dan Kristus pasti
tahu apakah kita masing-masing sungguh-sungguh beriman atau tidak.
b. Tuhan memuji kasih
mereka.
Wah 2:19 - Aku
tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu
maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu….”
Dalam ayat ini,
kasih ditempatkan sebagai hal yang pertama dipuji oleh Kristus. Ini tidak
berarti bahwa kasih adalah yang terpenting. Bagi saya imanlah yang terpenting
dan karena itu saya membahas iman terlebih dahulu. Kasih disebutkan lebih awal
di sini karena jemaat Tiatira kelihatannya lebih menonjol dalam hal kasih ini.
Kata “kasih” di sini menggunakan kata Yunani “AGAPE” yang menunjukkan kualitas
kasih yang sangat baik. Hanya saja kita tidak jelas apakah yang dimaksudkan di
sini adalah kasih mereka kepada Allah atau kepada sesama. Di sini kita harus
mengoreksi pandangan yang mengatakan bahwa “AGAPE” selalu menunjuk pada kasih
Allah kepada manusia karena dalam kenyataannya kasih “AGAPE” dinyatakan juga
sebagai dimiliki oleh jemaat Tiatira yang bisa saja sasaran kasih itu adalah
Allah ataupun manusia. Kita memang tidak tahu pasti kasih di sini diarahkan
pada Tuhan atau manusia tetapi itu tidaklah menjadi masalah karena bagaimana
pun juga kasih kepada Allah akan berimbas pada kasih kepada sesama.
1 Yoh 4:20 -
Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci
saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi
saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak
dilihatnya.
Sebagaimana
saya katakan bahwa kasih di sini ditempatkan dalam urutan pertama dari hal yang
dipuji Tuhan menunjukkan bahwa dalam hal kasih ini, jemaat Tiatira sangat
menonjol. Ini jelas mempunyai hubungan dengan iman. Orang yang sungguh-sungguh
beriman otomatis akan mempunyai kasih, baik kepada Allah maupun kepada sesama. Ingat
bahwa iman itu abstrak dan tidak terlihat (hanya Tuhan yang bisa melihat iman),
tetapi iman itu bisa dilihat lewat perbuatan-perbuatan kasih kita. Seorang yang
tidak beriman bisa saja melakukan tindakan kasih (dari sisi manusia) tetapi
seorang yang beriman tidak mungkin tidak mengasihi. Kasih bisa diwujudkan dengan
berbagai tindakan seperti menolong orang yang susah, mengampuni orang yang
bersalah atau juga memberitakan Injil kepada orang yang belum percaya, dll. Pikirkan
ini, apakah saudara sudah memiliki kasih seperti ini atau belum? Marilah kita
belajar dari jemaat Tiatira yang sangat menonjol dalam hal kasih ini dan
karenanya mereka dipuji oleh Tuhan.
c. Tuhan memuji pelayanan mereka.
Wah 2:19 - Aku
tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu….”
Jemaat di
Tiatira juga dipuji karena pelayanan mereka dan menurut saya pelayanan ini
adalah salah satu wujud kasih yang ada pada mereka. Maksudnya adalah karena
mereka mengasihi Tuhan, maka mereka mau melayani Tuhan. Ini penting untuk
ditekankan. Ada
banyak orang melayani tanpa mengasihi Tuhan dan ada banyak orang mengaku
mengasihi Tuhan tetapi tidak mau melayani. Dua-duanya salah! Orang melayani
harus karena mengasihi Tuhan (bukan karena jabatan, hobi, uang, kewajiban, dll)
dan orang yang mengasihi Tuhan harus mau melayani. Bahwa ada pujian terhadap
pelayanan mereka menunjukkan bahwa mereka memang adalah jemaat yang giat di
dalam pelayanan sekalipun kita tidak tahu pelayanan macam apa yang mereka
lakukan. Bagaimana dengan suadara? Jikalah saudara adalah orang Kristen yang
rajin berbakti setiap hari minggu dan setelah itu tidak pernah berbuat apapun
untuk Tuhan, maka pada dasarnya saudara sama sekali tidak melayani. Pelayanan
itu luas. Tidak hanya di gereja. Hal sekecil apapun kalau kita lakukan itu demi
kerajaan Tuhan maka itu adalah pelayanan. Perhatikan :
Mat 10:42 -
Dan barangsiapa memberi air sejuk
secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia
murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya
dari padanya."
Jadi hal
sekecil memberi air sejuk secangkir saja untuk mendukung pekerjaan Tuhan, itu
dianggap Tuhan sebagai sebuah pelayanan dan untuk itu ada upah bagi yang
memberikannya.
Tuhan memuji
pelayanan dari jemaat Tiatira. Ini berarti bahwa Tuhan bukan saja memperhatikan
masalah iman dan kasih. Ia juga memperhatikan pelayanan gereja-Nya. Dan Ia
tidak segan-segan memberikan pujian kepada anak-anak-Nya yang giat melayani. Yesus
juga berkata :
Yoh 12:26 -
Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ
pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa
melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.
Maukah saudara
melayani Tuhan?
d. Tuhan memuji
ketekunan mereka.
Wah 2:19 - Aku
tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu….”
Setelah memuji
kasih, iman dan pelayanan jemaat Tiatira, sekarang Tuhan memuji ketekunan
mereka. Ketekunan di sini kelihatannya berhubungan dengan iman sebagaimana saya
katakan tadi bahwa kata iman dalam ayat ini bisa diartikan kesetiaan. Barclay
mengatakan bahwa 4 hal ini (kasih, iman, pelayanan dan ketekunan) berjalan
berpasangan.
William Barclay – Pelayanan
adalah hasil dari kasih dan ketekunan hasil dari kesetiaan [LAI : iman]. (Pemahaman
Alkitab Setiap Hari : Wahyu Kepada Yohanes Pasal 1-5, hal. 153).
Kalau
ketekunan di sini berhubungan dengan iman maka kelihatannya jemaat di Tiatira
menghadapi tantangan yang besar terhadap iman mereka (yang kita tidak tahu apa
itu) tetapi dalam hal ini mereka tetap bertekun.
Kata
“ketekunan” di sini menggunakan kata Yunani “HUPOMONE” dan kata ini berarti
‘kemampuan bertahan dalam kesukaran, bukan dengan sikap sekedar bertahan (diam
/ pasif), tetapi dengan sikap sedemikian rupa sehingga mampu untuk menjadikan
situasi / hal yang tidak menyenangkan itu menjadi sesuatu yang memuliakan
Tuhan’. Kalau saudara menghadapi kesukaran, ada beberapa macam sikap yang bisa
saudara ambil seperti saudara bisa menjadi marah, jengkel, bersungut-sungut,
lari ke dalam dosa, mundur dari Tuhan, atau bahkan murtad. Ini jelas bukan
ketekunan / HUPOMONE. Atau saudara bertahan, tetapi secara pasif / diam (tidak
marah, tidak bersungut-sungut dsb). Ini memang masih lebih baik dari sikap
pertama di atas, tetapi ini masih belum termasuk ketekunan / HUPOMONE. Tetapi saudara
bisa juga tetap bersukacita, memuji / bersyukur kepada Tuhan dan tetap hidup
bagi kemuliaan Tuhan. Contoh Paulus dan Silas, yang baru saja dicambuk, dan
sedang dipasung dalam penjara tetapi mereka justru menyanyi memuji Tuhan.
Kis 16:25 - “Tetapi
kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan
puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan
mereka”.
Atau seperti
nabi Habakuk yang walaupun dalam segala kondisi yang buruk tetapi tetap memuji
Tuhan.
Hab 3:17-18 - “(17) Sekalipun
pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun
mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing
domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, (8) namun
aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang
menyelamatkan aku”.
Inilah yang dimaksud dengan ketekunan / HUPOMONE.
Jadi jemaat
Tiatira pasti mengalami tantangan yang hebat terhadap iman mereka tetapi mereka
tidak hanya bertahan dengan pasif. Mereka tetap hidup memuliakan Allah di
tengah-tengah kesukaran itu. Inilah ketekunan itu. Ketekunan seperti ini tidak
mungkin bisa didapatkan kalau kita tidak mengalami kesukaran.
Yak 1:2-3 –
(2) Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh
ke dalam berbagai-bagai pencobaan, (3) sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan
ketekunan
Jadi jangan
pernah mengharapkan bisa bertekun seperti ini kalau saudara tidak pernah berada
dalam kesukaran / persoalan.
Seorang
pendeta muda meminta seorang pendeta tua untuk mendoakannya supaya ia mempunyai
ketekunan. Mereka lalu berdoa bersama-sama, dan pendeta tua itu memimpin dalam
doa. Ternyata pendeta tua itu sama sekali tidak menyinggung tentang
‘ketekunan’ dalam doanya. Sebaliknya ia berdoa supaya Tuhan memberikan segala
macam kesukaran dan penderitaan kepada pendeta muda itu. Ini membuat pendeta
muda itu menjadi marah dan menegur pendeta tua itu. Tetapi pendeta tua itu lalu
berkata: ‘satu-satunya jalan untuk mendapatkan ketekunan adalah dengan melalui
penderitaan / kesukaran!’ Karena itu, janganlah marah / memberontak kepada
Tuhan, kalau Ia menempatkan saudara dalam berbagai macam kesukaran /
penderitaan. Ia sedang membentuk saudara supaya menjadi orang yang tekun! Dan
kalau saudara berada dalam masalah / persoalan, jangan marah kepada Tuhan dan
menerjunkan diri ke dalam dosa, jangan juga bertahan secara pasif, tetapi
usahakanlah untuk memuliakan Allah di tengah-tengah kesukaran itu. Jikalau saudara bisa lakukan itu, saudara
adalah orang yang bertekun dan sebagaimana Tuhan memuji ketekunan jemaat Tiatira, Ia
juga akan memuji ketekunan saudara.
Inilah 4 hal
yang dipuji Tuhan dari jemaat Tiatira (kasih, iman, pelayanan dan ketekunan).
Selain 4 hal
ini, ada 1 hal lagi yang dikatakan oleh Tuhan.
Wah 2:19 –
“….Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang
terakhir lebih banyak dari pada yang pertama.
Ini
kelihatannya berbicara tentang pelayanan karena ada kata “pekerjaanmu”. Ini
adalah hal lain yang baik dari jemaat Tiatira yaitu mereka maju dalam pekerjaan
/ pelayanan di mana pekerjaan / pelayanan mereka yang terakhir lebih banyak
daripada pekerjaan / pelayanan mereka yang pertama. Kondisi jemaat Tiatira ini
jelas kontras dengan jemaat Efesus yang bukannya mengalami kemajuan, malah
mengalami kemunduran karena kehilangan kasih yang semula.
Wah 2:2-4 –
(2) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku
tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau
telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak
demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. (3) Dan engkau tetap
sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. (4)
Namun demikian Aku mencela engkau,
karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
Jemaat Tiatira
jelas mengalami kemajuan di dalam pelayanan.
Adam Clarke - Mereka tidak hanya
mempertahankan apa yang telah mereka terima pada mulanya, tetapi bertumbuh
dalam kasih karunia, dan dalam pengenalan dan kasih Yesus Kristus. Ini
merupakan hal yang langka dalam kebanyakan gereja Kristen yang biasanya
kehilangan kekuatan agama, dan bersandar pada / berhenti dalam bentuk-bentuk
ibadah / ibadah yang bersifat lahiriah; dan membutuhkan kebangunan rohani yang
kuat untuk membawa mereka pada suatu keadaan di mana pekerjaan terakhir mereka
lebih banyak dari pekerjaan mereka pada mulanya.
Ada banyak gereja seperti
jemaat Efesus. Pada awalnya mereka adalah jemaat yang baik, giat untuk Tuhan,
sungguh-sungguh di dalam iman, kasih dan pelayanan mereka tetapi semakin lama,
tahun demi tahun berikutnya, mereka merosot dan mengalami kemunduran. Lalu
bagaimana dengan gereja kita (GKIN “REVIVAL”)? Apakah selama 4 tahun gereja ini
berjalan, kita menjadi tambah baik atau tambah buruk? Kita mengalami kemajuan
atau kemunduran? Saya melihat ada gejala kita mengalami kemunduran dari aspek
kasih, pelayanan dan ketekunan. Lalu bagaimana pula dengan pribadi kita
masing-masing, pikirkanlah sejak saudara pertama kali terima Yesus hingga saat
ini, apakah saudara mengalami kemunduran (seperti jemaat Efesus) atau kemajuan
(seperti jemaat Tiatira) dalam iman, kasih, pelayanan dan ketekunan? Dalam
faktanya ada banyak orang yang keadaannya dulu lebih baik daripada keadaan
sekarang. Atau keadaan sekarang lebih buruk daripada keadaan dulu.
John Stott - Efesus sedang
merosot ke belakang; Tiatira sedang bergerak ke depan. Gereja Efesus telah
meninggalkan kasih yang mereka miliki pada mulanya; gereja Tiatira sedang
melampaui pekerjaan-pekerjaan yang mereka lakukan pada mulanya. Kita lebih
mirip yang mana dari dua gereja ini? Aduh, celaka! Bahwa ternyata terhadap
banyak orang Kristen lebih cocok digunakan kata-kata : ‘maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula’ (2
Pet 2:20; Mat 12:45). (What Christ Thinks of the Church,
hal. 70).
Kita harus
berdoa dan berjuang, mengobarkan kembali kasih kita, pelayanan kita dan
ketekunan kita agar pelayanan kita menjadi lebih baik dari sebelumnya seperti
jemaat Tiatira.
Rom 12:11 -
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan
layanilah Tuhan.
- AMIN -
No comments:
Post a Comment