Oleh John MacArthur
Cheating husband- metro.co.uk |
Jika anda meluangkan waktu bersama seorang anak kecil (usia
1-3 tahun), anda tahu bahkan perintah
yang paling dasar dan sederhana akan dijalankan
dengan serangkaian tanya “mengapa” tanpa
ada habisnya. Perilaku dibalik pertanyaan-pertanyaan ini berkisar mulai
dari rasa ingin tahu yang dalam hingga
pada pemberontakan, tetapi kecenderungannya adalah mempertanyakan otoritas yang
dengan kuatnya melilit didalam diri kita semua.
Tidak cukup hanya dengan
diberitahu agar jangan menyentuh kompor yang panas—kita harus tahu mengapa kita
tidak boleh menyentuhnya. Dan kerap kali, kita memerlukan pengalaman langsung
atas konsekuensi-konsekuensi sebelum bersedia untuk melakukan apa yang
diperintahkan. Sejatinya, kepatuhan diawal tidak datang secara alami.
Bacalah lebih dahulu bagian sebelumnya :
- Jagalah Kemurnian Dirimu, Bagian 1: Sebuah Perintah "Aneh" Di Zaman Kita Sekarang Ini!
- Jagalah Kemurnian Dirimu, Bagian 2: JANGAN LAGI "Kembangbiakan" Hawa Nafsumu!
Hal yang sama persis
juga terjadi dengan perintah-perintah Tuhan kepada orang-orang benar. Kita
tidak dengan segera untuk mematuhinya, bahkan sekalipun Tuhan memperlihatkan
jelas-jelas mengenai konsekuensi-konsekuensi yang menanti ketidakpatuhan kita.
Pada
1 Tesalonika 4:3-8, Paulus
menyatakan perintah Tuhan bahwa kita jangan turut serta dalam imoralitas
seksual dan menjalani kehidupan yang murni. Dan Paulus sekaligus menjawab
pertanyaan “mengapa”, memberitahukan kepada kita apa yang menanti jika kita
gagal memenuhi standar kudus yang ditetapkan oleh Tuhan.
Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan,
supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu. Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu.
Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan,
supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakannya. Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu. Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. Karena itu siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu.
Paulus menginginkan kita memiliki pemahaman yang jelas akan
resiko-resiko yang mengikuti imoralitas
seksual. Ini bukan sekedar sebuah pertanyaan
mengenao ketidakmurnian individual—ada berbagai efek sampingnya bagi
orang lain juga,
Kita memikirkan melakukan “defraud” atas orang lain, yaitu
mengambil keuntungan secara
finansil atas orang lain dalam
pengertian negative. Tetapi ini sama juga dengan rakus,
perilaku mencuri demi diri sendiri terjadi disepanjang hubungan
antarmanusia. Perintah Paulus jelas—jangan manfaatkan orang lain untuk pemuasan
diri sendiri.
Hal
ini terutama menjadi masalah bagi orang-orang muda. Pemuda dan pemudi harus
mewaspadai terhadap berbagai jenis orang yang menjadi pemangsa/predator yang
mengambil keuntungan secara seksual atas diri mereka. Dan mereka harus
memeriksa secara seksama hati mereka masing-masing untuk memastikan bahwa
mereka sendiri pun tidak mengambil keuntungan atas orang lain.
Jelas-jelas tak terpikirkan bahwa perilaku semacam itu dapat hadiri didalam gereja, tetapi sedihnya, memang ada. Pria dan wanita saling mencuri kemurnian dan kebajikan satu sama lain, dan mereka mencuri masa depan suami atau isteri orang lain.
Firman tuhan
jelas menyatakan tentang membawa
orang percaya lainnya kedalam dosa. Matius
18:6 berkata, “Tetapi barangsiapa
menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih
baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia
ditenggelamkan ke dalam laut.” Kita harus menumbuhkan pola berpikir didalam
diri kita—bahwa mimpi buruk menakutkan membunuh orang dengan cara
menenggelamkan didalam air adalah “hal
lebih baik” yang menyebabkan
orang pecaya menjadi berdosa.
Paulus
menghendaki kita untuk mempertimbangkan berbagai konsekuensi dosa seksual untuk
mengingat Tuhan sendiri yang memberikan
konsekuensi-konsekuensi tersebut. Paulus tidak secara jelas memberitahu metoda
bagaimana konsekuens-konsekuensi dosa itu dijalankan, tetapi
akibat-akibat dari dosa seksual adalah menghancurkan dan jauh dari apa yang
dapat anda bayangkan.
Dosa seksual dapat menghempaskan sebuah pernikahan, menghancurkan kepercayaan dan intimasi, atau berahir dengan perceraian. Dosa seksual dapat menghempaskan keluarga-keluarga dan semua jenis hubungan. Dosa seksual dapat mengakibatkan berbagai macam kesulitan-kesulitan sesaat, seperti instabilitas keuangan atau kehilangan pekerjaan. Dan dosa seksual dapat menyebabkan penyakit, atau bahkan kematian. Tidak akan ada ahir untuk penghakiman yang akan ditimpakan kepada dirimu sendiri ketika anda terlibat didalam dosa seksual.
Dosa seksual dapat menghempaskan sebuah pernikahan, menghancurkan kepercayaan dan intimasi, atau berahir dengan perceraian. Dosa seksual dapat menghempaskan keluarga-keluarga dan semua jenis hubungan. Dosa seksual dapat mengakibatkan berbagai macam kesulitan-kesulitan sesaat, seperti instabilitas keuangan atau kehilangan pekerjaan. Dan dosa seksual dapat menyebabkan penyakit, atau bahkan kematian. Tidak akan ada ahir untuk penghakiman yang akan ditimpakan kepada dirimu sendiri ketika anda terlibat didalam dosa seksual.
Faktanya, ketika kita
meninjau kembali 1 Korintus 6:9-11,
terlibat didalam sebuah pola dosa seksual yang tidak berkesudahan akan memalangi seseorang ke surga dan menempatkan
jiwanya yang kekal kedalam neraka. Hanya anugerah penebusan Tuhan yang telah
melepaskan kita dari kehidupan yang tanpa putus dalam ketidakmurnian. Kita
telah dibasuh dan disucikan, dan dosa seksual adalah hal yang tidak perlu
dilanjutkan. Dosa ini tidak tak
tertoleransikan bagi Tuhan dan tidak konsisten dengan nature baru kita.
Dan ketika dosa seksual menjadi nampak, Tuhan memiliki
setiap hak untuk bertindak didalam
pembalasannya yang kudus. Bahkan pada sebuah
perbuatan dosa yang sekali-kali
dilakukan didalam kehidupan seorang yang percaya akan mendatangkan penghukuman
Tuhan didalam kehidupan ini. Dosa seksual mengundang koreksi Tuhan melalui penghukuman.
Imoralitas seksual
bertentangan dengan tujuan terutama Tuhan dalam memanggil kita—kita tidak
dirancang untuk mengesampingkan kemurnian, tetapi untuk kemurnian. Kita harus
bertumbuh lebih dekat dengan Tuhan dalam penyucian, dan menghabiskan waktu
dengan imoralitas hanya akan
menghalangi dan menahan pertumbuhan
tersebut.
Terlebih lagi, karya
pengudusan itu diselesaikan oleh Roh Kudus, dan Paulus menginginkan kita untuk
mengingat kehadiran Tuhan yang terus-menerus ketika kita tidak turut terlibat
dalam imoralitas. Kemurnian bukanlah standar buatan manusia—ini adalah standar
yang Tuhan tegakan sesuai dengan
rancangannya, dan diperkuat oleh Roh Kudus yang bekerja didalam kita.
Hadirat Tuhan yang intim dan segera harus menjadi sebuah
pengingat yang konstan dan sebuah penggentar yang sangat penuh kuasa melawan
dosa seksual—yang sesungguhnya, melawan semua jenis dosa.
Didalam 1 Korintus 3:16, Paulus mengkonfrontasi orang-orang
percaya dengan pengingat yang penting ini :” Tidak tahukah kamu, bahwa kamu
adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” Dosa seksual tidak hanya mencemari kita—dosa ini memadamkan Roh
yang hidup dan bekerja didalam kita.
Itu sebabnya kita harus tidak terlibat dalam imoralitas
seksual.
SELESAI
Guard Your Purity, Part 3 By John MacArthur | Martin Simamora
SELESAI
Guard Your Purity, Part 3 By John MacArthur | Martin Simamora
No comments:
Post a Comment