Potret atau Karakter Guru-Guru Palsu (1:10)
[ Titus 1 :10-16]
[ Titus 1 :10-16]
"False teacher" |
1:10 Karena sudah banyak orang hidup tidak tertib,
terutama di antara mereka yang berpegang pada hukum sunat
Bagian ini dimulai dengan “karena” yang memberikan
pemikiran mengapa para pemimpin/tua-tua dengan
kualifikasi-kualifikasi yang digambarkan dalam ayat 9 dibutuhkan kehadirannya. Lebih
lanjut lagi, bagian ini mengelaborasi mereka “yang menyatakan penentangannya”
atau
berdiri pada posisi menentang kebenaran. Kehadiran guru-guru palsu (selalu
menjadi sebuah masalah di segala masa dan tempat) memerlukan para pemimpin yang
memiliki kemampuan untuk menjelaskan
secara mendetail dan untuk mempertahankan iman jemaat.
Hal ini juga mengingatkan kita bahwa mengungkapkan guru-guru palsu adalah
sebuah tugas yang dimiliki oleh para pemimpin didalam gereja sehubungan dengan
tugas para gembala untuk melindungi para
domba dari para serigala yang datang dengan bersalutkan baju domba (Matius
7:15; Kisah Para Rasul 20:28).
Perlindungan terhadap hal ini tentu saja dapat dilakukan melalui eksposisi biblikal yang kokoh. Sayangnya dewasa ini, kerap kali para pemimpin gereja terlampau dalam terlibat dalam tugas-tugas administrative dan mengupayakan agar jemaatnya selalu terhiburkan dengan baik.
Kesesatan tentu saja meliputi pengajaran doktrin yang palsu, tetapi pengajaran yang
palsu selalu merambah kedalam perilaku
para penganutnya. Pengajaran sesat selalu memiliki sebuah dampak negatiF pada gaya hidup yang dianut
oleh mereka yang terinfeksi “karena seperti seorang yang berpikir didalam
hatinya, maka demikianlah ia” (Amsal
23:7). Karena guru-guru palsu ini berada
pada posisi menentang kebenaran, maka mereka akan menuntun jiwa-jiwa yang “keji dan durhaka dan
tidak sanggup berbuat sesuatu yang baik” (Titus 1:16)
Apakah guru-guru palsu ini tidak terselamatkan? Apakah
mereka ini tidak pernah memercayai
Kristus sebagai Juru selamat mereka?
Paulus tidak secara langsung memberikan jawaban
terhadap pertanyaan ini, tetapi karena mereka digambarkan sebagai
pemberontak, sebagai penipu, sebagai yang tidak sanggup berbuat sesuatu yang
baik, maka kerap diasumsikan bahwa mereka ini
bukanlah orang-orang percaya, dan bisa jadi diantara mereka ada yang
merupakan orang-orang percaya namun bukan yang sungguh-sungguh, setidaknya
tidak semua dari mereka. Mengasumsikan bahwa
ada yang terlewatkan dalam aplikasi
bagian firman ini yang ternyata
dapat saja meliputi orang-orang percaya yang terlepas dari anugerah masuk
kedalam legalisme dan kemudian memasukannya
sebagai hal pokok kedalam tubuh Kristus. Ini adalah sebuah masalah yang telah
lama dihadapi oleh gereja sejak awal sebagaimana yang dibuktikan pada Kisah
Para Rasul 15, Galatia, Koloese, dan Ibrani.
Ahirnya, bagaimanakah dapat mengenalinya? Apakah petunjuk-petunjuk
yang harus kita cari? Hal ini akan
digambarkan dalam potret sebagai
berikut.
Mereka Ada Dalam jumlah “Banyak”
“Karena sudah banyak orang hidup tidak tertib.” Kita
kerap terlena hingga tertidur karena
kita sama sekali tidak menduganya. Rasul Paulus
secara tegas mengatakan kepada kita bahwa mereka yang menentang kebeneran jumlahnya “banyak” (
ayat-ayat 9, 14). Masalah yang kita hadapi bukan hal yang kecil karena ada
begitu banyak lawan-lawan terhadap anugerah Tuhan didalam Kristus.
Mereka ini Hidup Tidak Tertib/ Pemberontak
“Karena sudah banyak orang hidup tidak tertib,” tidak tunduk
kepada otoritas taua aturan sehingga
mereka amat “tidak disiplin,
memberontak.” Otoritas terpuncak bagi guru manapun adalah Firman Tuhan
sebagaimana yang diperlihatkan oleh pengajaran
apostolik yang diteruskan dari Tuhan Yesus (bandingkan Yohanes 16:12-16
dengan Titus 1:9; 1 Tesalonika 4:1-2; 2 Tesalonika 3:6). Inilah tanda-tanda
penunjuk/navigasi yang sejati untuk
mengenali guru-guru palsu, yaitu, sebuah roh pemberontak yang melepaskan diri dari ketergantungan
pada Firman yang berasal dari Tuhan atau
pada otoritas pelayan-pelayan Tuhan. Sebagaimana dikatakan Wiersbe, “Waspadalah
terhadap guru-guru yang tidak akan meletakan diri mereka sendiri dibawah
otoritas.” (59) Penolakan untuk tunduk
kepada firman Tuhan bahkan menjadi bukti yang lebih kuat dari penjelasan
selanjutnya.
Mereka Mengucapkan “Omongan yang sia-sia”
“Omongan sia-sia”
dalam bahasa Yunani adalah matailogos yang berasal dari kata mataios,
yang artinya “hampa, tak memiliki kekuatan untuk menggerakan, tidak
berguna/berdampak, tanpa kuasa” dan
lego, “untuk mengatakan.” Paulus menggunakan kata yang sama,
mataiologia,” tak memiliki kekuatan untuk menggerakan atau omongan kosong,
diskusi yang tak ada buahnya” dalam 1 Timotius 1:6 mengenai guru-guru palsu yang dibicarakan
disini. Ketika seseorang menolak atau berdiri pada posisi menentang pesan
anugerah kebenaran Tuhan yang disingkapkan dalam Kristus dan sebagaimana kita temukan didalam firman yang dikanonkan
(Alkitab), maka kata-kata yang mereka sampaikan pastilah tanpa kuasa, hanyalah
diskusi-diskusi tanpa makna yang tidak
dapat membawa kepada kelepasan rohani yang Tuhan berikan kepada kita dalam Kristus.
Ini sebabnya mutlak diperlukan bahwa kita memiliki para
pemimpin/penilik-penilik jemaat yang memegang ketat pada firman yang setia yang sesuai
dengan tradisi apostolik Kitab Suci.
Hanya inilah satu-satunya yang memiliki kuasa untuk mengubahkan kehidupan.
Omongan kosong mereka berkaitan dengan (1) dongeng-dongeng atau legenda fiksi yang ditambahkan kedalam
sejarah Perjanjian Lama- dongeng-dongeng mengenai Adam, Musa, Elia, dan
orang-orang kudus lainnya dalam Perjanjian Lama, dan dengan (2) peraturan-peraturan
yang legalistik dan asketik (ritual/disiplin untuk mencapai kesempurnaan) yang hampa dan melulu berurusan dengan hal lahiriah
(bandingkan dengan Kolose 2:16-23).
Mereka adalah “Para
Penyesat”
”Dan para penyesat” membawa kita kepada produk omong kosong mereka. “Para penyesat” dalam bahasa Yunani adalah phrenapates, “ menyesatkan diri sendiri, seorang penyesat.” Phrenapates berasal dari kata phren yang artinya “pikiran” dan apate yang artinya “ menyesatkan, dengan sengaja menyesatkan.” Guru-guru palsu adalah mereka yang dengan ahlinya (bandingkan dengan Efesus 4:14) menyesatkan/memperdaya pikiran-pikiran orang lain serta diri mereka sendiri (bandingkan dengan 2 Timotius 3:13). Walaupun mereka mengatakan hal yang sia-sia, mereka tanpa diragukan lagi sangat artikulatif dan mengesankan, tetapi apa yang mereka katakana hampa karena perkataannya tidak berasal dari Alkitab atau bersumberkan dari Alkitab.
”Dan para penyesat” membawa kita kepada produk omong kosong mereka. “Para penyesat” dalam bahasa Yunani adalah phrenapates, “ menyesatkan diri sendiri, seorang penyesat.” Phrenapates berasal dari kata phren yang artinya “pikiran” dan apate yang artinya “ menyesatkan, dengan sengaja menyesatkan.” Guru-guru palsu adalah mereka yang dengan ahlinya (bandingkan dengan Efesus 4:14) menyesatkan/memperdaya pikiran-pikiran orang lain serta diri mereka sendiri (bandingkan dengan 2 Timotius 3:13). Walaupun mereka mengatakan hal yang sia-sia, mereka tanpa diragukan lagi sangat artikulatif dan mengesankan, tetapi apa yang mereka katakana hampa karena perkataannya tidak berasal dari Alkitab atau bersumberkan dari Alkitab.
Jika anda “mendidihkannya,” yang anda dapatkan hanyalah air hangat. Lebih jauh lagi, mereka
tangkas dalam perkataan, tidak dalam perbuatan. Mereka dapat memberitahukan
orang lain apa yang harus dilakukan, tetapi mereka sendiri tidak melakukannya.
Perhatikan secara khusus pada Titus 1:16.
Tragedi besar : bahwa mereka telah menyesatkan orang dengan
doktrin-doktrin palsu. Mereka mengklaim
mengajarkan kebenaran, tetapi mereka
menjual kesalahan. Karena mereka sendiri telah disesatkan oleh Setan,
mereka menyesatkan orang-orang lain, “mengajarkan hal-hal yang tidak seharusnya diajarkan” (Titus
1:11, NIV) (60).
Study By: J. Hampton Keathley, III | Martin Simamora
No comments:
Post a Comment