Bacalah terlebih dahulu bagian 1 di sini dan bagian 2 di sini
Oleh : Bob Deffinbaugh, Th.M
Mengesampingkan untuk sesaat fakta bahwa orang ini memang benar-benar telah disembuhkan, dan disembuhkan oleh Yesus, mereka menyelediki pada cara kesembuhan. Berangkali dengan melakukan penyelidikan pada hal ini akan memberikan kepada orang Farisi sebuah tumpuan dan dengan demikian memampukan mereka untuk menyudutkan Yesus. Dan itu sebabnya mereka mereka bertanya satu kali lagi bagaimana mujizat itu terjadi.
Kesabaran
orang ini telah menyingkirkan kejengkelan. Dia
sangat tahu sekali bahwa mereka hanya memiliki kepentingan untuk
menemukan kesalahan Yesus. Orang ini membalikkan keadaan investigatornya dan
mengajukan sebuah pertanyaan kepada
mereka :” "Telah kukatakan
kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya; mengapa kamu hendak mendengarkannya
lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?" (Yohanes
9:27).
Disini motivasi pihak Farisi terkuak telanjang. Mereka tidak mencari kebenaran, tetapi secarik bukti yang dapat mereka gunakan melawan Yesus, untuk membuktikan bahwa Dia bukan Mesias. Mereka tidak mencari untuk kepentingan mereka apalagi untuk kepentingan orang banyak yang secara umum masih menganggap Yesus sebagai yang paling pantas menjadi kandidat Mesias.
Disini motivasi pihak Farisi terkuak telanjang. Mereka tidak mencari kebenaran, tetapi secarik bukti yang dapat mereka gunakan melawan Yesus, untuk membuktikan bahwa Dia bukan Mesias. Mereka tidak mencari untuk kepentingan mereka apalagi untuk kepentingan orang banyak yang secara umum masih menganggap Yesus sebagai yang paling pantas menjadi kandidat Mesias.
Kalimat
yang sedikit itu “juga” berangkali
signifikan, karena kalimat itu telah
memutuskan murid siapakah orang ini sesungguhnya. Kaum Farisi adalah para murid
Musa, sementara orang yang telah sembuh
ini mengikut Yesus. Mengasumsikan bahwa tradisi-tradisi mereka menjadi bagian
dari Hukum Tuhan,mereka berpikir bahwa Musa ada dipihak mereka. Ini juga
bermakna bahwa Yesus adalah seorang pelanggar Sabat berdasarkan definisi
mereka, dan Karena itu, dengan definisi
semacam itu, Yesus tidak dapat menjadi orang yang diutus Tuhan. Yesus pasti
orang berdosa. Orang yang telah sembuh penglihatannya ini harus memilih antara
Musa dan Yesus. Hal penting yang gagal
mereka perhatikan adalah, bahwa Musa, seperti halnya Yesus, telah diotentikkan
sebagai utusan Tuhan oleh perbuatan-perbuatan mujizat yang telah dia pertunjukan.
Pengemis buta itu tidak hanya mendapatkan kembali penglihatannya, tetapi dia secara terus menerus mendapatkan wawasan tentang apa yang ada didalam motif-motif para pemeriksanya. Mereka tidak memiliki ketertarikan pada fakta-fakta. Pikiran mereka adalah rekayasa. Mereka pada dasarnya mencari celah yang ada pada fakta-fakta yang akan memberi ruang pada ide-ide yang telah mereka persiapkan sebelumnya. Dengan wawasan semacam ini, dia membalikkan posisi, dan menempatkan kaum Farisi ini pada posisi bertahan. Orang buta yang telah sembuh ini memanifestasikan sebuah keberanian dalam kebenaran yang tidak tidak dapat salah.
(30) Jawab
orang itu kepada mereka: "Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia
datang, sedangkan Ia telah memelekkan mataku. (31) Kita tahu, bahwa Allah tidak
mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang
melakukan kehendak-Nya. (32) Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah
terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. (33) Jikalau
orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 9:30-33)
Jelas ada
sebuah nada sarkasme dalam dakwaan terhadap orang Farisi oleh seorang yang
telah disembuhkan ini. Bagaimana dapat mereka menyimpulkan bahwa Dia bukan yang
dikirim dari Tuhan ketika Dia telah melakukan hal yang tidak pernah ada
tercatat nabi lain telah melakukannya?
Bagaimana bisa mereka mempertahankan kedudukan mereka sebagai para pemimpin
agama ketika mereka tidak memiliki penjelasan apapun tentang kehadiran atau tindakan-tindakan Yesus? Posisi mereka
sangat lemah dan tidak dapat dipertahankan sehingga orang biasa yang tak
terlatih sekalipun dapat membidikan sasaran pada kelemahan mereka. Orang
yang telah sembuh ini kehilangan semua
rasa hormat pada otoritas mereka, dan tidak lagi takut akan apapun penghukuman
yang mungkin diganjarkan pada dirinya. Dia tidak ingin menjadi bagian agama
mereka lagi. Biarkanlah mereka
menyingkirkan dirinya.
Orang-orang Farisi yang memandang dirinya memiliki kebenaran didalam dirinya dengan cepat dipatahkan. Semua penghakiman yang nampak adil dan halus disapu dengan bantahan telak dari mantan pengemis. Dalam debat antara pengemis dan kelompok fanatik, pengemis ini menang. Hal ini terbukti dengan tanggapan mereka terhadap teguran tajamnya:
“"Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?" (Yohanes 9:34)
Orang Buta Melihat dan Orang Melihat Buta
(Yohanes 9:35-41)
Seperti halnya Yesus telah berinisiatif atas pemulihan penglihatan orang buta ini, demikian juga Dia sekarang memberikan padanya penglihatan rohani. Juru selamat tidak mempercepat proses kelahiran rohani. Penyembuhan-Nya secara jasmani menggerakan prosesnya. Penentangan dari kelompok Farisi, jauh dari untuk mampu menghalangi pertobatannya, justru mendorong pada pertobatannya. Kegagalan Farisisme terlalu nyata. Jika orang-orang Farisi salah, maka Yesus pasti benar.
Orang-orang Farisi yang memandang dirinya memiliki kebenaran didalam dirinya dengan cepat dipatahkan. Semua penghakiman yang nampak adil dan halus disapu dengan bantahan telak dari mantan pengemis. Dalam debat antara pengemis dan kelompok fanatik, pengemis ini menang. Hal ini terbukti dengan tanggapan mereka terhadap teguran tajamnya:
“"Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa dan engkau hendak mengajar kami?" (Yohanes 9:34)
Orang Buta Melihat dan Orang Melihat Buta
(Yohanes 9:35-41)
Seperti halnya Yesus telah berinisiatif atas pemulihan penglihatan orang buta ini, demikian juga Dia sekarang memberikan padanya penglihatan rohani. Juru selamat tidak mempercepat proses kelahiran rohani. Penyembuhan-Nya secara jasmani menggerakan prosesnya. Penentangan dari kelompok Farisi, jauh dari untuk mampu menghalangi pertobatannya, justru mendorong pada pertobatannya. Kegagalan Farisisme terlalu nyata. Jika orang-orang Farisi salah, maka Yesus pasti benar.
Ketika Yesus berjumpa dengan orang ini, Dia menanyainya, “Apakah kamu percaya kepada Anak Manusia?” (ayat 35)[ Ungkapan ‘Anak Manusia’ memang dipilih oleh Yesus untuk menghindari, selama dalam masa penentangan yang intensif, sebuah pernyataan yang terang bawah Dia adalah Mesias. Orang buta ini memahami implikasi-implikasi ungkapan ini, tetapi para penentang tidak dapat memahaminya. Untuk analisa yang lebih lengkap terkait ekspresi “Anak Manusia,” lihat pada Leon Morris, The Gospel According to John, hal. 172-173.]. Dia ingin menerima Yesus sebagai Juru bicara Tuhan, tetapi belum tahu siapakah Mesias. Dan karena itu dia bertanya siapakah Mesias, agar dia dapat percaya pada-Nya. Yesus, Orang yang telah mengadakan pemulihan bagi kedua matanya. Adalah orang yang telah diusir oleh kebebalan kaum Farisi, Orang yang kepadanya dia telah berbicara; orang ini adalah Mesias. Dengan hal semacam ini, orang yang telah sembuh ini tersungkur di kaki Yesus dengan pengakuan dan pengaguman atas pribadi-Nya. Dan dengan berlutut datanglah penglihatan yang penuh dari seorang yang buta, baik buta jasmani dan rohani.
Tetapi
selagi orang buta itu menyembahnya,
orang-orang Farisi menahan amarah dalam pemberontakan dan penolakan. Kedatangan
Tuhan kita tidak hanya mengakibatkan pemulihan penglihatan pada orang buta,
tetapi juga kebutaan pada mereka yang
mengaku dapat melihat :” Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya
barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang
dapat melihat, menjadi buta” (Yohanes 9:39).
Tidak ada
kontradiksi dalam kata-kata yang diucapkan Tuhan kita dengan apa yang Dia
katakan di tempat lainnya terhadap
dampak bahwa Dia tidak datang untuk menghukum manusia, tetapi untuk
menyelamatkan mereka ( misal Yohanes 3:17; 12:47). Tujuan Tuhan kita dengan
kedatangan-Nya ke dunia ini adalah untuk merampungkan keselamatan. Tetapi dalam
proses kedatangan-Nya sebagai “Terang dunia” ( Yohanes 1:4; 8:12; 12:46), Dia
telah menyingkapkan keberdosaan manusia. Mereka yang telah menolak terang dan
menolak untuk berbalik dari dosa-dosa dan menerima pengampunan-Nya memeteraikan
penghukumannya sendiri. Saya bisa pergi ke kantor saya saat malam larut untuk
mengambil sebanyak mungkin buku yang saya perlukan, dan dalam prosesnya
berjumpa dengan seorang perampok yang, karena saya menelpon polisi, ditangkap
dan dihukum. Apa yang telah dilakukan pada satu tujuan utama bisa memberikan hasil yang berbeda.
Sebagaimana juga halnya kasus ini dalam kedatangan Kristus
sebagai terang dunia.
Orang-orang
Farisi yang sekarang sedang mengawasi Yesus layaknya seekor burung elang, mencari pelanggaran apapun pada
peraturan-peraturan mereka yang ketat,
juga tidak menolong, tetapi mendengarkan
pernyataan Yesus dan bertanya,” "Apakah itu
berarti bahwa kami juga buta?" (Yohanes 9:40).
Mereka,
tanpa ragu, berharap pada
jawaban sederhana “Tidak,”
sementara menantikan sebuah jawaban yang menyengat “Ya.” Yesus telah
menjelaskan kesalahan mereka dengan lebih
rinci. Mereka tidak buta bila
mereka menyadari isu-isu ini. Tetapi masalah mereka, adalah lemahnya bukti.
Dosa mereka mewujud dalam penolakan mereka untuk mengakui bahwa buktinya benar. Mereka telah menolak untuk
membiarkan bukti itu untuk membujuk mereka sampai pada satu-satunya kesimpulan
logis. Karena mereka telah mengklaim untuk
melihat isu-isu ini,mereka telah buta, dan oleh karena pengakuan mereka
sendiri (ayat 41).
Kesimpulan dan Aplikasi Interpretasi Historis
Sebagaimana saya memahami nas ini dalam konteks injil Yohanes, teks ini memberikan sejumlah tujuan. Hal pertama, kesembuhan ini mengakreditasi klaim Yesus adalah ‘terang dunia,’ khususnya yang dinyatakan dalam Yohanes 8 ayat 12.. Mujizat ini telah mengotentikan klaim-klaim Yesus adalah Kristus, sang Mesias, seperti mujizat-mujizat Musa yang mengidentifikasikan dirinya kepada Israel sebagai nabi. Orang buta ini melihat implikasi-implikasi kesembuhannya dan berlutut menyembah kepada Yesus. Ketika orang buta ini mengingatkan orang-orang Farisi, tidak ada catatan seorang manusia pernah mengalami kesembuhan penglihatan. Lebih dari ini, pemulihan penglihatan terhadap orang buta dipandang dalam Perjanjian Lama sebagai sebuah perbuatan Mesias (bandingkan dengan Yesaya 29:18; 35:5 ; 42:7). Bukan tanpa singnifikansi bahwa Yesus dicatat melakukan lebih banyak muizat memulihkan penglihatan daripada jenis penyembuhan lainya (bandingkan dengan Matius 9:27-31; 12:22 dan seterusnya; 15:30 dan seterusnya; 21:14; Markus 8:22-26; 10:46-52; Lukas 7:21 dan seterusnya).
Menambahkan pada ketersediaan bukti untuk mempertahankan klaim-klaim Yesus, mujiza-mujizat Yesus secara praktis telah memaksa manusia untuk sampai pada sebuah keputusan mengenai dia.
Dalam bab ini, kita dapat melihat bahwa penyembuhan orang buta telah menciptakan pemisahan pada mereka yang mengamatinya. Beberapa orang tidak dapat menolak dorongan alami dari bukti tersebut, sementara yang lainnya tidak dapat menerimanya. Tetapi dalam kedua kasus, bukti yang tersaji telah mendorong orang untuk menjauh dari “ titik netral.” Tidak seorangpun tetap bersikap netral terhadap Yesus. Bahkan pihak lawan kelompok Farisi memaksa orang untuk mengambil sebuah sikap yang pasti akan hal ini. Secara manusia, orang buta itu tidak meragukan lagi kesembuhannya dimana kaum Farisi tidak memiliki pemikiran demikian akan hal ini.
Kesimpulan dan Aplikasi Interpretasi Historis
Sebagaimana saya memahami nas ini dalam konteks injil Yohanes, teks ini memberikan sejumlah tujuan. Hal pertama, kesembuhan ini mengakreditasi klaim Yesus adalah ‘terang dunia,’ khususnya yang dinyatakan dalam Yohanes 8 ayat 12.. Mujizat ini telah mengotentikan klaim-klaim Yesus adalah Kristus, sang Mesias, seperti mujizat-mujizat Musa yang mengidentifikasikan dirinya kepada Israel sebagai nabi. Orang buta ini melihat implikasi-implikasi kesembuhannya dan berlutut menyembah kepada Yesus. Ketika orang buta ini mengingatkan orang-orang Farisi, tidak ada catatan seorang manusia pernah mengalami kesembuhan penglihatan. Lebih dari ini, pemulihan penglihatan terhadap orang buta dipandang dalam Perjanjian Lama sebagai sebuah perbuatan Mesias (bandingkan dengan Yesaya 29:18; 35:5 ; 42:7). Bukan tanpa singnifikansi bahwa Yesus dicatat melakukan lebih banyak muizat memulihkan penglihatan daripada jenis penyembuhan lainya (bandingkan dengan Matius 9:27-31; 12:22 dan seterusnya; 15:30 dan seterusnya; 21:14; Markus 8:22-26; 10:46-52; Lukas 7:21 dan seterusnya).
Menambahkan pada ketersediaan bukti untuk mempertahankan klaim-klaim Yesus, mujiza-mujizat Yesus secara praktis telah memaksa manusia untuk sampai pada sebuah keputusan mengenai dia.
Dalam bab ini, kita dapat melihat bahwa penyembuhan orang buta telah menciptakan pemisahan pada mereka yang mengamatinya. Beberapa orang tidak dapat menolak dorongan alami dari bukti tersebut, sementara yang lainnya tidak dapat menerimanya. Tetapi dalam kedua kasus, bukti yang tersaji telah mendorong orang untuk menjauh dari “ titik netral.” Tidak seorangpun tetap bersikap netral terhadap Yesus. Bahkan pihak lawan kelompok Farisi memaksa orang untuk mengambil sebuah sikap yang pasti akan hal ini. Secara manusia, orang buta itu tidak meragukan lagi kesembuhannya dimana kaum Farisi tidak memiliki pemikiran demikian akan hal ini.
Implikasi dan Aplikasi
Nas ini sangat penting untuk disampaikan kepada manusia dewasa ini. Pertama, nas ini ditujukan kepada mereka yang berupaya tetap netral terhadap isu Yesus Kristus. Mari saya katakan sesuatu, sobatku, bahwa tidak ada hal yang netral terkait Yesus Kristus. Berupaya untuk tetap netral hanyalah sebuah cara yang lebih canggih dalam menolak Yesus. Sebagaimana dikatakan Tuhan kami : “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup, tidak ada yang datang kepada Bapa kecuali melalui Aku” ( Yohanes 14:6).
Nas ini sangat penting untuk disampaikan kepada manusia dewasa ini. Pertama, nas ini ditujukan kepada mereka yang berupaya tetap netral terhadap isu Yesus Kristus. Mari saya katakan sesuatu, sobatku, bahwa tidak ada hal yang netral terkait Yesus Kristus. Berupaya untuk tetap netral hanyalah sebuah cara yang lebih canggih dalam menolak Yesus. Sebagaimana dikatakan Tuhan kami : “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup, tidak ada yang datang kepada Bapa kecuali melalui Aku” ( Yohanes 14:6).
Rasul
Yohanes menulis :” Barangsiapa memiliki
Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki
hidup” ( 1 Yohanes 5:12)
Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan (Matius 12:30)
Mereka yang menyatakan netralitas telah gagal untuk menangkap kata-kata dari Kitab suci secara cukup serius. Mereka yang menyaksikan klaim-klaim dan tindakan-tindakan Yesus telah mengetahui bahwa mereka harus baik itu untuk menerima Dia karena Siapakah Dia sebagaimana klaim-Nya, atau secara bulat menolak Dia. Dalam hal ini, logika Farisi tidak terlampau jauh dari kebenaran. Jika Yesus bukan Anak Allah, Mesias Israel, Juru selamat dunia, maka Dia telah dijauhi. Orang semacam ini dapat menjadi ancaman terhadap masyarakat. Tetapi jika Dia benar, maka manusia pasti jatuh bersimpuh diahadapannya sebagai Pencipta alam semesta, dan Penebus manusia yang kepada Dia segala hal diletakan dalam penguasaan-Nya (bandingkan dengan Filipi 2:9-11).
Apapun yang
sedang anda lakukan saat ini, temanku yang belum membuat keputusan, jangan
pergi dengan mengangkat topi pada Tuhan dengan mengakui bahwa Yesus adalah
seorang manusia baik, seorang guru yang baik, sebuah teladan yang baik untuk
diikuti. Jika Dia bukan Anak Allah, Dia adalah
seorang penyaru, telah menipu dan
sedang menipu. Jangan berikan apa yang
tidak layak bagi-Nya. Tetapi jika,
sebagaimana para penulis Injil
mengisahkannya bagi kita, Dia tidak hanya telah menyembuhkan orang buta
dan membangkitkan yang mati, tetapi juga mengaku adalah Tuhan dalam daging
manusia; maka anda harus menerima Dia sebagai Juru selamatmu atau menolak Dia
sebagai seorang penipu. Tidak ada posisi di tengah-tengah. Anda harus menghadapi kekuatan daya tarik dari mujizat-mujizat dan
pengajaran Yesus.
Saya harus melanjutkan untuk berkata bahwa teks ini mengekspos alasan yang
sesungguhnya mengapa manusia menolak Yesus sebagai Juru selamat mereka. Ini
bukan soal masalah intelektual. Mari
saya katakan sekali lagi: ini bukan, pada akarnya, sebuah alasan intelektual
yang karenanya manusia menolak Yesus. Ini adalah masalah moral. Tidak ada
kecacatan pada bukti. Problemnya bahwa orang-orang Farisi telah menolak bobot tak lazim dari bukti itu, karena bukti
itu tidak selarasa dengan ide-ide yang
telah ada didalam benak mereka sebelumnya
untuk menjadi kesimpulan. Itu
adalah preposisi atau dugaan-dugaan mereka yang telah membunuh mereka (untuk
berkata). Mereka telah merancangkan
sebuah sistem agama yang secara lahiriah terlihat memenuhi pewahyuan Perjanjian Lama, tetapi sistem itu sebenarnya
telah menempatkan Tuhan dibawah kontrol mereka. Alasan mereka telah menolak
Yesus adalah karena Dia tidak
menyesuaikan dengan preferensi-preferensi mereka terkait seperti apakah
seharusnya Tuhan itu. Mereka telah menciptakan sebuah Tuhan menurut gambaran mereka, ketimbang menyelaraskan
teologi mereka dengan apa yang telah disingkapkan didalam pribadi Yesus
Kristus.
Dan seperti
itulah dengan manusia dewasa ini. “Saya suka berpikir mengenai Tuhan sebagai…”
Kata orang. Dan inilah yang menjadi masalah
mereka yang sesungguhnya. Tidak terlalu masalah bagaimana kamu ingin
berpikir mengenai Tuhan. Takdir-kenyataan
yang telah ditentukan adalah: bahwa kita harus menyembah Tuhan
dalam roh dan kebenaran ( Yohanes 4:23).
Ketika Tuhan tidak selaras dengan preferensi-preferensi kita, maka preferensi itu harus menyerah terhadap penjelasan-penjelasan Firman Tuhan. Ada lebih dari cukup bukti didalam Firman Tuhan untuk meyakinkan manusia manapun yang terbuka terhadap kebenaran (dan ini, tentu saja, pada puncaknya merupakan kerja kedaulatan Tuhan). Tidak ada besaran bukti yang akan meyakinkan orang yang telah ditetapkan sebelumnya tidak akan tunduk kepada Tuhan (bandingkan dengan Lukas 16:27-31). Manusia tidak menerima injil Yesus Kristus karena mereka tahu bahwa mereka pasti akan menjalani sebuah transformasi gaya hidup yang radikal, dan memberontak melawan Tuhan adalah hal dimana kita tidak (secara alami) menghendaki untuk melakukan hal semacam ini. Itu sebabnya dalam analisa-analisa final, keselamatan kita itu harus berasal dari Tuhan dan bukan berasal dari kita.
Ketika Tuhan tidak selaras dengan preferensi-preferensi kita, maka preferensi itu harus menyerah terhadap penjelasan-penjelasan Firman Tuhan. Ada lebih dari cukup bukti didalam Firman Tuhan untuk meyakinkan manusia manapun yang terbuka terhadap kebenaran (dan ini, tentu saja, pada puncaknya merupakan kerja kedaulatan Tuhan). Tidak ada besaran bukti yang akan meyakinkan orang yang telah ditetapkan sebelumnya tidak akan tunduk kepada Tuhan (bandingkan dengan Lukas 16:27-31). Manusia tidak menerima injil Yesus Kristus karena mereka tahu bahwa mereka pasti akan menjalani sebuah transformasi gaya hidup yang radikal, dan memberontak melawan Tuhan adalah hal dimana kita tidak (secara alami) menghendaki untuk melakukan hal semacam ini. Itu sebabnya dalam analisa-analisa final, keselamatan kita itu harus berasal dari Tuhan dan bukan berasal dari kita.
Selesai
The Light of the World (John 9:1-41) | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
The Light of the World (John 9:1-41) | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment