Bacalah terlebih dahulu bagian 1 di sini , bagian 2 di sini bagian 3 di sini dan bagian 4 di sini
Oleh : J. Hampton Keathley, III, Th.M
Aspek-Aspek Positif Bema
(1)Untuk mengevaluasi kualitas setiap pekerjaan orang percaya, apakah pekerjaannya baik atau buruk, yaitu dapat diterima dan menjadi layak menerima upah-upah, atau tidak dapat diterima, menjadi ditolak dan tidak layak menerima upah-upah. Sebetulnya sebuah evaluasi oleh Tuhan sedang berlangsung setiap hari (bandingkan dengan Wahyu 2-3).
(2)Untuk menghancurkan dan menyingkirkan hasil yang tidak dapat diterima tergambar dalam simbol-simbol kayu, rumput kering , dan jerami. Semua perbuatan-perbuatan dosa, pikiran-pikiran,dan motif-motif, serta juga perbuatan-perbuatan baik yang telah dilakukan dengan kekuatan daging akan terbakar sperti kayu, rumput kering dan jerami dihadapan api karena semuanya itu tidak layak untuk menerima upah. Mengapa?Ini akan dijawab selagi kita menimbang basis yang menjadi dasar upah diberikan atau kehilangan upah.
(3)Untuk memberi upah orang percaya atas semua hal baik yang dia telah lakukan seperti dipotret oleh simbol-simbol emas,perak, batu permata, yang merupakan benda-benda berharga dan dapat bertahan dalam ujian api tanpa menjadi musnah terbakar.
Nas-nas firman :
1 Kor 3:13-15
sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.
“Nampak” adalah phaneros yang bermakna “diketahui,polos, dapat dilihat, tersingkap sebagaimana sifatnya.” “Hari Tuhan” merujuk pada sebuah hari yang sangat dikenal baik dan merujuk pada hari Bema setelah pengangkatan gereja. “Mendeklarasikannya” adalah deloo yang bermakna “membuat menjadi nyata, jelas.” “Menyatakannya” adalah apokalupto dan bermakna “menyingkapkan.” “Uji” adalah dokimazo dan bermakna “menguji demi mendapatkan persetujuan.” “bagaimana pekerjaan=kualitas” adalah hopoios, merupakan kata ganti korelatif dan kualitatif yang bermakna “yang seperti apakah atau jenis apakah.”
1 Kor 4:5
Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah.
“Menerangi” adalah photizo, “membawa kepada terang, membuatnya dapat dilihat.” “Memperlihatkan” adalah phaneroo, “memanifestasikan, menyingkap.” Isu ini semestinya menjadi luar biasa jelas dari dua ayat ini : Tuhan akan mengevaluasi kualitas dan sifat dari pekerjaan setiap orang. Bandingkan juga :
2 Korintus 5:10
Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.
Wahyu 22:12
Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya.
Aspek-Aspek Negatif Bema
Ada sejumlah nas-nas firman yang merujuk pada aspek-aspek negatif Bema yang harus disebutkan dan dijelaskan. Dalam nas-nas ini kita membaca hal-hal semacam “memberikan pertanggungjawaban diri,” “mengalami kehilangan,” “ tak berani menghadap Dia karena rasa malu,” dan “imbalan atas perbuatan-perbuatannya….. apakah baik atau jahat.”
Akankah orang percaya mengalami malu, duka, penyesalan di Bema? Jika demikian, bagaimana kita mempertemukan nas-nas seperti Wahyu 7:17 “Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka,” dan Wahyu 21:4, “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu," atau dengan Yesaya 65:17, “Sebab sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati.”
Efek-efek negatif meliputi hal berikut ini :
(1)Menderita kehilangan dalam 1 Korintus 3:15 merujuk pada kehilangan upah-upah, bukan keselamatan sebagaimana ayat-ayat berlanjut memperjelasnya. Mohon diperhatikan bahwa anak kalimat “ia akan menderita kerugian” akan lebih baik dituliskan “upahnya akan dihanguskan.”
(2)Diskualifikasi yang disebutkan dalam 1 Korintus 9:27 bermakna diskualifikasi dari menerima upah-upah, bukan kehilangan keselamatan. Hal ini jelas dari konteks dan analogi pada perlombaan atletik Yunani.
(3)” memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya” pada 2 Korintus 5:10 merujuk pada memberikan upah atau kehilangan upah. Kata kerja yang digunakan adalah komizo dan bermakna “membawa keluar dengan aman,” “membawa keluar sebagai barang rampasan.” Didalam kalimat ini, maka hal itu bermakna “menanggung untuk dirinya sendiri,”[ G. Abott-Smith, A Manual Greek Lexicon of the New Testament, T & T Clark, Edinburgh, 1937, p. 252.] atau “untuk menerima kembali apa yang menjadi miliknya sendiri” [Fritz Rienecker, Linguistic Key to the Greek New Testament, Cleon L. Rogers, Jr., editor, Zondervan, Grand Rapids, 1980, p. 468.]. Bandingkan dengan :
Matius 25:27
Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya
dan
Efesus 6:8
Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan.
(4)Makna
pemberian upah-upah ini juga terlihat dalam kata-kata Yunani pada 2 Korintus 5:10 yang
diterjemahkan “baik” (agathos—bernilai seperti buah yang
baik) dan “jahat” (phaulos—tidak dapat diterima seperti buah yang busuk atau rusak).Idenya bukan baik
dalam pengertian kebenaran versus jahat dalam pengertian perbuatan jahat atau keberdosaan.
Karena kalau demikian idenya Paulus hampir pasti akan menggunakan kalos,
“baik,” dan kakos,”jahat.” Karena perbuatan-perbuatan baik, adalah semua hal yang bernilai seperti
buah yang baik, kita akan menerima
kembali upah-upah, tetapi untuk pekerjaan-pekerjaan jahat, semua hal yang busuk
dan tak bernilai, kita tidak akan menerima upah apapun atau kehilangan upah.
Tidak ada lagi penghukuman selain daripada ketika seorang siswa mengerja tugas sekolah dengan buruk dan menerima nilai F atau D. Hasil-hasil tugasnya yang buruk dalam nilai yang pantas atau setimpal. Ini hasil yang pantas untuk pekerjaannya. Dulu ada sebuah tanda di kantor registrasi Dallas Seminary yang berbunyi, “Salvation is by grace….Graduation is by works” (Keselamatan oleh anugerah…Kelulusan oleh usaha-usaha (misal belajar -red ).
(5) 1Yoh 2:28. Tak diragukan lagi merujuk pada Bema dan memperlihatkan disana akan ada keberanian sebagai akibat kepatuhan dan, malu dihadapan Tuhan sebagai akibat gagal untuk mematuhi.
“Maka sekarang anak-anakku.” Yohanes sedang menulis kepada orang-orang percaya. Ini adalah istilahnya yang menunjukan kasih sayang kepada para pembacanya sebagai orang-orang yang telah dilahirkan kembali.
“Tinggalah didalam Dia.” “Tinggal” adalah sebuah sinonim untuk persekutuan yang mana menjadi subyek dari buku ini ( 1:3-7). Kata ini bermakna untuk tetap didalam Dia dari sudut pandang penggambaran hidup-Nya sebagai sumber kita dan kemudian mematuhi Dia dalam hubungan kebergantungan. Inilah basis atau landasan upah atau penyebab kehilangan upah mereka, mematuhi, kehidupan yang bergantung pada Kristus.
“Supaya” menunjukan kepada kita: tujuan, kedatangan kembali Juru selamat dan apakah artinya,
“Apabila Dia menyatakan diri.” “Apabila” menunjukan pada kedatangan Yesus yang dinantikan dan terlihat . Ini makna secara harfiah “apabila Dia menyatakan diri.” Anak kalimat bersyarat ini tidak mempertanyakan realita kedatangan Kristus, hanya waktu kedatangan dan dengan demikian menunjuk pada kedekatan atau kesegeraannya. “menyatakan” merujuk pada pengangkatan yang dengan segera berlanjut kedalam Bema.
“Tidak usah malu.” “tidak malu” adalah parrhesia dan bermakna “semangat, berani untuk berkata.” Poinnya : Walaupun tidak seorang pun sempurna atau pernah menjadi sempurna, namun, kesetiaan untuk tinggal dan mematuhi Tuhan akan memberikan keyakinan diri menerima upah.
“tidak usah malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya.” Perhatikan beberapa hal disini. (a)Kata kerja yang kita sebut sebuah aorist subjunctive, dan dengan makna dasar dari kata kerja ini, tata bahasa ini menunjuk pada sebuah fakta di masa mendatang, tetapi bukan sebuah keadaan yang berkelanjutan. Ini tidak lain memperlihatkan sebuah kondisi permanen. (b)Bunyi dari kata kerja ini adalah pasif. Subyek menerima aksi, yaitu, dia merasa malu. Tetapi bagaimana? (c) ada dua pandangan :
(1)Orang percaya yang gagal untuk tinggal diam dalam Tuhan dibuat menjadi merasa malu oleh Tuhan, dengan cara Tuhan menempatkan rasa malu padanya. Ini akan menjadi agak terlihat sebagai penghukuman dan tidak sesuai dengan konsep Bema dan juga tidak sesuai dengan janji-janji Tuhan bahwa kita tidak akan masuk kedalam penghukuman.
(2)Orang percaya yang gagal untuk mengalami tinggal diam, mengalami malu oleh sifat kehadiran Kristus yang menyingkapkan di Bema. Hal ini disebabkan oleh kesadaran akan apa yang menjadi kegagalan dan dosanya sendiri yang membebaninya dalam pengertian kehilangan upah dan kehilangan kemuliaan Tuhan. Tetapi hal ini akan menjadi hal yang sementara atau paling hebat hanya sebentar saja dalam pandangan nas-nas seperti Wahyu 7:17 dan Yesaya 56:1.
Hoyt memiliki sebuah
rangkuman yang bagus akan apa yang sedang dikatakan dan terkandung dalam nas :
Alkitab menunjukan akan ada rasa malu pada kursi pengadilan Kristus hingga pada tingkat yang lebih tinggi atau lebih rendah, bergantung pada ukuran ketidaksetiaan setiap individu orang percaya. Oleh karena itu seharusnyalah setiap orang percaya berhasrat kuat untuk menyenangkan Tuhan didalam segala hal. Walaupun orang-orang Kristen kelihatannya akan merefleksikan pada kehidupan dunia ini beberapa hal yang disesali, mereka juga akan menyadari apa yang ada didepan mereka dalam kehidupan surgawi. Kesadaran akan hal terakhir ini akan menjadi sumber suka cita yang tidak berkesudahan. Alkitab versi bahasa Inggris menyajikan keseimbangan yang sangat baik pada subyek ini.
“Suka cita pastilah akan menjadi emosi atau susana perasaan kehidupan yang paling mendominasi dengan Tuhan; tetapi saya menduga bahwa, ketika pekerjaan-pekerjaan kita dimanifestasikan di pengadilan, beberapa kedukaan akan bercampur dengan suka cita, dan kita akan merasa malu selagi kita mengalami kehilangan upah. Tetapi kita akan bersukacita juga kala kita menyadari bahwa upah yang diberikan akan menjadi contoh lainnya mengenai anugerah dari Tuhan; karena paling tidak kita adalah pelayan-pelayan yang tidak menguntungkan” (E. Schuyler English, “The Church At the Tribunal,” in Prophetic Truth Unfolding Today, ed. Charles Lee Feinberg [Old Tappan, NJ: Fleming H. Revell Co., 1968], p. 29)
Elemen-elemen kesedihan, penyesalan, dan rasa malu tidak dapat dielakan dalam sebuah pemeriksaan oleh kursi pengadilan Kristus. Tetapi kesedihan ini pastilah sesuatu yang relatif karena bahkan bagi orang Kristen terbaik sekalipun pasti ada beberapa hal yang pantas mengalami penyesalan yang tak henti-hentinya dalam terang kekudusan Tuhan yang tak terdekati. Ini hendak mengatakan bahwa orang-orang Kristen paling baik dapat sangat bersedih di sepanjang kekekalan. Akan tetapi, ini bukan gambaran yang diberikan Perjanjian Baru mengenai surga. Emosi yang memenuhi adalah suka cita penuh dan ucap syukur penuh. Walaupun ada sejumlah penyesalan dan kesedihan yang tak tersangkalkan, ini tidak akan menaklukan emosi yang pasti dialami disepanjang keadaan kekal.
Alkitab menunjukan akan ada rasa malu pada kursi pengadilan Kristus hingga pada tingkat yang lebih tinggi atau lebih rendah, bergantung pada ukuran ketidaksetiaan setiap individu orang percaya. Oleh karena itu seharusnyalah setiap orang percaya berhasrat kuat untuk menyenangkan Tuhan didalam segala hal. Walaupun orang-orang Kristen kelihatannya akan merefleksikan pada kehidupan dunia ini beberapa hal yang disesali, mereka juga akan menyadari apa yang ada didepan mereka dalam kehidupan surgawi. Kesadaran akan hal terakhir ini akan menjadi sumber suka cita yang tidak berkesudahan. Alkitab versi bahasa Inggris menyajikan keseimbangan yang sangat baik pada subyek ini.
“Suka cita pastilah akan menjadi emosi atau susana perasaan kehidupan yang paling mendominasi dengan Tuhan; tetapi saya menduga bahwa, ketika pekerjaan-pekerjaan kita dimanifestasikan di pengadilan, beberapa kedukaan akan bercampur dengan suka cita, dan kita akan merasa malu selagi kita mengalami kehilangan upah. Tetapi kita akan bersukacita juga kala kita menyadari bahwa upah yang diberikan akan menjadi contoh lainnya mengenai anugerah dari Tuhan; karena paling tidak kita adalah pelayan-pelayan yang tidak menguntungkan” (E. Schuyler English, “The Church At the Tribunal,” in Prophetic Truth Unfolding Today, ed. Charles Lee Feinberg [Old Tappan, NJ: Fleming H. Revell Co., 1968], p. 29)
Elemen-elemen kesedihan, penyesalan, dan rasa malu tidak dapat dielakan dalam sebuah pemeriksaan oleh kursi pengadilan Kristus. Tetapi kesedihan ini pastilah sesuatu yang relatif karena bahkan bagi orang Kristen terbaik sekalipun pasti ada beberapa hal yang pantas mengalami penyesalan yang tak henti-hentinya dalam terang kekudusan Tuhan yang tak terdekati. Ini hendak mengatakan bahwa orang-orang Kristen paling baik dapat sangat bersedih di sepanjang kekekalan. Akan tetapi, ini bukan gambaran yang diberikan Perjanjian Baru mengenai surga. Emosi yang memenuhi adalah suka cita penuh dan ucap syukur penuh. Walaupun ada sejumlah penyesalan dan kesedihan yang tak tersangkalkan, ini tidak akan menaklukan emosi yang pasti dialami disepanjang keadaan kekal.
Kondisi
emosional dari orang yang telah ditebus adalah kebahagiaan yang lengkap dan tak
berkesudahan. Emosi yang keluar dari kesadaran akan fakta-fakta pengalaman pribadi.
Pengharapan pada akhirnya akan menjadi kenyataan bagi semua orang yang telah
dilepaskan dari belenggu kerusakan kedalam kemuliaan anak-anak Tuhan ( Roma
8:18-25). Eliminasi kutuk, derita dan kematian juga akan melenyapkan
kesedihan, air mata dan tangis (Wahyu 21:4).
Penghakiman kursi Kristus berangkali dapat diperbandingkan dengan sebuah pelaksanaan seremoni. Pada seremoni kelulusan ada sejumlah kekecewaan dan kesedihan bahwa dia dulu tidak melakukannya lebih baik dan bekerja lebih keras. Akan tetapi, pada acara semacam ini emosi yang menguasai adalah suka cita bukan kesedihan. Para lulusan tidak meninggalkan auditorium dengan mata berlinang air mata karena mereka tidak memperoleh nilai-nilai yang lebih baik. Sebaliknya, mereka penuh dengan rasa syukur bahwa mereka telah lulus, dan mereka bersyukur akan apa yang telah mereka capai. Melebih-lebihkan aspek kesedihan sama dengan membuat kesetiaan sebagai hal ngawur atau tidak bertalian[Samuel Hoyt, “The Judgment Seat of Christ in Theological Perspective,” Part 2, Bibliotheca Sacra, electronic media.]
Selanjutnya : Natur Upah
The Doctrine of Rewards: The Judgment Seat (Bema) of Christ |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
Penghakiman kursi Kristus berangkali dapat diperbandingkan dengan sebuah pelaksanaan seremoni. Pada seremoni kelulusan ada sejumlah kekecewaan dan kesedihan bahwa dia dulu tidak melakukannya lebih baik dan bekerja lebih keras. Akan tetapi, pada acara semacam ini emosi yang menguasai adalah suka cita bukan kesedihan. Para lulusan tidak meninggalkan auditorium dengan mata berlinang air mata karena mereka tidak memperoleh nilai-nilai yang lebih baik. Sebaliknya, mereka penuh dengan rasa syukur bahwa mereka telah lulus, dan mereka bersyukur akan apa yang telah mereka capai. Melebih-lebihkan aspek kesedihan sama dengan membuat kesetiaan sebagai hal ngawur atau tidak bertalian[Samuel Hoyt, “The Judgment Seat of Christ in Theological Perspective,” Part 2, Bibliotheca Sacra, electronic media.]
Selanjutnya : Natur Upah
The Doctrine of Rewards: The Judgment Seat (Bema) of Christ |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment