Bacalah terlebih dahulu bagian1 di sini , bagian 2 di sini bagian 3 di sini dan bagian 4 di sini
Oleh : Bob Deffinbaugh, Th.M
Sebuah Kata Penyemangat dan Sebuah Ucapan Berkat
2 Tesalonika 3:4-5
(4) Dan kami percaya dalam Tuhan, bahwa apa yang kami pesankan kepadamu, kamu lakukan dan akan kamu lakukan.(5) Kiranya Tuhan tetap menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus.
Paulus sekarang sedang memberikan semangat atau dorongan kepada orang-orang kudus di Tesalonika dengan secara terbuka mengekspresikan keyakinannya bahwa mereka akan terus memperhatikan perintah-perintah Tuhan melalui para rasul, ketimbang menerima pengajaran palsu dari para penipu. Keyakinan yang dimiliki Paulus tidak mengabaikan kesetiaan jemaat Tesalonika di masa lalu, dan terus bertumbuh dan bertekun, tetapi hal ini menegaskan bahwa keyakinan utama Paulus adalah didalam Tuhan, yang secara berdaulat membawakan keselamatan bagi mereka, dan dengan demikian akan membawa mereka secara aman hingga kesudahan (kematian mereka atau kedatang kembali Tuhan). Itu sebabnya Paulus mengatakan kepada jemaat Tesalonika ini bahwa Paulus yakin akan mereka didalam Tuhan.
Kini Paulus menyampaikan kata berkat, sebuah doa bagi orang-orang kudus ini
terkait dengan doktrin pengajaran palsu tentang
kedatangan kembali Tuhan. Dasar
keyakinan Paulus adalah kedaulatan Tuhan dalam keselamatan dan proses
pengudusan. Beberapa orang terlampau besar dalam memberikan penekanan pada
kedaulatan Tuhan , menyurutkan partisipasi manusia dalam hal-hal seperti
doa. Sama sekali tidak demikian
cara Paulus melihat ini semua!
Paulus secara antusias mendorong untuk
berdoa, karena dia tahu bahwa Tuhan setia pada janji-janji-Nya dan
menyelesaikan apa yang Dia mulai.
Bahkan ada lebih
banyak lagi untuk kita lihat dalam ayat 5. Paulus berdoa bahwa Tuhan
akan “menujukan hatimu kepada kasih Allah
dan kepada ketabahan Kristus.” Sebagaimana yang anda pikirkan bahwa pada seluruh 1 dan 2 Tesalonika (dengan tidak
mengabaikan surat-surat Paulus lainnya), terdapat tiga standar acuan
kesehatan rohani adalah iman, kasih dan pengharapan [ Lihat 1 Tesalonika 1:7; 3:6-8; 5:8; 2
Tesalonika 1:3-4). Pada beberapa dari teks-teks ini, hanya dua dari tiga hal
(iman dan kasih) yang terdaftar, tetapi konteksnya dapat dikatakan mencakup
pengharapan juga].
Saya percaya bahwa Paulus telah memberikan penekanan pada kasih, kesetiaan dan kedaulatan Tuhan karena hal-hal ini adalah dasar atau basis bagi iman, kasih dan pengharapan orang percaya. Kita mengasihi karena Tuhan mengasihi kita[1 Yohanes 4:19]. Kita memiliki iman kepada Tuhan karena Dia setia dan dengan demikian layak dipercaya. Kita memiliki pengharapan karena Tuhan berdaulat,dan dengan demikian Dia memiliki kemampuan untuk memenuhi semua janji-janji-Nya. Sekarang saya melihat satu dari banyak alasan mengapa surat-surat Paulus kepada jemaat Tesalonika begitu tersentralnya pada Tuhan. Tidak hanya karena ini adalah benar terkait kepada siapakah Tuhan, ini juga merupakan fondasi bagi stabilitas orang Kristen, dengan demikian kita tidak boleh diguncangkan atau terkacaukan dalam iman kita dan perjalanan Kristen kita.
Saya percaya bahwa Paulus telah memberikan penekanan pada kasih, kesetiaan dan kedaulatan Tuhan karena hal-hal ini adalah dasar atau basis bagi iman, kasih dan pengharapan orang percaya. Kita mengasihi karena Tuhan mengasihi kita[1 Yohanes 4:19]. Kita memiliki iman kepada Tuhan karena Dia setia dan dengan demikian layak dipercaya. Kita memiliki pengharapan karena Tuhan berdaulat,dan dengan demikian Dia memiliki kemampuan untuk memenuhi semua janji-janji-Nya. Sekarang saya melihat satu dari banyak alasan mengapa surat-surat Paulus kepada jemaat Tesalonika begitu tersentralnya pada Tuhan. Tidak hanya karena ini adalah benar terkait kepada siapakah Tuhan, ini juga merupakan fondasi bagi stabilitas orang Kristen, dengan demikian kita tidak boleh diguncangkan atau terkacaukan dalam iman kita dan perjalanan Kristen kita.
Kesimpulan
Saat kita menyimpulkan pelajaran ini, mari kita berhenti sejenak untuk merefleksikan apa yang Paulus telah katakan disini
Pertama, Paulus telah mendedikasikan bab ini untuk meruntuhkan pengajaran Palsu yang menyatakan bahwa Hari Tuhan telah datang. Dia telah melakukan ini karena pengajaran ini tidak benar. Hari Tuhan tidak dapat datang sampai kemurtadan besar terjadi dan penyingkapan “manusia durhaka.” Tetapi dia juga mematahkan kesalahan ini karena kesalahan ini mendistorsi dan melemahkan injil, melenyapkan pengharapan orang percaya karena berkat-berkat keselamatan diminimalisasi, atau disangkal semuanya. Hari Tuhan tidak akan datang tanpa kebangkitan orang-orang kudus yang telah mati sebelum kedatangan kembali Yesus Kristus untuk mendapatkan milik-Nya sendiri ( 1 Tesalonika 4:13-18). Lebih lanjut, Hari Tuhan harus disertai dengan pembebasan dan pemberian upah bagi orang-orang kudus dan penghukuman bagi orang-orang jahat ( 2 Tesalonika 1). Percaya bahwa Hari Tuhan telah datang tanpa penggenapan janji-janji Tuhan membahayakan pengharapan orang Kristen, dan ini melenyapkan kabar baik Injil. Mematahkan pengajaran palsu yang berkaitan dengan Hari Tuhan adalah menegaskan injil yang diberitakan Paulus dan pengharapan-pengharapan yang dijanjikan Injil.
Kedua, Paulus telah menyatakan kembali injil yang murni karena berbagai distorsi pada Injil secara negatif berdampak pada proklamasi dan kemajuan injil. Sebuah injil yang terdistorsi adalah sebuah injil yang kemurnian dan kuasanya dirampok. Paulus berhasrat agar injil tersebar secara cepat kepada mereka yang terhilang, dan karena itulah dia menjaga atau mempertahankannya dari distorsi dan meminta jemaat Tesalonika utuk berdoa agar orang-orang Kristen Palsu tidak menyusup kedalam gereja dan menghalangi injil dengan pengajaran mereka. Dibalik semua itu adalah Setan, yang telah ditaklukan di Salib, dan yang kehancurannya akan terjadi pada kedatangan kembali Yesus dalam kuasa.
Saat kita menyimpulkan pelajaran ini, mari kita berhenti sejenak untuk merefleksikan apa yang Paulus telah katakan disini
Pertama, Paulus telah mendedikasikan bab ini untuk meruntuhkan pengajaran Palsu yang menyatakan bahwa Hari Tuhan telah datang. Dia telah melakukan ini karena pengajaran ini tidak benar. Hari Tuhan tidak dapat datang sampai kemurtadan besar terjadi dan penyingkapan “manusia durhaka.” Tetapi dia juga mematahkan kesalahan ini karena kesalahan ini mendistorsi dan melemahkan injil, melenyapkan pengharapan orang percaya karena berkat-berkat keselamatan diminimalisasi, atau disangkal semuanya. Hari Tuhan tidak akan datang tanpa kebangkitan orang-orang kudus yang telah mati sebelum kedatangan kembali Yesus Kristus untuk mendapatkan milik-Nya sendiri ( 1 Tesalonika 4:13-18). Lebih lanjut, Hari Tuhan harus disertai dengan pembebasan dan pemberian upah bagi orang-orang kudus dan penghukuman bagi orang-orang jahat ( 2 Tesalonika 1). Percaya bahwa Hari Tuhan telah datang tanpa penggenapan janji-janji Tuhan membahayakan pengharapan orang Kristen, dan ini melenyapkan kabar baik Injil. Mematahkan pengajaran palsu yang berkaitan dengan Hari Tuhan adalah menegaskan injil yang diberitakan Paulus dan pengharapan-pengharapan yang dijanjikan Injil.
Kedua, Paulus telah menyatakan kembali injil yang murni karena berbagai distorsi pada Injil secara negatif berdampak pada proklamasi dan kemajuan injil. Sebuah injil yang terdistorsi adalah sebuah injil yang kemurnian dan kuasanya dirampok. Paulus berhasrat agar injil tersebar secara cepat kepada mereka yang terhilang, dan karena itulah dia menjaga atau mempertahankannya dari distorsi dan meminta jemaat Tesalonika utuk berdoa agar orang-orang Kristen Palsu tidak menyusup kedalam gereja dan menghalangi injil dengan pengajaran mereka. Dibalik semua itu adalah Setan, yang telah ditaklukan di Salib, dan yang kehancurannya akan terjadi pada kedatangan kembali Yesus dalam kuasa.
Ketiga, Injil murni adalah injil yang
bersentral pada Tuhan dan merefleksikan karakter Tuhan. Karakter Tuhan adalah
Kasih, Kesetiaan, dan Kedaulatan yang merupakan dasar bagi kekuatan dan bagi berdirinya orang percaya.
Ketika saya
berpikir mengenai pengajaran mereka yang dapat mendistorsikan Injil dengan
mengklaim bahwa Hari Tuhan telah datang , saya
yakin kita dapat menyimpulkannya dengan cara ini :
ORANG-ORANG BESAR, tuhan yang kecil
Ketika saya berpikir mengenai pengajaran Paulus di Tesalonika (secara umum) dan secara khusus pengajarannya pada natur Injil (terutama), saya yakini dapat disimpulkan dengan cara ini :
TUHAN YANG BESAR, manusia yang kecil
ORANG-ORANG BESAR, tuhan yang kecil
Ketika saya berpikir mengenai pengajaran Paulus di Tesalonika (secara umum) dan secara khusus pengajarannya pada natur Injil (terutama), saya yakini dapat disimpulkan dengan cara ini :
TUHAN YANG BESAR, manusia yang kecil
Kapanpun
kita meninggikan manusia ketimbang
Tuhan, kita sudah berada didalam masalah besar. Betapa melegakannya memiliki
TUHAN YANG AKBAR. Ketika kita berkumpul didalam sebuah gereja, marilah kita
mengarahkan perhatian kita pada betapa besarnya Tuhan kita itu, dan marilah
kita tidak pernah melupakan betapa kecilnya (lemahnya, bodohnya) kita ini. Mari
kita camkan dalam benak kita bahwa Tuhan tidak hanya sebatas berkepentingan
membuat kita merasa baik akan diri kita
sendiri sebab kepentingan-Nya adalah memanggil kita kepada terang didalam
kebesaran Tuhan kita.
Ketika kita ( Community Bible Chapel) berkumpul untuk beribadah setiap Minggu, kita merayakan Meja Tuhan. Kita melakukannya karena kita percaya bahwa ini adalah instruksi Tuhan kita ( Lukas 22:14-20; khususnya ayat 19). Ini juga merupakan praktek gereja mula-mula [ Lihat Kisah Para Rasul 2:42; 20:7; 1 Korintus 11:17-32]. Tujuan utama berkumpul di gereja adalah untuk menyembah Tuhan dan mendidik orang-orang percaya [Kisah Para Rasul 2:42; 1 Kor 14], bukan untuk menginjili yang terhilang. Ini adalah hal yang luar biasa ketika hal ini terjadi [Lihat 1 Kor 14:23-25], tetapi Injil harus diproklamasikan kepada orang-orang percaya setiap minggu ketika mereka berkumpul karena ini adalah dasar bagi stabilitas kita dan keamanan kita. Inilah yang memampukan kita untuk bertahan dalam penganiayaan sebab Injil memberikan semangat pada kita terkait kedaulatan Tuhan dan kepastian bahwa janji-janji-Nya akan dipenuhi.
Selagi kita mempelajari teks ini, marilah kita tidak kehilangan pandangan pada fakta bahwa tentang hal ini dituliskan kepada orang-orang kudus yang mengalami penganiayaan. Mari kita camkan dalam benak kita bahwa penganiayaan adalah sebuah norma dan bahwa kehidupan kita relatif damai dan tenang sebagaimana halnya orang-orang Kristen di Amerika ( dan juga orang-orang Kristen di banyak kota di Indonesia-red) merupakan pengecualian [lihat Yohanes 15:18-25; Kisah Para Rasul 14:21-22; 2 Timotius 3:12-13]. Mari kita tidak menyimpulkan pesan ini tanpa berhenti sejenak untuk mengingat orang-orang kudus yang mengalami penganiayaan di seluruh dunia. Tanggal 14 November adalah hari yang dikhususkan untuk berdoa bagi orang-orang kudus di seluruh dunia, tetapi kini marilah kita mulai berdoa bagi saudara-saudari kita yang sedang mengalami hal-hal ini sebagaimana telah dialami jemaat Tesalonika(dan Paulus) yang telah mengalami dimasa lampau. Dan marilah kita mempersiapkan diri kita pada hari ketika pengalaman mereka berangkali menjadi pengalaman kita. Kebenaran-kebenaran ini dapat bermakna lebih banyak bagi kita kelak di suatu saat dari pada saat kita membacanya sekarang.
Ketika kita ( Community Bible Chapel) berkumpul untuk beribadah setiap Minggu, kita merayakan Meja Tuhan. Kita melakukannya karena kita percaya bahwa ini adalah instruksi Tuhan kita ( Lukas 22:14-20; khususnya ayat 19). Ini juga merupakan praktek gereja mula-mula [ Lihat Kisah Para Rasul 2:42; 20:7; 1 Korintus 11:17-32]. Tujuan utama berkumpul di gereja adalah untuk menyembah Tuhan dan mendidik orang-orang percaya [Kisah Para Rasul 2:42; 1 Kor 14], bukan untuk menginjili yang terhilang. Ini adalah hal yang luar biasa ketika hal ini terjadi [Lihat 1 Kor 14:23-25], tetapi Injil harus diproklamasikan kepada orang-orang percaya setiap minggu ketika mereka berkumpul karena ini adalah dasar bagi stabilitas kita dan keamanan kita. Inilah yang memampukan kita untuk bertahan dalam penganiayaan sebab Injil memberikan semangat pada kita terkait kedaulatan Tuhan dan kepastian bahwa janji-janji-Nya akan dipenuhi.
Selagi kita mempelajari teks ini, marilah kita tidak kehilangan pandangan pada fakta bahwa tentang hal ini dituliskan kepada orang-orang kudus yang mengalami penganiayaan. Mari kita camkan dalam benak kita bahwa penganiayaan adalah sebuah norma dan bahwa kehidupan kita relatif damai dan tenang sebagaimana halnya orang-orang Kristen di Amerika ( dan juga orang-orang Kristen di banyak kota di Indonesia-red) merupakan pengecualian [lihat Yohanes 15:18-25; Kisah Para Rasul 14:21-22; 2 Timotius 3:12-13]. Mari kita tidak menyimpulkan pesan ini tanpa berhenti sejenak untuk mengingat orang-orang kudus yang mengalami penganiayaan di seluruh dunia. Tanggal 14 November adalah hari yang dikhususkan untuk berdoa bagi orang-orang kudus di seluruh dunia, tetapi kini marilah kita mulai berdoa bagi saudara-saudari kita yang sedang mengalami hal-hal ini sebagaimana telah dialami jemaat Tesalonika(dan Paulus) yang telah mengalami dimasa lampau. Dan marilah kita mempersiapkan diri kita pada hari ketika pengalaman mereka berangkali menjadi pengalaman kita. Kebenaran-kebenaran ini dapat bermakna lebih banyak bagi kita kelak di suatu saat dari pada saat kita membacanya sekarang.
Dan mari
kita arahkan selalu mata kita kepada Yesus dan pada pengharapan yang terbentang
dihadapan kita, dengan penuh percaya
bahwa Dia yang telah memulai sebuah pekerjaan baik didalam kita akan
menyelesaikannya, dan akan memelihara
pengharapan masa depan kita untuk kita,
dan kita untuk pengharapan itu, bagi kemuliaan-Nya dan kebaikan kita.
SELESAI
SELESAI
The Perseverance of the Saints and the Purity of the Gospel (2 Thessalonians 2:13-3:5)| diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment