Bacalah terlebih dahulu bagian 1 di sini
Oleh : J. Hampton Keathley, III, Th.M
Perintah Elisa ( 2 Raja-Raja 4:42b)
"Berikanlah kepada orang-orang itu, supaya mereka makan.” Elisa, seorang yang sepenuhnya dikuasai Tuhan Allah dan didorong dan dtuntun oleh prinsip Firman-Nya telah melihat peristiwa ini sebagai sebuah kesempatan yang luar biasa. Ini salah satu situasi yang mendemonstrasikan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Roma 8:28 dan 32. Sehingga peristiwa ini merupakan sebuah kesempatan untuk mengajar dan mendemonstrasikan dua kebenaran penting.
Oleh : J. Hampton Keathley, III, Th.M
Perintah Elisa ( 2 Raja-Raja 4:42b)
"Berikanlah kepada orang-orang itu, supaya mereka makan.” Elisa, seorang yang sepenuhnya dikuasai Tuhan Allah dan didorong dan dtuntun oleh prinsip Firman-Nya telah melihat peristiwa ini sebagai sebuah kesempatan yang luar biasa. Ini salah satu situasi yang mendemonstrasikan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Roma 8:28 dan 32. Sehingga peristiwa ini merupakan sebuah kesempatan untuk mengajar dan mendemonstrasikan dua kebenaran penting.
Pertama, peristiwa ini mengajarkan mereka:
siapa dan apakah Tuhan bagi mereka sebagai pengajar-pengajar Firman Tuhan. Dialah yang
dapat memultiplikasikan apa yang menjadi kebutuhan-kebutuhan mereka, apapun juga yang menjadi
kebutuhan mereka selagi mereka melakukan
pelayanan kepada sebuah bangsa yang mengalami paceklik secara rohani. Tetapi peristiwa ini juga
mengajarkan mereka sesuatu mengenai tanggungjawab mereka agar mereka pergi keluar untuk menyebarkan
Firman dan melayani orang. Mereka harus mengambil apapun yang telah Tuhan
sediakan dan menggunakannya, percaya kepada Tuhan untuk melipatgandakannya
sebanyak yang pantas menurut Tuhan.
Nas firman
ini tidak hanya mengilustrasikan kesetiaan Tuhan dan kemampuan-Nya untuk
menyediakan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah kita seperti makanan dan pakaian,
tetapi terkait dengan Yesus memberikan makan kepada 5.000 orang, peristiwa ini
dimaksudkan menjadi sebuah analogi kuasa Tuhan dan penyediaan Tuhan bagi mereka sebagai para pengkhotbah Firman-Nya dan
tanggungjawab mereka. Peristiwa ini merupakan sebuah ilustrasi tanggung jawab
mereka secara vertikal kepada Tuhan. Mereka harus berjalan dalam kebergantungan
pada Dia ketimbang pada kemampuan-kemampuan mereka sendiri.
Peristiwa
ini juga telah mengilustrasikan tanggung jawab mereka kepada manusia dalam memecahkan dan membagikan roti kehidupan
kepada orang-orang lain dan dalam menaburkan benih firman. Pernyataan dalam
Markus 6:34 “seperti domba yang tidak mempunyai gembala” membangun sebuah
panggung dan suasana pada pemberian makan 5.000 orang dan merupakan
hal yang Yesus sedang ajarkan pada murid-murid dan kita. Dalam cara yang sama,
Elisa pasti mengatakan hal yang sama. Dia berkata, “Aku ingin kamu mengambil
roti-roti ini, sebuah gambaran Firman yang harus diberikan kepada orang-orang
lain.”
Tetapi ini adalah sebuah tanggung jawab yang sangat besar yang mana tak ada manusia yang diperlengkapi untuk ini tak peduli seberapa berbakatnya atau briliannya atau kemampuanya. Sehingga peristiwa ini dirancang untuk mengajarkan kita sebuah kebenaran yang sangat penting, sebuah kebenaran yang dibawa oleh orang-orang dalam jumlah besar. Seratus orang telah hadir, tetapi mereka hanya memiliki sedikit sekali roti. Terlampau jauh untuk dapat secara memadai member makan seluruh orang banyak.
Tetapi ini adalah sebuah tanggung jawab yang sangat besar yang mana tak ada manusia yang diperlengkapi untuk ini tak peduli seberapa berbakatnya atau briliannya atau kemampuanya. Sehingga peristiwa ini dirancang untuk mengajarkan kita sebuah kebenaran yang sangat penting, sebuah kebenaran yang dibawa oleh orang-orang dalam jumlah besar. Seratus orang telah hadir, tetapi mereka hanya memiliki sedikit sekali roti. Terlampau jauh untuk dapat secara memadai member makan seluruh orang banyak.
Mengapa kita
kerap kali tidak memenuhi tanggung jawab-tanggung jawab kita dan pelayanan-pelayanan
kita? Karena terkurung perspektif atau visi kita, yang bagaikan palang-palang atau sebuah sel, menahan kita
untuk melihat bagaimana kuasa Tuhan dapat
memultiplikasi hal yang sangat sedikit dari yang kita punyai. Kerap hal
ini menghasilkan kesulitan. Dalam kelemahan-kelemahan kita, kekuatan Tuhan yang
melimpah dilipatgandakan.
Dua tahun
lalu, saya mengajar sepenuh waktu di Moody Northwest, Spokane, sebuah program
ekstensi Moody Bibke Institute, Chicago. Saya menderita masalah tenggorokan
yang akut dan memaksa saya untuk hanya
mengajar satu kelas per minggu. Pertama kali saya berpikir Tuhan sedang membungkam saya, tetapi
sebaliknya secara luar biasa Tuhan telah membukakan sebuah pelayanan yang baru
dan lebih luas—yaitu menulis untuk Biblical Studies Foundation sepenuh waktu.
Keterpenjaraan Pelayan (ayat 43a)
“Bagaimanakah aku dapat menghidangkan ini di depan seratus orang?” Mereka bingung dan terpenjara, dibatasi oleh ketakpercayaannya, tetapi ketakpercayaannya disebabkan karena mengukur kemampuannya sendiri untuk memberi makan kepada begitu banyak orang ketimbang dengan siapakah Tuhan itu dan apakah yang selalu Tuhan sediakan. Mengukur kemampuan kita atau kapabilitas kita atau sukses dalam aspek manapun pelayanan kita (atau apapun juga yang Tuhan panggil untuk kita lakukan) dengan betapa kecilnya kita pasti secara otomatis memenjarakan kita,mengakibatkan kebingungan dan kalah. Kita harus belajar mengambil apapun yang Tuhan telah berikan kepada kita dan kemudian percaya kepada kehendak dan kuasa Tuhan, gunakan itu untuk mengenali bahwa Tuhan mampu melipatgandakannya secara sangat berlimpah melampaui semua yang dapat kita minta atau pikirkan jika Dia berkehendak demikian.
Sehingga
isunya disini bukan jumlah roti yang
sedikit, tetapi kemampuan untuk melampaui roti-roti itu mengarah pada Yang Maha Kuasa. Ini adalah
isu tentang perspektif yang salah,
sebuah perspektif : mengukur kemampuan kita, siapa dan apakah kita dan bukannya siapa dan apakah Tuhan bagi kita.
Pelajaran utama dari nas ini adalah : bahwa Tuhan
menginginkan kita belajar untuk mengukur hidup dengan ketakberhinggaan
Tuhan yang mana tanpa ukuran.
Keyakinan Diri Nabi ( ayat 43b)
Disini Elisa mengulangi instruksi sebelumnya , ”Berikanlah kepada orang-orang itu, supaya mereka maka , sebab beginilah firman TUHAN: Orang akan makan, bahkan akan ada sisanya." Sebagaimana dinyatakan ,”sebab beginilah firman Tuhan” mengindikasikan, Elisa telah diberikan pewahyuan langsung dari Tuhan bahwa Dia akan melipatgandakan roti-roti itu. Ini adalah sebuah janji kepada Elisa, hanya saja, hal itu terlihat setelah Elisa menjalankan iman kepada Tuhan, percaya kepada Dia untuk melakukan mujizat ini.
Disini Elisa mengulangi instruksi sebelumnya , ”Berikanlah kepada orang-orang itu, supaya mereka maka , sebab beginilah firman TUHAN: Orang akan makan, bahkan akan ada sisanya." Sebagaimana dinyatakan ,”sebab beginilah firman Tuhan” mengindikasikan, Elisa telah diberikan pewahyuan langsung dari Tuhan bahwa Dia akan melipatgandakan roti-roti itu. Ini adalah sebuah janji kepada Elisa, hanya saja, hal itu terlihat setelah Elisa menjalankan iman kepada Tuhan, percaya kepada Dia untuk melakukan mujizat ini.
Elisa ingin
mendemonstrasikan apakah yang dapat dilakukan Tuhan kepada nabi-nabi ini dalam
pelayanan-pelayanan mereka sehingga mereka dapat belajar mengukur kehidupan
mereka, pekerjaan mereka, dan tantangan mereka, bukan dengan ukuran
masalah-masalah atau kekuatan-kekuatan mereka,
tetapi oleh kebesaran Tuhan mereka.
Bagi kita
hari ini, kata-kata “sebab beginilah firman Tuhan,” hadir sebagai sebuah
ilustrasi dan sebuah gambar akan kebutuhan kita untuk mengenali dan memahami
pokok-pokok dan janji-janji dari Firman dan mengandalkannya untuk pemeliharaan
Tuhan. Elisa telah mengajar nabi-nabi ini (dan kita) apa yang Tuhan akan selalu
lakukan bagi kita jika kita mau
mengadopsi apa yang menjadi karakter iman dalam Firman dan janji-janji Tuhan
bahwa Elisa harus mengarah pada Firman
dari Tuhan.
Konsekuensi Kepatuhan (ayat 44)
“Lalu dihidangkannyalah di depan mereka.” Pertama mari kita perhatikan bahwa pelayan itu patuh kepada Tuhan dan perintah dan percaya pada janji Tuhan. Ini hal mendasar. Sampai umat Tuhan belajar keharusan moral untuk mempercayai dan mematuhi firman Tuhan, masih akan ada sebuah kelaparan atau paceklik rohani, kebingungan, dan keterpenjaraan dalam kehidupan kita dan pelayanan-pelayanan kita.
“Lalu dihidangkannyalah di depan mereka.” Pertama mari kita perhatikan bahwa pelayan itu patuh kepada Tuhan dan perintah dan percaya pada janji Tuhan. Ini hal mendasar. Sampai umat Tuhan belajar keharusan moral untuk mempercayai dan mematuhi firman Tuhan, masih akan ada sebuah kelaparan atau paceklik rohani, kebingungan, dan keterpenjaraan dalam kehidupan kita dan pelayanan-pelayanan kita.
Kedua, “makanlah mereka dan ada sisanya.” Penyediaan Tuhan
selalu lebih dari cukup bagi kebutuhan-kebutuhan kita yang sesungguhnya, bukan kerakusan kita,
tetapi untuk kebutuhan-kebutuhan kita yang sebenarnya dalam kehidupan kita.
Terakhir, perhatikan kata-kata “sesuai dengan firman TUHAN.” Poinnya adalah, hal ini telah terjadi sebagaimana yang telah Tuhan janjikan. Firman Tuhan dapat diandalkan dan benar. Tuhan itu setia kepada Firman-Nya. Kita dapat mengandalkan Tuhan.
Terakhir, perhatikan kata-kata “sesuai dengan firman TUHAN.” Poinnya adalah, hal ini telah terjadi sebagaimana yang telah Tuhan janjikan. Firman Tuhan dapat diandalkan dan benar. Tuhan itu setia kepada Firman-Nya. Kita dapat mengandalkan Tuhan.
Problem-problem
yang kerap kita hadapi atau gagal untuk dapat dipecahkan sebagaimana seharusnya kerap
disebabkan oleh keterpenjaraan akan
cara pandang-cara pandang kita, dan ketidakpercayaan kita kepada Firman.
Oh, sehingga kita dapat belajar untuk mengukur hidup kita dan berurusan dengan
kebutuhan-kebutuhannya bukan dengan siapakah kita, tetapi dengan siapa dan apa
yang Tuhan saat ini dan telah janjikan.
Selesai
The Miracle of the Bread (2 Kings 4:42-44)-Studies in the Life of Elisha |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
The Miracle of the Bread (2 Kings 4:42-44)-Studies in the Life of Elisha |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment