Bacalah terlebih dahulu bagian1 di sini dan bagian 2 di sini
Oleh : Bob Deffinbaugh, Th.M
2 Tesalonika 2:15
Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.
Kita pertama-tama harus mengamati bahwa Paulus berbicara mengenai kebenaran yang harus mereka pegang teguh sebagai “ tradisi-tradisi yang kami ajarkan kepadamu.” Setidaknya ada dua jenis tradisi dalam Perjanjian Baru. Jenis pertama adalah tradisi buruk—tradisi-tradisi ini berasal dari manusia yang bertentangan dengan Firman Tuhan :
Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Mengapa kamupun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu? (Matius 15:3)
Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus. (Kolose 2:8)
Paulus oleh
karena itu menasehati jemaat Tesalonika untuk berpegang kokoh kepada pengajaran
–(apostolik)-nya, bukan sebaliknya memegang pengajaran palsu dari mereka
yang mengklaim berbicara mewakili Paulus. Bagaimana jemaat Tesalonika
dapat menguji antara instruksi asli dari
Paulus dan pengajaran palsu dari mereka, yang akan membawa mereka pada
kesesatan? Paulus mengatakan kepada kita disini. Mereka harus berpegang teguh
pada “tradisi-tradisi” yang mereka dengar dari mulut Paulus, bukan pengajaran-pengajaran
dari mulut mereka yang diaku-akui berasal dari
“perwakilan” Paulus.
Juga ada sebuah cara yang pasti untuk membedakan manakah sebuah tulisan yang diakui sebagai berasal dari Paulus yang memang sungguh-sungguh ditulis oleh Paulus. Paulus mengotentikan semua epistelnya dengan menandai semua suratnya (pada bagian paling akhir) dengan tanda tangannya sendiri, dengan tulisan tangannya sendiri. Perhatikan apa yang Paulus tuliskan pada akhir epistel ini :
Salam dari padaku, Paulus. Salam ini kutulis dengan tanganku sendiri. Inilah tanda dalam setiap surat: beginilah tulisanku. ( 2 Tesalonika 3:17)
Paulus menandai setiap korespondensi dengan tangannya sendiri. Apa yang harus mereka lakukan hanyalah memeriksa tulisan tangan pada semua surat dan memperhatikan apakah tanda darinya tercantum.
Dan demikianlah apabila mereka telah mendengarkannya secara langsung dari Paulus atau telah melihatnya dituliskan dengan tulisan tangan Paulus sendiri,mereka mengetahui bahwa mereka sudah menerima sebuah tradisi apostolik yang sejati. Kebenaran semacam ini telah memberikan mereka stabilitas, bukan hal yang mengguncangkan iman mereka :
(11) Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,(12) untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,(13) sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,(14) sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan (Efesus 4:11-14).
"Lebih dari" Percaya Untuk Membangun Hubungan Intim dengan Tuhan
2 Tesalonika 2:16-17
(16) Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita,(17) kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik ( 2 Tesalonika 2:16-17)
Ketika saya mengatakan Lebih dari di atas, saya tidak sedang bermaksud bahwa percaya kepada injil adalah sesuatu yang agak ditinggalkan sebagai yang tidak lagi relevan. Doktrin Alkitab adalah untuk kehidupan Kristen yang merupakan sebuah lisensi pernikahan dan seremoni pernikahan adalah untuk menikah—ini adalah permulaan dari sebuah hubungan yang baru dan luar biasa. Disini, saya sedang mencoba mengarahkan perhatian pada hubungan dengan Tuhan yang mulai terjadi ketika kebenaran injil dipercaya, menghasilkan keselamatan. Injil adalah kebenaran, tepat sebagaimana Tuhan kita adalah kebenaran [Yohanes 14:6]. Kebenaran injil berperan sebagai fondasi yang diatasnya sebuah relasi yang luar biasa dibangun.
Juga ada sebuah cara yang pasti untuk membedakan manakah sebuah tulisan yang diakui sebagai berasal dari Paulus yang memang sungguh-sungguh ditulis oleh Paulus. Paulus mengotentikan semua epistelnya dengan menandai semua suratnya (pada bagian paling akhir) dengan tanda tangannya sendiri, dengan tulisan tangannya sendiri. Perhatikan apa yang Paulus tuliskan pada akhir epistel ini :
Salam dari padaku, Paulus. Salam ini kutulis dengan tanganku sendiri. Inilah tanda dalam setiap surat: beginilah tulisanku. ( 2 Tesalonika 3:17)
Paulus menandai setiap korespondensi dengan tangannya sendiri. Apa yang harus mereka lakukan hanyalah memeriksa tulisan tangan pada semua surat dan memperhatikan apakah tanda darinya tercantum.
Dan demikianlah apabila mereka telah mendengarkannya secara langsung dari Paulus atau telah melihatnya dituliskan dengan tulisan tangan Paulus sendiri,mereka mengetahui bahwa mereka sudah menerima sebuah tradisi apostolik yang sejati. Kebenaran semacam ini telah memberikan mereka stabilitas, bukan hal yang mengguncangkan iman mereka :
(11) Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,(12) untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,(13) sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,(14) sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan (Efesus 4:11-14).
"Lebih dari" Percaya Untuk Membangun Hubungan Intim dengan Tuhan
2 Tesalonika 2:16-17
(16) Dan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita,(17) kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik ( 2 Tesalonika 2:16-17)
Ketika saya mengatakan Lebih dari di atas, saya tidak sedang bermaksud bahwa percaya kepada injil adalah sesuatu yang agak ditinggalkan sebagai yang tidak lagi relevan. Doktrin Alkitab adalah untuk kehidupan Kristen yang merupakan sebuah lisensi pernikahan dan seremoni pernikahan adalah untuk menikah—ini adalah permulaan dari sebuah hubungan yang baru dan luar biasa. Disini, saya sedang mencoba mengarahkan perhatian pada hubungan dengan Tuhan yang mulai terjadi ketika kebenaran injil dipercaya, menghasilkan keselamatan. Injil adalah kebenaran, tepat sebagaimana Tuhan kita adalah kebenaran [Yohanes 14:6]. Kebenaran injil berperan sebagai fondasi yang diatasnya sebuah relasi yang luar biasa dibangun.
Saat penyembahan/ibadah kita di pagi hari, Tom Wright meminta kita untuk memberikan perhatian pada fakta bahwa
ketika Tuhan menyelamatkan kita, Dia menarik kita kedalam hubungan yang
sempurna, hubungan yang telah ada secara kekal didalam Tritunggal, Bapa, Anak
dan Roh Kudus. Ketika kita diselamatkan oleh iman kepada Yesus, kita masuk
kedalam persatuan dan persekutuan
sempurna itu. Dan ketika ujian-ujian dan cobaan-cobaan kehidupan datang menghadang
hidup kita, tidak hanya
kebenaran-kebenaran dari Injil yang menopang kita (yang memang dilakukan oleh
kebenaran itu); namun juga hubungan yang kita miliki dalam Tritunggal Kudus.
Dan demikianlah dalam ayat 16 dan 17, Paulus berdoa agar Allah Bapa dan Allah Anak secara pribadi akan
memberikan penghiburan, semangat, dan memberikan pengharapan kepada orang-orang
kudus. Sementara doktrin atau pengajaran yang sehat memberikan kita stabilitas
pikiran[Dalam 2 Tesalonika 2:2, Paulus menginstruksikan orang-orang kudus
untuk tidak diguncangkan dalam pikiran (harfiah). Disini dalam ayat-ayat 16-17, dia sedang berbicara menjadi dihiburkan dan dikuatkan didalam hati.],
sebuah relasi yang intim dengan Tuhan memberi kekuatan dalam hati kita.
Perhatikan
bagaimana hal ini bekerja dalam Mazmur
73. Asaf (pemimpin paduan suara dan penulis mazamur ini) sangat tertekan karena Tuhan kelihatannya tidak
memenuhi janji-Nya untuk memberkati orang-orang saleh. Sebaliknya, orang yang
jahat terlihat menikmati berkat-berkat
kehidupan yang baik sementara itu orang-orang yang mengenal Tuhan menderita (di
tangan orang jahat?). Ini menyebabkan Asaf
berpikir untuk menyerah saja (Maz
73:1-14). Pemazmur ini kemudian datang ke kediaman Tuhan dan melihat hal-hal ini dari perspektif
kekekalan. Dia menyadari bahwa kemakmuran orang jahat berumur pendek. Mereka tidak memiliki
hubungan dengan Tuhan saat ini, dan mereka menghadapi penghukuman kekal (ayat
16-20). Asaf juga melihat situasi dirinya sangat berbeda. Dia menyadari betapa
bodohnya dia harus memiliki perasaan
seperti itu sebelumnya karena Tuhan adalah dekat dengan dia dalam
pecobaan-pencobaan di dunia ini, dan dia juga dijamin ada bersama dengan
Tuhan dalam kekekalan setelah
kematiannya ( ayat 21-24). Hal itu membawanya pada kesimpulan ini :
(25) Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. (26) Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.
(27) Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada-Mu akan binasa; Kaubinasakan semua orang, yang berzinah dengan meninggalkan Engkau.
(28) Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya.
Tuhan telah melayani Asaf dalam dua level. Pada level pertama, Asaf telah melihat bahwa dalam masa pemberontakannya dia telah menjadi seperti hewan ,dungu , dan tidak peka (ayat 21-22). Dengan kata lain, dia tidak berpikir secara benar. Melihat hal- hal dari sudut pandang kekekalan Tuhan telah meluruskan pikirannya. Tetapi Tuhan telah melayani Asaf pada level lainnya, level yang lebih intim. Dalam masa jiwanya yang berada didalam penderitaan dan keraguan, Tuhan melayaninya secara personal, secara intim. Asaf kemudian menyadari bahwa intimasi dengan Tuhan adalah hal baik tertinggi yang dimilikinya (“Aku suka dekat dengan Allah”ayat 28). Dan demikian juga, sebagaimana kita melihat Paulus menekankan doktrin yang murni ( terutama yang berkaitan dengan injil dalam hal ini) dan intimasi dengan Tuhan, kita melihat hal yang sama terjadi pada Asaf [Saya percaya bahwa kita dapat melihat hal ini di tempat lain dalam Alkitab.Sebagai contoh, perhatikan bagaimana Tuhan telah melayani Musa ( Kel 32-34), demikian juga dengan Elia (1 Raja-Raja 19). Firman Tuhan kerap menjadi sarana diamana Tuhan melayani roh kita (lihat Maz 119; Ibr 4:12-13).]
Selanjutnya : Doa, Kemurnian, DanPenginjilan
(25) Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. (26) Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.
(27) Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada-Mu akan binasa; Kaubinasakan semua orang, yang berzinah dengan meninggalkan Engkau.
(28) Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya.
Tuhan telah melayani Asaf dalam dua level. Pada level pertama, Asaf telah melihat bahwa dalam masa pemberontakannya dia telah menjadi seperti hewan ,dungu , dan tidak peka (ayat 21-22). Dengan kata lain, dia tidak berpikir secara benar. Melihat hal- hal dari sudut pandang kekekalan Tuhan telah meluruskan pikirannya. Tetapi Tuhan telah melayani Asaf pada level lainnya, level yang lebih intim. Dalam masa jiwanya yang berada didalam penderitaan dan keraguan, Tuhan melayaninya secara personal, secara intim. Asaf kemudian menyadari bahwa intimasi dengan Tuhan adalah hal baik tertinggi yang dimilikinya (“Aku suka dekat dengan Allah”ayat 28). Dan demikian juga, sebagaimana kita melihat Paulus menekankan doktrin yang murni ( terutama yang berkaitan dengan injil dalam hal ini) dan intimasi dengan Tuhan, kita melihat hal yang sama terjadi pada Asaf [Saya percaya bahwa kita dapat melihat hal ini di tempat lain dalam Alkitab.Sebagai contoh, perhatikan bagaimana Tuhan telah melayani Musa ( Kel 32-34), demikian juga dengan Elia (1 Raja-Raja 19). Firman Tuhan kerap menjadi sarana diamana Tuhan melayani roh kita (lihat Maz 119; Ibr 4:12-13).]
Selanjutnya : Doa, Kemurnian, DanPenginjilan
The Perseverance of the Saints and the Purity of the Gospel (2 Thessalonians 2:13-3:5)| diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment