F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Refleksi. Show all posts
Showing posts with label Refleksi. Show all posts

0 Ditinggikan Dari Bumi (2- Selesai):

Oleh: Martin Simamora

Ia Raja Israel? Turunlah Dari Salib Itu, Baru Kami Percaya, Lagian Mengapa “Eli Eli Lama Sabachtani?”

[Refleksi]

Sebelumnya: Bagian 1
Sementara ditinggikan dari bumi, menurut Sang Mesias dari sorga adalah pekerjaan Allah yang harus dilakukannya sebagaimana Musa meninggikan ular di padang gurun sebagai satu-satunya cara Allah agar maut yang datang dari murka Allah terhadap dosa, dapat ditanggulangi, namun  peninggian demikian justru menjadi pangkalan penolakan yang tak tersolusikan dan tak mungkin dikompromikan. Tak ada satupun modifikasi agar peristiwa kelam pada Yesus itu dapat memiliki bagian-bagian yang menenangkan gelombang badai penolakan yang begitu keras itu, sebagaimana serangkaian episode ini menyingkapkannya:

Matius 27:39-42 (39) Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala,(40) mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!"(41) Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: (42) Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya.


Bagi siapapun manusia baik dahulu kala, apalagi sekarang, penyaliban bukan sebuah kejadian yang membawa kemuliaan dan kemegahan (tetapi membawa penistaan dan penghujatan), itu sungguh sukar untuk diterima bahwa akan seperti inilah peninggian yang dikehendaki olehnya? Perhatikan, ini benar-benar kontradiksi-maksudnya siapakah yang mau percaya melihat Yesus sebagai sungguh Sang Mesias dari Allah dan sungguh Anak Allah, sementara ia bertakhta di atas kontradiksi yang begitu mustahil untuk dipahami- harus dihina, disiksa, dan dibunuh? Sebab memang orang-orang Yahudi menerima pengajaran yang menyatakan Mesias tidaklah seperti ini: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?- Yohanes 12:34." 

0 Ditinggikan Dari Bumi (1):

Oleh: Martin Simamora

“Dengan Siapakah Engkau Samakan Dirimu?”
[Refleksi]


Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang percaya kepada-Nya beroleh hidup kekal (Yohanes 3:14-15), pada kesempatan berikutnya, Sang Mesias kembali  menyatakan apa yang harus terjadi pada dirinya: ”dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku” (Yohanes 12:32). Injil Yohanes menjelaskan apakah maksud Yesus dengan pernyataannya itu sebagai bagaimanakah ia akan mati: “Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati (Yohanes 12:32).” Bagaimana caranya  Anak Manusia harus mati dan  kematiannya memiliki sebuah tujuan agar setiap yang percaya kepada-Nya beroleh hidup kekal. Orang-orang Yahudi memahami sekali peristiwa peninggian ular memang menghasilkan penyelamatan bagi siapa yang memandang kepada ular tersebut: “Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup”- Bilangan 21:8-9. Musa melaksanakan firman Allah-instruksi Allah tepat seperti yang dikehendaki-Nya dan barangsiapa yang terpagut [akibat pemberontakan terhadap Allah dan Musa, Allah memerintahkan ular-ular tedung ke antara bangsa tersebut untuk memagut mereka hingga banyak yang mati : Bilangan 21:4-6], dan memandang kepada ular itu tidak akan mati- diluputkan dari murka Allah akibat dosa. Memandang ular yang diletakan pada sebuah tiang akan menghasilkan hidup yang menaklukan maut dan memperdamaikannya dengan Allah. Demikianlah Yesus menyatakan bahwa dirinya sendiri akan ditinggikan dari bumi supaya setiap orang yang percaya tidak akan mengalami kematian sebagai keakhiran kekalnya akibat dosa, namun hidup kekal yang datang dari percaya kepadanya.

0 Kambing Kurban Penghapus Dosa

Oleh: Charles L.Feinberg,Th.D.,Ph.D

Dallas Theological Seminary- Department Of Semitics and Old Testament                

Kambing Kurban Penghapus Dosa Di Imamat 16

Memang telah diakui dalam segala aspek bahwa Imamat 16 merupakan salah satu puncak gunung di Kitab Suci. Dengan kejernihan yang cemerlang dan kekuatan seremoni-seromoni dan ketetapan-ketetapan Hari Penebusan yang digambarkan oleh Musa. Delitzsch telah menyebutkannya secara baik bahwa Hari Penebusan dalam Imamat ini merupakan Jumat Agungnya Perjanjian Lama. Tak ada lagi kebenaran-kebenaran yang menonjol  yang mungkin untuk menggugah pikiran orang percaya/pengikut Kristus daripada yang telah disajikan  dalam bab Imamat ini (C.H.Mackintosh, Notes on Leviticus, hal.277-302). Mackintosh menyatakan: Catatan-catatan yang dipaparkan Imamat bab 16 dilingkupi bagian-bagian inspirasi yang paling berharga dan penting…”(ibid., hal.277). Hari Penebusan merupakan yang paling penting di dalam sistem Mosaik, karena pada hari itu penghapusan dosa telah diberikan dalam ekspresinya yang tertinggi. Situasinya dalam cara terbaik telah dapat dijelaskan. Dalam bangsa Israel ada banyak dosa telah dilakukan baik dilakukan dengan sengaja atau penuh kemauan dan dilakukan secara tak sengaja. Untuk yang pertama tidak kurban yang mungkin tersedia untuk dilakukan (Maz 51:16); untuk pelanggaran dan dosa jenis kedua persembahan-persembahan kurban telah dispesifikasikan menurut natur pelanggaran, ketika orang berdosa telah menyadari dosanya. Akan tetapi, manakala orang berdosa tetap tidak menyadari kesalahannya, tidak ada persembahan kurban yang dibawa dan dosa-dosa tersebut tetap ada dalam makna tidak dapat diperhitungkan dalam persembahan kurban tersebut. Jika kondisi ini terus menerus tidak dapat dipulihkan, sistem kurban akan mengalami kegagalan akan tujuan ultimatnya. Untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak dan senantiasa ada dalam Israel Tuhan telah melembagakan Hari Penebusan dengan ritualnya yang impresif (bandingkan dengan Keil dan Delitzsch, The Pentateuch in Biblical Commentary on The Old Testament,II, 394-395). Kellog telah menyatakan dengan kejernihan:“Dalam Hari Penebusan, hukum persembahan-persembahan hewan kurban melanjutkan pencapaian tujuan ekspresi tertingginya; kekudusan dan anugerah seperti yang ada pada Allah Israel, pewahyuan terpenuh dari persembahan-persembahan kurban tersebut. Karena agungnya Hari Penebusan seperti ini, kita menatap peninggian melampaui nilainya dalam diri setiap orang. Jika setiap kurban  telah menunjuk kepada Kristus, inilah hal yang paling dipancarkan dari semua kurban tersebut. Apa yang diungkapkan Yesaya 53 itu terhadap nubuat-nubuat Mesianik, bahwa, kita secara benar berkata, Imamat 16 merupakan keseluruhan sistem tipe-tipe Mosaik—bunga penggenapan yang paling komplit pada simbolisme Mesianik. Seluruh kurban-kurban persembahan telah menunjuk pada Kristus, Sang Imam Besar agung dan Kurban masa mendatang; tetapi kurban satu ini…dengan sebuah keistimewaan yang tidak dijumpai pada jenis-jenis kurban yang manapun”(S.H.Kellogg, The Book of Leviticus, hal.272).

0 Menurut Hukum Itu Ia Memang Harus Mati:

Oleh: Martin Simamora

Sebab Ia Menganggap Diri-Nya Sebagai Anak Allah & Kematiannya Mendatangkan Keselamatan Bagi Banyak Orang Dari Berbagai Bangsa
[Refleksi]


Hukum apakah yang sedang dimaksudkan oleh orang-orang Yahudi itu? Kitab Musa tepatnya Kitab Imamat menjadi dasar legal dan sakral bagi orang-orang Yahudi untuk memutuskan kematian atas  Mesias [ dengan demikian gadungan] itu:

Imamat 24:16 Siapa yang menghujat nama TUHAN, pastilah ia dihukum mati dan dilontari dengan batu oleh seluruh jemaah itu. Baik orang asing maupun orang Israel asli, bila ia menghujat nama TUHAN, haruslah dihukum mati.

[Versi NIV: anyone who blasphemes the name of the LORD is to be put to death. The entire assembly must stone them. Whether foreigner or native-born, when they blaspheme the Name they are to be put to death

JPS Tanakh 1917 – And he that blasphemeth the name of the LORD, he shall surely be put to death; all the congregation shall certainly stone him; as well the stranger, as the home-born, when he blasphemeth the Name, shall be put to death]

Ia harus mati dan tak boleh lolos  dari kematian hanya karena pemeriksaan berdasarkan hukum atau konstitusi penguasa Romawi: “Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu, dan sambil maju ke depan mereka berkata: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Lalu mereka menampar muka-Nya. Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya." Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia itu!" Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya. Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah-Yohanes 19:1-7." Sebuah ketegangan hukum yang akan menentukan mati atau hidupnya seorang manusia telah berubah menjadi sebuah laga yang tak seimbang, hukum Allah dan hukum manusia ketika berada di tangan para manusia dalam pelukan maut, bahkan menggentarkan orang yang  memiliki kuasa atas negeri yang penduduknya sedang dijajah: “Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia” - Yohanes 19:8.

Perseteruan sengit  antara Sang Mesias dengan pihak Yahudi (saudara sebangsanya sendiri) memang menjadi benang merah menyala-nyala yang membakar kebencian dalam jiwa mereka. Ini bukan perseteruan sengit sebagaimana lazimnya yang dapat dibayangkan manusia, sebab secara keseluruhan lahir atau bersumber dari penghakiman Sang Mesias atas mereka, sebagaimana diperlihatkan pada sebuah episode yang membuat Israel kehilangan hak istimewanya dalam sebuah penghakiman yang sangat mereka pahami:

0 Keselamatan Dari Allah Menurut Sang Mesias:

Oleh: Martin Simamora

Bukan Kesempurnaanku Tetapi Kesempurnaan-Nya Yang Menyelamatkanku & Menuntunku Di Jalan Yang Benar

Yesus Sang Mesias ketika disebut sang Juruselamat yang datang dari Allah tidak dapat sama sekali diletakan atau dibingkaikan sebagai sebuah jalan yang berwujud ketentuan-ketentuan atau instruksi-instruksi oral yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh diri manusia itu sendiri sehingga ia dapat memiliki keselamatan dari Allah itu oleh perjuangan untuk memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut. Untuk menjadi diselamatkan atau dilepaskan dari dunia yang dinaungi oleh maut, tidak demikian caranya dari satu-satunya Juruselamat itu. Bahkan bukan sebuah kolaborasi atau korporasi/kerjasama antara Yesus dengan orang-orang yang mau diselamatkan.


Mengapa dikatakan demikian? Hal tunggal saja yang menjelaskannya, yaitu karena mengenai perihal itu ternyata merupakan sebuah perbuatan atau karya yang harus dilakukan pada pihak Allah untuk kepentingan manusia-manusia di dunia manusia sebagai pihak yang berkuasa penuh untuk melakukannya. Ia,Sang Mesias, datang untuk melakukan apa yang dikehendaki Dia yang mengutusnya. Jikapun kita hendak meninjau bahwa keselamatan itu adalah sebuah korporasi yang melibatkan dua pihak yang mana Allah sebagai pemilik kehendak atau pemilik ketetapan dan pada pihak lainnya, manusia sebagai yang harus melakukan apa-apa yang menjadi kehendak dan ketetapan Allah, maka relasi semacam ini atau korporasi semacam ini memang ada bahkan terjadi begitu kokoh, namun pada Allah dan Manusia Yesus Kristus. Ini satu hal yang begitu menonjol dan begitu mudah-seharusnya- kedua mata ini untuk mendapatkan hal tersebut.

Sekarang perhatikan ini: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah” – Yohanes 6:29, maka kita akan berjumpa satu kehendak saja, yaitu yang datang dari  Bapa. Bukan itu saja, dalam apa yang Yesus nyatakan sebagai kehendak Bapa, maka hanya akan dijumpai satu pihak saja yang ditetapkan untuk melakukannya atau pelaksana kehendak, yaitu Yesus Kristus: “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia- Yohanes 6:38.” Kita melihat, di sini, ada kehendak Allah terkait kehendak-Nya di bumi yang harus diwujudkan, namun dalam hal ini Allah telah menetapkan tak ada manusia yang dapat melakukan kehendak-Nya sehingga pelaksanaan dan penuntasannya memuaskan  Allah, sempurna. Jika tak ada manusia yang mampu melakukannya dalam pandangan Allah, lalu siapakah yang mampu dan pantas dalam pandangan-Nya? 

0 Keselamatan Berdasarkan Hanya Pada Keberimanan Kepada Yesus:

Oleh: Martin Simamora

Satu-Satunya Pekerjaan  Yang Dikehendaki Bapa Dari Manusia
[Refleksi] 

Mengapa Yesus dinyatakan dalam Injil Yohanes dengan pernyataan seperti ini: “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia–Yoh 1:4?” Apakah yang sesungguhnya terjadi pada manusia-manusia yang menjadi tujuan kedatangannya sehingga Sang Kristus dinyatakan sebagai Sang Pemilik Hidup: “dalam Dia ada hidup?” Apakah semua manusia tak memiliki nyawa atau nafas kehidupan, sampai perlu kedatangan Yesus membawa kehidupan? Siapakah dia hingga bisa membawa kehidupan bagaikan pemilik hidup? Dan memang  hidup pada Yesus yang  sedang dinyatakan di sini adalah hidup yang begitu berbeda dengan apa yang dipahami manusia. Dikatakan:”dan hidup itu adalah terang manusia.” Menyatakan bahwa manusia-manusia di dunia ini, sekalipun hidup namun hidup yang diliputi kegelapan. Manusia secara total dalam kegelapan atau hidup dalam kegelapan. Kehidupan demikian bukanlah kehidupan yang memiliki Allah sama sekali.

Dan memang Injil ini menunjukan sebuah kegelapan total  sedang menguasai dunia dalam ia memasuki dunia ini: “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya”–Yohanes 1:5. Terang manusia, jauh lebih menarik lagi dinyatakan bersinar di dalam kegelapan dan tak dapat ditaklukan oleh kegelapan yang meliputi dunia. Sehingga memang Sang Firman yang adalah Allah (Yoh 1:1-2) saat masuk ke dalam dunia ini mengambil rupa manusia: “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita- Yohanes 1:14,” maka Ia adalah terang manusia yang bersinar di dalam kegelapan . Ia diam di antara kita dan sebagai terang yang masuk ke dalam kegelapan. Pada hakikatnya dengan diamnya Sang Terang Manusia itu di antara manusia maka sedang menunjukan  fakta atau realitas manusia itu: berada dalam penguasaan kegelapan!

0 Menghakimi Keilahian Kuasa Kristus Didalam Pikiran Para Manusia:

Oleh: Martin Simamora

Ketika Penghakiman Mendatangkan Penghakiman Absolut “Siapa Yang Tidak Bersama Aku Melawan Aku”
[Refleksi]

Ketika Yesus datang ke dunia ini sebagai penggenapan apa yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya dalam kekekalan, maka kedatangannya  juga mendeklarasikan sebuah hukum bagi bangsa-bangsa, hukum yang absolut mengikat semua manusia dari segala bangsa dan yang secara  absolut  bekerja pada Sang Kristus [“Aku menaruh roh-ku ke atas-Nya” sebuah pengurapan yang berlangsung di surga dengan roh Allah sendiri dalam ia masuk ke dalam dunia ini], sebagaimana telah difirmankan oleh nabi Yesaya yang menuliskan (Matius 12:17) mengenai dia Sang Kristus:


Matius 12:18 Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa.

Hukum yang menjadikan ia sendiri adalah pengharapan bagi banyak bangsa:

Matius 12:21 Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.

Apakah hukum yang dimaklumkan atau dikumandangkan kepada bangsa-bangsa? Beginilah bunyinya:

Matius 12:20 Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang


Apa yang akan dilakukan oleh sang Kristus terhadap bangsa-bangsa yang berkenan padanya, itulah hukum  yang dimaksudkan dalam Kitab Yesaya itu, bunyinya:”buluh yang patah terkulai [inilah keadaan bangsa-bangsa di dunia ini] tidak akan diputuskan-Nya [inilah kehendak Allah]” “dan “sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya.’

Sekarang saya mau melihat bagaimana kehendak Allah melalui Sang Kristus itu mengalami pewujudannya di dunia ini,  bukan dalam sebuah sambutan hangat tetapi penuh penghakiman yang pada akhirnya mendatangkan penghakiman dari Sang Kristus itu sendiri.

0 Menghakimi Keilahian Kristus Di Dalam Pikiran Para Manusia:

Oleh: Martin Simamora

Bagaimana Bisa Ia  Manusia Sekaligus Penyelamat &  Sumber Keselamatan Tunggal Kekal?

Yesus telah menjadi subyek pembicaraan, perdebatan hingga pertengkaran [misalkan: “Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu”- Yoh 6:52-53] mengenai siapakah dirinya.  Sementara bagi Yesus, apapun yang dibicarakan, apapun yang diperdebatkan dan dipertengkarkan mengenainya, fakta-fakta demikian tak sama sekali menunjukan ketiadaan apa yang disebut sebagai kebenaran absolut,sebagaimana tersingkap di kebisingan kesimpangsiuran dirinya dalam pikiran-pikiran para manusia:

Yohanes 6:35 Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.

Yohanes 6:38 Sebab Aku telah turun dari sorga

Yesus bukan saja menyatakan kemutlakan dirinya seolah-olah ia adalah salah satu di antara kebenaran-kebenaran yang dapat dijumpai di dunia ini. Keabsolutannya bahkan bukan berdasarkan interpretasi ayat-ayat suci oleh manusia, tetapi interpretasi oleh dan pada dirinya sendiri sebagai sumber kehidupan atau teks-teks suci itu sendiri, seolah [semua manusia] dalam pandangan Yesus tak memiliki kehidupan. Tetapi itu belum puncak tertingginya, karena tak cukup jika ia hanyalah manusia diantara manusia-manusia ini saja, ia menyatakan dirinya dari sorga yang tinggal diantara manusia-manusia: “sebab Aku telah turun dari sorga.”

0 Menghakimi Keilahian Kristus Dalam Tulisan Suci Nabi:

Oleh: Martin Simamora

Ketika Nabi Perjanjian Lama Menunjukan Keilahian Kristus Jauh Lebih Mulia Daripada Yang Dipahami Dunia
 [Refleksi]
Byzantine Mosaic: burning bush

Yesus menyatakan dihadapan publik bahwa dirinya adalah Sang Mesias sebagaimana yang telah dituliskan dalam Kitab-Kitab Suci dan sungguh dinantikan penggenapannya, seperti yang dicatat dalam teks ini:

Yohanes 5:39- Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku

Lukas 24:25-27 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.

pengajaran Yesus pada perihal ini, diteruskan sebagai pengajaran yang teramat fundamental atau mendasar untuk menjelaskan siapakah Yesus Kritus bukan saja ilahi tetapi sebagai Dia yang telah ditetapkan Allah dalam kekekalan untuk menggenapi maksud Allah secara sempurna: “Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita- Kisah Para Rasul 3:18; “agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus. Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu” Kisah Para Rasul 3:20-21; “Bukankah telah dikatakan Musa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku: Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu”- Kisah Para Rasul 3:22

Siapakah Yesus menjadi bukan saja penting, tetapi memang merupakan misi atau eksistensi dirinya di hadapan Allah [yang akan begitu menggoncangkan kemapanan dunia] dalam memasuki dunia ini. Ia berasal dan kemanusiaannya merupakan kehendak kerajaan sorga untuk menggenapi Allah datang atau turun dari sorga untuk membebaskan manusia yang yang dibawa-Nya kepada [Ibrani 2:10-11; Kisah Para Rasul 5:31; Yohanes 6:28-29,35-37, 38-39, 41-44; Lukas 10:21-22] Sang Kristus sehingga menjadi percaya [hidup di dalam dan bagi Kristus] kepadanya, pada penggenapan waktu yang dikehendaki Allah agar apa yang telah dituliskan oleh para nabi itu berjumpa dengan pewujudannya di atas bumi- atau berakhirnya penantian itu atau tersingkap secara sempurna, apa dan siapakah dia yang akan datang menggenapinya: “mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus.”

0 Menghakimi Keilahian Kristus Dalam Kemanusiaannya:

Oleh: Martin Simamora

Hamba Pilihan Allah Yang roh-Nya Ditempatkan-Nya Diatasnya

(Refleksi berdasarkan firman nabi Yesaya)


Di dalam kemanusiaannya, Kristus menyatakan apa yang bukan hanya tak boleh untuk diucapkan oleh seorang manusia dalam pandangan manusia-manusia, tetapi juga begitu mustahil untuk dikatakan oleh kemanusiaan  lazimnya para manusia.Sebagaimana  terekam dalam episode yang begitu penuh dengan teror dan intimidasi yang datang dari dunia –seorang penguasa dunia:

Lukas 13:31- 33 Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: "Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau." Jawab Yesus kepada mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.


Dialog ini, mengenai Herodes yang berencana untuk membunuhnya, sebuah keinginan seorang penguasa dunia yang akan begitu sukar untuk ditahan oleh siapapun juga, termasuk Yesus sekalipun, demikianlah pandangan para Farisi terhadap Yesus. Berbicara mengenai seorang penguasa dunia yang diberitakan hendak membunuhnya, Yesus menjawab teror dan intimidasi dalam cara pengunjukan diri sebagai seorang penguasa yang kekuasaannya tidak hanya di dunia ini tetapi di dunia lain yang tak terjamah oleh penguasa dunia yang terhebat sekalipun. Yesus berkata: “katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir Setan,” sebuah penggelaran kekuatan dan kekuasaan yang bukan hanya menggentarkan dunia  realitas manusia tetapi juga realitas yang tak terjamah manusia- Yesus berkuasa atas Setan; Yesus berkuasa mengusirnya sementara para Farisi meminta Yesus pergi segera jika ingin selamat. Yesus juga  menyebut si Herodes sebagai si Serigala, menunjukan bahwa ia tak lebih dari seekor binatang yang tak punya kuasa apapun atas dirinya tanpa dikehendaki Tuhan semesta penciptanya.

0 Menghakimi Keilahian Kristus Di Atas Bumi Di Bawah Langit:

Oleh: Martin Simamora

“Jikalau Engkau Anak Allah, Turunlah Dari Salib Itu!”

[Refleksi]
Lukisan Ilustrasi: James Jacques Tissot

Problem terbesar orang-orang Yahudi, tak terselesaikan dengan memastikan kematian Kristus bahkan dalam cara terhina sekalipun. Sebaliknya begitu menggusarkan dan menyusahkan jiwa mereka sekalipun kesengsaraan terkeras telah dapat dieksekusi berdasarkan pengadilan yang dipenuhi dengan muslihat dalam putusan pengadilan atasnya. Ini bukan sekedar kegusaran seperti menantikan sesuatu yang penuh tak kepastian, tetapi kegusaran atas apa yang dikatakan oleh Yesus dalam pernyataan-pernyataan penuh kepastian dan begitu dinantikan oleh dirinya, sementara bagi para pemimpin agama, itu hal yang sungguh menggusarkan dan gila, bahkan untuk sekedar didengarkan. Dan hal itulah yang dihempaskan ke mulut Yesus sementara ia terpaku di atas kayu salib didalam kesekaratan yang tak ada satupun manusia mau menyicipi kesakitan tiada henti tergantung di atas bumi di bawah langit: “selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!- Mat 27:40." Bagi mereka, mustahil Allah membiarkan hal itu  terjadi sebagai sebuah realita. Apakah Allah akan membiarkan Mesias-Nya tewas dalam cara yang begitu menggenaskan, terhina dan bukankah itu bukan kisah yang membanggakan apalagi mendatangkan pemujaan untuk dikisahkan? Kisah suci dari sorga?? Maka jelas “Jika Engkau Anak Allah, Turunlah Dari Salib itu” bukan sekedar oposisional pada seorang manusia yang ke-Kristusan-nya sedang dipertanyakan, namun juga sebuah gugatan pada klaim divinitasnya yang berkata “Aku Anak Allah” sementara ia dipajang di atas kayu salib menjulang ke langit, menantikan sebuah peristiwa yang akan menunjukan sungguhkah dikau Anak Allah dan akankah langit akan menjawab dengan malaikat-malaikat sorgawi yang akan membebaskannya?

0 Bukankah Menurut Taurat, Mesias Harus Hidup Selama-Lamanya? Tetapi Mengapa:

Oleh: Martin Simamora

“Ia Diserahkan Kepada Bangsa-Bangsa Yang Tidak Mengenal Allah Untuk Mati?”
(Refleksi)

Ini adalah perkataan Yesus yang berangkali telah terlampau usang di telinga manusia-manusia  yang mengaku pengikut Sang Kristus, sebab terlampau sering didengar dan mungkin di baca, namun malangnya bisa jadi tetap terkurung di dalam ketaktahuan yang begitu kelam dan pekat, seperti yang pernah dialami oleh murid-murid Sang Kristus:

Lukas 18:34 Akan tetapi mereka sama sekali tidak mengerti semuanya itu; arti perkataan itu tersembunyi bagi mereka dan mereka tidak tahu apa yang dimaksudkan.

Ada 2 vonis yang dipalukan oleh Sang Kristus [tentu saja tak semua orang mengaku Kristen mengakui Yesus adalah Sang Kristus yang datang dari sorga, sebab realitanya ada saja yang menyatakan Yesus bukanlah sebagaimana apa yang dinyatakan olehnya sendiri dan para murid, dan bahkan apapun yang tertulis di dalam apa yang disebut sebagai Alkitab tidaklah menunjukan sama sekali Yesus sekalipun Sang Kristus adalah kebenaran tunggal mengatasi kebenaran-kebenaran dunia], yaitu:

Pertama: Pada dasarnya tak ada bangsa yang mengenal Allah, dan sekalipun para murid adalah murid-muridnya, mengenalnya adalah problem yang tak terpecahkan oleh mereka, bagaimanapun. Sebabnya:“arti perkataan itu tersembunyi bagi mereka,” sehingga bagaimanapun dekatnya dan intensifnya mereka bersama Yesus, tetap sama sekali tidak mengerti


Kedua: Yesus adalah kebenaran dan kekudusan divinitas yang absolut dan satu-satunya sekalipun dunia memiliki beragam kebenaran atau spiritualitasnya sendiri yang dijunjung. Semua itu tak diakuinya sebab dikatakan “Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tak mengenal Allah.” Apa yang begitu tajam melawan semua dunia adalah: keterkaitan diri Sang Kristus itu begitu keras dan begitu mengatasi apapun juga kebenaran dan spiritualitas dunia ini, sehingga dinyatakan “bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.”

Sehingga memang yang menjadi tantangan bagi orang-orang yang mengaku pengiman Kristus adalah kepenuhan dirinya untuk menerima bukan saja kedivinitasannya tetapi juga kemutlakan kebenarannya yang mendatangkan penghakiman final terhadap semua ragam kebenaran dan spiritualitas yang ada di dunia ini. Ini keras dan akan dapat menyudutkan siapapun yang mengaku Kristen untuk menjadikan dia sebagai Mahkota pikiranmu atau bukan sekedar  Pakaian diri belaka;  dengan kata lain: Yesus tak pernah menjadi Tuan pikiran atau perspektif atau wawasanmu, sehingga anda tak mampu menjadikan dia sebagai satu-satunya standard kebenaran berpikir kala memandang dunia sementara  bertoleransi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara penuh saling menghormati dan menghargai eksistensi kemanusiaannya sebagai tetanggamu hingga sebagai sesama anak bangsa

0 Kematian-Nya Dituliskan Untuk Dimuliakan

Oleh: Martin Simamora

Kematian-Nya Dituliskan Untuk Dimuliakan
(Refleksi)

Sama seperti “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia- Yohanes 3:13,” maka juga Yesus  satu-satunya manusia yang pernah masuk ke dalam dunia maut-mengalami kematian sejati untuk kemudian mengalami kebangkitan kembali [ Ibrani menggambarkannya demikian: “..maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut-Ibrani 2:14-15]. Bahkan Yesus sendiri menyajikan kematiannya yang demikian sebagai sebuah pengajaran yang begitu hakiki dan menjadi tujuan kedatangannya ke dunia: “Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit- Mark 9:31.” Ini bagi siapapun, tak hanya dahulu kala namun kini, akan begitu sukar untuk dimengerti: “Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya- Mark 9:32” [ didalam catatan Injil Lukas pemberitaan kematian dirinya ditekankan sebagai hal yang tak boleh diperlakukan sambil lalu atau angin lalu saja oleh para murid-murid-Nya, harus mengendap dan tinggal tetap pada permukaan gendang telinga mereka dan pikiran mereka: “Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia-Luk 9:44, namun sekalipun begitu, merupakan hal yang begitu jauh untuk diselami pikiran manusia walau terpatri  pada permukaan gendang telinga mereka: “Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya”-Luk 9:45. Hal ini terjadi karena apa sesungguhnya yang terjadi masih merupakan hal yang tertutup bagi mereka-semua manusia].


Ini bukanlah pengajaran rahasia, sebab dalam cara yang berbeda namun kokoh, pun dikemukakan oleh Yesus dihadapan publik:
▌Yohanes 2:18-21 Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.

▌Lukas 17:25 Tetapi Ia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini.

0 Mencari Dan Menakar (Bagaimana) Keselamatan Dari Tuhan:

Oleh: Martin Simamora

Kehendak Allah Versus Pikiran Para Manusia
(Refleksi)
kredit ilustrasi: bethinking.org
Apa yang paling menyolok terkait Yesus kala berinteraksi dengan keragaman pikiran atau pandangan atau nilai atau perspektif atau keyakinan manusia adalah, dia mengetahui segalanya secara sempurna dalam makna yang sangat definitif hingga  bertengger secara kokoh pada poin tak memerlukan verifikasi untuk pemastian akan apakah maksud sesungguhnya yang dimaksudkan para manusia itu; Ia tak memerlukan pandangan ke dua atau ketiga atau  analisa pakar apapun juga untuk menjadi pertimbangan-pertimbangan kritikal bagi dirinya. Ia menempatkan dirinya bukan sekedar tahu akan segala-galanya tanpa sebuah kemelesesatan dalam derajat terkecil sekalipun, tetapi sekaligus ia adalah ultimat atas semuanya, sehingga didalam berinteraksi dengan keberagaman atau kepluralan pandangan akan kebenaran mengenai dirinya dan keselamatan itu tak bersifat dialogis sehingga kebenaran dirinya sendiri beradaptasi dan bertoleransi dengan kebenaran dan nilai divinitas yang diusung manusia-manusia lainnya [memang pandangan publik terhadap Yesus itu sendiri dapat dikatakan sebagai sebuah kepluralan, namun kebenaran-Nya adalah ketunggalan absolut sekaligus ilahi: “Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga- Mat 16:13-17"].

Kemutlakan dirinya dan kebenaran dirinya di hadapan manusia juga disertai kemutlakan dirinya atas semua manusia yang menjamah segala pengetahuan pada semua diri manusia hingga di kedalaman yang begitu tersembunyi pada diri seorang manusia:

Yohanes 2:24-25 Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.

0 Passover in the Time of Jesus

By: Prof Daniel B.Wallace

Passover in the Time of Jesus
(Reflection)



The following essay is the transcript used in a recent Seder that I conducted with some friends. With a little imagination, you can see how it was implemented.

This evening we will be celebrating the Passover as it was celebrated in the first century A.D. Our records are scanty in some places, but the majority of aspects of the evening are certifiable as authentic at that time. We will not eat gifilta fish, nor have a boiled egg or a bare lamb shank bone on our plates, since this practice does not date back to the time of Jesus.[1] The meal itself will be simple: hors d’oeuvres, lamb, unleavened bread, and wine; the symbolic significance of the meal, however, will be rich and complex. The Passover was a festive occasion—a celebration of the nation’s release from Egyptian bondage. We should celebrate it tonight as Jesus’ disciples did, for only later did they realize the irony of this joyous occasion that pointed to the death of the Messiah.

As we replicate what the Jews of Palestine did at the time of Jesus, try to reflect on what may have been going through the disciples’ minds as well as our Lord’s, as we partake of that last Passover before his death. At certain points we will punctuate the ceremony with references to that Thursday evening of April 2, A. D. 33.[2] At the end of the Passover, we will briefly look at Matthew 26:17-30, 36-45 and a few other verses.

0 Mencari & Menakar Tuhan:

Oleh: Martin Simamora

Tuhan Dalam Dunia Manusia
(Refleksi)

Judul ini bukan hendak mengatakan bahwa Tuhan  itu adalah kreasi pikiran manusia, apalagi ciptaan jiwa manusia yang membutuhkan “Sang Diri” yang melebihi dirinya sehingga dapat menjadi pelabuhan bagi keletihan dan kepenatan jiwa yang menderanya di dalam perjalanan atau pengembaraannya di bumi ini. Tetapi  benar, judul ini hendak menyatakan bahwa manusia memiliki imajinasi-imajinasi dan konseptualisasi-konseptualisasi mengenai siapakah dan bagaimanakah Tuhan seharusnya. Problem dari semua hal terkait Tuhan dalam dunia manusia adalah: tak pernah ada satupun manusia yang berjumpa dengannya sebagaimana menjumpai manusia sehingga dapat bercakap-cakap dan memastikan berbagai hal spekulatif-tak ada yang dapat memastikan bahwa itu adalah kebenaran ultimatnya. Manusia memerlukan manusia yang memang pernah setidak-tidaknya tahu atau mengenal baik SANG DIA itu tanpa sedikit saja kesalahan. Tak mengherankan Tuhan tetap menjadi subyek menarik untuk diperbincangkan dan diperdebatkan, sekalipun seorang itu berhaluan ateis. Oposisionalnya Tuhan terhadap dunia manusia, itu kerap memelikan kreatifitas dan kekayaan jiwa manusia untuk merekonstruksi Tuhan sebagaimana ia ada. Perjanjian Baru memiliki  penyajian oposisional yang menarik terkait “Sang Diri Itu” dalam kreasi pikiran manusia atau konseptualisasi manusia terhadap Tuhan. Perhatikan ini dan juga rangkaian-rangkain yang merajut refleksi kali ini:

Yohanes 8:21-23  Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang." Maka kata orang-orang Yahudi itu: "Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?" Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.

Oposisional yang sedang dibicarakan di sini, bukanlah sebuah tipe yang memiliki prospek untuk berharmoni dalam serangkaian akomodasi-akomodasi kedua belah pihak: bahwa Tuhan belajar memahami dunia manusia dan manusia belajar memahami dunia Tuhan sehingga terciptalah sebuah zona harmoni bagi keduanya. Ini mustahil karena oposisional di sini bukan konseptual tetapi lahir dari sebuah keterpisahan dunia yang mustahil untuk berjumpa dan untuk saling memahami pada kedua belah pihak secara individual: “kamu berasal dari bawah; Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.” Di dunia ada begitu banyak ragam konsep mengenai Tuhan, namun di sorga hanya ada satu konsep mengenai Tuhan:

0 Kasih Yang Kekal & Perkasa:

Oleh: Martin Simamora

Begitu Mencintai Sekalipun Sangat Dibenci Hingga Kesudahan Dunia
(Refleksi)


Membenci adalah kealamian manusia yang tak terduga kedalaman dan keluasannya, bahkan  teramat  kaya, sejatinya. Sebetulnya, sebuah kehinaan yang tak tertanggulangi oleh segenap manusia dihadapan Allah, adalah: tak mampu sama sekali mengasihi sebagaimana manusia itu telah dikasihi! Dan malangnya manusia, itu begitu telanjang dipertontonkan baik dalam perkataan dan perbuatan. Mari kita melihat episode yang mempertontonkan kehinaan manusia yang begitu pekat:

Matius 27:22-25  Kata Pilatus kepada mereka:"Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?" Mereka semua berseru: "Ia harus disalibkan!" Katanya: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Ia harus disalibkan!" Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!" Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!"

Jika anda membenci seseorang, apakah cukup sukar untuk menemukan perbendaharaan yang begitu kaya untuk apa yang harus dilakukan? Bagaimana jika anda mencintai atau mengasihi seseorang? Pada  episode “Rakyat versus Yesus” sebuah keputusan atas nama darah seseorang yang “kejahatannya tak didapati” telah diputuskan, bukan hanya bagi satu generasi tetapi bagi generasi-generasi yang  bahkan tangannya tak berlumur darah. Perhatikan baik-baik! Ini bukan mengenai darah yang akan membasuh mereka dari segala dosa, apalagi darah Sang Kristus yang mendatangkan pengampunan dan pendamaian. Bukan sama sekali! Tetapi ini lebih sebuah konsekuensi yang begitu diyakini oleh masyarakat Yahudi: “dan itu adalah sebuah gagasan orang-orang Yahudi, bahwa darah orang yang tak bersalah, dan darah dari anak-anak orang yang tak bersalah itu, tidak hanya tersimbah seketika itu juga pada orang-orang yang melakukan, tetapi atas anak-anak mereka hingga kesudahan dunia” (sumber: The Talmud, dalam buku: “Matthew:A Rabbinic Source Commentary And Language Bible”).

0 Ketika Mencintai-Nya Bukan Soal Perasaan Belaka:

Oleh: Martin Simamora


Tetapi Allah Yang Bersabda: “Ikutlah Aku.”
(Refleksi)



Pernahkan anda menanyakan (bukan mempertanyakan) perasaan cintanya kepada dirimu bagaikan saat anda belum menikahinya, menjadi isterimu? Mencintai diriku atau dirimu oleh pasanganmu-isterimu seharusnyalah memiliki daya magnet yang sehangat dan secemburu saat anda belum memilikinya sebagai milikmu. Namun, bagi Yesus, mencintai dirinya sedemikian, hanya bisa terjadi dalam sebuah cara yang sungguh berbeda, sebab harus dimulai dengan sebuah relasi yang diciptakan Sang Kristus: “ikutlah Aku.” Mencintai memang begitu identik dengan perasaan yang begitu spesial dan begitu tercurahnya kepada seseorang. Tetapi Yesus memperlihatkan sebuah mencintai dirinya yang sama sekali tak akan terkerjakan oleh perasaan dan kekuatan jiwaku semata. Setidaknya Ia telah memperlihatkannya pada Petrus:

Yohanes 21:15-17 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.

Yesus menanyakan kasih Petrus kepada dirinya, namun mengapakah Petrus bersedih? Ini sebetulnya bukan soal apakah Yesus sedang meragukan kasihnya, bukan! Tetapi soal masa depan diri Petrus yang harus berlangsung sebagaimana Yesus memandangnya dan diungkapkannya kepada Petrus; ini bukan hal yang gampang lagi menyenangkan sebab ini adalah mengasihi Tuhan sekalipun harus mati pada akhirnya. Petrus tak memahami mengapa demikian caranya Sang Kristus menanyakannya, seolah meragukannyakah?

0 Ketika Manusia Yang Berkata Lantang Mencintai-Nya, Pada Akhirnya Murtad:

Oleh: Martin Simamora

Apakah Kehendak Allah Takluk Terhadap Kebebalan Manusia?
(Refleksi)
                                                                    


Ketika manusia-manusia saling membunuh, saling menikam dan saling memenggal kepala… bahkan atas nama Tuhan, apakah yang dapat atau hendak anda katakan? Menjawab ini akan dipenuhi dengan polemik dan spekulasi dan bahkan itu bisa berentang mulai dari penjelasan yang menekankan bahwa manusia memiliki kebebasan berkehendak bahkan yang menentang Tuhan sekalipun, hingga penjelasan yang menekankan Tuhan itu pada dasarnya tidak ada, atau kalaupun ada, Ia sama sekali tak berkuasa atas manusia-manusia yang berkehendak  itu.  Apa yang menarik sebetulnya, apakah ketika manusia memilih untuk memberontak  terhadap kebenaran dan kehendak kudus Allah, itu menunjukan bahwa manusia bahkan berdaulat terhadap Tuhan (apalagi jika melihat bahwa ia tak segera menerima konsekuensi kala menghempaskan kematian atas manusia-manusia); bahwa Tuhan tidak berdaulat dan manusia memiliki posisi yang begitu tangguh terhadap kemauan Tuhan?

Bagaimana Alkitab menjelaskannya?

Mari membaca realita ini dalam sebuah realita terkerasnya:

Ibrani 3:7-11” Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya. Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku, sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku."

Jelas dan benderang bahwa di sini manusia-manusia dapat memberontak dan melawan Tuhan. Itu tak perlu diperdebatkan sama sekali. Tetapi apakah dengan demikian manusia bebas dan berdaulat dengan pilihannya untuk memberontak terhadap kehendak Allah atas keselamatan seorang manusia? Mari kita lihat apakah yang terjadi kemudian: 

0 Ketika Kristus Menjanjikan Cintanya:

Oleh: Martin Simamora

Mencintaiku Hingga Ke Keabadian Sebab Ia “Matahari Cintaku”
(Refleksi)


Mencintai bukan sekedar berkata “I love you,” atau “aku cinta kamu” namun itu menantikan pewujudannya. Anak-anak muda memadu kasihnya,  tentu saja bukan sekedar untuk saling mengasihi namun untuk saling memiliki bukan untuk sesaat namun untuk hingga akhir hayat di dalam sebuah pernikahan yang suci. Terlepas dari apapun hal yang dapat memisahkannya, namun tak ada satu pun yang ingin dicintai sesaat  saja untuk kemudian dikecewakan, dilukai dan tidak lagi terlalu dicintai karena mungkin tidak lagi cantik atau ganteng dan tidak lagi seksi atau tegap, itulah dunia manusia yang begitu lemah dalam mewujudkan dan mempertahankannya dalam sebuah kelanggengan yang melampaui kematian dirinya sendiri.


Bagaimana dengan Yesus Sang Kristus itu?

Dengan satu pernyataan paling singkat, saya dapat mengatakan bahwa cintanya adalah “Matahari Cinta,” sebab cintanya senantiasa hangat, senantiasa menggelora, senantiasa memberikan kehidupan. Tanpanya, pada hakikatnya kematian yang ada. Lagian siapakah yang dapat hidup tanpa Allah mengasihinya? Yesus  menyabdakan  pewujudan kasih Allah yang begitu besar itu, begini: “Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan- Yoh 12:46.” Ingatlah baik-baik, semua ini terjadi karena cinta, bukan sembarang cinta dan bukan apapun jenisnya yang dapat dipahami dunia ini, sebab datangnya dari Allah yang menyatakan dan mewujudkannya di dalam Sang Kristus (Yohanes 3:16). Itulah  perwujudan Cinta yang dijanjikan Yesus untuk digenapinya sendiri!
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9