Mari kita buka Alkitab pada Titus 2 dan Ayat 15...Titus bab 2 dan ayat 15. Rasul Paulus, tentu saja, menuliskan kepada Titus yang adalah muridnya dan yang dia berikan penugasan membangun dan menguatkan jemaat-jemaat di pulau Kreta. Dan Paulus berkata kepada Titus dalam bab 2 ayat 15 ,"Beritakanlah semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu. Janganlah ada orang yang menganggap engkau rendah."
Kata yang menghentak saya adalah kata "kewibawaanmu/Otoritas." Paulus memberitahu Timotius bahwa tanggungjawabnya adalah untuk berkata dengan otoritas. Pengkhotbah bukanlah tukang cerita. Dia bahkan bukanlah seorang teolog. Dia pada dasarnya bukanlah seorang yang memaparkan penjelasan.
Kata yang menghentak saya adalah kata "kewibawaanmu/Otoritas." Paulus memberitahu Timotius bahwa tanggungjawabnya adalah untuk berkata dengan otoritas. Pengkhotbah bukanlah tukang cerita. Dia bahkan bukanlah seorang teolog. Dia pada dasarnya bukanlah seorang yang memaparkan penjelasan.
Tanggungjawabnya bukan sekedar membagikan wawasan. Dia pada dasarnya bukan seorang konselor. Kesemuanya ini adalah bagian dari apa yang harus dia lakukan. Terutama dia adalah seorang komandan. Kata "Otoritas-kewibawaan" berasal dari kata epitage dan disetiap kesempatan lain kata ini digunakan didalam Perjanjian Baru, diterjemahkan sebagai perintah dengan otoritas (command) atau perintah resmi (commandment). Hanya saja disini para penerjemah secara sengaja mengubahnya dan ketimbang mengatakan, "These things speak and exhort and reprove with all commandment," mereka menggantikannya dengan otoritas. Namun hal ini tidak mengubah maksud Roh Kudus. Ayat ini berkata kepad pengkhotbah, " Anda harus berbicara sebagai orang dengan perintah-perintah yang memiliki otoritas." Dalam 1 Timotius bab 4 kita membaca dalam ayat 11,"Perintah," kembali, ini sebuah kata yang lain namun memberi makna yang sama...Perintah dan ajarkanlah hal-hal ini. Harus menjadi sebuah nada proklamasi Firman Tuhan yaitu nada perintah formal.
Jika kita harus sedikit kembali kebelakang dan mengikuti ide ini, kita dapat memulainya dengan khotbah Yesus dan kita akan diingatkan bahwa setelah menyelasaikan Khotbah agung di Bukit yang dicatatkan bagi kita di pusat Matius 5 hingga 7, Yesus telah menuntaskan khotbahnya pada ayat 27. Dikatakan dalam Ayat ayat 28 dan 29 di Matius 7, hasilnya adalah ketika Yesus sudah menyelesaikan kata-katanya, orang banyak menjadi terpesona atas pengajarannya.
Dan apakah yang membuat mereka terpesona? Dia mengajarkan mereka sebagai orang yang memiliki otoritas...otoritas. Dia telah berbicara dalam nada perintah yang berotoritas.
Pada Markus bab 1, ayat 22-27 kita membaca :
"Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat.Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak:"Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah."Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!"Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya.Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya."
Pada Lukas bab ke-empat, kembali diperkenalkan injil berikutnya, kita menemukan penekanan yang sangat sama. Ayat 36 :
"Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: "Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan merekapun keluar."
Pada Injil Yohanes, jangat sampai kita lewatkan, pada Yohanes bab ke-tujuh ayat ke-empat puluh enam, para penjaga memberikan jawaban setelah sebuah konfrontasi yang singkat dengan Yesus, sebuah pernyataan yang sangat kita kenal,"Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!"
Yesus telah memberi perintah dengan otoritas, Yesus berbicara dalam otoritas. Yesus telah berucap tanpa keraguan sedikitpun, dengan sangat tegas. Yesus telah memberikan mandat-mandat, bukan saran-saran. Pada Markus 11 Dia berkonfrontasi dengan para imam-imam utama dan ahli-ahli kitab dan tua-tua dan mereka mendatangi Yesus, dan keseluruhan ide mengenai otoritasnya telah mengusik mereka secara luar biasa, dan pada Markus 11 ayat 28 dikatakan :
"Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?"
Anda meledakan situasi, anda tidak pernah mengutip para rabbi. Anda tidak memiliki catatan kaki dalam khotbah-khotbah anda. Anda tidak mengutip apapun dan tak seorangpun. Anda maju mengatakana hal yang jelas bukan saran-saran tetapi perintah-perintah.
Darimanakah anda mendapatkan otoritas ini? Itulah pertanyaannya.
Bersambung
The Authority of God's Word, John MacArthur | Martin Simamora
No comments:
Post a Comment