credit :Frank Gaglione/Getty |
Mengacu definisi, seks dalam pernikahan bukan sekedar kelengkapan untuk pemenuhan seksual pada dua pihak individu yang berbagi tempat tidur yang sama. Lebih dari itu, seks dalam pernikahan adalah saling memberi satu sama lain sehingga mencapai kenikmatan-kenikmatan baik secara jasmani dan rohani. Aspek emosional pada seks tidak dapat dipisahkan dari dimensi jasmani tindakan seks . Walaupun para pria kerap tergoda untuk melupakan hal ini, para wanita cenderung memiliki lebih banyak sarana-sarana yang halus dalam menyatakan kebutuhan semacam ini.
Pertimbangkanlah fakta ini bahwa seorang wanita memiliki setiap hak untuk berharap bahwa suaminya akan menggunakan hak aksesnya kepada tempat tidur pernikahan. Sebagaimana Rasul Paulus menyatakan, suami dan isteri tidak lagi memiliki tubuhnya masing-masing, tetapi sekarang masing-masing tubuh saling memiliki. Pada saat yang sama, Paulus memerintahkan para pria untuk mengasihi isterinya masing-masing sebagaimana Kristus telah mengasihi gereja.
Bahkan sekalipun para isteri diperintahkan untuk tunduk kepada otoritas suaminya masing-masing, para suami dipanggil kepada sebuah standar yang lebih tinggi yang bersumber dari Kristus, meniru kasih dan pengabdian Kristus untuk diterapkan terhadap isteri.
Oleh karena itu, ketika saya berkata bahwa seorang suami harus secara teratur "menggunakan" akses istimewanya masuk ke tempat tidur pernikahan, Saya maksud bahwa seorang suami berhutang kepada isterinya; kepercayaan, kelemahlembutan, dan sokongan emosional yang akan menuntun dirinya untuk memberikan dirinya dengan kerelaan kepada suaminya dalam tindakan seks.
Karunia Tuhan dalam seksualitas merupakan desain yang tak terpisahkan untuk menarik keluar diri kita masing-masing dan terarah kepada pasangan kita. Bagi para pria, ini berarti bahwa pernikahan memanggil kita keluar dari diri yang berfokus pada kepentingan kesenangan genital dan mengarah pada totalitas tindakan seks didalam hubungan pernikahan.
Hal yang paling sering terabaikan dalam perhatian, Saya percaya bahwa Tuhan bermaksud agar seorang pria/suami menjadi lebih lemah lembut, terarah dan didorong menuju kesetiaan terhadap pernikahan oleh kenyataan bahwa isterinya akan menyerahkan dirinya dalam kerelaan kepada suaminya secara seksual hanya ketika sang suami memberikan dirinya sendiri sebagai bernilai/layak untuk mendapatkan perhatian dan hasrat isterinya.
Berangkali pemaparan yang spesifik akan membantu untuk menggambarkan poin ini. Saya yakin bahwa kemuliaan Tuhan terlihat didalam fakta ini, bahwa seorang pria yang telah menikah, setia kepada isterinya, yang mengasihinya secara tulus/murni, akan bangun di pagi hari didorong oleh ambisi dan semangat agar isterinya menjadi bangga, percaya dan terjamin dalam pengabdiannya sebagai seorang isteri terhadap suaminya. Seorang suami yang mengharapkan seks dengan isterinya akan mengarahkan hidupnya menuju hal-hal ini yang akan membawa kebanggaan yang sepatutnya didalam hati sang isteri, akan mengarahkan dirinya terhadap isterinya dengan kasih sebagai pondasi hubungan mereka, dan akan mempersembahkan dirinya kepada isterinya sebagai seorang pria yang didalam dirinya sang isteri dapat memperoleh kebanggaan dan kepuasan.
Bersambung
The Seduction of Pornography and the Integrity of Christian Marriage, Part Two, Albert Mohler | Martin Simamora
No comments:
Post a Comment