Gereja Kristen Injili Nusantara (GKIN)
R E V I V A L
Kebaktian
Minggu : Jam 09.00 di Hotel Sylvia Lt.4; Pemahaman Alkitab : Rabu, Jam 17.00 di
Hotel Dewata
Khotbah Minggu, 19 Ferbuari 2012.
ORANG PERCAYA & PENCOBAAN (Part
2)
By. Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK.
Mat 4:1-12 – (1) Maka
Yesus dibawa oleh Roh ke padang
gurun untuk dicobai Iblis. (2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat
puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. (3) Lalu datanglah si pencoba itu dan
berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya
batu-batu ini menjadi roti." (4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia
hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut
Allah." (5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di
bubungan Bait Allah, (6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah,
jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan
memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas
tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." (7) Yesus berkata
kepadanya: "Ada
pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" (8) Dan Iblis
membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan
kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, (9) dan berkata
kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud
menyembah aku." (10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah,
Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya
kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (11) Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan
lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus. (12) Tetapi waktu Yesus
mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea.
D
|
alam bagian pertama kita sudah
mempelajari beberapa hal penting yang berkaitan dengan pencobaan yang dialami
oleh Yesus ini, antara lain :
1. Kapan
pencobaan itu terjadi?
Pencobaan
Yesus itu terjadi setelah Yesus berniat untuk memulai pelayanan-Nya dan secara
khusus setelah Ia dibaptis dan mengalami peristiwa supranatural dengan turunnya
Roh Kudus ke atas-Nya dan Bapa berseru : “Inilah
Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan”. Dan ini menunjukkan bahwa
ketika kita menjadi Anak Allah, ketika kita ingin dekat pada Allah, ketika kita
ingin melayani Allah maka setan pasti
akan menyerang kita.
2. Siapa
yang dicobai?
Yang mengalami
pencobaan ini adalah Yesus. Yesus adalah Anak Allah sendiri dan setan tahu
persis akan hal ini. Biarpun demikian ia tidak mengurungkan niatnya untuk
menyerang Yesus. Iblis mati-matian menyerang Yesus karena dia tahu bahwa Yesus
adalah orang penting yang akan mengancamnya dan kerajaannya. Ini mengajar kita
juga bahwa sekalipun setan menyerang semua anak Tuhan, tetapi ia akan lebih
memfokuskan serangannya terhadap orang-orang tertentu yang dirasanya mengancam
kerajaannya. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dan juga mendukung
hamba-hamba Tuhan dalam doa agar mereka bisa kuat menghadapi serangan setan.
3. Siapa
inisiator dari pencobaan ini?
Inisiatif
pencobaan itu datang dari Roh Kudus karena Roh Kuduslah yang membawa Yesus ke padang gurun untuk dicobai
iblis. Jadi Roh Kudus yang menuntun Yesus kepada pencobaan dan bukan Yesus yang
membawa diri-Nya sendiri masuk ke dalam pencobaan. Ini mengajar kita supaya
kita tidak menerjunkan diri kita sendiri ke dalam pencobaan-pencobaan. Jika Roh
Kudus yang berinisiatif membawa Yesus dalam pencobaan, maka Roh bermaksud untuk
memberikan semacam ujian kepada Yesus agar Ia siap untuk masuk dalam
pelayanan-Nya. Setan bermaksud menghancurkan-Nya lewat pencobaannya tetapi
Allah bermaksud menguji-Nya agar menjadi kuat. Ini bisa terjadi pada kita.
Kadang-kadang Tuhan mengijinkan kita untuk dicobai oleh setan, tetapi itu juga
adalah ujian dari Tuhan bagi kita. Setan mau agar kita jatuh lewat pencobaan
itu tetapi Tuhan mau agar kita kuat lewat ujian itu.
Pada bagian kedua ini saya akan
tambahkan beberapa hal penting lagi berkenaan dengan pencobaan yang dialami
oleh Yesus. Beberapa hal penting ini antara lain :
I.
BERAPA KALI
YESUS DICOBAI?
Berapa kali
Yesus dicobai? Dari teks kita terlihat bahwa Yesus dicobai sebanyak 3 kali di
mana pencobaan pertama adalah iblis menyuruh Yesus mengubah batu menjadi roti
(Mat 4:3). Pencobaan kedua adalah iblis menyuruh Yesus menjatuhkan diri dari
bubungan Bait Suci (Mat 4:5) dan pencobaan ketiga adalah iblis menawarkan
seluruh kerajaan dunia kepada Yesus asal Yesus mau sujud menyembahnya. (Mat
4:8).
Dari 3 kali
pencobaan setan ini, kita bisa melihat bahwa dalam urusan pencobaan, setan
tidak mudah menyerah, tidak mudah putus asa.
Matthew Henry – Lihatlah betapa
iblis adalah lawan yang tidak mau diam dan tidak mudah menyerah! Bila ia gagal
dalam satu serangan, ia akan mencoba serangan yang lain lagi. (Injil
Matius 1-14, hal. 108).
Esra Alfred Soru - Walaupun
iblis tidak berhasil menggoda Yesus, tetapi minimal kita dapat melihat bahwa
iblis tidak mudah putus asa dalam pekerjaannya. Kegagalan cobaan pertama tidak
membuat ia mundur. Ia masih mencobai untuk kedua kalinya, dan ternyata gagal
juga maka ia mencobai untuk ketiga kalinya. (6 Rahasia, hal. 48)
Apakah setelah
3 kali gagal, setan lalu menyerah? Sama sekali tidak! Ia memang mundur tetapi
ia menunggu waktu yang baik.
Luk 4:13 -
Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.
Dan dalam
pelayanan-pelayanan Yesus di kemudian hari, seringkali setan melancarkan
pencobaannya.
Luk 22:28 -
Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami.
Kelihatannya
pencobaan yang dimaksudkan di sini adalah penderitaan yang dialami-Nya akibat
perlawanan dan penolakan musuh-musuh-Nya (ahli Taurat, orang Farisi, dll) seperti diusir, mau dilempari
batu, mau dibunuh, difitnah, dll. Sudah pasti setan ada di balik semua
perlawanan itu. Bandingkan :
Yoh 8:39-41,44
– (39) “… Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau sekiranya kamu anak-anak
Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. (40)
Tetapi yang kamu kerjakan ialah
berusaha membunuh Aku;… pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh
Abraham. (41) Kamu mengerjakan
pekerjaan bapamu sendiri."… (44) Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan
keinginan-keinginan bapamu.….”
Ia juga
mempengaruhi pikiran Petrus sehingga akhirnya Petrus menginterupsi Yesus pada
saat Ia memberitakan tentang penderitaan-Nya.
Mat 16:21-23 –
(21) Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia
harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua,
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari
ketiga. (22) Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya:
"Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan
menimpa Engkau." (23) Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus:
"Enyahlah Iblis. Engkau
suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan
Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Ini tidak
berarti bahwa Petrus adalah iblis. Ini juga tidak berarti bahwa Petrus dirasuki
iblis. Ini berarti bahwa Petrus sedang dikuasai, ditipu, dan dipakai oleh
iblis. Bagaimana pun juga ini adalah satu serangan setan bagi Yesus. Dan pada
akhirnya di ujung pelayanan Yesus, setan meningkatkan serangannya. Dan ini
diketahui oleh Yesus sebelumnya.
Yoh 14:30 -
Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikit pun
atas diri-Ku.
BIS - Aku
tidak akan berbicara lebih banyak lagi dengan kalian, sebab sudah waktunya penguasa dunia ini datang.
Tetapi ia tidak berkuasa atas diri-Ku.
Benar saja,
beberapa saat kemudian iblis masuk ke dalam Yudas yang lalu pergi bermufakat
dengan imam-imam untuk menyerahkan Yesus.
Luk 22:3-4 –
(3) Maka masuklah Iblis ke dalam
Yudas, yang bernama Iskariot, seorang dari kedua belas murid itu. (4)
Lalu pergilah Yudas kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait
Allah dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada
mereka.
Iblis terus
bekerja hingga ditangkapnya Yesus dan digiring untuk diadili.
Luk 22:52-54 –
(52) Maka Yesus berkata kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait
Allah serta tua-tua yang datang untuk menangkap Dia, kata-Nya: "Sangkamu
Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung? (53)
Padahal tiap-tiap hari Aku ada di tengah-tengah kamu di dalam Bait Allah, dan
kamu tidak menangkap Aku. Tetapi inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu." (54) Lalu Yesus ditangkap
dan dibawa dari tempat itu. Ia digiring ke rumah Imam Besar….”
Semua ini
memperlihatkan kepada kita betapa ngototnya setan dalam urusan pencobaan. Jika
ia mencobai seseorang dan pencobaannya gagal, ia akan melakukan serangan kedua.
Jika gagal lagi, ia akan melakukan serangan ketiga. Jika gagal lagi, jangan
kira dia sudah putus asa dan kapok. Dia bisa saja melakukan sama seperti yang
dia lakukan pada Yesus. Ia mengundurkan diri sejenak dan menunggu waktu yang
baik untuk melakukan serangan-serangan lain.
Esra Alfred Soru - “…bukankah semuanya itu sudah cukup untuk
membuktikan ketidakputusasaan iblis? Memang ia tidak berhasil mencobai Yesus di
padang gurun
karena kuasa, otoritas dan komitmen Yesus kepada kebenaran, tetapi bukankah
ketidakputusasaannya cukup membuahkan hasil dengan tergodanya Yudas dan penyangkalan
Petrus pada Yesus? Bukankah ketidakputusasaannya banyak membuahkan hasil dengan
banyaknya hamba Tuhan yang jatuh ke
dalam dosa walaupun di awalnya begitu kuat menghadapi godaan? (6
Rahasia, hal. 49)
Melihat cara
kerja iblis semacam ini maka kita harus sadar bahwa kita sementara berhadapan
dengan musuh yang bukan saja sangat tangguh tetapi juga sangat tekun dan gigih.
Menghadapi musuh semacam ini maka kita harus selalu waspada. Ada banyak orang
Kristen yang begitu senang ketika mereka bisa kuat dan menang dalam menghadapi
cobaan / serangan setan dan mereka lalu menjadi ‘mabuk’ kemenangan atau ‘lupa
daratan’ sehingga ketika setan melakukan serangan susulan, mereka berhasil
dihancurkan / dijatuhkan. Ingat bahwa kalau setan tekun di dalam memberikan
pencobaan, kita pun harus tekun di dalam menolak pencobaan. Belajarlah dari
Yusuf yang digoda secara tekun oleh isteri Potifar (pasti setan di baliknya)
tetapi ia menolak godaan juga dengan tekun.
Kej 39:7,8,10 – (7) Selang beberapa waktu isteri tuannya
memandang Yusuf dengan berahi, lalu katanya: "Marilah tidur dengan aku." (8) Tetapi Yusuf menolak … (10) Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk
Yusuf, Yusuf tidak mendengarkan
bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia.
Ada banyak orang memang
menolak godaan untuk berdosa, tetapi mereka tidak cukup kuat untuk menolak
godaan kedua, ketiga, dst dan pada akhirnya mereka menyerah dengan godaan itu.
Selain tekun di dalam menolak godaan untuk berdosa, kita pun harus tekun di
dalam doa dan belajar Firman Tuhan karena itu adalah senjata dalam menghadapi
pencobaan setan. Kalau setannya tekun sedangkan kita tidak, maka bagaimana kita
bisa menang? Kiranya dengan mengerti cara kerja dan kegigihan/ketekunan setan
di dalam memberikan pencobaan menjadikan kita lebih berhati-hati dan juga tekun
di dalam menolak godaan, belajar Firman Tuhan dan berdoa.
II.
MENGAPA
YESUS PERLU MENGALAMI PENCOBAAN?
Sebelumnya
telah dijelaskan bahwa pencobaan yang dialami Yesus ini terjadi setelah Ia
dibaptis, sebagai awal / permulaan dari pelayanan-Nya. Satu hal yang perlu
dipikirkan adalah mengapa Yesus perlu mengalami pencobaan sebelum Ia terjun ke medan pelayanan? Atau
dengan kata lain, apa pentingnya pencobaan ini bagi Yesus sebelum
pelayanan-Nya? Kita tahu bahwa dalam sepanjang pelayanan-Nya, Yesus sering
berhadapan dengan orang-orang berdosa yang dibuang oleh masyarakat seperti
pelacur, pemungut cukai, dll tetapi Yesus bisa menunjukkan simpati yang besar
terhadap mereka. Ia pernah makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan
orang-orang berdosa di rumah Matius.
Mat 9:10 -
Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan
bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya.
Dia pernah
menumpang di rumah Zakheus kepala pemungut cukai yang dianggap orang berdosa
oleh masyarakat.
Luk 19:5-6 –
(5) Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata:
"Zakheus, segeralah turun, sebab hari
ini Aku harus menumpang di rumahmu." (6) Lalu Zakheus segera turun
dan menerima Yesus dengan sukacita.
Dia biasa
menerima pemungut cukai dan orang-orang berdosa dan mengajar mereka.
Luk 15:1 - Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya
datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.
Dia pernah
mengampuni seorang perempuan yang kedapatan berzinah padahal massa menuntut hukuman mati atasnya.
Yoh 8:7,9-11 –
(7) Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri
lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa,
hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (9)
Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi
seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan
perempuan itu yang tetap di tempatnya. (10) Lalu Yesus bangkit berdiri dan
berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang
yang menghukum engkau?" (11) Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu
kata Yesus: "Aku pun tidak
menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
Dia pernah
mengampuni seorang perempuan berdosa ketika makan di rumah Simon.
Luk 7:37-48 –
(37) Di kota
itu ada seorang perempuan yang
terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa
Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah
buli-buli pualam berisi minyak wangi. (38) Sambil menangis ia pergi berdiri di
belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya
dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya
dengan minyak wangi itu. (39) Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat
hal itu, ia berkata dalam hatinya: "Jika
Ia ini nabi, tentu Ia tahu,
siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa
perempuan itu adalah seorang berdosa."
(40) Lalu Yesus berkata kepadanya: "Simon, ada yang hendak Kukatakan
kepadamu." Sahut Simon: "Katakanlah, Guru." (41) "Ada dua orang yang
berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima
ratus dinar, yang lain lima
puluh. (42) Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang
kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi
dia?" (43) Jawab Simon: "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan
hutangnya." Kata Yesus kepadanya: "Betul pendapatmu itu." (44)
Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon:
"Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak
memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan
air mata dan menyekanya dengan rambutnya. (45) Engkau tidak mencium Aku, tetapi
sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku. (46) Engkau tidak
meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak
wangi. (47) Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah
banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia
berbuat kasih." (48) Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: "Dosamu telah diampuni."
Dia pernah
kembali menerima Petrus di danau Tiberias setelah penyangkalan Petrus 3 kali
kepada-Nya.
Yoh 21:15 -
Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari
pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan,
Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
Karena
sikap-sikap ini maka Yesus terkenal dengan sebutan “Sahabat orang berdosa”.
Luk 7:34 -
Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia
seorang pelahap dan peminum, sahabat
pemungut cukai dan orang berdosa.
Sikap Yesus
ini sangat kontras dengan sikap para ahli Taurat, orang Farisi dan masyarakat
luas dan karena itu tidak jarang Ia dikritik / diprotes karena tindakan-Nya
ini.
Mat 9:11 -
Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid
Yesus: "Mengapa gurumu makan
bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?"
Luk 15:2 -
Maka bersungut-sungutlah orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang
berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka."
Luk 19:7 –
Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa."
Tetapi
terhadap semua kritik / protes ini, Yesus menjawab dan menunjukkan prinsip-Nya.
Mat 9:13 -
Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas
kasihan dan bukan persembahan, karena Aku
datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."
Mark 2:17 -
Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku
datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."
Satu hal yang
perlu dipikirkan adalah mengapa Yesus bisa menunjukkan rasa simpati yang begitu
besar terhadap orang-orang berdosa? Mengapa
Ia dengan mudah menerima dan
diterima oleh orang-orang berdosa? Mengapa
Ia dapat menjadi sahabat dari
orang-orang berdosa? Jawabannya adalah karena Ia mengerti perasaan dan
pergumulan batin orang-orang berdosa. Orang-orang berdosa adalah orang-orang
yang telah mengalami serangan/pencobaan dari setan dan mereka gagal mengalahkan
pencobaan itu dan jatuh ke dalam dosa. Yesus mengerti pergumulan seorang
berdosa dalam gigitan yang tajam dari setiap pencobaan. Mengapa Yesus bisa
mengerti hal ini? Jawabannya adalah karena Ia sendiri pernah mengalami hebatnya
serangan pencobaan dari setan. Ia memang tidak kalah dalam pencobaan itu. Ia
bahkan menang dalam pencobaan di padang
gurun tetapi pengalaman itu cukup untuk membuat-Nya merasakan hebatnya serangan
setan dalam setiap pencobaan. Karena itu maka Ia bisa bersimpati dengan
orang-orang berdosa sebagaimana yang dikatakan penulis Surat Ibrani ketika
membicarakan keimaman Kristus :
Ibr 4:15 -
Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita,
sebaliknya sama dengan kita, Ia telah
dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
TL : Karena
kita tidak ada Imam Besar yang tiada menaruh
belas kasihan akan segala kelemahan kita, melainkan yang sudah terkena coba di dalam segala
perkara sama seperti kita, dan lagi tiada berdosa.
Kata-kata
“turut merasakan” dalam TB di atas itu dalam beberapa versi bahasa Inggris
diterjemahkan dengan kata “sympathize”.
ESV : For we do not have a high priest who is
unable to sympathize with our
weaknesses, but one who in every respect has been tempted as we are,
yet without sin.
GW : We have a chief
priest who is able to sympathize with
our weaknesses. He was tempted in every way that we are, but he didn't
sin.
Inilah jawaban
atas pertanyaan kita. Mengapa di awal pelayanan-Nya Yesus harus mengalami
pencobaan dari setan? Mengapa ketika hendak memulai pelayanan-Nya Roh Kudus
justru membawa-Nya untuk dicobai setan? Jawabannya adalah supaya Ia pernah
merasakan hebatnya suatu pencobaan dan dengan itu Ia bisa bersimpati / mengerti
kelemahan orang-orang berdosa dalam setiap serangan setan. Tanpa pernah
mengalami pencobaan, bagaimana Ia bisa mengerti pergumulan seorang anak manusia
dalam arena / gelanggang pencobaan? Ini sama seperti kalau anda tidak pernah
mengalami sakit, bagaimana anda bisa menguatkan orang sakit? Kalau anda tidak
pernah kehilangan, bagaimana anda mengerti perasaan orang yang kehilangan?
Kalau anda tidak pernah dikhianati, bagaimana anda mengerti perasaan dan
menghibur orang yang dikhianati? Kalau anda tidak pernah miskin bagaimana anda
bisa mengerti kesulitan orang miskin? Kalau anda tidak pernah patah hati /
putus cinta, bagaimana anda menghibur orang yang yang sementara patah hati /
putus cinta? Tentu saja anda bisa menasihati, menguatkan, menghibur orang-orang
seperti itu tapi kekuatan yang diberikan tidak akan sebanding dengan apabila
anda sendiri pernah mengalami semua itu. Itulah sebabnya kadang kita perlu
bersyukur jika Tuhan mengijinkan kita mengalami berbagai hal yang tidak enak
seperti penderitaan, sakit penyakit, kehilangan, kekurangan, putus cinta, pengkhianatan, dsb, karena kadang itu menjadi
berguna dalam hidup dan pelayanan kita. Karena itu maka pengalaman Yesus
dicobai di padang gurun dan juga semua pencobaan yang Ia alami sepanjang
hidup-Nya dapat menjadi penghiburan bagi kita bahwa ketika kita dicobai, ketika
kita diserang setan dengan berbagai macam kesulitan/penderitaan hidup, kita
tidak sendiri karena Yesus juga turut merasakan semuanya itu, dan Ia bersimpati
terhadap kita. Ia peduli pada kelemahan kita dalam pencobaan. Tapi ingat, Yesus
bukan saja mengalami pencobaan tetapi Ia berhasil menang atas pencobaan itu
dalam artian Ia tidak jatuh ke dalam dosa.
Ibr 4:15 -
Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut
merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat
dosa
Fakta ini
membuat Ia juga dapat menolong kita dalam pencobaan.
Ibr 2:18 -
Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.
1 Kor 10:13 -
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak
melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan
membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar,
sehingga kamu dapat menanggungnya.
Karena itu
setiap kali kita mengalami pencobaan / serangan setan dan kita menjadi lemah
atau bahkan jatuh sekalipun, ingatlah bahwa Dia mengerti kelemahan kita dan Dia
bisa menolong kita dan mengangkat kembali kita dari setiap kejatuhan kita.
Contohnya adalah Petrus. Sebelum penyangkalannya, Yesus sudah tahu kelemahannya
dan bahwa Petrus akan menyangkal Dia. Tetapi
Ia berdoa untuk Petrus agar dapat
bangkit kembali setelah kejatuhannya.
Luk 22:31-32 –
(31) Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti
gandum, (32) tetapi Aku telah berdoa
untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau
sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu."
Semua kita
adalah makhluk yang lemah. Setiap saat kita bisa jatuh dalam serangan setan
tapi kita mempunyai Imam Besar seperti Yesus yang pernah mengalami hebatnya
pencobaan dan menang atas pencobaan itu, Ia dapat menjadi sandaran kita dalam
setiap pencobaan bahkan membuat kita menang atas setiap pencobaan.
Matthew Henry – “…yang lebih
menghibur lagi adalah saat kita mengingat bahwa Kristus telah menang saat
dicobai, dan menang bagi kita. Bukan saja musuh yang dihadapi telah dikalahkan,
dijatuhkan dan dilucuti, tetapi agar kita pun berkepentingan dalam kemenangan
Kristus atas musuh kita itu, dan melalui Dia kita adalah lebih dari orang-orang
yang menang. (Injil Matius 1-14, hal. 98).
Biarlah setiap
kali kita mengalami pencobaan, kita senantiasa mengingat Tuhan kita dan meminta
kepada-Nya untuk menolong kita dalam setiap pencobaan. Dia dapat menjadi
sahabat kita, kawan kita yang sejati.
III.
MUNGKINKAH
YESUS BERDOSA?
Dalam
kaitannya dengan pencobaan yang dialami Yesus, saya merasa perlu membahas 1 hal
penting yakni apakah mungkin Yesus jatuh dalam dosa? Atau dengan kata lain
apakah ada kemungkinan Yesus berdosa? Yang dipersoalkan di sini bukanlah fakta
bahwa Yesus tidak berdosa karena kalau ini yang dipersoalkan, semua orang yang
Alkitabiah mengakui bahwa Yesus sama sekali tidak berdosa. Yang dipersoalkan di
sini adalah soal potensi / kemampuan. Jadi sederhananya adalah apakah Yesus
bisa berdosa atau tidak? Ini adalah sesuatu yang bersifat teologis dan
teoritis. Dan saya hanya bagikan ini sebagai pengetahuan saja tanpa aplikasi
apapun.
Tentang
persoalan ini, para teolog/Kristolog berbeda pandangan.
a.
Ada yang berpandangan bahwa Yesus bisa berdosa.
Alasannya
adalah :
1.
Karena Dia adalah manusia sama seperti kita.
Kalau Kristus
menjadi manusia yang sama seperti kita (Ibr 2:14-17), maka Ia juga harus
bisa berbuat dosa, sama seperti kita
2.
Kalau
Ia tidak bisa berdosa, berarti Ia
tidak bisa dicobai.
Dengan kata lain, fakta bahwa Kristus dicobai, menunjukkan bahwa Ia bisa
berbuat dosa.
3.
Kalau Kristus tidak bisa berbuat dosa, maka pencobaan
yang Ia alami tidak nyata dan tidak berguna, dan Ia tidak bisa bersimpati
dengan umat-Nya.
4.
Mat 26:53 mengindikasikan adanya kemungkinan untuk
tidak tunduk kepada Bapa dan itu adalah dosa.
Mat 26:53
- Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada BapaKu, supaya Ia segera
mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?
Kelihatannya Yesus
ada di persimpangan jalan di mana Ia bisa memilih untuk tunduk pada kehendak
Allah, dengan membiarkan diri-Nya ditangkap dan dibunuh atau Ia memilih untuk
tidak tunduk pada kehendak Bapa dengan berdoa kepada-Nya untuk dikirimi lebih
dari 12 pasukan malaikat untuk membantu Dia. Sekalipun akhirnya / dalam faktanya
Ia memilih untuk taat pada kehendak Allah jelas bahwa sebetulnya Ia bisa saja
tidak tunduk pada kehendak Allah. Dan itu dosa!
Jadi kesimpulannya
adalah Yesus mungkin untuk / bisa berdosa.
b.
Ada yang berpandangan bahwa Yesus tidak bisa
berdosa.
Alasannya
adalah :
1.
Kalau Yesus bisa berdosa maka ini bertentangan dengan
Ibr 13:8.
Ibr 13:8 -
Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai
selama-lamanya.
Ayat ini
berkata bahwa Kristus tidak berubah. Kalau
Ia bisa berdosa, maka itu berarti
Ia bisa berubah (dari suci menjadi berdosa).
2.
Kata-kata Kristus dalam Yoh 14:30 menunjukkan
bahwa tidak mungkin Ia bisa berdosa.
Yoh 14:30 -
Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas
diri-Ku.
Jika penguasa
dunia ini (yaitu setan) tidak berkuasa sedikit pun atas Yesus, lalu bagaimana
Ia bisa berbuat dosa?
3.
Penebusan oleh Kristus sudah ada sejak semula dalam
Rencana Allah dan Rencana Allah tidak mungkin berubah atau gagal.
Bahwa
penebusan dosa oleh Kristus sudah ada dalam Rencana Allah terlihat dari :
Kis 2:23 - Dia
yang diserahkan Allah menurut maksud
dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan
bangsa-bangsa durhaka.
1 Pet 1:20 - Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan,
tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir.
Dan Rencana
Allah ini tidak mungkin gagal :
Ayub 42:2 -
"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.
Kalau Kristus
berdosa, maka Ia harus mati untuk dosa-Nya sendiri, sehingga Ia tidak bisa
menebus dosa umat manusia. Jadi kalau ada kemungkinan bagi Kristus untuk
berdosa, maka itu berarti ada kemungkinan bagi Rencana Allah (tentang
Penebusan) untuk gagal.
Jadi kesimpulannya
adalah Yesus mungkin untuk / bisa berdosa.
Dari 2
pandangan ini, yang manakah yang benar? Saya berpendapat bahwa Yesus tidak
mungkin / tidak bisa berdosa. Alasan-alasannya sudah diberikan di atas. Tapi
bagaimana dengan argumentasi-argumentasi dari pihak yang mengatakan bahwa Yesus
mungkin / bisa berdosa? Mari kita bahas satu per satu :
1.
Karena Dia adalah manusia sama seperti kita.
Tanggapan saya
adalah sebagaimana kita tahu bahwa pribadi Yesus memiliki 2 hakikat (manusia
dan Allah). Hakikat manusia-Nya memang mempunyai sifat ‘bisa berdosa’ (posse peccare) sedangkan hakikat ilahi-Nya
mempunyai sifat ‘tidak bisa berdosa’ (non
posse peccare). Berdasarkan Communicatio Idiomatum, maka semua sifat
dari hakikat manusia maupun hakikat ilahi diberikan kepada pribadi Kristus.
Jadi seharusnya pribadi Kristus mempunyai sifat ‘bisa berdosa’ dan ‘tidak bisa
berdosa’. Tetapi kesimpulan ini ditolak oleh orang-orang Reformed pada umumnya.
Ada beberapa
pandangan dalam kalangan Reformed tapi saya lebih condong pada pandangan
R.L.Dabney yang mengatakan bahwa :
a.
Persatuan 2 hakikat itu adalah suatu perisai bagi
hakikat manusia terhadap dosa/kesalahan. Jadi maksudnya adalah memang bahwa
hakikat manusia sendiri mempunyai sifat bisa berdosa tetapi karena hakikat
manusia Yesus ini bersatu dengan hakikat ilahi-Nya di dalam pribadi Kristus
memang persatuan itu menjadi benteng / perisai bagi hakikat manusia Yesus dari
dosa / kesalahan.
b.
Dalam persatuan hakikat manusia dengan hakikat ilahi
itu, hakikat manusia itu dikuasai sepenuhnya oleh Roh Kudus sehingga tidak
mungkin hakikat manusia-Nya menjadi berdosa.
Luk 4:1 - Yesus, yang penuh
dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh
Kudus ke padang
gurun.
Yoh 3:34 - Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman
Allah, karena Allah mengaruniakan
Roh-Nya dengan tidak terbatas.
BIS : Sebab orang yang diutus Allah menyampaikan kata-kata Allah, karena Roh Allah sudah diberikan kepada-Nya
sepenuhnya.
Calvin : Kristus dibentengi oleh
Roh dengan kuasa sedemikian rupa sehingga panah-panah setan tidak bisa menusuk-Nya.
2.
Kalau
Ia tidak bisa berdosa, berarti Ia
tidak bisa dicobai.
Menurut saya pandangan
ini tidak benar, karena bahwa suatu pasukan tidak bisa dikalahkan, tidak
berarti bahwa pasukan itu tidak bisa diserang. Jadi analoginya adalah bahwa
Kristus tidak bisa berdosa, tidak berarti Ia tidak bisa dicobai.
3.
Kalau Kristus tidak bisa berbuat dosa, maka pencobaan
yang Ia alami tidak nyata dan tidak berguna, dan Ia tidak bisa bersimpati
dengan umat-Nya.
Tanggapan saya
adalah sekalipun Kristus tidak bisa berbuat dosa, ini tidak berarti bahwa
pencobaan yang dialami oleh Kristus adalah
sepele / ringan (bdk.
Mat 26:36-46
Ibr 2:18 Ibr 4:15 Ibr 5:7-8). Justru karena Dia tidak mungkin
berdosa maka Dia merasakan seluruh kekuatan pencobaan yang ada. Perhatikan
beberapa komentar berikut ini :
Westcott - Simpati
dengan orang berdosa dalam pencobaannya tidak tergantung pada pengalaman
tentang dosa, tetapi pada pengalaman tentang kekuatan pencobaan kepada dosa,
yang hanya orang yang tak berdosa bisa mengetahuinya dalam intensitasnya
sepenuhnya. Ia yang jatuh, menyerah sebelum tekanan terakhir. (New
International Commentary of the NT, hal. 157)
Plummer – “... orang
yang benar, yang tidak pernah goyah sesaat pun, bisa merasakan daya tarik…dengan
lebih hebat dari pada orang lemah yang menyerah / mengalah; karena yang terakhir
ini mungkin menyerah sebelum ia mengenal seluruh daya tarik itu. (New
International Commentary of the NT, hal. 157)
Norval Geldenhuis - Jika
kita mengingat pertimbangan-pertimbangan ini, kita akan menyadari bahwa sang
Juruselamat mengalami hebatnya serangan pencobaan yang tidak pernah dialami
oleh orang lain, karena semua yang lain adalah orang berdosa dan karena itu
tidak bisa tetap berdiri sampai pencobaan-pencobaan itu menghabiskan seluruh
kekuatannya dalam menyerang mereka. (New International Commentary of the NT,
hal. 157).
Sebagai ilustrasi, kalau seorang petinju yang tidak terlalu tahan pukul
menghadapi Mike Tyson, maka mungkin sekali bahwa baru satu kali terkena pukulan
Mike Tyson ia sudah KO sehingga ia tidak merasakan seluruh kekuatan Mike Tyson.
Tetapi petinju lain yang betul-betul tahan pukulan, tidak jatuh sekalipun
terkena banyak pukulan Tyson, sehingga ia betul-betul merasakan seluruh
kekuatan Tyson. Atau contoh lainnya adalah orang yang mengalami godaan untuk
merokok. Kalau begitu ada godaan ia langsung menyerah, maka jelas bahwa ia
tidak merasakan seluruh kekuatan godaan itu. Tetapi kalau ia bertahan, maka
orang yang menggodanya itu akan menggunakan bermacam-macam cara dan taktik
untuk menjatuhkannya, sehingga ia akan merasakan seluruh kekuatan godaan itu. Jadi
sekalipun Kristus tidak mungkin berdosa, pencobaan terhadap-Nya tetap nyata
karena Ia jelas-jelas menderita karena pencobaan itu dan karena itu Ia tetap
dapat bersimpati terhadap kita yang terkena pencobaan.
Ibr 2:18 - Sebab oleh karena Ia
sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka
yang dicobai.
4.
Mat 26:39,53 mengindikasikan adanya kemungkinan untuk
tidak tunduk kepada Bapa dan itu adalah dosa.
Benarklah
demikian? Tidak! Yesus mengucapkan Mat 26:53 ini hanya untuk meluruskan
pemikiran / tindakan dari Petrus yang berusaha ‘menolong Yesus’ dengan
membacok telinga hamba Imam Besar. Juga Calvin beranggapan bahwa dalam
Mat 26:53 ini Yesus hanya mengandaikan. Jadi maksudnya adalah sebagai
berikut: Andaikata saja hal itu tidak bertentangan dengan kehendak Allah,
maka dari pada dibantu oleh Petrus menggunakan pedangnya, Yesus mempunyai cara
yang lebih baik, yaitu berdoa kepada Bapa untuk mengirim lebih dari 12 pasukan
malaikat.
Dari semua
jelas terlihat bahwa argumentasi yang mengatakan bahwa Yesus mungkin / bisa
berdosa bisa dipatahkan. Karena itu pandangan yang seharusnya kita anut adalah
bahwa Yesus tidak mungkin / tidak bisa berdosa. Sekalipun ini adalah sesuatu
yang bersifat teoritis dan saya tidak menemukan aplikasi praktisnya dari
kebenaran ini tapi kiranya ini dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi kita dan
senantias boleh mengagumi keunikan pribadi Tuhan kita Yesus Kristus yang bukan
saja tidak berdosa tetapi tidak mungkin / tidak bisa berdosa.
Ibr 7:25-26 –
(25) Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang
oleh Dia datang kepada Allah. Sebab
Ia hidup senantiasa untuk menjadi
Pengantara mereka. (26) Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan:
yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang
berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga.
- AMIN -
No comments:
Post a Comment