Yesus Kristus pernah mengajar murid-murid-Nya untuk berdoa dalam nama-Nya, karena jika mereka berdoa
dalam nama-Nya, permintaan mereka akan dikabulkan oleh Bapa. Sejak saat itu, orang Kristen selalu menutup
doa mereka dengan nama Tuhan Yesus. Cara berdoa demikian dari kecil sudah ditanamkan dan menjadi
kebiasaan terutama bagi yang lahir di dalam keluarga Kristen.
Namun, kebiasaan yang baik ini dapat menjadi kehilangan artinya jika tidak dilakukan dengan penuh kesadaran. Maksudnya, kebiasaan yang baik berbeda dengan repetisi yang baik. Jika kebiasaan untuk menutup doa dalam nama Yesus sudah tidak dilakukan dengan segenap pengertian dan kesadaran, itu akan menjadi repetisi yang tak berarti saja. Tidak heran dalam persekutuan doa di mana kita dapat mendengar doa yang satu dengan yang lain, mungkin kita dapat mendengar doa-doa seperti berikut ini, baik yang diucapkan oleh orang lain ataupun diri kita sendiri.
Ketika suatu kebiasaan dilakukan tanpa pengertian dan kegentaran, pengulangan pekerjaan itu hanya menjadi repetisi yang dilakukan dengan pikiran asal sudah dilakukan sesuai dengan yang disuruh. Melihat pada doa di atas, terdapat kesan bahwa isi doa lebih penting daripada nama Tuhan Yesus yang di dalamnya kita berdoa. Isi permintaan dilafalkan dengan kejelasan kristal, sedangkan nama Yesus asal disebut, seperti goresan tanda tangan yang dilakukan dengan tergesa-gesa dan pokoknya ada.
Hal ini tentulah tidak menyenangkan hati Tuhan Yesus. Sulit membayangkan orang yang berdoa demikian sadar sepenuh-penuhnya bahwa mereka sedang mengucapkan sebuah Nama yang ditakuti oleh seisi sorga, satu-satunya Nama yang berkenan kepada Allah Bapa. Sulit juga memercayai bahwa pelafalan yang malas seperti itu keluar dari hati yang benar-benar menghormati nama Allah sebagaimana yang diperintahkan oleh perintah ketiga di Gunung Sinai: “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.”
Hendaklah doa kita ditutup dengan sungguh-sungguh seperti ini.
Namun, kebiasaan yang baik ini dapat menjadi kehilangan artinya jika tidak dilakukan dengan penuh kesadaran. Maksudnya, kebiasaan yang baik berbeda dengan repetisi yang baik. Jika kebiasaan untuk menutup doa dalam nama Yesus sudah tidak dilakukan dengan segenap pengertian dan kesadaran, itu akan menjadi repetisi yang tak berarti saja. Tidak heran dalam persekutuan doa di mana kita dapat mendengar doa yang satu dengan yang lain, mungkin kita dapat mendengar doa-doa seperti berikut ini, baik yang diucapkan oleh orang lain ataupun diri kita sendiri.
Ba-pa di Sor-ga, ka-mi ber-syu-kur
Un-tuk a-nu-ge-rah yang kau bri
Ha-ri i-ni ka-mi i-ngin ber-do-a
Ki-ra-nya Eng-kau mem-ber-kat-i
K-K-R yang a-kan ka-mi la-ku-kan
Te-ri-ma ka-sih Tu-han
DalmnmYsususmi bdoa, Amin
Ya Tu-han, ber-kat-i-lah ke-bak-ti-an ka-mi
E-sok ha-ri, ka-mi da-tang ke ha-di-rat-Mu
Per-si-ap-kan ha-ti ka-mi un-tuk me-mu-ji
Men-de-ngar-kan fir-man-Mu
Dlamnmasususmibdoa’min.
Ketika suatu kebiasaan dilakukan tanpa pengertian dan kegentaran, pengulangan pekerjaan itu hanya menjadi repetisi yang dilakukan dengan pikiran asal sudah dilakukan sesuai dengan yang disuruh. Melihat pada doa di atas, terdapat kesan bahwa isi doa lebih penting daripada nama Tuhan Yesus yang di dalamnya kita berdoa. Isi permintaan dilafalkan dengan kejelasan kristal, sedangkan nama Yesus asal disebut, seperti goresan tanda tangan yang dilakukan dengan tergesa-gesa dan pokoknya ada.
Hal ini tentulah tidak menyenangkan hati Tuhan Yesus. Sulit membayangkan orang yang berdoa demikian sadar sepenuh-penuhnya bahwa mereka sedang mengucapkan sebuah Nama yang ditakuti oleh seisi sorga, satu-satunya Nama yang berkenan kepada Allah Bapa. Sulit juga memercayai bahwa pelafalan yang malas seperti itu keluar dari hati yang benar-benar menghormati nama Allah sebagaimana yang diperintahkan oleh perintah ketiga di Gunung Sinai: “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.”
Hendaklah doa kita ditutup dengan sungguh-sungguh seperti ini.
Ya Tuhan, berkatilah kebaktian kami
Esok hari, kami datang ke hadirat-Mu
Persiapkan hati kami untuk memuji
Mendengarkan firman-Mu
Di da-lam na-ma Yesus Kristus ka-mi ber-do-a. Amin.
Pillar
Esok hari, kami datang ke hadirat-Mu
Persiapkan hati kami untuk memuji
Mendengarkan firman-Mu
Di da-lam na-ma Yesus Kristus ka-mi ber-do-a. Amin.
Pillar
No comments:
Post a Comment