dipity.com : Pengemis (beggar) |
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Ptochos (miskin- yang digunakan dalam ayat diatas ini) berasal dari kata kerja yang berarti "menciut,berjongkok ketakutan, atau menunduk," seperti para pengemis saat ini. Bahasa Yunani klasik menggunakan kata ini untuk menggambarkan seorang yang kekurangan hingga melarat, yang membungkukan badan di sebuah sudut untuk mengemis. Sembari ia menjulurkan satu tangan untuk meminta sedekah, ia kerap menyembunyikan wajahnya dengan tangan yang lainnya, karena ia malu jika dikenali. Istilah Ptochos tidak berarti miskin semata, tetapi mengemis miskin. Kata ini digunakan dalam Lukas 16:20 ( Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu,) untuk menggambarkan Lazarus pengemis.
Kata ini umumnya digunakan untuk menunjukan kemiskinan pada umumnya yaitu penichros, dan kata ini digunakan untuk seorang seorang janda yang dilihat oleh Yesus memberikan persembahan di bait suci. Dia hanya memberikan sangat sedikit, tetapi dia memiliki " dua koin tembaga kecil" (Lukas 21:2). Dia miskin tetapi bukan seorang pengemis.
Seseorang yang miskinnya penichros masih memiliki setidaknya beberapa sumber-sumber keuangan yang kecil. Akan tetapi,Seorang yang miskinnya ptochos, sepenuhnya bergantung kepada sesama untuk bertahan hidup. Ia sama sekali tak memiliki sarana-sarana untuk menopang dirinya sendiri.
Karena pernyataan yang mirip dalam Lukas 6:20 "Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah"- sejumlah penafsir memperlakukan ucapan bahagia pada Matius 5:3 sebagai mengajarkan kemiskinan materi. Tetapi hermeneutika yang kokoh (interpretasi kitab suci) mempersyaratkan bahwa, jika 2 atau lebih ayat yang mirip tetapi tidak persis serupa, maka yang lebih jelas menjelaskan ayat-ayat lainnya, semakin membutuhkan klarifikasi yang eksplisit maka ayat tersebut kurang eksplisit. Dengan memperbandingkan ayat dengan ayat kita melihat bahwa catatan Matius lebih eksplisit. Yesus sedang berbicara sebuah kemiskinan rohani yang bertalian dengan kemiskinan material seseorang yang mengalami kemiskinan ptochos.
Andai Yesus dalam hal ini sedang menganjurkan kemiskinan secara materi, Ia malah mempertentangkan banyak bagian dari firman yang dikatakannya-termasuk Khotbah di bukit itu sendiri (Matius 5:42)-yang mengajarkan kepada kita untuk memberikan pertolongan finansial kepada orang miskin. Jika Yesus sedang mengajarkan keberkatan jasmani dalam kemiskinan material, maka tugas orang-orang Kristen bisa jadi membantu setiap orang termasuk diri kita sendiri menjadi berkekurangan dalam hal uang. Yesus tidak mengajarkan kemiskinan materi semacam ini menjadi jalan menuju kekayaan rohani.
Mereka yang miskin secara materi memang memiliki beberapa keuntungan dalam hal-hal rohani sebab tidak memiliki godaan-godaan dan ketertarikan-ketertarikan tertentu; dan mereka yang kaya secara materi memiliki kelemahan dengan berbagai ketertarikan dan godaan tertentu. Tetapi kepemilikan material tidak harus bertalian dengan berkat-berkat rohani. Matius memperjelas hal ini disini dengan membicarakan kondisi rohani, bukan kondisi dompet.
Setelah Yesus memulai pelayanannya di tengah-tengah khalayak umum, Yesus kerap tidak "memiliki tempat dimanapun untuk membaringkan kepalanya" (Matius 8:20), tetapi Ia dan murid-muridnya tidak melarat dan tidak pernah mengemis roti. Paulus dipukuli, dipenjara, kapalnya karam, dilempari batu, dan kerap tertekan secara ekonomi agar dapat membayar pengeluaran-pengeluarannya dalam pelayanan (Kisah Para Rasul 20:34; 1 Korintus 9:6-18). Tuhan Yesus dan para rasul dituduh sebagai yang tak peduli, pembuat masalah, tidak religius, dan bahkan gila; tetapi mereka tidak pernah dituding sebagai fakir miskin atau para pengemis.
Disisi lain, tiada satupun orang percaya dalam Perjanjian Baru dikecam karena kaya. Nikodemus, prajurit Roma di Lukas 7, Yusuf Arimatea, Filemon semuanya adalah orang-orang beriman dan kaya. Bahwa " tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang" yang dipanggil (1 Korintus 1:26), mereka ditolak bukan terkait kedudukan mereka atau harta milik tetapi karena begitu banyak dari mereka yang percaya pada hal-hal apa yang dimilikinya ( 1 Timotius 6:6-17)
Miskin dalam hal roh adalah mengenali kemiskinan rohani seseorang yang terpisah dari Tuhan. Ini soal melihat diri seseorang sebagaimana yang senyata-nyatanya : terhilang, tanpa harapan, tanpa pertolongan. Terpisah dari Kristus maka setiap orang melarat secara rohani, tak peduli apa pendidikannya, kekayaannya, status sosial, prestasi, atau pengetahuan agama.
Ini pokok dari ucapan bahagia pertama. Miskin dalam roh adalah mereka yang mengenali kemelaratan rohaninya. Kemelaratan dan ketergantungan sepenuhnya kepada Tuhan. Mereka memahami bahwa mereka tidak memiliki sumber-sumber yang dapat menyelamatkan didalam diri mereka dan yang dapat mereka lakukan hanya memohon belas kasih dan anugerah.
Mereka tahu bahwa mereka tidak memiliki nilai spiritual, dan mereka tahu bahwa mereka tidak dapat mengusahakan pahala rohani. Keangkuhan mereka lenyap, penjaminan diri sendiri lenyap, dan mereka berdiri dengan tangan yang hampa dihadapan Tuhan.
John MacArthur , Blessed Are the Poor . . . But Why? | Martin Simamora
No comments:
Post a Comment