Oleh : Charles H Spurgeon
Memeriksa dengan tajam, tatapan sekelebat mata Yesus, tatapan yang telah menyingkapkan dosaku, dan telah menyebabkanku pergi dan meratap pedih. Seperti kala Tuhan mengunjungi Adam, dan memanggil dia berdiri telanjang dihadapan Tuhan, seperti itu jugalah aku , kebenaranku telah dilucuti dihadapan wajah Tuhan yang maha tinggi. Namun kunjungan itu tidak berakhir disini; karena sebagaimana Tuhan telah menyematkan pakaian pada moyang pertama kita dengan kulit hewan, demikian juga Dia telah menutupi ketelanjanganku dengan kebenaran yang berasal dari pengorbanannya yang agung…. Lihatlah! Kapal itu mulai menurun, terus menurun oleh muatan ikan yang berat, sampai air mengancam untuk menelannya, dan Petrus, dan ikan tersebut, dan semuanya. Kemudian Petrus jatuh tersungkur di lutut Yesus, dan berteriak, “Pergilah dariku; karena aku adalah seorang yang sangat berdosa, O Tuhan!” (Lukas 5:8).
“Engkau datang menyelidiki aku di waktu malam.”—Mazmur 18:3
Ini adalah sebuah tema untuk ketakjuban bahwa Tuhan yang mulia mau mengunjungi manusia yang sangat berdosa.” Apakah manusia, sehingga Engkau mempedulikannya? Dan anak manusia, sehingga engkau telah mengujunginya?” Sebuah kunjungan ilahi adalah sebuah suka cita yang harus dihargai manakala diistimewakan dengan hal ini. Daud berbicara tentang hal ini dalam keseriusan yang besar. Sang Pemazmur tidak sekedar menuangkan semata perkataan; tetapi dia telah menuliskan dalam istilah-istilah yang gamblang, sehingga tulisan ini dapat dikenali oleh segenap generasi: “Engkau telah mengunjungiku pada malam hari.”
Saudara kekasih, jika Tuhan pernah
mengunjungimu, kamu juga akan takjub akan hal ini, akan menyimpannya dalam
ingatanmu, akan memperkatakannya kepada teman-temanmu, dan akan mencatatnya
dalam buku harianmu sebagai sebuah peristiwa yang patut dicatat dalam hidupmu.
Diatas semuanya, kamu akan mengatakan hal itu kepada Tuhan juga, dan mengatakannya dengan pengucapan
syukur dalam kagum, “Engkau telah mengunjungiku pada malam hari.” Kejadian ini
pasti menjadi sebuah bagian sangat penting pada ibadah untuk mengenang dan member tahu tentang Tuhan yang melawat,
dan mengatakan, baik dalam doa yang rendah hati dan dalam mazmur yang bersuka cita, “Engkau telah mengunjungi ku.”
Kepada anda, sahabat-sahabat kekasih, yang berkumpul bersama-sama denganku pada
meja komuni ini, aku akan menyampaikan
pengalamanku sendiri, tidak ada keraguan bahwa ini adalah juga
pengalaman-pengalamanmu. Jika Tuhan kita pernah
mengunjungi setiap kita, secara pribadi, oleh Roh Kudus, dua akibat
menyertai kunjungan itu: kunjungan itu
secara tajam menyelidiki, dan kunjungan
itu secara manis merupakan pelipur lara.
Ketika pertama-tama Tuhan mendekat kepada hati, jiwa yang gemetar menangkap
secara jernih pemeriksaan karakter oleh
kunjungan-Nya. Ingatlah bagaimana Ayub
telah menjawab Tuhan: “Hanya dari kata orang saja aku mendengar
tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (Ayub
42:5). Kita dapat membaca tentang Tuhan, dan mendengar tentang Tuhan,dan
sedikit saja tergugah; tetapi ketika kita merasakan kehadirannya, itu sebuah
soal yang lain.
Saya pikir rumahku cukup baik untuk
didatangi raja-raja; tetapi ketika Raja diatas segala raja mendatangi kediamanku, saya melihat hal rumahku adalah gubug yang sangat tidak cocok untuk-Nya mendiami.
Credit: godaily.net |
Saya tidak pernah tahu dosa menjadi begitu
“luar biasanya sangat berdosa” jika saya tidak mengenal Tuhan begitu sempurna kudusnya. Aku tidak pernah
memahami kerusakan total natur manusiaku jika saya tidak memiliki pengenalan natur kekudusan Tuhan.
Ketika kita melihat Yesus, kita jatuh tersungkur pada kakinya sebagai orang mati; sampai kemudian, kita menjadi
hidup dengan sebuah
kepastian/keterjaminan. Jika huruf-huruf dituliskan oleh sebuah tangan
misterius pada tembok (Daniel 5:5) telah
menyebabkan otot-otot persendian
raja Belsyazar lemas, ketakjuban seperti apakah yang menaklukan
roh-roh kita ketika kita melihat Tuhan
itu sendiri!
Dalam hadirat yang sorot sinarnya menerangi maka cela-cela dan kerut-kerut menjadi tersingkap,
dan kita sama sekali menjadi malu. Kita menjadi seperti Daniel yang berkata,” demikianlah
aku tinggal seorang diri. Ketika aku melihat penglihatan yang besar itu,
hilanglah kekuatanku; aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak ada lagi
kekuatan padaku”(Daniel 10:8). Hal ini terjadi ketika Tuhan mengunjungi
kita dimana kita melihat ketidaakadaan kita, dan bertanya; “Tuhan, apakah
manusia?”
Saya sangat ingat ketika Tuhan pertama
kali mengunjungiku; dan pasti merupakan natur malam, kebebalan, natur dosa.
Kunjungannya memiliki efek yang sama terhadapku
seperti yang telah menimpa Saul dari Tarsus ketika Tuhan telah berkata
kepadanya dari surga.
Credit : Rodrigo Bravo- flickr.com |
Dia telah menjungkalkanku dari kuda yang
tinggi, dan telah menyebabkanku terjatuh ke tanah; oleh kecemerlangan terang Roh-Nya Dia telah membuatku
meraba-raba dalam kebutaan; dan dalam kehancuran hatiku aku telah berteriak, “Tuhan
apa yang Engkau inginkan untuk aku harus lakukan?”
Saya merasa bahwa saya selama ini telah memberontak melawan Tuhan, menendangi
duri-duri yang menusuk, dan melakukan kejahatan
sebisaku; dan jiwaku telah dipenuhi kesedihan mendalam saat aku menyadarinya.
Memeriksa dengan tajam, tatapan sekelebat mata
Yesus, tatapan yang telah
menyingkapkan dosaku, dan telah menyebabkanku pergi dan meratap pedih. Seperti kala Tuhan mengunjungi Adam,
dan memanggil dia berdiri telanjang dihadapan Tuhan, seperti itu jugalah aku ,
kebenaranku telah dilucuti dihadapan wajah Tuhan yang maha tinggi. Namun
kunjungan itu tidak berakhir disini;
karena sebagaimana Tuhan telah menyematkan pakaian
pada moyang pertama kita dengan kulit hewan, demikian juga Dia telah menutupi ketelanjanganku dengan kebenaran
yang berasal dari pengorbanannya yang agung, dan Dia telah
memberikanku nyanyian-nyanyian di malam hari tersebut, namun kunjungan tersebut
bukanlah mimpi; faktanya, aku ada disana dan kemudian mimpi itu berhenti, dan
mulai berhadapan dengan realita atas hal-hal tersebut.
Saya pikir kamu akan ingat bahwa, ketika Tuhan pertama kali
mengunjungi pada malam hari, hal itu terjadi padamu seperti halnya pada Petrus
ketika Yesus mendatangi dia. Petrus telah bekerja keras dengan jaringnya di
sepanjang malam, dan tidak ada sama sekali hasilnya; tetapi ketika Yesus menaiki perahunya, dan memintanya untuk melemparkan jala ke perairan
yang dalam, dan membiarkan jaringnya disarati dengan muatan, dia telah
menangkap ikan –ikan yang luar biasa banyaknya sehingga kapalnya hampir tenggelam.
Lihatlah! Kapal itu mulai menurun,terus menurun oleh muatan ikan yang berat, sampai
air mengancam untuk menelannya, dan
Petrus, dan ikan tersebut, dan semuanya. Kemudian Petrus jatuh tersungkur di lutut Yesus, dan berteriak, “Pergilah
dariku; karena aku adalah seorang yang sangat berdosa, O Tuhan!” (Lukas 5:8).
Kehadiran Yesus terlampau hebat baginya:
kesadarannya akan ketaklayakan membuat dirinya
tenggelam seperti kapalnya, dan
menyusut dari Tuhan yang Ilahi.
Saya mengingat juga sensasi ini; karena aku
cenderung untuk berteriak seperti yang diteriakan oleh orang kerasukan
di Gadara, “"Apa urusan-Mu dengan
aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? “ (Markus 5:7). Itu
merupakan penemuan pertama atas kasih-Nya yang terciderai lagi terlampau kuat; harapan akan semakin mendalamnya kesedihanku
yang pedih telah meningkat; karena kemudian aku telah melihat bahwa aku telah
membantai Tuhan yang telah datang untuk
menyelamatkanku. Aku telah melihat bahwa tangankulah yang telah menghantamkan palu itu, dan
menghujamkan paku-paku itu yang telah mengunci tangan-tangan dan kedua kaki Sang Penebus
pada kayu salib yang kasar itu.
Ini adalah pemadangan benih-benih
pertobatan :” mereka akan memandang
kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia (Zak 12:10).”
Ketika Tuhan mengunjungi kita, Dia
membuat kita menjadi rendah hati, menyingkirkan semya kekerasan dalam hati
kita, dan menuntun kita menuju kaki sang
Juru selamat.
Bersambung ke Bagian2
Mysterious Visits |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment