Oleh : Charles H.Spurgeon
[Bagian 1]..."karena hati nurani rusak, sehingga Roh Kudus harus melangkah masuk untuk memperlihatkan kepada kita akan kebutuhan kita terhadap seorang Juru selamat, dan menarik kita kepada Yesus Kristus.... Ada didalam diri manusia itu bukan hanya ketidakmauan untuk diselamatkan, tetapi ada sebuah ketakbertenagaan rohani untuk datang kepada Kristus
"Street Crime" Credit: deviantart.com |
2. Kembali, tidak hanya kehendak itu keras kepala, tetapi pengertiannya digelapkan. Berdasarkan apa yang kita miliki dari bukti-bukti firman yang begitu melimpah. Saya sekarang ini tidak semata mengemukakan pernyataan-pernyataan, tetapi menyatakan doktrin-doktrin yang secara otoratif telah diajarkan didalam Kitab Suci, dan telah diketahui didalam hati nurani setiap orang Kristen—bahwa pemahaman setiap manusia begitu gelapnya, sehingga dia tidak dapat dengan cara apapun memahami hal-hal yang berasal dari Tuhan sampai pemahamannya telah dibukakan.
Manusia pada dasarnya buta dalam hal ini. Salib Kristus, teramat disarati dengan kemuliaan-kemuliaan, berkilauan dengan daya tarik-daya tarik, namun tidak pernah membuat manusia berminat, karena manusia itu buta dan tidak dapat melihat keindahan-keindahanya.
Mengisahkan kepada manusia itu berbagai keajaiban ciptaan, memperlihatkan kepada manusia itu pelangi warna-warni yang membentang di angkasa, membiarkan manusia itu memandang kemuliaan-kemuliaan lanskap, dia akan mampu untuk melihat semua hal ini; tetapi mengatakan kepada manusia keajaiban-keajaiban perjanjian anugerah, mengatakan kepada manusia mengenai keamanan orang percaya dalam Kristus, mengatakan kepada manusia keindahan-keindahan pribadi Penebus, manusia itu menjadi begitu tulinya terhadap semua deskripsimu; anda sebagai salah seorang yang memainkan sebuah lagu yang indah, mengatakan itu adalah benar; tetapi dia tidak menganggapnya demikian, dia tuli, dia tidak memiliki pengertian.
Atau kembali ke ayat dimana kita sedemikian khususnya telah menandai didalam pembacaan kita, “manusia alamiah tidak menerima hal-hal yang berasal dari Roh Tuhan, karena kebodohan mereka terhadap Tuhan: tidak juga mereka bisa mengenalinya karena hal-hal dari Tuhan hanya dapat dikenali secara rohani; “ dan oleh sebab dia adalah manusia alami, tidak ada dalam kuasanya untuk dapat mengenali hal-hal yang berasal dari Tuhan. “Baiklah, ujar seseorang, “ Saya pikir saya telah sampai pada sebuah penilaian yang sangat dapat diterima dalam soal-soal teologia; Saya pikir saya memahami hampir setiap poinnya.” Benar, bahwa anda bisa jadi memang memahami tulisan-tulisannya; tetapi memahaminya didalam roh tentang hal-hal yang berasal dari Tuhan, adalah mustahil bagi untuk meraihnya, kecuali anda telah ditarik oleh Roh Tuhan.
Karena selama Kitab Suci menyatakan kebenaran, manusia duniawi tidak dapat menerima hal-hal rohani, pastilah sebuah hal benar bahwa kamu belum menerimanya, kecuali kamu telah diperbarui dan diciptakan menjadi manusia rohani didalam Kristus Yesus. Kehendak, kemudian, pengertian, adalah dua pintu besar, keduanya telah menjegalmu untuk datang kepada Kristus, dan sampai kedua hal tersebut dibukakan oleh pengaruh-pengaruh yang indah dari Roh Tuhan, maka keduanya pasti selama-lamanya tertutup untuk apapun seperti datang kepada Kristus.
3. Kembali, perasaan-perasaan atau emosi-emosi manusia, yang merupakan bagian paling besar dari manusia, sudah demikian rusak. Manusia, sebagaimana adanya dia, sebelum dia menerima anugerah Tuhan,menyukai apapun dan setiap hal diatas hal-hal spiritual. Jika anda menginginkan bukti akan hal ini, lihatlah sekelilingmu. Tidak diperlukan ada monumen untuk rusaknya perasaan dan emosi manusia.
"Kekerasan Rumah Tangga" Credit: domesticviolenceactivesupport.com |
Sudah pasti, saudara-saudara terkasih, kita dapat melacaknya ke sumber yang tak lain tak bukan adalah kerusakan dan keruntuhan emosi atau perasaan manusia. Kita mencintai apa yang kita benci, kita membenci apa yang semestinya kita cintai. Ini tak lain natur manusia, natur manusia yang telah jatuh, manusia yang harus mencintai hidup saat ini sebagai lebih baik ketimbang hidup yang akan datang. Ini jelas-jelas efek kejatuhan itu, bahwa manusia harus mencintai dosa sebagai hal yang lebih baik daripada kebenaran, dan jalan dunia ini jauh lebih baik daripada jalan-jalan Tuhan. Dan kembali, kita mengulanginya, sampai perasaan atau emosi ini diperbarui, dan diubahkan menjadi sebuah saluran segar oleh penarikan-penarikan yang penuh belas kasihan dari Bapa, tidaklah mungkin bagi manusia manapun untuk mencintai Yesus Kristus.
4. Masih ada satu lagi—hati nurani, juga telah dikuasai oleh kejatuhan. Saya percaya bahwa tidak ada kesalahan yang lebih mengerikan dibuat oleh para pemimpin rohani/hamba Tuhan, daripada kala mereka mengatakan kepada orang-orang bahwa hati nurani adalah perwakilan Tuhan didalam jiwa, dan hati nurani itu salah satu kekuatan-kekuatan yang mempertahankan kemuliaan kuno, dan masih berdiri tegak diantara hal-hal semacam ini yang telah jatuh.
Saudara-saudaraku, ketika manusia telah jatuh kedalam dosa di taman, kemanusiaan kita seluruhnya telah jatuh; tidak ada satu pilar pun dalam bangun kemanusiaan yang tetap tegak berdiri. Memang benar, hati nurani tidak dihancurkan. Pilarnya tidak hancur berkeping-keping; tapi jatuh, dan jatuh dalam keadaan utuh, dan disana hati nurani ada tergeletak, sisa terkuat dari karya sempurna Tuhan dalam diri manusia dahulunya. Tetapi hati nurani telah jatuh, saya yakin. Lihatlah manusia-manusia. Siapakah diantara mereka yang merupakan profesor dari sebuah “hati nurani yang baik terhadap Tuhan,” namun manusia yang telah diregenerasi?
Apakah anda membayangkan jika hati nurani manusia-manusia selalu berkata secara nyaring dan secara jelas kepada mereka, hati nurani-hati nurani tersebut memandu tindakan-tindakan, dimana tindakan-tindakan itu bertentangan terhadap hal yang benar seperti gelap terhadap terang? Tidak, saudara yang terkasih; hati nurani dapat mengatakan kepadaku bahwa aku adalah seorang berdosa, tetapi hati nurani tidak dapat membuat aku merasa bahwa akulah orangnya.
Credit : http://www.twwr.org/ |
Hati nurani mungkin mengatakan bahwa ini dan itu adalah sebuah hal yang salah, tetapi bagaimana hal itu salah hati nurani itu sendiri tidaklah mengetahuinya. Tidakah hati nurani setiap manusia, yang tidak diterangi oleh Roh Tuhan, selalu mengatakan pada diri manusia bahwa dosa-dosanya layak akan penghukuman? Atau jika hati nurani tidak melakukannya, tidakah hati nurani selalui menuntun setiap manusia untuk merasakan sebuah kebencian akan dosa sebagai dosa?
Faktanya, bukankah hati nurani selalu membawa manusia kepada semacam penolakan diri sendiri, bahwa dia secara total membenci dirinya sendiri dan semua perbuatannya dan datang kepada Kristus? Tidak, hati nurani, sekalipun tidak mati, telah runtuh, kuasanya telah timpang, hati nurani tidaklah memiliki kejernihan mata dan kekuatannya yang menggerakan, dan suara yang menggemuruh, yang sebelumnya dimiliki sebelum manusia jatuh; tetapi telah berlalu dalam sebuah derajat yang besar, untuk menyatakan supremasinya dalam kota kecil jiwa Manusia.
Kemudian, saudara-saudara terkasih, menjadi diperlukan demi alasan yang sangat kuat ini, karena hati nurani rusak, sehingga Roh Kudus harus melangkah masuk untuk memperlihatkan kepada kita akan kebutuhan kita terhadap seorang Juru selamat, dan menarik kita kepada Yesus Kristus.
“Namun,” kata seseorang,” sejauh engkau menjelaskannya sampai saat ini, terlihat bagiku bahwa kamu menganggap bahwa alasan mengapa orang-orang tidak datang kepada Kristus adalah : bahwa mereka tidak akan datang, bukan karena merka tidak dapat datang.” Benar, hampir benar. Saya percaya alasan terbesar ketakberdayaan manusia adalah kebebalan pada kehendak dirinya. Jika kehendak atau kemauan manusia yang keras kepala itu dapat diatasi, saya berpendapat batu besar itu tersingkir dari makam itu, dan bagian terkeras dalam pertempuran telah dimenangkan.
Tetapi perbolehkan saya untuk sedikit lebih jauh. Teksku tidak berkata, “Tidak ada manusia yang akan datang,” tetapi teks Alkitab itu mengatakan, “Tidak ada manusia yang dapat datang.” Sekarang banyak penafsir percaya bahwa “dapat” disini adalah sebuah ekspresi kuat yang menyatakan makna tak lebih dari “akan.” Saya sangat yakin bahwa ini keliru. Ada didalam diri manusia itu bukan hanya ketidakmauan untuk diselamatkan, tetapi ada sebuah ketakbertenagaan rohani untuk datang kepada Kristus; dan ini akan saya buktikan kepada setiap orang Kristen dalam kerohanian yang seperti apapun. Saudara terkasih, saya berkata kepadamu yang telah dibangkitkan oleh anugerah ilahi, tidakah pengalamanmu mengajarkan bahwa ada saat-saat ketika anda memiliki sebuah kehendak atau kemauan untuk melayani Tuhan, namun tidak memiliki tenaga atau kekuatan?
Tidakkah anda terkadang terpaksa untuk berkata bahwa anda berharap untuk mempercayainya, tetapi anda harus berdoa, Tuhan, tolonglah ketakpercayaanku ini?” Karena, walaupun cukup berkeinginan untuk menerima kesaksian Tuhan, natur duniawimu terlampau kuat bagi dirimu, dan anda merasa bahwa anda membutuhkan bantuan supernatural. Apakah anda mampu untuk masuk kedalam ruanganmu kapanpun waktunya sesuai dengan pilihanmu, dan berlutut dan berkata,”Sekarang, inilah kehendakku bahwa aku memang bersungguh-sungguh dalam doa, dan bahwa aku harus mendekat kepada Tuhan?” Saya bertanya, apakah engkau memiliki kekuatan yang setara dengan kehendakmu?
Kamu dapat berkata, bahkan pada penghalang yang Tuhan adakan sendiri, engkau yakin bahwa engkau tidak bersalah dalam hal kehendakmu; engkau ingin terbungkus dalam ibadahmu, adalah kehendakmu bahwa jiwamu tidak seharusnya mengembara dari sebuah permenungan murni tentang Tuhan Yesus Kristus, tetapi kamu mendapatkan dirimu tidak dapat melakukannya, bahkan kala kamu menginginkannya, tanpa pertolongan Roh Tuhan.
Sekarang jika anak Tuhan yang telah dibangkitkan mendapatkan dirinya dalam sebuah ketakberdayaan rohani, betapa lebih lagi orang berdosa yang mati didalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa? Jika bahkan orang Kristen yang telah matang, setelah tiga puluh atau empat puluh, mendapatkan dirinya terkadang ingin namun tidak berdaya—jika hal semacam ini adalah pengalamannya,-- tidakah ini terlihat lebih seperti bahwa orang berdosa yang malang, belum juga percaya, harus menemukan sebuah kebutuhan akan kekuatan serta juga sebuah keinginan untuk berkehendak?
Tetapi sekali lagi ada sebuah argumen lain. Jika orang berdosa memiliki kekuatan untuk datang kepada Kristus, saya harus mengetahui bagaimana kita harus memahami deskripsi-deskripsi tersebut yang secara terus-menerus merupakan keadaan orang berdosa, yang kita temukan dalam firman Tuhan yang kudus?
Sekarang orang berdosa dikatakan pasti mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa. Maukah engkau membenarkan bahwa kematian tidak memberikan dampak tidak lebih dari ketiadaan sebuah kehendak? Pastilah sebuah mayat tidak akan mampu dan tidak memiliki kehendak.
Atau kembali, tidakkah semua orang melihat bahwa ada sebuah perbedaan antara kehendak dan tenaga: tidak mungkinkah mayat itu secara memadai dibangkitkan untuk memiliki sebuah kehendak, namun tetap tak bertenaga/berdaya bahwa daya atau tenaga itu tidak dapat mengangkat sekedar tangan atau kakinya? Tidak pernahkah kita melihat dimana orang-orang telah disadarkan dari kondisi seperti mati untuk memberikan bukti bahwa dia masih hidup, namun tetap saja keadaannya sangat mirip dengan keadaan mati sehingga orang-orang semacam ini tidak sedikitpun memperlihatkan gerakan?
Tidak adakah sebuah perbedaan yang jelas antara pemberian dan kehendak dan pemberian kekuatan? Itu sangat jelas, akan tetapi, dimana kehendak diberikan, kekuatan akan mengikuti. Membuat seorang manusia memiliki kehendak, dan dia akan menjadi dibuat sangat berdaya; karena ketika Tuhan memberikan kehendak, dia tidak menggoda manusia dengan memberikan manusia untuk menginginkan melakukan apa yang tidak mampu dilakukan; namun demikian dia membuat semacam pemisahan antara kehendak dan kekuatan, sehingga pasti akan terlihat bahwa keduanya adalah pemberian atau karunia yang berbeda dari Tuhan.
Bersambung ke Bagian 3
Human Inability – 1858 |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment