Oleh : Charles L. Feinberg, Th.D.,Ph.D.
Mantan Dekan dan Profesor Perjanjian Lama
Talbot Theological Seminary – La Mirada, CA
[Bagian 2]"dalam 77:7 (pada teks Ugarit) si mempelai perempuan disebut persis sama secara etimologi dengan yang digunakan dalam bahasa Ibrani ‘almâ “perempuan muda”… Perjanjian Baru mengartikan ‘almâ sebagai “perawan” untuk Yesaya 7:14 yang berpijak pada interpretasi Yahudi yang lebih tua… sebagaimana kenyataannya, tidak ada tempat diantara tujuh pemunculan ‘almâ dalam Perjanjian Lama dimana kata tersebut secara jelas digunakan seorang wanita yang bukan seorang perawan
Replika tablet Ugaritic. Ugarit adalah bahasa tulisan purba (Syria) yang kini lenyap, bahasa yang digunakan di zaman Alkitab - Sumber : nationalgeographic.com |
Manfaat kecil dapat dipetik dengan
mengulangi eksposisi-eksposisi yang
telah dipelajari, yang telah disumbangsihkan oleh para pakar Ibrani dalam upaya mereka untuk
mengklarifikasi inti permasalahannya.
Ini semua bermuara di sini: ketidakserupaan kata Ibrani untuk “perawan” adalah betûlâ, sementara ‘almâ berarti seorang “wanita muda”
yang mungkin seorang perawan, tetapi tidak selalu begitu. Tujuan dari catatan
ini lebih pada untuk meminta perhatian kita pada sebuah sumber yang saat ini belum
dibawa masuk kedalam diskusi.
Sumber yang berasal dari Ugarit sekitar tahun 1400 Sebelum Masehi ada sebuah
teks perayaan pernikahan pria dan perempuan dewa-dewa bulan. Dalam teks tersebut memprediksikan bahwa mereka akan melahirkan seorang anak…. Terminologinya luar
biasa dekat dengan terminologi dalam
Yesaya 7:14. Akan tetapi, pernyataan teks Ugarit bahwa mempelai perempuan akan mengandung seorang anak laki-laki
sayangnya memberikan bentuk paralellistik; dalam
77:7 (pada teks Ugarit) si mempelai
perempuan disebut persis sama
secara etimologi dengan yang digunakan dalam bahasa Ibrani
‘almâ
“perempuan muda”; dalam 77:5
(pada teks Ugarit) si mempelai perempuan disebut persis sama secara etimologi dengan yang digunakan
dalam bahasa Ibrani betûlâ “perawan.”
Stela atau Lempeng Batu dengan ukiran BAAL ditemukan di Kuil dataran tinggi Ugarit- Louvre Museum-Paris (St.Louis Community College) |
Oleh karena itu, Perjanjian Baru
mengartikan ‘almâ sebagai “perawan”
untuk Yesaya 7:14 yang berpijak pada interpretasi Yahudi yang lebih tua,
yang pada gilirannya telah menopang
secara tepat formula pengumuman ini
oleh sebuah teks yang tidak hanya pra Yesaya tetapi juga pra Mosaik dalam bentuk tablet tanah liat yang sekarang kita miliki”[ Cyrus H. Gordon, “Almah in Isaiah 7:14,” JBR 21,
no. 2 (April, 1953): 106. Beberapa orang
telah mengabaikan atau meminimalisasikan
fakta bahwa Yoel 1:8 mengindikasikan
seorang betûlâ telah
menikah dan kehilangan suaminya. Lihatlah referensi menarik dari William S. LaSor dalam bukunya “Isaiah 7:14—’Young
Woman’ or‘Virgin’?”(Altadena, CA: By Author, 1953), 3–4;
secara khusus pada isu-isu lebih besar yang terlibat di akhir sorotannya.].
Posisi yang dianut disini telah dibangun
secara cakap oleh banyak orang, tetapi tidak ada pemaparan yang lebih meyakinkan daripada yang dilakukan Machen, menyatakan: “Pertanyaan, yang
kita pikir, tidak
dapat diselesaikan semata-mata oleh sebuah pertimbangan akan
makna kata Ibrani ‘almâ. Memang benar telah ditegaskan, pada satu sisi bahwa
bahasa Ibrani memiliki sebuah kata yang secara sempurna untuk menyatakan “perawan,”
betûlâ, dan jika “perawan” telah dimaknakan maka kata itulah yang akan
digunakan. Tetapi sebagaimana kenyataannya,
tidak ada tempat diantara tujuh pemunculan ‘almâ dalam Perjanjian Lama
dimana kata tersebut secara jelas
digunakan seorang wanita yang bukan seorang perawan. Ini mungkin mudah diterima
bahwa ‘almâ tidak benar-benar mengindikasikan keperawanan, sebagaimana betûlâ;
ini sebetulnya bermakna “seorang perempuan muda pada usia yang patut untuk
menikah.” Tetapi pada sisi lain orang boleh saja menjadi ragu, dalam sudut
pandang penggunaan, apakah itu adalah sebuah kata alami untuk digunakan pada
siapapun yang tidak dalam keadaan
seorang perawan”[ J. Gresham Machen, The Virgin Birth of
Christ (New York: Harper,
1930), 288.]
J.Gresham Madchen- Pendiri Westminster Seminary Philadelphia |
Rujukannya tidak meragukan lagi kepada perawan Maria, sebuah fakta secara jelas
terbukti kebenarannya oleh Matius 1. Mereka yang tidak dapat
menginterpretasikan ‘almâ sebagai
perawan menghadirkan variasi pandangan-pandangan terkait identitas
perempuan muda tersebut. Beberapa orang
menyatakan ‘almâ adalah pasangan/isteri Ahas, pernyataan kontemporer
menyatakan adalah isteri Yesaya, salah
satu selir Ahas, seorang puteri di istana Ahas. Nyatanya, semua ini
tidak memenuhi persyaratan-persyaratan konteks untuk peristiwa yang bersifat
ajaib.
Peta topografi Ugarit (1955): area istana (garis merah) dan area kuil (garis biru)- Sumber :St.Louis Community College |
Jika ada perbedaan pemikiran atas identitas ibu dari anak tersebut, tidak ada
kesepakatan yang berkuarang pada anak
itu sendiri. Sebuah posisi adalah bahwa anak tersebut adalah seorang bayi yang
tidak diketahui dimana kelahirannya pada
hari tersebut untuk mengkonfirmasikan nubuat Yesaya.
Beberapa yang lain berpendapat bahwa anak laki-laki tersebut adalah anak laki-laki Yesaya. Masih ada juga orang lain yang berpendapat bahwa anak tersebut adalah Hizkia, tidak menyadari atau mengabaikan kesulitan yang bersifat kronologis di sini. Sejumlah ekspositor berpendapat bahwa ini sebuah penggenapan ganda atau multi ganda, satu dalam masa Yesaya dan satu lagi dalam masa hidup Yesus Kristus sendiri. Alexander menyatakan sebuah bantahan yang valid: “Kelihatannya menjadi sebuah perasaan yang umum bagi para pembaca yang terpelajar dan tidak terpelajar, bahwa walaupun sebuah pengertian ganda bukan hal yang tidak mungkin, dan harus dianggap dalam kasus-kasus tertentu, adalah tidak berdasar untuk menganggapnya ketika penjelasan manapun dapat dipertimbangkan. Ketidakmungkinan dalam kasus ini ditingkatkan oleh kerinduan akan keserupaan diantara dua peristiwa, yang seharusnya diprediksi dalam kata-kata yang persis sama, peristiwa satu bersifat mujizat, yang lain tidak hanya peristiwa alami, tetapi umum, dan peristiwa yang sehari-hari”[ Alexander, Isaiah, 170. Agar dapat menghindari sejumlah kesulitan yang berkecamuk didalamnya, pandangan ini telah memperlakukan bahwa ayat 14 merujuk kepada Kristus, sementara itu ayat-ayat lainya dari nas tersebut, yaitu ayat 15 dan 16 berkaitan dengan Shear-jashub, anak laki-laki Yesaya. Lihat William Kelly, Lectures on Isaiah (London: Morrish, 1871), 125.].
Menentang pandangan yang menyatakan bahwa ayat 14-16 berhubungan seutuhnya dan seluruhnya dengan kelahiran Yesus Kristus, posisi yang dianut disini, telah mengangkat dakwaan bahwa pandangan ini membuat nubuat tersebut tidak memiliki hubungan dengan hari dimana nubuat ini dinyatakan. Ini adalah sebuah soal serius, karena nabi harus berbicara kepada generasinya sendiri serta juga kepada generasi-generasi yang mendatang. Bagi banyak orang penggenapan berabad-abad kemudian tidak akan bernilai bagi Ahas dan orang sezamannya dalam kesusahan mereka. Tetapi hal sebaliknyalah yang benar. Ahas dan anggota-anggota istana kerajaan sangat ketakutan dengan kemusnahan dinasti Davidik dan penyingkiran raja oleh seorang Syria yang merasa berhak untuk mengklaimnya.
Akan tetapi, lebih lama waktu yang diperlukan untuk menggenapi janji bagi kaum Davidik, semakin lama dinasti itu akan tetap bertahan ada untuk menyaksikan pewujudan prediksi tersebut. Hal ini dikemukan secara baik oleh Alexander:“…Keterjaminan bahwa Kristus harus dilahirkan di Yehuda, dari keluarga kerajaan Yehuda, dapat menjadi sebuah tanda bagi Ahas, bahwa kerajaan itu tidak akan musnah dalam masanya; dan sejauh ini telah membuat terpencil tanda tersebut, dalam kasus ini, dari menjadikannya absurd atau tidak pantas, bahwa lebih jauh tanda itu, lebih kuat janji keberlangsungan Yehuda, yang telah dijaminkan”[ Alexander, Isaiah, 171.].
Kesimpulannya kemudian adalah tak terelakan bahwa “…tidak ada dasar, secara gramatika, sejarah, atau logika, untuk ragu pada poin utama,bahwa gereja di segala zaman telah benar terkait dengan nas ini sebagai sebuah pertanda dan prediksi eksplisit mengenai pembuahan yang bersifat ajaib dan kelahiran Yesus Kristus”[ Ibid., 172.]
THE VIRGIN BIRTH AND ISAIAH 7:14 |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
Beberapa yang lain berpendapat bahwa anak laki-laki tersebut adalah anak laki-laki Yesaya. Masih ada juga orang lain yang berpendapat bahwa anak tersebut adalah Hizkia, tidak menyadari atau mengabaikan kesulitan yang bersifat kronologis di sini. Sejumlah ekspositor berpendapat bahwa ini sebuah penggenapan ganda atau multi ganda, satu dalam masa Yesaya dan satu lagi dalam masa hidup Yesus Kristus sendiri. Alexander menyatakan sebuah bantahan yang valid: “Kelihatannya menjadi sebuah perasaan yang umum bagi para pembaca yang terpelajar dan tidak terpelajar, bahwa walaupun sebuah pengertian ganda bukan hal yang tidak mungkin, dan harus dianggap dalam kasus-kasus tertentu, adalah tidak berdasar untuk menganggapnya ketika penjelasan manapun dapat dipertimbangkan. Ketidakmungkinan dalam kasus ini ditingkatkan oleh kerinduan akan keserupaan diantara dua peristiwa, yang seharusnya diprediksi dalam kata-kata yang persis sama, peristiwa satu bersifat mujizat, yang lain tidak hanya peristiwa alami, tetapi umum, dan peristiwa yang sehari-hari”[ Alexander, Isaiah, 170. Agar dapat menghindari sejumlah kesulitan yang berkecamuk didalamnya, pandangan ini telah memperlakukan bahwa ayat 14 merujuk kepada Kristus, sementara itu ayat-ayat lainya dari nas tersebut, yaitu ayat 15 dan 16 berkaitan dengan Shear-jashub, anak laki-laki Yesaya. Lihat William Kelly, Lectures on Isaiah (London: Morrish, 1871), 125.].
Menentang pandangan yang menyatakan bahwa ayat 14-16 berhubungan seutuhnya dan seluruhnya dengan kelahiran Yesus Kristus, posisi yang dianut disini, telah mengangkat dakwaan bahwa pandangan ini membuat nubuat tersebut tidak memiliki hubungan dengan hari dimana nubuat ini dinyatakan. Ini adalah sebuah soal serius, karena nabi harus berbicara kepada generasinya sendiri serta juga kepada generasi-generasi yang mendatang. Bagi banyak orang penggenapan berabad-abad kemudian tidak akan bernilai bagi Ahas dan orang sezamannya dalam kesusahan mereka. Tetapi hal sebaliknyalah yang benar. Ahas dan anggota-anggota istana kerajaan sangat ketakutan dengan kemusnahan dinasti Davidik dan penyingkiran raja oleh seorang Syria yang merasa berhak untuk mengklaimnya.
Akan tetapi, lebih lama waktu yang diperlukan untuk menggenapi janji bagi kaum Davidik, semakin lama dinasti itu akan tetap bertahan ada untuk menyaksikan pewujudan prediksi tersebut. Hal ini dikemukan secara baik oleh Alexander:“…Keterjaminan bahwa Kristus harus dilahirkan di Yehuda, dari keluarga kerajaan Yehuda, dapat menjadi sebuah tanda bagi Ahas, bahwa kerajaan itu tidak akan musnah dalam masanya; dan sejauh ini telah membuat terpencil tanda tersebut, dalam kasus ini, dari menjadikannya absurd atau tidak pantas, bahwa lebih jauh tanda itu, lebih kuat janji keberlangsungan Yehuda, yang telah dijaminkan”[ Alexander, Isaiah, 171.].
Kesimpulannya kemudian adalah tak terelakan bahwa “…tidak ada dasar, secara gramatika, sejarah, atau logika, untuk ragu pada poin utama,bahwa gereja di segala zaman telah benar terkait dengan nas ini sebagai sebuah pertanda dan prediksi eksplisit mengenai pembuahan yang bersifat ajaib dan kelahiran Yesus Kristus”[ Ibid., 172.]
THE VIRGIN BIRTH AND ISAIAH 7:14 |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
============
Dr. Charles Lee Feinberg (1909–1995), ” Dekan “ “Talbot Theological Seminary” dalam kurun waktu lama dan pakar Perjanjian Lama yang sangat dihormati,menjabat sebagai mentor Dr. John MacArthur dan profesor seminari favorit selama studinya untuk pelayanan di Talbot. Esai ini telah dipublikasikan oleh Dr.Freinberg dalam Is the Virgin Birth in Old Testament? (Whittier, CA: Emeth Publishing, 1967), 34– 48
No comments:
Post a Comment