Oleh : Charles H.Spurgeon
Datang kepada Kristus, walaupun digambarkan oleh sejumlah orang sebagai tindakan yang paling gampang didalam dunia ini, secara gamblang dinyatakan didalam teks Alkitab kita menjadi sebuah hal yang nyata-nyata dan sepenuhnya tidak mungkin bagi manusia manapun, Kecuali Bapa mau menariknya kepada Kristus
Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku- Yohanes 6:44
“Datang kepada Kristus” adalah frasa yang paling umum dalam Kitab Suci. Frasa ini digunakan untuk mengekspresikan tindakan-tindakan jiwa dimana kebenaran diri sendiri, dan dosa-dosa, kita tinggalkan segera, kita pergi kepada Kristus, dan menerima kebenarannya menjadi perlindungan kita, dan darahnya menjadi penebusan kita. Datang kepada Kristus, kemudian, mencakup didalamnya: pertobatan, penyangkalan diri, dan iman kepada Yesus Kristus, dan merangkumkan didalam “Datang kepada Kristus” itu sendiri semua keberadaan yang diperlukan dari keadaan-keadaan hati yang hebat ini, seperti percaya akan kebenaran, kesungguhan serta ketulusan hati berdoa kepada Tuhan, penundukan jiwa pada pedoman-pedoman Injil Tuhan, dan semua hal yang menyertai terbitnya keselamatan didalam jiwa.
Datang kepada Kristus adalah efek yang paling dini dari regenerasi. Tidak akan
segera jiwa itu dibangkitkan ketimbang kala jiwa seketika itu juga menemukan kondisinya
yang tersesat, karena
ini mengerikan, jiwa mencari sebuah tempat pernaungan, dan percaya kepada
Kristus menjadi sebuah tempat yang pernaungan yang pas,
bersegera lari kepadanya dan
berisitirahat didalam dia. Dimana tidak
datang kepada Kristus, dapat dipastikan belum ada kebangkitan; dimana
tidak ada kebangkitan, jiwa orang tersebut mati dalam pelanggaran-pelanggaran
dan dosa-dosa, dan manusia yang mati
tidak dapat masuk kedalam kerajaan surga. Kita sekarang memiliki dihadapan kita sebuah pengumuman
yang mencengangkan, beberapa orang
mengatakan pengumuman ini tidak menyenangkan sebab mengusik orang lain.
Datang
kepada Kristus, walaupun digambarkan oleh sejumlah orang sebagai tindakan yang
paling gampang didalam dunia ini,
secara gamblang dinyatakan didalam teks
Alkitab kita menjadi sebuah hal yang nyata-nyata dan sepenuhnya tidak mungkin bagi
manusia manapun, kecuali Bapa mau menariknya kepada Kristus. Ini
akan menjadi pekerjaan kita, untuk memperbesar deklarasi ini. Kita tidak
meragukan bahwa deklarasi ini akan selalui
menyerang natur kedagingan, tetapi, walaupun demikian, serangan terhadap
natur manusia ini terkadang adalah langkah pertama menuju penundukan diri kepada Tuhan. Dan jika ini menimbulkan
efek menyakitkan dalam prosesnya,
kita dapat melupakan rasa sakitnya dan bersukacita didalam kemuliaan
konsekuensi-konsekuensinya.
saya akan berupaya di pagi ini , pertama-tama, mengulas ketakberdayaan manusia, yang membuatnya tidak
mampu untuk datang. Kedua, Bapa menarik—apakah ini, dan bagaimana kedua hal ini
memberikan dampak terhadap jiwa. Dan kemudian saya akan menyimpulkan dengan memberikan sebuah penghiburan manis yang dapat ditarik dari apa yang kelihatannya
teks Alkitab yang gersang dan mengerikan.
Saya akan memulainya sekarang
KETAKBERDAYAAN
MANUSIA
Teks injil mengatakan, “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku.” Dimanakah ketakberdayaan manusia terletak didalam teks ini?
Pertama, ketakberdayaan manusia tidak terletak pada kelemahan fisik yang bagaimanapun. Jika untuk datang kepada Kristus, menggerakan tubuh dengan kaki harus menggunakan sebuah bantuan, pastilah manusia memiliki semua kekuatan jasmaniah untuk datang kepada Kristus dalam pengertian semacam ini. Saya ingat ada mendengarkan seorang Antinomian (terkait apakah Antinomian, dapat membaca pada artikel ini--ditambahkan oleh editor Anchor) yang bodoh mendeklarasikan bahwa dia tidak percaya ada manusia yang memiliki kekuatan untuk berjalan ke rumah Tuhan kecuali Bapa menarik dia. Lihatlah bahwa orang ini pada dasarnya bodoh, karena dia pasti telah melihat bahwa sepanjang seorang manusia masih hidup dan memiliki kedua kaki, adalah hal yang mudah baginya untuk berjalan pergi ke rumah Tuhan seperti juga ke rumah Setan.
Teks injil mengatakan, “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku.” Dimanakah ketakberdayaan manusia terletak didalam teks ini?
Pertama, ketakberdayaan manusia tidak terletak pada kelemahan fisik yang bagaimanapun. Jika untuk datang kepada Kristus, menggerakan tubuh dengan kaki harus menggunakan sebuah bantuan, pastilah manusia memiliki semua kekuatan jasmaniah untuk datang kepada Kristus dalam pengertian semacam ini. Saya ingat ada mendengarkan seorang Antinomian (terkait apakah Antinomian, dapat membaca pada artikel ini--ditambahkan oleh editor Anchor) yang bodoh mendeklarasikan bahwa dia tidak percaya ada manusia yang memiliki kekuatan untuk berjalan ke rumah Tuhan kecuali Bapa menarik dia. Lihatlah bahwa orang ini pada dasarnya bodoh, karena dia pasti telah melihat bahwa sepanjang seorang manusia masih hidup dan memiliki kedua kaki, adalah hal yang mudah baginya untuk berjalan pergi ke rumah Tuhan seperti juga ke rumah Setan.
Jika datang kepada Kristus meliputi mengucapkan sebuah doa, manusia tidak memiliki kelemahan dalam hal ini, jika dia bukan seorang bisu, dia dapat mengatakan sebuah doa sama gampangnya dengan dia dapat mengatakan sebuah hujatan. Adalah mudah bagi seorang manusia untuk menyanyikan salah satu lagu Zion seperti menyayikan sebuah lagu yang duniawi dan penuh hawa nafsu. Tidak ada hambatan kemampuan jasmaniah untuk datang kepada Kristus. Semuanya dapat diinginkan dengan mengacu pada kekuatan atau kemampuan jasmaniah manusia yang hampir dapat dipastikan dimiliki, dan bagian manapun dari keselamatan yang mengandung hal semacam ini maka dalam hal ini secara total dan sepenuhnya ada dalam kekuatan manusia dan tanpa pertolangan apapun dari Roh Tuhan.
Tidak juga, kembali, ketakberdayaan manusia ini terletak pada keterbatasan mental manusia.Saya dapat percaya bahwa Alkitab ini pasti benar sama gampangnya dengan saya mempercayai buku manapun di toko isinya benar. Sejauh saya mempercayai Kristus adalah sebuah tindakan pikiran, saya pasti mampu percaya kepada Kristus seperti saya mampu untuk percaya kepada orang lain manapun. Asalkan pernyataannya memang benar, tidak beralasan untuk mengatakan padaku bahwa aku tidak mempercayai perkataanya. Saya dapat mempercayai pernyataan yang dikemukakan oleh Kristus sama seperti saya dapat mempercayai pernyataan yang dikemukakan oleh siapapun.
Tidak ada cacat kemampuan dalam pikiran: ini seperti kemampuan menyadari terkait semata sebuah tindakan mental berupa perasaan bersalah atas dosa, seperti menyadari perasaan bersalah pada tindakan pembunuhan. Ini adalah sangat mungkin bagiku untuk menggunakan gagasan mental dalam mencari Tuhan, sama halnya menggunakan gagasan ambisi. Saya memiliki semua kekuatan dan kemampuan mental atau jiwa yang mungkin dapat diperlukan, dalam hal sejauh ini maka kekuatan mental saja yang diperlukan dalam keselamatan.
Tidak seperti itu, tidak ada satu manusia juga yang begitu bebal sehingga dia dapat mengajukan sebuah alasan berupa sebuah keterbatasan intelektual sebagai sebuah pembenaran untuk menolak injil. Cacat atau ketakberdayaan, kemudian, tidak terletak baik pada tubuh jasmani, atau, apa yang dikatakan, secara teologia, pikiran. Bukan kekurangan atau cacat semacam ini, walaupun itu merupakan perusakan pikiran, kerusakan atau keruntuhan pikiran, yang mana pada akhirnya, adalah sangat mendasar bagi ketakberdayaan manusia.
Izinkanlah saya untuk memperlihatkan kepada anda dimanakah letak ketakberdayaan manusia sesungguhnya terletak. Ketakberdayaan itu terletak didalam natur manusia. Melalui kejatuhan, dan melalui dosa kita sendiri, natur manusia menjadi begitu rendahnya dalam martabat, dan bejat, dan rusak, sehingga adalah tidak mungkin bagi manusia untuk datang kepada Kristus tanpa bantuan Tuhan Roh Kudus. Sekarang, mencoba untuk memperlihatkan bagaimana kemudian natur manusia membuat dia tidak mampu datang kepada Kristus, anda harus mengizinkan saya untuk mengambil contoh ini.
Anda melihat seekor domba; seberapa inginnya domba itu memakan rumput-rumputan! Anda tidak pernah tahu seekor domba menghela nafas mencium bau bangkai; domba tidak dapat hidup dengan makanan Singa. Sekarang bawakan pada saya seekor serigala, dan anda menanyakan saya, apakah seekor serigala tidak dapat memakan rumput, apakah serigala tidak bisa sepatuh dan sejinak domba. Saya menjawab, tidak; karena natur serigala berlawanan dengan domba.
Kamu berkata, “Baiklah, serigala memiliki sepasang telinga dan sepasang kaki, tidak dapatkah serigala mendengarkan suara domba, dan mengikuti dia kemanapun domba itu memimpinnya?” Saya menjawab, pastilah serigala dapat mendengarnya; tidak ada penyebab jasmaniah mengapa Serigala tidak dapat mendengarkan suara domba, tetapi natur Serigala melarangnya, dan oleh karena itu saya mengatakan tidak dapat demikian. Tidak dapatkah serigala dijinakkan? Tidak dapatkah keganasannya dilenyapkan? Berangkali dapat dilakukan sejauh dapat dilemahkan sehingga serigala itu mungkin menjadi terlihat jinak; tetapi akan selalu ada sebuah tanda keberbedaan antara serigala dan domba, karena ada sebuah keberbedaan dalam naturnya.
Sekarang, alasan mengapa manusia tidak dapat datang kepada Kristus, bukan karena manusia itu tidak dapat datang, terkait dengan keadaan tubuh atau kemampuan pikirannya, tetapi karena natur manusia itu yang rusak sehingga dia tidak memiliki keinginan juga tidak memiliki daya untuk datang kepada Kristus kecuali manusia itu ditarik oleh Roh Kudus.
Tetapi perbolehkanlah saya memberikan kepadamu sebuah ilustrasi yang lebih baik. Kamu melihat seorang ibu menggendong bayinya. Kamu menempelkan pisau di tangannya, dan menyuruhnya untuk menikam jantung bayinya. Dia menjawab, dan sebenar-benarnya berkata, :Saya tidak dapat melakukannya.” Merujuk pada kekuatan jasmaninya, dia dapat melakukannya, jika dia senang hati melakukanya; ada pisau, dan ada anak tersebut. Anak tersebut tidak dapat mengelak, dan si ibu memiliki kekuatan yang memadai pada tangannya untuk segera saja menikam jantung bayinya. Tetapi dia sangat benar ketika dia mengatakan tidak dapat melakukannya.
Sebagai semata sebuah tindakan pikiran, hal itu sangat mungkin dilakukan –dia mungkin memikirkan hal semacam membunuh anak itu, namun demikian dia berkata dia tidak dapat memikirkan hal semacam itu; dan dia tidak salah mengatakan hal itu, karena naturnya sebagai ibu mencegahnya melakukan sebuah hal yang didalam jiwanya memberontak untuk melakukannya.
Sederhananya dia adalah orang tua anak itu, dia merasa tidak dapat membunuh anaknya. Hal ini bahkan bagi seorang berdosa. Datang kepada Kristus adalah hal yang sangat tidak menyenangkan bagi natur manusia, walaupun, sejauh menyangkut kekuatan-kekuatan jasmani dan mental, ( dan hal ini memang memiliki bagian yang sangat sempit dalam keselamatan) manusia-manusia dapat datang jika mereka mau: Ini adalah sungguh-sungguh benar untuk mengatakan bahwa mereka tidak dapat dan tidak akan kecuali Bapa yang telah mengutus Kristus menarik mereka. Mari kita masuk sedikit lebih dalam pada subyek ini dan mencoba untuk memperlihatkan kepada anda dimanakah letak ketakberdayaan manusi ini berada, dalam penjelasan-penjelasan yang lebih khusus.
1.Pertama, ketakberdayaan manusia terletak pada kekerasan kepala kehendak manusia. “Oh!” ujar seorang Arminian, “manusia dapat diselamatkan jika mereka mau.” Kami menjawab, “Tuan yang terhormat, kami semua percaya hal itu; tetapi hal itu terjadi jika mereka mau yang mana itu adalah kesulitannya.
Kami menyatakan bahwa tidak ada manusia yang mau datang kepada Kristus kecuali dia ditarik; bukan, bukan kami yang mengatakan hal itu, tetapi Kristus sendiri yang mendeklarasikanya—“ Kamu tidak dapat datang kepada-Ku, sehingga kamu memiliki hidup;’ dan selama “kamu tidak dapat datang” tercatat dalam Kitab Suci, kita tidak akan terbawa untuk percaya kepada doktrin apapun mengenai kebebasan kehendak manusia.”
Adalah aneh bagaimana orang, ketika berbicara mengenai kehendak-bebas, membicarakan hal-hal yang tidak mereka pahami sepenuhnya. “Sekarang,” kata seseorang, “Saya percaya orang-orang dapat diselamatkan jika mereka mau.” Tuanku yang terhormat, bukan itu masalahnya sama sekali. Pertanyaannya adalah, apakah manusia pernah didapatkan secara alami mau tunduk pada keadaan-keadaan rendah hati terhadap injil Kristus?
Kami mendeklarasikan, mengacu pada otoritas Firman Tuhan, bahwa kehendak manusia sedemikian tak berdayanya terpatri pada kerusakan, demikian bejatnya, dan demikian cenderungnya pada setiap hal yang jahat, dan sedemikian menolaknya pada setiap hal yang baik, hal ini tanpa pengaruh Roh Kudus yang berkuasa, supernatural dan tidak dapat ditolak, tidak ada manusia yang akan pernah mau tertuju semata pada Kristus, tanpa manusia itu telah ditarik.
Pengakuan universal semua orang percaya adalah ini—“Aku tahu bahwa kecuali Yesus Kristus telah mencariku ketika masih seorang asing yang mengembara keluar dari kandang domba Tuhan, saya pada jam saat ini juga sudah akan mengembara sedemikian jauhnya dari Tuhan, berada jauh dari Dia, dan mencintai kejauhan itu juga.” Dengan persetujuan bersama, semua orang percaya mengafirmasikan kebenaran ini, bahwa orang-orang tidak dapat datang kepada Kristus sampai Bapa yang telah mengutus Kristus menarik manusia-manusia terlebih dahulu.
Bersambung ke Bagian 2
Human Inability – 1858 |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment