Oleh : DR. Keith Krell
Bacalah terlebih dahulu bagian 1
Juga ada sebuah petunjuk menarik dalam kisah Kitab Kejadian yang memberitahukan kepada kita tentang Kain, Habel dan persembahan-persembahan mereka, Musa mencatat bahwa Habel mempersembahkan “hasil pertama dari ternaknya” (bandingkan dengan Keluaran 34:19; Ulangan 12:6; 14:23) dan “bagian-bagian lemak” (bandingkan dengan Bilangan 18:17) untuk persembahannya[Bandingkan dengan Keluaran 23:19; 32:26; Imamat 2:12; 23:10.]. Kata yang diterjemahkan “bagian-bagian lemak” bermakna “yang paling dipilih, bagian terbaik, atau melimpah”[ Victor P. Hamilton, The Book of Genesis Chapters 1-17: NICOT (Grand Rapids: Eerdmans, 1990), 223.]. Habel telah memberikan apa yang paling mahal baginya—yang pertama lahir! Dengan kata lain, Kain semata mempersembahkan “buah” bukan “buah pertama, dari yang dihasilkan tanah (Kejadian 4:3). Habel telah membawa bagian-bagian terbaik dari ternaknya dan Kain tidaklah demikian. Habel mengupayakan dalam ibadahnya untuk memberikan yang terbaik darinya. Kain sepertinya melakukan ibadah hanya sebagai sebuah kewajiban. Salah satu tema-tema utama diseluruh kitab suci adalah Tuhan mencari penyembah yang sempurna dan mahal(Imamat 22:20-22; 2 Samuel 24:24). Dia tidak akan dipuaskan dengan terbaik kedua ( Mal 1:6-14; Roma 12:1).
Motivasi-motivasi
adalah hal penting bagi Tuhan. Tuhan tidak terkesan dengan mereka yang melakukan hal benar dengan dasar yang salah.
Kebenaran ini diajarkan diseluruh Alkitab. Dalam Matius 15:8, Yesus memandang kepada orang-orang
Farisi dan mengutip Yesaya, “Orang-orang ini menghormati-Ku dengan bibir mereka,
tetapi hati mereka jauh dari Ku” (Lihat juga Mika 6:7-8).
Terkadang orang dapat memiliki motif yang sangat jahat untuk melakukan hal-hal
yang baik. Ada sebuah kisah tentang seorang pria menaiki
sebuah taksi kota New York. Dia memperhatikan si pengemudi taksi memperlambat laju
kendaraannya untuk menghindarinya menabrak seorang penyeberang jalan. Mencoba memuji tindakan pengemudi itu, dia lantas
berkata, “Saya perhatikan anda melambat untuk orang tersebut.” Si pengemudi
membalas,”Yah, jika kamu menabrak mereka, kamu harus membuat sebuah laporan.”
Saya akan menghindari taksi jika saya sedang berjalan di New York.
Apakah motof-motif kita dalam melayani Tuhan? Hampir setiap saat kita harus melakukan sebuah pemeriksaan motof dan bertanya kepada diri sendiri: Mengapa saya baik terhadap orang lain? Mengapa saya meletakan uang didalam piring persembahan? Mengapa saya melayani di Rabu malam?
[Apapun penyebab penolakan Tuhan atas persembahan Kain; narasi itu sendiri memfokuskan perhatian kita kepada tanggapan Kain. Disinilah narasi ini mengemukan maksudnya][ Sailhamer, The Pentateuch as Narrative, 112.]
3.Tanggapan saudara
tertua(Kejadian 4:5b-8). Ketika Kain mempelajari bahwa Tuhan “tidak mengindahkan” persembahannya,
“[dia]menjadi sangat marah dan mukanya
muram”(4:5b). Kain menjadi sangat marah dengan Tuhan!Daripada memikirkan
bagaimana memperbaiki situasi dan menyenangkan Tuhan, dia telah menjadi sangat
marah. Kita harus stop di sini dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini kepada diri sendiri: Bagaimana
respon kita ketika Tuhan berkata tidak?
Ketika Tuhan menyatakan kita bersalah dan berurusan dengan dosa dalam kehidupan kita, bagaimana kita menanggapinya? Apakah kita berupaya untuk memperbaiki hal-hal tersebut? Apakah kita datang ke hadapan Tuhan dengan menyembah dan pengakuan yang rendah hati dan hati yang hancur?
Apakah kita mencibir dan melarikan diri? Nabi Perjanjian Lama, Yesaya, mengatakan dengan sangat baik,” Tetapi kepada orang inilah Aku memandang: kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada firman-Ku”(Yesaya 66:2b).
Apakah anda memiliki sebuah masalah dengan tempramen? Seorang wanita berkata,”Saya terkadang kehilangan kendali emosiku, tetapi hal itu berlalu dengan cepat.” Pastornya lantas berkata, “Jadi ini adalah sebuah ledakan bom atom, tetapi pikirkanlah kematian yang dapat diakibatkanya.” Kita tidak boleh mengasumsikan amarah yang tidak benar sama sekali dibenarkan atau tepat.
Ketika Tuhan menyatakan kita bersalah dan berurusan dengan dosa dalam kehidupan kita, bagaimana kita menanggapinya? Apakah kita berupaya untuk memperbaiki hal-hal tersebut? Apakah kita datang ke hadapan Tuhan dengan menyembah dan pengakuan yang rendah hati dan hati yang hancur?
Apakah kita mencibir dan melarikan diri? Nabi Perjanjian Lama, Yesaya, mengatakan dengan sangat baik,” Tetapi kepada orang inilah Aku memandang: kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada firman-Ku”(Yesaya 66:2b).
Apakah anda memiliki sebuah masalah dengan tempramen? Seorang wanita berkata,”Saya terkadang kehilangan kendali emosiku, tetapi hal itu berlalu dengan cepat.” Pastornya lantas berkata, “Jadi ini adalah sebuah ledakan bom atom, tetapi pikirkanlah kematian yang dapat diakibatkanya.” Kita tidak boleh mengasumsikan amarah yang tidak benar sama sekali dibenarkan atau tepat.
Dalam cara yang lazim pada umumnya, pada Kejadian
4:6, Tuhan mencecar Kain dengan tiga pertanyaan beruntun: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?
Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik?” Tuhan
tidak berkenan pada Kain atau persembahannya. Dua pertanyaan pertama ini
mendemonstrasikan bahwa Tuhan bahkan
semakin dikecewakan oleh respon
Kain. Namun demikian, banyak dari kita telah diberitahukan hal ini sebagai
makna yang baik oleh orang-orang Kristen lain bahwa sangat dapat diterima untuk
menjadi marah kepada Tuhan. Kita suka
membenarkan kemarahan kita dengan mengatakan, “Dia Tuhan yang yang besar. Dia
memiliki bahu yang luas. Dia dapat menerima makian dan keluhanku.” Ya, pastilah
Dia dapat, tetapi apakah ini respon yang tepat terhadap Pencipta
langit dan bumi yang maha kuasa? Saya pikir tidak[Beberapa orang
Kristen bersikukuh adalah hal yang
dapat diterima untuk marah kepada Tuhan dengan merujuk pada beragam Mazmur
dimana Daud mengekspresikan keraguan dan
amarah. Tetapi bukan ini sudut pandangnya, Mazmur tersebut
adalah deskripsi atau penggambaran. Penggambaran mengenai Daud yang
berinteraksi dengan Tuhan tidak selalu
untuk ditiru dengan tanpa batasan.]. Dia adalah Tuhan yang
berdaulat yang harus disegani. Dia menginginkan kita untuk mempercayai Dia,
bahkan ketika hal-hal tidak masuk akal.
Sayangnya banyak orang Kristen memiliki sebuah pandangan sempit tentang Tuhan yang
membolehkan mereka untuk menjadi marah
dengan meledak-ledak kepada Tuhan.
Kejadian 4:7, Tuhan berkata, “Tetapi jika
engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat
menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."[ Bagian akhir Kejadian 4:7 mungkin dibaca sebagai perintah
(“engkau harus menguasainya”); sebuah undangan (“engkau bisa menguasainya”); atau sebuah janji (“engkau
akan menguasainya”).]. Hal ini dengan jelas
menyiratkan bahwa Kain telah mengetahui apakah yang benar. Dia telah mengetahui
kualitas persembahan yang harus dibawa
dan memilih untuk tidak membawanya. Dia
telah tahu hatinya tidak benar, tetapi dia tidak memilih
untuk membereskannya. Namun demikian, ayat ini juga memperlihatkan anugerah
Tuhan, bagi Kain masih diundang untuk membawa persembahan yang benar. Tuhan telah memperingatkan Kain dan
Dia mengingatkan Kain “ berbuat baik” tetapi Kain telah mengeraskan
hatinya. Dosa seperti seekor binatang liar
bersiap untuk menerkam dan
memangsa korbannya[Waltke menyampaikan gambaran ini
mungkin sebuah kiasan terhadap
ular yang sedang menanti untuk menyerang tumit (Kejadian 3:15; bandingkan dengan 1 Pet 5:8). Waltke, Genesis,
98.]. Sungguh sebuah gambaran
tajam yang Tuhan lukiskan!Pengingat yang luar biasa bahwa kita memang
sungguh-sungguh memiliki sebuah pilihan apakah berbuat dosa atau tidak. Flip
Wilson telah keliru kala dia berkata,”Iblis telah membuatku melakukannya.”
Sebaliknya, ketika kita berdosa, kita berdosa karena penolakan kita untuk
bergantung pada kuasa Tuhan untuk “menguasai dosa.”[Rasul Paulus mengilustrasikan kebenaran
ini dalam Perjanjian Baru untuk “Sadarlah
dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa
yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1 Pet 5:8). Dua
ayat parallel ini memberitahu kita sebuah hal besar mengenai dosa.
Kabar Buruk:
Kabar Buruk:
Dosa menantikan kita (“mengintip di depan pintu”). Pengaruh dunia,
hawa nafsu, dan Iblis selalu
mengkonspirasikan kejatuhan kita. Jika tidak ada seorang yang
menjungkalkan kita, orang lain yang akan
melakukannya. Hal yang dibutuhkan adalah “sebuah kesempatan” (secara harfiah. “sebuah
tempat,” Efesus 4:27).
Doa memberikan kita hasrat (“hasrat dosa untuk dirimu”).
Hampir semua kita mengalami hasrat atau nafsu terhadap seseorang lawan jenis, benar bukan?Ya, dosa memiliki
sebuah hasrat yang tidak kudus dan nafsu untuk kita. Iblis ingin membunuh kita,
tetapi karena dia tidak dapat melakukannya, dia akan melakukan segala cara yang
dia bisa untuk menghancurkan dan membuat kita menjadi tidak efektif.
The Good News:
Kita dapat menguasai dosa (“tetapi engkau harus menguasainya”).Kita
memiliki kuasa untuk mengatasi dosa. Ketika godaan mengetuk, kita dapat
mengirim Yesus ke pintu tersebut. Kita telah memberikan semua yang kita
perlukan untuk mengatakan “tidak” kepada dosa.
Kita harus hancur dan rendah hati dihadapan Tuhan (“sadar
dan berjaga-jaga”). Ini krusial. Jika kita harus menghadapai sebuah peluang
melawan kuasa dosa, kita harus mengakui ketidakberdayaan kita. Kita harus
secara tulus percaya bahwa, tanpa pemampuan dan pemberdayaan Roh Kudus, kita
berada di belas kasih dosa. Kita harus memahami kejahatan daging kita. Hal ini
akan mensyaratkan Tuhan untuk menghancurkan kebanggaan kita dan pengandalan
kita pada diri sendiri. Kita harus selalu berjaga (“pada posisi waspada”). Dosa
itu licik dan tidak terduga. Terkadangm
dosa mengejar kita ketika kita berada di posisi puncak, ketika kita merada tidak terjamah dan tidak akan mampu melakukan
sebuah dosa.Pada lain kesempatan, dosa melawan
dengan cara yang kotor dan akan menyerang kala kita tidak berdaya,
kehilangan semangat, dan kalah. Namun
demikian, jika kita tahu bagaimana dosa bekerja, kita akan dipersiapkan dan
dipastikan bahwa kita selalu berjaga-jaga.].
Sayang, bukannya memperhatikan peringatan Tuhan, Kain mengabaikan kata-kata Tuhan dan membiarkan dirinya menjadi dikuasai oleh dosa. Hal ini terlihat hasilnya pada pembunuhan perdana. Musa menulis peristiwa tragis ini pada Kejadian 4:8 :” Kata Kain kepada Habel, adiknya: "Marilah kita pergi ke padang." Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia atau nasb : Cain told Abel his brother. And it came about when they were in the field, that Cain rose up against Abel his brother and killed him (Kain berkata kepada adiknya. Dan hal ini terjadi ketika mereka telah berada di tanah lapang, dimana Kain bangkit melawan Habel saudara laki-lakinya dan membunuhnya).” Dalam amarahnya, Kain menghilangkan nyawa manusia lainnya….dan korbannya adalah adiknya sendiri[Persaingan saudara kandung mewabahi setiap keluarga yang tidak mengenal Tuhan didalam Kitab Kejadian]. Penggunaan “rise up-bangkit” adalah yang paling tepat karena “kebangkitan” Kain untuk membunuh saudaranya adalah sebuah konsekuensi langsung “kemuraman” dari mukanya, ketika persembahan Habel diterima tetapi dia tidak[Penggunaan kata “rise up-bangkit” (qum) terutama penting karena ini salah satu dari hanya dua kata kerja yang digunakan untuk menggambarkan tindakan membunuh. Sehingga kata ini membantu untuk membangun motif pelenyapan , sebagaimana yang juga dilakukan dalam pengkalimatan spesifik: “Kain bangkit melawan saudaranya Habel.” Hauser, “Linguistic And Thematic Links Between Genesis 4:1-16 And Genesis 2-3,” 301.].
Dibawah Hukum Mosaik, fakta dari sebuah pembunuhan yang terjadi di tanah lapang, yang jauh dari jangkauan untuk meminta tolong, merupakan bukti perencanaan (bandingkan dengan Ulangan 22:25-27)[ Dr. Thomas L. Constable, Notes on Genesis ( http://www.soniclight.com/constable/notes/pdf/genesis.pdfhttp://www.soniclight.com/constable/notes/pdf/genesis.pdf, 2004), 61.]. Kita ngeri dengan perbuatan menakutkan semacam ini dan berpikir, “Aku tidak pernah dapat melakukan sesuatu seperti itu.” Tetapi jika kita jujur, banyak dari kita harus mengakui daftar nama-nama orang yang kita miliki, yang telah kita bunuh dengan kata-kata dan sikap-sikap kita[Kisah Kain dan Habel,dikenal baik didalam pemikiran dan sastra Barat, menyiapkan panggung untuk kemajuan dosa. Dramawan terkemuka Arthur Miller berkata, “Jika seorang saudara dapat membunuh saudaranya,tidak seorangpun yang aman, semua taruhan dibatalkan, dan tidak ada masa depan.” Tetapi Tuhan dengan murah hati telah menyediakan sebuah masa depan, bahkan didalam kegelapan di Kejadian 4. Paul Wright, ed., Genesis: Shepherd’s Notes (Nashville: Broadman, 1997), 22.].
Sebuah pelajaran kita pelajari dari pembunuhan Habel bahwa amarah dan kecemburuan dapat menjadi sangat menghancurkan. Ini jelas bukan kesalahan Habel bahwa persembahan Kain tidak menyenangkan bagi Tuhan. Tetapi ketika Tuhan menerima persembahan Habel dan menolak persembahan Kain, Kain mengarahkan amarah dan kecemburuan, dan kebenciannya kepada saudaranya. Sejarah kriminal memperlihatkan bahwa ketika diberikan kesempatan,kebencian kerap berujung membunuh. Itu yang Yesus tunjukan dalam Matius 5 dimana Dia berkata membenci saudaramu sesungguhny sama dengan membunuh.
Sayang, bukannya memperhatikan peringatan Tuhan, Kain mengabaikan kata-kata Tuhan dan membiarkan dirinya menjadi dikuasai oleh dosa. Hal ini terlihat hasilnya pada pembunuhan perdana. Musa menulis peristiwa tragis ini pada Kejadian 4:8 :” Kata Kain kepada Habel, adiknya: "Marilah kita pergi ke padang." Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia atau nasb : Cain told Abel his brother. And it came about when they were in the field, that Cain rose up against Abel his brother and killed him (Kain berkata kepada adiknya. Dan hal ini terjadi ketika mereka telah berada di tanah lapang, dimana Kain bangkit melawan Habel saudara laki-lakinya dan membunuhnya).” Dalam amarahnya, Kain menghilangkan nyawa manusia lainnya….dan korbannya adalah adiknya sendiri[Persaingan saudara kandung mewabahi setiap keluarga yang tidak mengenal Tuhan didalam Kitab Kejadian]. Penggunaan “rise up-bangkit” adalah yang paling tepat karena “kebangkitan” Kain untuk membunuh saudaranya adalah sebuah konsekuensi langsung “kemuraman” dari mukanya, ketika persembahan Habel diterima tetapi dia tidak[Penggunaan kata “rise up-bangkit” (qum) terutama penting karena ini salah satu dari hanya dua kata kerja yang digunakan untuk menggambarkan tindakan membunuh. Sehingga kata ini membantu untuk membangun motif pelenyapan , sebagaimana yang juga dilakukan dalam pengkalimatan spesifik: “Kain bangkit melawan saudaranya Habel.” Hauser, “Linguistic And Thematic Links Between Genesis 4:1-16 And Genesis 2-3,” 301.].
Dibawah Hukum Mosaik, fakta dari sebuah pembunuhan yang terjadi di tanah lapang, yang jauh dari jangkauan untuk meminta tolong, merupakan bukti perencanaan (bandingkan dengan Ulangan 22:25-27)[ Dr. Thomas L. Constable, Notes on Genesis ( http://www.soniclight.com/constable/notes/pdf/genesis.pdfhttp://www.soniclight.com/constable/notes/pdf/genesis.pdf, 2004), 61.]. Kita ngeri dengan perbuatan menakutkan semacam ini dan berpikir, “Aku tidak pernah dapat melakukan sesuatu seperti itu.” Tetapi jika kita jujur, banyak dari kita harus mengakui daftar nama-nama orang yang kita miliki, yang telah kita bunuh dengan kata-kata dan sikap-sikap kita[Kisah Kain dan Habel,dikenal baik didalam pemikiran dan sastra Barat, menyiapkan panggung untuk kemajuan dosa. Dramawan terkemuka Arthur Miller berkata, “Jika seorang saudara dapat membunuh saudaranya,tidak seorangpun yang aman, semua taruhan dibatalkan, dan tidak ada masa depan.” Tetapi Tuhan dengan murah hati telah menyediakan sebuah masa depan, bahkan didalam kegelapan di Kejadian 4. Paul Wright, ed., Genesis: Shepherd’s Notes (Nashville: Broadman, 1997), 22.].
Sebuah pelajaran kita pelajari dari pembunuhan Habel bahwa amarah dan kecemburuan dapat menjadi sangat menghancurkan. Ini jelas bukan kesalahan Habel bahwa persembahan Kain tidak menyenangkan bagi Tuhan. Tetapi ketika Tuhan menerima persembahan Habel dan menolak persembahan Kain, Kain mengarahkan amarah dan kecemburuan, dan kebenciannya kepada saudaranya. Sejarah kriminal memperlihatkan bahwa ketika diberikan kesempatan,kebencian kerap berujung membunuh. Itu yang Yesus tunjukan dalam Matius 5 dimana Dia berkata membenci saudaramu sesungguhny sama dengan membunuh.
Anda mungkin marah pada
hari ini.Itu mungkin adalah sesuatu, yang telah terjadi pagi ini.
Berangkali anda marah pada ibu dan ayahmu karena mereka tidak membiarkanmu
pergi ke rumah sahabatmu seusai gereja. Atau berangkali sesuatu telah terjadi
beberapa tahun lalu. Berangkali seorang tetangga atau seseorang didalam gereja
telah berbuat curang padamu dalam hal uang atau mengambil keuntungan
darimu dalam beberapa hal, dan anda masih memiliki sikap
kekecewaan. Apapun jenih amarahmu, anda harus mengendalikannya dan
menyingkirkannya. Efesus 4:27 berkata jika kamu tidak
mengendalikan amarahmu, kamu sedang memberikan Iblis sebuah pijakan(literal: “sebuah
tempat”) didalam hidupmu. Itulah yang Kain lakukan. Amarah yang tidak terkendali dan kecemburuan
berakibat pada kematian Habel dan telah menghancurkan
hidup Kain juga. Jangan biarkan hal ini terjadi dalam hidupmu. Akuilah bahwa
perilaku itu salah, akuilah pada Tuhan, dan minta pertolongan-Nya dalam
mengatasi perilaku menghancurkan ini.
Bersambung : Bagian III
"Raising Cain" (Genesis 4:1-26) | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
Bersambung : Bagian III
"Raising Cain" (Genesis 4:1-26) | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment