ilustrasi foto : redbull.com |
“Jika anda memilikinya, anda tidak pernah kehilangannya; jika anda kehilangannya, anda tidak akan pernah memilikinya.” Kata bernas atau bijak ini memberikan ungkapan pada doktrin dalam gereja yang beberapa gereja menyebutnya doktrin keamanan kekal, sementara yang lainnya merujuknya sebagai “ketekunan orang-orang kudus.” Diantara kelompok yang terakhir ini, ketekunan orang –orang kudus –Perseverence of the saints-melengkapi poin kelima dari apa yang disebut “lima poin Calvinisme” yang dikemas dalam akronim TULIP- “P” poin yang terakhir, untuk “perseverance of the saints” Cara lainnya untuk mengungkapkan doktrin dalam kategori amsal adalah dengan frasa, “ sekali didalam anugerah, selalu didalam anugerah.”
Ide ketekunan orang-orang kudus dibedakan dari doktrin jaminan keselamatan ( assurance of salvation), walaupun doktrin ini tidak pernah dipisahkan satu sama lain. Ada orang-orang Kristen dalam sejarah gereja yang menegaskan bahwa seorang Kristen dapat memiliki jaminan keselamatannya, tetapi jaminannya ini hanya sementara. Orang dapat tahu bahwa dia dalam sebuah kondisi anugerah pada hari ini, tetapi dengan pengetahuan itu, atau jaminan, tidak ada jaminan lebih lanjut bahwa dia akan tetap berada dalam kondisi anugerah pada esok hari atau pada hari berikutnya, atau hingga meninggal. Pada sisi lain,mereka yang percaya pada ketekunan orang-orang kudus juga percaya bahwa orang dapat memiliki jaminan keselamatan, tidak hanya untuk hari ini, tetapi selama-lamanya. Sehingga, kembali, kita melihat ketekunan dibedakan dari jaminan tetapi tidak pernah dapat diceraikan satu sama lain.
Sekarang kita menghadapi pertanyaan, mengapa orang-orang reformed, secara
klasik dan historis, telah
bergantung secara gigih pada
doktrin ketekunan orang-orang kudus? Apakah alasan-alasan yang diberikan untuk
memegang doktrin utama ini?
Alasan pertama yang diberikan didasarkan pada alasan itu sendiri. Yaitu,
doktrin ketekunan orang-orang kudus
dapat dilihat sebagai kesimpulan yang logis, atau sebagai sebuah
keputusan rasional dari doktrin predestinasi. Pada poin ini, banyak teolog yang
menyatakan keberatan dengan mengatakan bahwa kita tidak semestinya
merekonstruksikan teologi kita pada basis kesimpulan-kesimpulan logis yang ditarik dari premis-premis doktrinal. Akan tetapi, jika kesimpulan-kesimpulan
demikian tidak hanya kesimpulan-kesimpulan yang mungkin tetapi
kesimpulan-kesimpulan yang seharusnya, kemudian saya berpikir adalah sah untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang
demikian. Akan tetapi, kesimpulan-kesimpulan yang demikian harus ditarik dari
kebenaran Alkitab, sebab doktrin kita tidak hanya terdiri dari apa yang secara
eksplisit diungkapkan dalam kitab suci
tetapi apa yang, dengan konsekuensi yang baik dan penting, disimpulkan dari premis-premis kitab suci.
Berangkali bahaya dari
menggambarkan doktrin ketekunan orang-orang kudus semata sebagai sebuah kesimpulan yang bersifat logika dari predestinasi yang
memang vital, adalah signifikansi yang tidak intelek dari doktrin ini dapat
membuat tersesat dalam abstraksi
teologis. Tetapi sekalipun dengan bahaya semacam ini, kita harus melihat bahwa jika
kita memiliki sebuah pemahaman penuh
atas doktrin-doktrin biblikal predestinasi dan pemilihan, kita akan memahami bahwa seluruh dekrit tujuan ilahi
adalah sebuah kenyataan permanen bagi mereka yang telah dipredestinasi Tuhan sampai pada keselamatan. Sekali lagi, predestinasi
tidak ditujukan untuk iman yang paruh waktu, atau sesaat, tetapi ditujukan untuk iman yang sepenuh waktu dan permanen.
Basis kedua bagi kita untuk memegang doktrin
ketekunan orang-orang kudus adalah janji-janji yang aktual dan eksplisit
di Alkitab. Alkitab mengajarkan kita bahwa Tuhan yang memulai didalam kita, Dia
akan menyelesaikannya. Petrus mengatakan kepada kita bahwa kita harus memuji
Tuhan yang berdasarkan pada rahmat-Nya yang besar, telah meregenerasikan
kita untuk sebuah kehidupan yang
berpengharapan melalui kebangkitan Yesus Kristus dari kematian, kepada
sebuah warisan yang tidak dapat rusak, tidak bercela dan tidak memudar yang telah disimpan di surga
bagi kamu, yang dijagai oleh kuasa Tuhan,
melalui iman untuk keselamatan yang siap untuk diungkapkan pada waktu ahir ( 1 Petrus 1: 3-5).
Janji-janji Tuhan seperti yang
diperlihatkan Petrus disini, tidak bercela, dan
janji-janji itu tidak memiliki
kemampuan memudar. Warisan yang kita miliki aman terjaga.
Ketika kita memandang karya Kristus bagi
kepentingan kita, kita tidak hanya melihat penebusan-Nya, yang telah mengamankan pembayaran bagi dosa-dosa kita, kita melihat kenaikan Yesus Kristus dan pelayanan-Nya di sebelah kanan
Bapa sebagai imam besar kita yang agung. Disini kita melihat pelayanan Yesus
sebagai pengantara bagi mereka yang Bapa telah berikan kepada Dia (Yesus), dan
sebuah cita rasa dari tipe pengantaraan
yang diberikan kepada kita dalam Doa Imam Tinggi yang dicatat dalam Yohanes 17,
dimana Yesus berdoa bahwa tidak satupun yang Bapa telah berikan kepada Dia akan
pernah hilang.
Meskipun janji-janji Perjanjian Baru,pengantaraan Kristus untuk kepentingan
kita, dan doktrin pemilihan yang menunjukan pada kepastian ketekunan, kita masih
harus secara serius menimbang peringatan-peringatan kemurtadan yang kerap terjadi dalam Perjanjian Baru. Paulus
sendiri membicarakan mengenai bagaimana dia harus menggocoh tubuhnya untuk menaklukan tubuhnya, jika
tidak dia, dalam analisa terakhir, menjadi terbuang. Dia sedang membicarakan
mereka yang telah meninggalkan iman.
Pada ahir pelayanan Paulus, dalam surat
terakhirnya kepada Timotius, dia mencela kepergian Demas, yang telah
meninggalkan Paulus, karena Demas, seorang rekan sekerja terdahulu yang
menyertai Paulus, mencintai dunia saat ini. Dan karenanya pengasumsian bahwa
Demas, seperti juga orang lain yang telah memulai sebuah pengakuan iman yang
vital, telah berakhir didalam kehancuran dan
lubang dalam kemurtadan. Bagaimana lagi kita dapat memahami pentingnya
peringatan-peringatan yang telah
diberikan pada bab keenam dalam kitab Ibrani? Disini kita harus mengatakan,
tanpa mengekang teks itu, bahwa tindakan kemurtadan yang penuh dan
final itu pertama-tama tidak
pernah sungguh-sungguh orang percaya. Yohanes menuliskan dalam epistelnya:
“Mereka yang pergi meninggalkan kita tidak pernah benar-benar
dari antara kita” ( 1 Yohanes 2:19).
Kita membaca dalam bab 6 di kitab Ibrani, pada ahirnya peringatan yang paling
menakutkan terhadap kemurtadan : “sekalipun kami berkata demikian tentang kamu,
kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik, yang mengandung
keselamatan” (9b). Orang didalam gereja
yang kelihatan, seperti kasus Israel dalam Perjanjian Lama, secara pasti dapat
tumbang dari pengakuan iman yang
mereka telah buat dan berakhir dalam
kehancuran. Kebenaran yang sama dalam komunitas Perjanjian Baru. Orang dapat
menggabungkan diri mereka sendiri kepda gereja yang kelihatan, mengaku percaya pada Kristus tetapi dalam tekanan
tumbang—dalam beberapa kasus sepenuhnya dan pada ahirnya murtad. Kita harus
menyimpulkan dari pengajaran Kitab suci bahwa kasus-kasus murtad semacam ini telah dilakukan oleh orang yang telah
membuat pengakuan iman, dan yang memiliki pengakuan iman yang tidak
otentik.
Akhirnya, basis bagi kita untuk yakin pada ketekunan adalah tidak terutama pada besarnya kemampuan kita
untuk bertekun sebab ketekunan ini
adalah dalam kuasa dan anugerah Tuhan untuk mempertahankan kita. Jika kita diserahkan
pada diri kita sendiri, dalam kelemahan manusia, tak hanya kita dapat meninggalkan iman, alasan kita bertahan hingga ahir adalah karena anugerah
Bapa surgawi kita , yang pertama-tama dengan anugerah telah memanggil kita. Dia menopang kita dengan
mempertahankan kita, bahkan sampai pada pemuliaan kita.
More Than Conquers| diterjemahkan dan
diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment